Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Tentang
TEORI-TEORI KOGNITIF

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:


1. FIFI PURNAMA SARI
2. SINTIA APRILIA

DOSEN PENGAMPU:
Dr. SRIWARDONA, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYYAH
STAI - YAPTIP PASAMAN BARAT
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah – Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dengan judul Teori-teori Kognitif. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembacanya. Sekaligus sebagai
salah satu syarat dalam mensukseskan perkulliahan dengan Ibu Dosen Dr.
Sriwardona, MA.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan
hati mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Mata Kulliah Psikologi
Pendidikan yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi perbaikan laporan selanjutanya. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Simpang Empat, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif ............................................................ 2
B. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif ....................................................... 3
C. Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran .............................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori kognitf pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan oleh
Jean Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain, yang
membicarakan tentang perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan belajar.
Kemudian dilanjutkan oleh Jerome Bruner, David Asubel, Chr. Von Ehrenfels
Koffka, Wertheimer dan sebagainya. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu,
belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan
prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial
dan lewat pengalaman sendiri.
Teori belajar kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli
yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya
mengenai belajar, sebagaimana dikemukakan oleh teori Behavior, yang
menekankan pada hubungan stimulus-responsreinforcement. Munculnya teori
kognitif merupakan wujud nyata dari kritik terhadap teori Behavior yang
dianggap terlalu naïf, sederhana, tidak masuk akal dan sulit
dipertanggungjawabkan secara psikologis.
B. Batasan Masalah
1. Apakah Pengertian Teori Belajar Kognitif?
2. Bagaimanakah Tahap-tahap Perkembangan Kognitif?
3. Apa sajakah Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Pengertian Teori Belajar Kognitif
2. Menjelaskan tentang Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean
Piaget
3. Menjelaskan tentang Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin “Cogitare” artinya
berfikir. Kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.1
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing
siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap
suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran,
akibatnya pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung cognitif
oriented (berorientasi pada intelektual atau kognisi). Secara umum teori
kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu
proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas
lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang
melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan komprehensif.2 Oleh
karena itu, penting melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
secara nyata, serta dalam usaha meningkatkan kualitas kognitif siswa, guru

1
Fauziah Nasution, Psikologi Umum, (Buku Panduan untuk Fakultas Tarbiyah IAIN SU.
2011), hal. 17
2
Harianto dan Sugiyono. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2011), hlm.108

2
dalam melaksanakan pembelajaran mesti lebih ditujukan pada kegiatan
pemecahan masalah.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kognitif adalah
salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan
potensi intelektual yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu; pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan
yang menyangkut kemampuan untuk mengembang kan kemampuan rasional
(akal).
B. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
1. Jean Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetika, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu
perkembangan system syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan
syaraf seseorang akan semakin kompleks dan memungkinkan
kemampuannya akan semakin meningkat. Jean Piaget meneliti dan menulis
subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda
dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara
berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang
dewasa karena kalah Pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif.3
Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan
individu/ pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan
belajar individu. Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang
cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas
pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar
dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan
sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses
sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu
individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.

3
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, (Medan:
Perdana Publishing. 2011), hlm. 33

3
Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan
lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan
penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui
pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki
pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah
pandangannya menjadi obyektif.
Proses belajar haruslah di sesuaikan dengan perkembagan syaraf
seorang anak, dengan bertambahnya umur maka susunan saraf seorang akan
semakin kompleks dan memungkinkan kemampuannya semakin
meningkat. Karena itu proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan
tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Perjenjangan ini
bersifat hierarki, yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya.
Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu yang diluar kemampuan
kognitifnya.4
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi
perhatian Piaget yaitu:
a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan
fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan
(action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada
perkembangan struktur-struktur.
b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon
yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
c. Fungsi, Adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat
kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual
didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi
memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau
mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-

