Anda di halaman 1dari 11

BIOGRAFI DAN GENEALOGI INTELEKTUAL

KH. M.HASYIM ASY’ARI

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


Aswaja
Yang dibina oleh Bapak Imam Nurngaini, M.Pd.I

Oleh:

Muchamad Rizal Ilham Pratama (2186206086)


Aris Fadillah (2186201091)
Dian Novitasari (2186206073)

UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
NOVEMBER 2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin, puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT. tak
lupa, Sholawat serta Salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, yang telah bahu-membahu menegakkan agama Allah.
Dengan kebaikan beliau, telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah ala
qoidah ahlussunnah wal jamaah an nahdliyah. Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah
Aswaja pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, kami selaku penulis mengangkat
judul “biografi dan genealogi intelektual kh. M.hasyim asy’ari”
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari banyak pihak, baik
secara langsung ataupun tidak langsung baik dari buku maupun internet. Oleh karena itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Zainuddin, M.Pd. selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Blitar.
2. Bapak Bima TangguhAlam M,pd Selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Sosial.
3. Bapak Fathul Ni’am, M,pd Selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Bapak Imam Nurngaini, M.pd.I.selaku dosen pengampu mata kuliah Aswaja.
5. Teman-teman Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung demi terselesaikannya makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk, dan dorongan tersebut, kami hanya dapat berdo’a dan memohon
kepada Allah SWT. semoga segala amal jerih payah menjadi amal shaleh dan diridhoi Allah.
Aamiin.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kekeliruan di dalamnya. Maka dari itu, kami mengharap kritikan dan masukan
yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya dan berharap penulis dapat
mengembangkan materinya melalui saran dan kritikannya. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini menjadi butir-butir amalan khasanah dan bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Aamiin Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin.
Blitar, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. . Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Keluarga KH.Hasyim Asy`ari ...................................................... 2

B. Riwayat Pendidikan KH. Hasyim Asy`ari ........................................................... 3

C. Karya Intelektual KH. Hasyim Asy`ari ................................................................ 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 7

B. Saran ..................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latanr Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena
dimana pun dan kapan pun di dunia terdapat pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan merupakan
usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan
manusia.pada kesempatan kali ini penulis menuliskan sebuah karya ilmiyah yang membahas
tentang suatu tokoh besar islam yaitu KH. Hasyim Asy`ari.

Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis akan sedikit memberikan penjelasan tentang KH.
Hasyim Asy`ari yang meliputi latar belakang beliau, riwayat pendidikan beliau, serta karya-karya
apa saja yang beliau buat semasa hidupnya. Karya ilmiyah ini kami buat dengan sesungguh-
sungguhnya, dan berharap pembaca dapat memahami isi kandungan dari materi-materi yang kami
sajikan.

B. Rumusan masalah

1. Siapa dan dari mana latar belakang keluarga KH. Hasyim Asy`ari ?

2. Apa saja Riwayat Pendidikan KH. Hasyim Asy`ari ?

3. Apa saja karya intelektual KH. Hasyim Asy`ari ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui latar belakang keluarga KH. Hasyim Asy`ari.

2. Untuk mengetahui Pendidikan KH. Hasyim Asy`ari.

3. Untuk mengetahui Karya intelektual KH. Hasyim Asy`ari.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Keluarga KH. Hasyim Asy`ari

Halim putra kyai Abdurrahman (Kyai Hasyim Asy‟ari mempunyai nama lengkap Muhammad
Hasyim putra kyai Asy‟ari putra kyai Abdul Wahid putra kyai Abdul pangeran Sambo) putra kyai
Abdullah (Pangeran Benowo) putra kyai Abdurrahman. Abdurrahman yang terakhir ini memiliki
dua versi. Versi pertama mengatakan Abdurrahman adalah yang terkenal dengan julukan Jaka
Tingkir atau Sultan Hadiwijaya putra kyai Abdul Aziz putra kyai Abdul Fatah putra Mauna Ishaq
Sunan Giri.

Sedangkan versi kedua yang dimaksud Abdurrahman adalah Sayyid Abdurrahman putra
Sayyid Umar putra Sayyid Muhammad putra Sayyid Abu Bakar Basyaiban yang dikenal dengan
Sunan Tajudin. Sayyid Abdurrahman ini yang mempersunting putrinya Sunan Gunung Jati yaitu
RA. Putri Khodijah. Silsilah keturunan dari ayah Kyai Hasyim.

