Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN KETERAMPILAN KOGNITIF

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Peserta Didik
Yang dibina oleh Bapak Rio Pambudi, M.Pd.

Oleh

1. Anggi Astriana Rijeqiani (2186206072)


2. Dian Novitasari (2186206073)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah


memberikan rahmat dan karuniaNya pada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Keterampilan Kognitif",
untuk memenuhi tugas matakuliah kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada.

1. Bapak Rio Pambudi, M.Pd. selaku dosen pembina matakuliah Perkembangan


Peserta Didik.
2. Teman-teman PGSD kelas D21 angkatan 2021 ataskerjasamanya.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
demi terselesaikannya makalah ini dengan lancar. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan kalian,amin.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca dan makalah selanjutnya.

Blitar, 16 Maret 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ....................................................................................... II

DAFTAR ISI ....................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

2.1 Metakognitif .......................................................................................... 3

2.2 Strategi Kognitif ..................................................................................... 4

2.3 Gaya Kognitif ........................................................................................ 5

2.4 Berpikir Kritis ........................................................................................ 7


2.5 Implikasi Perkembangan Keterampilan Kognitif terhadap Pendidikan .... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 11

3.2 Saran ................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Setiap fase atau periode perkembangan pada dasamya selalu bertalian erat
dengan periode perkembangan yang mendahuluinya. Hal ini membuktikan bahwa
manusia merupakan kesatuan yang bulat. Dan tujuan yang terkandung dalam
setiap perkembangan adalah menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri
sendiri.

Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mendapatkan. mengingat, dan
menggunakan pengetahuan. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Belajar adalah aktivitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks dan saling berhubungan dengan
seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah akan kehilangan makna. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.

Secara spesifik prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan
yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan". Bisa pula,
dikatakan prinsip perkembangan adalah "patokan generalisai mengenai sebab dan
akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia". Oleh karena itu
dalam makalah ini akan dibalias mengenai perkembangan keterampilan kognitif
yang meliputi metakognitif, strategi kognitif, implikasi perkembangan
keterampilan kognitif, gaya kognitif, dan karakteristik pemikiran kritis.

1
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa itu metakognitif ?
1.2.2 Apa itu strategi kognitif?
1.2.3 Apa itu gaya kognitif?
1.2.4 Apa itu berpikir kritis?
1.2.5 Apa itu implikasi perkembangan keterampilan kognitif terhadap
pendidikan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat menjelaskan apa itumetakognitif.
1.3.2 Dapat menjelaskan apa itu strategikognitif.
1.3.3 Dapat menjelaskan apa itu gayakognitif.
1.3.4 Dapat menjelaskan apa itu berpikirkritis.
1.3.5 Dapat menjelaskan apa itu implikasi perkembangan keterampilan
kognitif terhadap pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metakognitif
2.1.1 Pengertian metakognitif
Menurut Marzano (2008) metakognitf yaitu suatu sistem yang berperan untuk
monitoring, evaluating dan regulating yang berfungsi untuk semua jenis proses
berpikir. Metakognisi merupakan suatu proses membangkitkan minat sebab
seseorang menggunakan proses kognitif untuk merenungkan proses kognitif
mereka sendiri. Metakognisi sangat penting karena pengetahuan tentang proses
kognitif dapat menuntun siswa didalam menyusun dan memilih strategi untuk
memperbaiki kinerja positif. Dengan demikian metakognisi berhubungan dengan
pengetahuan seseorang tentang proses kognitif mereka sendiri dan kemampuan
menggunakan proses tersebut. Siswa perlu menyadari akan kelebihan dan
kekurangan dari kemampuan kognitifnya dan berupaya menggorganisasikannya
untuk diterapkan secara tepat dalam penyelesaian tugas atau masalah (Kuntjojo,
2009 dalam Sastrawati, 2011).
Pada hakekatnya pengetahuan metakognitif menekankan kepada kesadaran
seseorang mengenai proses atau cara berpikir atas pengetahuan dirinya sendiri
dengan mengolah informasi dan mengatur strategi berpikirnya. Pengetahuan
metakognitif berperan penting dalam mengatur kognitif seseorang sehingga dapat
menunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Pengetahuan tentang kognisi
merupakan kesadaran seseorang terhadap pengetahuannya, kecenderungan
belajar, gaya, kekuatan, kelemahan, factor-faktor yang akan berdampak pada
kinerjanya, pengetahuan strategi, dan pengetahuan tentang kapan dan bagaimana
menggunakan strategi (Magno, 2010: Lai, 2011). Pengontrolan kognisi
merupakan aspek control dari belajar. Pengetahuan tentang kognisi diuraikan
menjadi pengetahuan deklaratif, pengetahuan procedural, dan pengetahuan
kondisional. Sedangkan pengontrolan kognisi meliputi perencanaan, strategi
pengaturan informasi, pemantauan komprehensi, strategi memperbaiki kesalahan
(debugging strategies), danevaluasi.
2.1.2 Komponen Metakognitif