4
Ibid, hlm. 33.

4
sistem yang teratur dan berhubungan. Adaptasi, terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Menurut Pieget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,
yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
a. Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa.
b. Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru.
c. Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu
oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut Piaget aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap,
yaitu:
a. Sensory-motor (sensori-motor)
Selama perkembangan dalam periode ini berlangsung sejak anak
lahir sampai usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak tersebut masih
berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka.
Meskipun primitif dan terkesan tidak penting, intelegensi sensori-motor
sesungguhnya merupakan intelegensi dasar yang amat berarti karena ia
menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan dimiliki
anak tersebut kelak.
b. Pre operational (praoperasional)
Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun
dan telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanence,
artinya anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya

5
suatu benda yang ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia
tinggalkan atau sudah tak dilihat dan tak didengar lagi. Jadi, padangan
terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada periode
sensori-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatan belaka.
c. Concrete operational (konkret-operasional)
Dalam periode konkret operasional ini belangsung hingga usia
menjelang remaja, kemudian anak mulai memperoleh tamnbahan
kemampuan yang disebut sistem of operations (satuan langkah berfikir).
Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu dalam sistem
pemikirannya sendiri.
d. Formal operational (formal-operasional)
Dalam perkembngan formal operasional, anak yang sudah
menjelang atau sudah menginjak masa remaja, yakni usia 11-15 tahun,
akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran. Dalam
pperkembangan kognitif akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak)
maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni:
1) Kapasitas menggunakan hipotesis
2) Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak
Dalam dua macam kemampuan kognitif yang sangat
berpengaruh terhadap kualiatas skema kognitif itu tentu telah dimiliki
oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya, seorang remaja pelajar yang
telah berhasil menempuh proses perkembangan formal operasional
secara kognitif dapat dianggap telah mulai dewasa.5
2. Jerome S. Brunner
Jerome S. Brunner adalah seorang ahli pendidikan yang setuju
dengan teori kognitif, hal ini didasarkan atas asumsi bahwa pembelajaran
adalah proses untuk membangun kemampuan mengembangkan potensi

5
Andi Thahir, Psikologi Perkembangan, (Majalengka: Ornato Crb. 2017), hlm. 90.

6
kognitif yang ada dalam diri siswa. Perkembangan kualitas kognitif ditandai
dengan ciri-ciri umum:
a. Kualitas intelektual ditandai dengan adanya kemampuan menanggapi
rangsangan yang datang pada dirinya. Artinya, semakin mampu
menanggapi rangsangan semakin besar peluang kualitas kognisi
diwujudkan. Pembelajaran merupakan salah satu upaya atau proses
untuk melatih dan membimbing siswa dalam melakukan tanggapan
terhadap rangsangan yang datang ke dalam dirinya.
b. Kualitas atau peningkatan pengetahuan seseorang ditentukan oleh
perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis. Artinya
semangkin lama mampu menyimpan informasi maka kualitas dan
peningkatan pengetahuan akan mudah diwujudkan. Pembelajaran
merupakan salah satu proses untuk melatih dan membimbing siswa agar
memiliki kemampuan menyimpan informasi yang diperoleh dari realitas
lapangan.
c. Perkembangan kualitas kognitif bisa dilakukan dengan cara melakukan
interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua. Oleh
sebab itu jaringan kerja sama intensif antara sekolah, masyarakat dan
orang tua menjadi penting dalam konteks pembelajaran. Tri Sentra
Pendidikan (tiga pusat pendidikan) perlu dikembangkan secara
komprehensif dan simultan agar pengembangan kualitas intelektual
(kognitif) siswa benar-benar dapat diwujudkan.
d. Kemampuan kognitif juga ditentukan oleh kemampuan dalam
mendeskripsikan bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi
manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa
untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
e. Kualitas perkembangan kognitif juga bisa ditandai dengan keterampilan
untuk menggunakan beberapa alternatif penyelesaian masalah secara
simultan dan melaksanakan alternatif sesuai dengan realitas. 6