Sedangkan ibu beliau adalah Halimah. Ibu beliau juga merupakan bangsawan yang masih
mempunyai trah dari Jaka Tingkir. Silsilah ibunya adalah sebagai berikut, nyai Halimah putri nyai
Layyinah putri kyai Sihah putra kyai Abdul Jabbar putra kyai Ahmad putra Pangeran Sambo bin
Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir atau yang dikelan dengan Mas Karebet bin Lembu Peteng
(Prabu Brawijaya VI).

Kyai Hasyim Asy‟ari dilahirkan di pesantren Gedang yaitu 2 kilometer arah utara kota
Jombang pada hari Selasa Kliwon, 14 Februari 1871 M atau bertepatan dengan 12 Dzul Qa‟dah
1287 H. Jika dianalisa dari waktu kelahiran nya beliau dapat dipandang sebagai bagian dari
generasi Muslim paruh akhir abad ke-19.

Beliau dilahirkan dilingkungan santri yang kental dengan budaya religius. Ayahnya (Kyai
Asy‟ari) adalah pendiri dan pengasuh pesantren Keras Jombang. Sedangkan kakeknya dari Ibu
(Kyai Utsman) adalah pendiri dan pengasuh pesantren Gedang. Sementara kakek ibunya (Kyai
Sihah) dikenal sebagai pendiri dan pengasuh Pesantren Tambak Beras Jombang.

2
Pada tahun 1892 M. saat Kyai Hasyim berusia 21 tahun, beliau dinikahkan dengan putrid Kyai
Ya‟kub yang bernama Nafisah. Setelah beberepa bulan dari pernikahannya dengan Nyai Nafisah,
beliau bersama istri dan mertuanya berangkat menunaikan ibadah haji dan menetap di Makkah.
Belum sampai satu tahun di sana istri beliau melahirkan putanya yang diberi nama Abdullah. Tidak
lama setelah melahirkan Nyai Nafisah meninggal dunia. Beberapa minggu sepeninggalan Nyai
Nafisah, Abdullah putranya juga meninggal dunia yang baru berusia 40 hari. Setelah itu Kyai
Hasyim kembali ke tanah air. Pada tahun 1893 beliau kembali ke Hijaz bersama Anis adiknya yang
tak lama kemudian meninggal di sana. Beliau mukim di Makkah sampai 7 tahun.

Semasa hidupnya Kyai Hasyim menikah 7 kali. Istri pertama beliau adalah Nafisah putri Kyai
Ya‟qub Siwalan Panji Sidoarjo. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai satu putra bernama
Abdullah. Istri dan putra beliau meninggal terlebih dahulu di Makkah disaat menjalankan ibadah
Haji dan menetap di Makkah.

Pernikaha kedua beliau adalah dengan Khadijah putri kyai Romli Karangkates Kediri. Dari
istri ini beliau tidak dikaruniai anak. Khadijah meninggal dua tahun setelah pernikahan.

Pernikahan ketiga beliau adalah dengan Nafiqah putri kyai Ilyas Sewulan Madiun. Dari hasil
perkawinannya beliau dikaruniai sepuluh anak, yaitu: Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul
Wahid, Abdul Hakim, Abdul Karim, Ubaidillah, Mashuroh dan Muhammad Yusuf. Istri yang
ketiga ini pun meninggal terlebih dahulu pada tahun 1920 M.

Sepeninggalan istri ketiga beliau menikah untuk yang keempat kalinya dengan Masruroh, putri
kyai Hasan Kapurejo Pagu Kediri. Dari hasil perkawinannya beliau memiliki empat anak: Abdul
Qadir, Fatimah, Khodijah dan Muhammad Yaqub.

B. Riwayat Pendidikan KH. Hasyim Asy’ari

Berlatar belakang dari keluarga pesantren, Pendidikan KH. Hasyim Asy’ari tidak berbeda jauh
dengan kebanyakan muslim lainnya, di mana dari kecil KH. Hasyim Asy’ari belajar sendiri dengan
ayah dan kakeknya, Kiai Usman. Bakat dan kecerdasan beliau sudah mulai nampak sejak diasuh
oleh keduanya. Karena kecerdasan dan ketekunannya tersebut, di usia 13 tahun di bawah
bimbingan ayahnya, beliau mempelajari dasar-dasar tauhid, fiqh, tafsir dan hadits. Bahkan di usia

3
yang tergolong masih sangat belia sang ayah menyuruhnya mengajar para santri di pesantren yang
dimilikinya.