3
Anita Woolfolk dalam bukunya mengemukakan bahwa metakognisi
melibatkan tiga macam pengetahuan, diantaranya :
a. Declarative Knowledge
Pengetahuan deklaratif tentang diri siswa sebagai pembelajar, faktor faktor yang
mempengaruhi belajar dan ingatan siswa, serta keterampilan, strategi dan sumber
daya yang dibutuhkan untuk mengerjakan sebuah tugas (tahu apa yang dilakukan).
b. ProceduralKnowledge
Procedural Knowledege yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa
saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge tersebut dalam aktivitas
belajar.
c. ConditionalKnowledge
Conditional Knowledge adalah pengetahuan tentang kapan menggunakan suatu
prosedur, keterampilan, atau strategi dan kapan hal hal tersebuttidak digunakan,
mengapa suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana
berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari prosedur-prosedur
yang lain. (Jonnasen, 2003: 135).

2.2 Strategi kognitif


2.2.1 Pengertian Strategi Kognitif
Strategi kognitif secara sederhana dapat diartikan sebagai proses mental atau
kognitif tertentu yang digunakan orang untuk memperoleh atau memanipulasi
informasi. Menurut Gagne (dalam Paulina Pannen, dkk, 2001) strategi kognitif
adalah kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu siswa dalam
proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Strategi kognitif didasarkan pada paradigma konstruktivisme, teori metakognisi,
dan pengalaman-pengalaman praktis di lapangan. Siswa ideal menurut paradigma
ini adalah seorang pelajar yang memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri
(self-regulated learner). Self-regulated learner adalah seseorang yang memiliki
pengetahuan tentang strategi belajar yang efektif, atau biasa disebut academic
learning skill, yang dipadu dengan control diri dan motivasi yang tetap terpelihara.
2.2.2 Jenis-Jenis Strategi Kognitif

4
Istilah strategi kognitif telah digunakan dalam berbagai bidang, seperti konseling
dan terapi, dengan maksud sebagai strategi untuk membantu klien keluar dari
permasalahan yang dihadapinya. Dalam bidang pembelajaran, strategi kognitif
sering juga disebut sebagai strategi belajar dan memecahkan masalah.
Strategi belajar di sini dapat diartikan sebagai: “general methods or techniques
that help in solving a variety of problems” (Seifer & Hoffnung, 1994), atau
“specific methods of learning information” (McDevitt dan Ormrod, 2002).
Strategi belajar, dengan demikian adalah metode-metode atau teknik-teknik
tertentu yang digunakan untuk dapat membantu siswa mempelajari informasi baru
dan memecahkan berbagai masalah belajar secara lebihefektif.
Terdapat berbagai jenis strategi kognitif yang digunakan oleh peserta didik dalam
belajar dan memecagjan masalah. West, Farmer & Wolff (1991) mengidentifikasi
tiga jenis strategi kognitif, yaitu:
1. Chunking. Strategi chunking dilakukan dengan cara mengorganisasikan materi
secara sistematis melalui proses mengurutkan, mengklasifikasi, dan menyusun.
Strategi ini dipandang dapat membantu peserta didik dalam mengelola informasi
yang sangat banyak atau proses yang sangat kompleks. Dengan chunking peserta
didik dapat memilah-milah suatu materi pembelajaran atau suatu maslaah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dan kemudian menyusun bagian-bagian tersebut
secaraberurutan.
2. Spatial. Strategi spatial merupakan strategi untuk menunjukkan hubungan
antara satu hal dengan hal lain. Strategi ini meliputi strategi pembingkaian
(framing), dan pemetaan kognitif (cognitivemapping).
3. Multipurpose. Multipurpose merupakan strategi kognitif yang dapatdigunakan
untuk berbagai tujuan, antara lain rehearsal, imagery danmnemonics.

2.3 Gaya Kognitif


Gaya kognitif adalah koleksi strategi atau pendekatan untuk menerima,
mengingat, dan berpikir yang cenderung digunakan individu untuk memahami
lingkungannya (Aiken, 1997:343). Setiap individu akan memilih cara yang
disukainya untuk memproses informasi sebagai respon terhadap stimuli

5
lingkungan. Ada individu yang menerima informasi seperti disajikan, sementara
individu yang lain mereorganisasikan informasi dengan caranya sendiri.
Park (1996:639) menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik
individu dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan
membuat keputusan. Informasi yang tersusun baik, rapi, dan sistematis lebih
mudah diterima oleh individu tertentu. Individu lain lebih mudah menerima
informasi yang tersusun tidak terlalu rapi dan tidak terlalu sistematis.
Setiap individu memiliki karakteristik yang khas, yang tidak dimiliki oleh
individu lain. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa setiap individu berbeda satu
dengan yang lain. Selain berbeda dalam tingkat kecakapan memecahkan masalah,
taraf kecerdasan, atau kemampuan berpikir, siswa juga dapat berbeda dalam cara
memperoleh, menyimpan serta menerapkan pengetahuan. Mereka dapat berbeda
dalam cara pendekatan terhadap situasi belajar, dalam cara mereka menerima,
mengorganisasikan dan menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka, dalam
cara mereka merespons metode pengajaran tertentu. Perbedaan-perbedaan antar
pribadi yang menetap dalam cara menyusun dan mengolah informasi serta
pengalaman-pengalaman ini dikenal gaya kognitif. (Slameto, 2003:160).
Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang
berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap
informasi , maupun kebiasan yang berhubungan dengan lingkungan belajar. Gaya
kognitif merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam merancang
pembelajaran. Keduduka gaya kognitif dalam proses pembelajaran tidak dapat
diabaikan. Karena gaya kognitif ini merupakan salah satu karakteristik siswa yang
masuk dalam variabel kondisi pembelajaran, dismping karakteristik siswa lainnya
seperti motivasi, minat, bakat, sikap dan kemampuan berfikir, dan lain-lain.
Sebagai salah satu karakterisrik siswa, kedudukan gaya kognitif dalam proses
pembelajaran penting diperhatikan guru atau perangcang pembelajaran sebab
rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan gaya kognitif
berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
potensi yang dimiliki siswa.
Gaya kognitif merujuk pada cara seseorang memproses, menyimpan maupun
menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau menanggapi berbagai

6
jenis situasi lingkungannya. Disebut sebagai gaya dan bukan sebagai kemampuan
karena merujuk pada bagaimana seseorang memproses informasi dan
memecahkan masalah dan bukan merujuk pada bagaimana proses penyelesaian
yangterbaik.

2.4 Berpikir Kritis


2.4.1 Definisi Berpikir Kritis
Berpikir merupakan proses alami tetapi tidak dapat dibiarkan begitu saja,
melainkan harus dikembangkan (Retnawati, Djidu, Kartianom, Apino, & Anazifa,
2018., hlm. 321). Berpikir kritis adalah sebuah keterampilan, pemikiran yang
dipertanggung jawabkan secara kondusif untuk penilaian yang baru karena hal ini
sensitif terhadap konteks, bergantung pada kriteria dan pengoreksian diri (Ongesa,
2020., hlm. 53).
Paul dan Elder mendefinisikan berpikir kritis adalah tentang menjadi seorang
pemikir yang lebih baik dalam setiap aspek kehidupan (karir, sebagai konsumen
warga, teman, orang tua), memiliki keterampilan inti dari pemikiram yang efektif;
kemudian mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan mengatasinya
(Lin, Chen, & Liu, 2017., hlm. 32). Selanjutnya (Gholami et al., 2016., hlm.5)
menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai pengaturan diri dalam memutuskan
sesuatu yang menghasilkan interretasi, analisis, evaluasi dan inferensi maupun
pemaparan menggunakan suatu bukti dan konsep, metodologi, kriteria atau
pertimbangan konstektual yang menjadi dasar dibuatnya keputusanberpikirkritis.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas tentang pengertian berpikir kritis dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah pemikiran wajar beralasan
yang reflektif difokuskan pada keputusan apa yang harus dilakukan seesorang dari
sebuah keadaan yang memiliki indikator kejelasan dasar, inferensi dan interaksi.
2.4.2 Karakteristik Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan dalam
pemecahan masalah. Karakteristik atau ciri-ciri kemampuan berpikir kritis
menurut (Aybek & Aslan, 2016., Hlm. 94) adalah sebagai berikut:
a. Mengenal masalah