Pada umur 15 tahun, beliau mulai berkelana mencari pengetahuan agama Islam ke beberapa
pesantren, sebut saja Pesantren WonokoyoProbolingga, Pesantren Langitan-Tuban, Pesantren
TrenggilisSemarang, Pesantren Kademangan Bangkalan Madura dan Pesantren Siwalan-
Surabaya. Di Bangkalan beliau belajar tata bahasa, sastra Arab, fiqh dan sufisme dari Kiai Khalil
selama 3 bulan. Sedangkan di Siwalan, beliau lebih memfokuskan pada bidang fiqh selama 2 tahun
dengan Kiai Ya’kub. Diperkirakan KH. Hasyim Asy’ari pernah belajar bersama dengan Ahmad
Dahlan (Muhammadiyah). Petualangan beliau dalam mencari ilmu juga sampai di Semarang.
Kemudian KH. Hasyim Asy’ari pergi ke Hijaz guna melanjutkan pelajarannya di sana. Semula
beliau belajar di bawah bimbingan Syekh Mahfudz dari Termas, Pacitan. Syekh Mahfudz adalah
ahli hadits, beliau orang Indonesia pertama yang mengajar Shahih Bukhari di Mekkah. Dari beliau
KH. Hasyim Asy’ari mendapat ijazah untuk mengajar Shahih Bukhari. Di bawah bimbingannya,
KH. Hasyim Asy’ari juga belajar Tarekat Qadariyah dan Naqsyabandiyah. Ajaran tersebut
diperoleh Syekh Mahfudz dari Syekh Nawawi dan Syekh Sambas. Syekh Mahfudz merupakan
orang yang menghubungkan Syekh Nawawi dari Banten dan Syekh Sambas dengan K.H. Hasyim
Asy’ari. Pengaruh ini dapat ditemukan dalam pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari. Murid Syekh
Khatib banyak yang menjadi ulama terkenal, baik dari kalangan NU maupun dari kalangan yang
lain, misalnya KH. Hasyim Asy’ari sendiri, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri, KH.
Ahmad Dahlan (tokoh Muhammadiyah), Syekh Muh. Nur Mufti dan Syeh Hasan Maksum dan
masih banyak lagi.

Di bawah bimbingan Ahmad Khatib yang juga seorang ahli astronomi, matematika dan Al-
Jabar. KH. Hasyim Asy’ari juga belajar fiqh madzhab Syafi’i. Ahmad Khatib tidak setuju dengan
pembaharuan Muhammad Abduh mengenai pembentukan madzhab fiqh baru. Beliau hanya setuju
pada pendapatnya mengenai tarekat. Atas izin dari beliaulah, KH. Hasyim Asy’ari mempelajari
tafsir Al-Manar karya Abduh. Dalam hal ini, KH. Hasyim Asy’ari tidak menganjurkan kitab ini
dibaca oleh muridnya, karena Abduh mengejek ulama tradisionalis yang dukungan-dukungan
mereka pada praktek Islam dianggap tidak dapat diterima. KH. Hasyim Asy’ari setuju

Dorongan Abduh untuk meningkatkan semangat muslim, tapi tidak setuju dengan pendapat
Abduh untuk membebaskan umat dari tradisi madzhab. Berbeda dengan Abduh, KH. Hasyim

4
Asy’ari percaya bahwa tidak mungkin memahami Al-Qur’an dan Hadits tanpa memahami
perbedaan pendapat pemikiran hukum. Penolakan terhadap madzhab, menurut beliau akan
memutarbalikkan ajaran Islam.

Dalam perkembangan selanjutnya, KH. Hasyim menjadi pemimpin dari kiai-kiai besar di
tanah Jawa. Menurut Zamachsari, setidaknya terdapat empat faktor penting yang melatar belakangi
watak kepemimpinan beliau.

1. Ia lahir di tengah-tengah Islamic revivalism baik di Indonesia maupun di Timur tengah,


khususnya di Mekkah.
2. Orang tua dan kakeknya merupakan pimpinan pesantren yang punya pengaruh di Jawa
Timur.
3. Ia sendiri ia dilahirkan sebagai seorang yang sangat cerdas dan memiliki
kepemimpinan.
4. Berkembangnya perasaan anti kolonial, nasional Arab, dan panIslamisme di dunia
Islam.