7
b. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah
itu
c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yangdiperlukan
d. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang idakdinyatakan
e. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dankhas
f. Menilai fakta dan mengevaluasipertanyaan-pertanyaan
g. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalahmasalah
h. Menarik kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yangdiperlukan
i. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan yang diambilseseorang
j. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman
yang lebihluas
k. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas tertentu dalam
kehidupansehari-hari
Sedangkan menurut Ongesa, (2020., hlm. 181) ciri-ciri berpikir kritis sebagai
berikut: 1) Mengenal secara rinci bagian bagian keseluruhan; 2) Pandai
mendeteksi masalah; 3) Mampu membedakan ide yang relevan dengan tidak
relevan; 4) Mampu membedakan fakta dengan diksi atau pendapat; 5) Mampu
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan atau kesenjangan kesenjanganinformasi;
6) Dapat membedakan argumentasi logis dan tidak logis; 7) Mampu
mengembangkan kriteria atau standar penilaian data; 8) Suka mengumpulkan data
untuk pembuktian faktual; 9) Dapat membedakan antara kritik membangun dan
merusak; 10) Mampu mengidentifikasi pandangan perspektif yang bersifat ganda
yang berkaitan dengan data; 11) Mampu mengetes asumsi dengan cermat; 12)
Mampu mengkaji ide yang bertentangan dengan peristiwa dalam lingkungan; 13)
Mampu mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat dan benda seperti dalam
sifat, bentuk, wujud, dan lain-lain; 14) Mampu mendaftar segala akibat yang
mungkin terjadi alternative pemecahan terhadap masalah, ide dan situasi; 15)
Mampu membuat hubungan yang beruntun antara satu masalah dengan masalah
lainnya; 16) Mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia
dengan data yang diperoleh dari lapangan; 17) Mampu menggambarkan konklusi
dengan cermat dari data yang tersedia; 18) Mampu membuat prediksi dari
informasiyangtersedia;19)Dapatmembedakankonklusiyangsalahdantepat

8
terhadap informasi yang diterima; dan 20) Mampu menarik kesimpulan dari data
yang telah ada dan terseleksi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri berpikir kritis
dapat meliputi kemampuan mengidentifikasi yaitu mengumpulkan dan menyusun
informasi yang diperlukan, mampu menentukan pikiran utama dari suatu masalah
dan dapat menjelaskan hubungan sebab akiat dari suatu pertanyaan.
Kemudian kemampuan mengevalusai, mendeteksi penyimpangan, dan mampu
mengevaluasi pertanyaan - pertanyaan. Selanjutnya kemampuan menyimpulkan
mampu menunjukkan pernyataan yang salah dan benar, bisa membedakan antara
fakta dan nilai dari suatu pendapat, dan mampu merancang solusi. Terakhir
kemampuan mengemukakan pendapat, dapat memberikan alasan logis, mampu
menunjukkan fakta-fakta yang mendukung pendapatnya, dan mampu memberikan
gagasan atau ide yang baik.

2.5 Implikasi Perkembangan Keterampilan Kognitif terhadap Pendidikan


Kemampuan metakognisi, keterampialn menggunakan strategi kognitif,
merupakan aspek-aspek kognitif yang penting dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik di sekolah. Peserta didik yang hadir di sekolah harus
memiliki dan mengembangkan kemampuan metakognisinya serta terampil dalam
menggunakan strategi kognitif yang efektif. Kemampuan metakognisi dan strategi
kognitif memberikan beberapa implikasi bagi pendidikan. Dalam uraian berikut
akan diketengahkan beberapa upaya yang harus dilakukan guru dalam
mengembangkan kemampuan metakognisi dan strategi kognitif pesertadidik.
1. Guru harus mengajarkan dan menganjurkan kepada peserta didik untuk
menggunakan strategi belajar yang sesuai dengan kelompok usiamereka.
2. Memberikan pelatihan tentang strategi belajar, kapan dan bagaimana
menggunakan strategi untuk mempelajari tugas-tugas baru dan sulit. Penelitian
tentang pelatihan strategi (strategy training) menunjukan bahwa terjadinya
kemajuan belajar secaraa substansial setelah peserta didik mengikuti traning
strategi di sekolah (Seiffer & Hofnung,1994).
3. Menunjukan strategi belajar yang efektif serta mendorong peserta didik untuk
menggunakan strateginya sendiri.