Dari faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa KH. Hasyim Asy’ari mempunyai potensi dan
keturunan untuk menjadi orang besar.

C. Karya Intelektual KH. Hasyim Asy’ari

Melalui Ahmad Khatib, terciptalah titik temu jaringan intelektual antara KH. Hasyim Asy`ari
dengan KH. Ahmad Dahlan (w. 1921), pendiri Muhammadiyah, karena kedua tokoh organisasi
Islam di Indonesia tersebut pernah berguru kepada Ahmad Khatib. Ahmad Khatib memiliki
kemampuan mendalam tentang matematika dan ilmu alam dan banyak menyetujui gagasan
pembaharuan Islam Muhammad ‘Abduh dan termasuk anti-tarekat.

Selain ketiga guru di atas, KH. Hasyim Asy`ari juga berguru kepada ulama-ulama ‘non-Jawi ‘
(bukan dari Nusantara) seperti Syaikh ‘Abd al-Hamîd al-Durustâni, Syaikh Muhammad Syu’ayb
al-Maghrîbi, Syaikh Sata dan Syaikh Dagistani. Nama-nama tersebut merupakan ulama yang
terkenal pada masa itu. Hanya saja tidak ada sumber tertulis yang menjelaskan tentang bidang apa
yang KH. Hasyim Asy`ari pelajari dari ulama-ulama terkenal tersebut.

5
Dengan geneologi intelektual yang beragam, KH. Hasyim Asy`ari secara tidak langsung
menempatkan diri sebagai kelompok terpelajar dan bagian penting dalam tradisi intelektual Islam.
Posisi ini dikokohkan dengan kelahiran beberapa karya KH. Hasyim Asy’ari, terutamandalam
persoalan keagamaan.

Dalam rangka meneruskan tradisi intelektual, KH. Hasyim Asy’ari, selain mengajar, juga
mempunyai waktu khusus sekitar jam 10.00-12.00 untuk membaca dan menulis. Bahkan, di tengah
padatnya jam mengajar di pesantren, KH. Hasyim Asy`ari mempunyai kebiasaan membaca ketika
sedang menunggu kereta.24 Tidak mengherankan bila KH. Hasyim Asy`ari termasuk penulis yang
relatif produktif.

Muhammad Isham Hadiq mencatat ada sekitar sepuluh karya KH. Hasyim Asy’ari, antara lain:
Adâb al-‘Âlim wa al-Muta’allim (etika guru dan murid) tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan
etika belajar; Ziyâdat Ta’lîqat ‘alâ Manzûmat al-Syaikh ‘Abd Allâh ibn Yasin al-Fasuruwani
(Catatan Tambahan atas Syair Syaikh ‘Abd Allah Yasin Pasuruan) mengenai catatan KH. Hasyim
Asy`ari atas catatan ‘Abd Allah Yasin terhadap Nahdlatul ‘Ulama; Al-Durâr al-Muntathirah fi al-
Masâ’il al-Tis’a Asyarah (Taburan Permata dalam sembilan belas persoalan) berisikan dengan
tarekat dan wali; Al-Tanbîhat al-Wâjibat li Man Yasna’u al-Mawlid bi al-Munkarat (Peringatan
Penting bagi Orang yang Merayakan Acara Kelahiran Nabi Muhammad dengan Melakukan
Kemunkaran); Risâlah Ahl alSunnah wa al-Jamâ’ah (Risalah Ahlu Sunnah wal Jamaah) yang
berisikan hadis tentang kematian, tanda-tanda kiamat, penjelasan memahami sunnnah dan bid’ah;
Al-Nûr alMubîn fi Mahabbati Sayyid al-Mursalîn (Cahaya Terang dalam Mencintai Rasul)
menjelaskan makna cinta Rasul Allah; Al-Tibyân fi al-Nahy ‘an Muqâtha’at al-Arhâm wa al-
Aqârib wa al-Ikhwân (Penjelasan tentang Larangan Memutus hubungan Kerabat, Teman dekat dan
Saudara); Al-Risâlah al-Tawhidiyah (Kitab Teologi); Al-Qalâid fi mâ Yajibu min al-’Aqâid
(Syair-syair Menjelaskan Kewajiban Aqidah).25 Diperkirakan beberapa karya intelektual KH.
Hasyim Asy`ari hingga kini belum ditemukan.

Pengakuan terhadap karya-karya KH. Hasyim Asy`ari tidak sekadar di lingkungan NU dan
pesantren pada umumnya, melainkan melintasi batas-batas negara. Beberapa ulama al-Azhar,
seperti Yusuf ad-Dajwa dan Ahmad Said Ali, memandang bahwa Al-Tanbîhât al-Wâjibat li Man
Yasna’u al-Mawlid bi al-Munkarât merupakan sebuah kitab yang lugas rangka memperingatkan
agar kebaikan tidak bercampur dengan kemunkaran.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi Halim putra kyai Abdurrahman (Kyai Hasyim Asy‟ari mempunyai nama lengkap
Muhammad Hasyim putra kyai Asy‟ari putra kyai Abdul Wahid putra kyai Abdul pangeran
Sambo) putra kyai Abdullah (Pangeran Benowo) putra kyai Abdurrahman. Kyai Hasyim Asy‟ari
dilahirkan di pesantren Gedang yaitu 2 kilometer arah utara kota Jombang pada hari Selasa
Kliwon, 14 Februari 1871 M atau bertepatan dengan 12 Dzul Qa‟dah 1287 H. Jika dianalisa dari
waktu kelahiran nya beliau dapat dipandang sebagai bagian dari generasi Muslim paruh akhir abad
ke-19.

Berlatar belakang dari keluarga pesantren, Pendidikan KH. Hasyim Asy’ari tidak berbeda
jauh dengan kebanyakan muslim lainnya, di mana dari kecil KH. Hasyim Asy’ari belajar sendiri
dengan ayah dan kakeknya, Kiai Usman. Bakat dan kecerdasan beliau sudah mulai nampak sejak
diasuh oleh keduanya. Karena kecerdasan dan ketekunannya tersebut, di usia 13 tahun di bawah
bimbingan ayahnya, beliau mempelajari dasar-dasar tauhid, fiqh, tafsir dan hadits.

Pengakuan terhadap karya-karya KH. Hasyim Asy`ari tidak sekadar di lingkungan NU dan
pesantren pada umumnya, melainkan melintasi batas-batas negara. Beberapa ulama al-Azhar,
seperti Yusuf ad-Dajwa dan Ahmad Said Ali, memandang bahwa Al-Tanbîhât al-Wâjibat li Man
Yasna’u al-Mawlid bi al-Munkarât merupakan sebuah kitab yang lugas rangka memperingatkan
agar kebaikan tidak bercampur dengan kemunkaran.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca dapat mengetahui dan memahami penjelasan-penjelasa dari materi
yang kami sajikan dalam bentuk karya ilmiyah ini yang berjudul Biografi Dan Genealogi
Intelektual Kh. M.Hasyim Asy’ari.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad Ishom Hadziq, al-Ta’ri>f bi al-Mu’allif dalam Muhammad Hasyim Asy‟ari, Ab


al-‘a>lim wa al-muta’allim, Maktabah at-Turats al-Islami, Jombang, 2012, hlm. 5
2. Aguk Irawan, Penakluk Badai Novel Biografi KH. Hasyim Asy’ari, Global Media Utama,
Depok, 2012, hlm. 478
3. Ibid., hlm. 478. Lihat juga Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, Biografi KH. Hasyim
Asy’ari, LKiS, Yogyakarta, 2000, hlm. 14-15
4. Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahl al-Sunnah wa
alJama’ah, Khalisa, Surabaya, 2010, hlm. 69
5. Ibid
6. Harry Muhammad dkk., Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Gema Insani,
Jakarta, 2006, hlm. 23
7. Ibid., Hlm. 70 lihat juga Latiful Khuluq. Op. Cit. Hlm. 17
Ibid., Hlm. 71 lihat juga Latiful Khuluq. Op. Cit. Hlm. 17

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 2006), h. 250.

Chairul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama . . . ., h. 59.


Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 2002), h. 98.

Badiatul Rozikin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), h

Badiatul Rozikin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia . . . ., h. . 247

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai . . . ., h. 95.

Humaidy Abdussami dan Ridwan Fakla AS, Biografi 5 Rais ‘Am Nahdlotul Ulama,(Yogyakarta:
LTN Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2005), h. 2.

Anda mungkin juga menyukai