9
4. Mengidentifikasi situasi-situasi di mana suatu strategi memungkinkan untuk
digunakan.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekajar sendiri, dengan
sedikit atau tanpa bantuan dariguru.
6. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengakses
hasil belajarnya sendiri, sehingga mereka bisa mengetahui apa yang telah
dikerjakannya dan apa yang belumdiketahuinya.
7. Sering memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar mereka.ketika guru
sering memberikan uman balik, ia tidak hanya meningkatkan belajar dan prestasi
akademik pesera didik di kelas, tetapi juga membantu metakognitif mereka
berkembang dengan baik. Guru dapat juga menggunakan uman balik untuk
mendorong perkembangan strategi belajar siswa yang lebihefektif.
8. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi belajarnya sendiri dan
menlong mereka mengembangkan mekanisme melakukan perbuatan belajar yang
efektif.
9. Mengharapkan dan menganjurkan peserta didik untuk belajar mandiri, yakni
melakukan perbuatan belajar sendiri, menentukan sendiri apa yang harus
dilakukan, memecahkan masalah sendiri, tanpa bergantung kepada oranglain.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Strategi kognitif secara sederhana dapat diartikan sebagai proses mental atau
kognitif tertentu yang digunakan orang untuk memperoleh atau memanipulasi
informasi. Menurut Gagne (dalam Paulina Pannen, dkk, 2001) strategi kognitif
adalah kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu siswa dalam
proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Gaya kognitif adalah koleksi strategi atau pendekatan untuk menerima,
mengingat, dan berpikir yang cenderung digunakan individu untuk memahami
lingkungannya (Aiken, 1997:343). Setiap individu akan memilih cara yang
disukainya untuk memproses informasi sebagai respon terhadap stimuli
lingkungan.
Berpikir kritis adalah sebuah keterampilan, pemikiran yang dipertanggung
jawabkan secara kondusif untuk penilaian yang baru karena hal ini sensitif
terhadap konteks, bergantung pada kriteria dan pengoreksian diri (Ongesa, 2020.,
hlm. 53).
Kemampuan metakognisi, keterampialn menggunakan strategi kognitif,
merupakan aspek-aspek kognitif yang penting dalam meningkatkan prestasi
belajar peserta didik di sekolah.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Syahfitri, Diani. 2021."PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI


PERKEMBANGAN:IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP PSIKOLOGI
DALAM PEMBELAJARAN",
https://books.google.co.id/books?id=g7FVEAAAQBAJ&pg=PA157&dq=metako
gnitif&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwigtd_UlMX2AhXdzDgGHUFbB484ChDoA
XoECAoQAw#v=onepage&q=metakognitif&f=false,diakses pada 14 Maret 2022
pukul 20.17

Marzano, Kendall,2008, Designing Educational Objectives Thousand Oaks


California, Corwin Press

Kuntjojo dalam Sastrawati, Eka. dkk. 2011. Problem Based Learning, Strategi
Metakognisi, dan Ketermpilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Tekno-Pedagogi, 1
(2). [ online ]

Magno, C. (2010). The Role of Metacognitive Skills in Develoving Critical


Thinking. (online) Tersedia: http//www.academia.edu.(20 Maret 2017)

Desmita, “Psikologi Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua dan
Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, SMA”, PT. Remaja
Rodaskarya, Bandung : 2009.

Tumanggor, Mike. 2021."Berfikir Kritis, (Cara jitu menghadapi tantangan


pembelajaran abad
21)",https://books.google.co.id/books?id=51gwEAAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=pemikiran+kritis+adalah&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Daftar
%20puataka&f=false, diakses pada 14 Maret 2022 pukul 21.06

12

Anda mungkin juga menyukai