6
Anggota IKAPI, Metode Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo Press), hlm. 17.

7
Jerume S Brunner mengemukakan bahwa pembelajaran itu
dipengaruhi oleh dinamika. Perkembangan relitas yang ada disekitar
kehidupan siswa. Asumsi ini lebih dikenal dengan teori free discovery
learning, artinya proses pembelajaran akan efektif dan efesien jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang mereka jumpai
dalam kehidupannya.
Pembelajaran dilakukan tidak hanya dilakukan secara normatif atau
tekstual, tetapi kontektual. Konsekuensinya guru tidak cukup hanya
memiliki kemampuan menguasai materi secara formal (materi dari buku
panduan pokok) tetapi juga harus memiliki kemampuan menguasai materi
secara pengayaan, yaitu materi dari buku sumber lain yang relevan dan
efektif untuk mendukung teori atau konsep yang ada dalam buku panduan
pokok.
Perkembangan kognitif seseorang dapat dilakukan dengan cara gaya
mengajar yang dilakukan dengan menggunakan cara kerja dari yang
sederhana/kecil kearah yang lebih rumit atau luas. Dalam istilah Brunner
disebut dengan “Kurikulum Spiral”. Konsekuensi dari adanya implementasi
kurikulum spiral adalah harus dilakukan dengan gaya pembelajaran yang
bersifat sosial atau kontektual. Artinya materi pelajaran harus selalu
dikaitkan dengan realitas kehidupan peserta didik. Karena dengan proses
mengkaitkan dengan realitas kehidupan, maka siswa akan lebih cepat
memahami materi pelajaran. Pembelajaran yang lebih mengedepankan
kebebasan merupakan salah satu kunci keberhasilan pembelajaran sosial
atau kontekstual.
C. Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
Para pendidik memandang bahwa teori Pieget itucdapat dipakai sebagai
dasar pertimbangan guru di dalam menyusun struktur dan urutan mata pelajaran
di dalam kurikulum. Hunt mempraktekkan di dalam program pendidikan TK
yang menekankan pada perkembangan sensori motoris dan proeperasional.
Misal belajar menggambar, mengenal benda, dan menghitung. Seorang guru

8
yang tidak memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan kognitif anak ini
akan cenderung menyulitkan siswa.7 Contoh, mengajarkan konsep-konsep
abstrak tentang Shalat kepada sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya
usaha untuk mengkongkretkan konsep-konsepp tersebut, tidak hanya sia-sia,
tetapi justru akan lebih membingungkan siswa.
Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam
Pembelajaran, adalah:
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
Teori belajar Piaget dalam aplikasi praktisnya mementingkan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, karena hanya dengan
melibatkan atau mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akoomodasi
pengetahuan dapat terjadi dengan baik. Secara umum pengaplikasian teori
piaget dalam kegiatan pembelajaran biasanya mengikuti pola berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuann instruksional
2. Memilih amteri pelajaran
3. Menentukan topic-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh siswa
(dengan bimbingan minimum dari guru).
4. Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topic-topik
yang akan dipelajari siswa.
5. Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreativitas siswa
untuk berdiskusi atau bertanya.

7
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), hlm. 7.

9
6. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.8
Pada hakekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang
cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta
didik. Meskipun teori ini memiliki berbagai kelemahan. Teori kognitif juga
memiliki kelebihan yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran.
Aspek positifnya adalah kecerdasan peserta didik perlu dimulai dari adanya
pembentukan kualitas intelektual (kognitif).
Konsekuensinya proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang
luas agar siswa mengembangkan kualitas intelektualnya. Secara umum proses
pembelajaran harus didasarkan atas asumsi umum:9
1. Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya, keberhasilan
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu aspek/faktor saja, tetapi lebih
ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang ada.
2. Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Yaitu dalam proses
pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan dengan dalih
membentuk kedisiplinan.
3. Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual dan
relevan dengan realitas kehidupan peserta didik. Proses belajar tidak harus
di dalam ruang atau gedung. Wilayah pembelajaran bisa dimana saja selama
peserta didik mampu melaksanakan proses untuk mengembangkan daya
analisis terhadap realitas.
4. Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton, metode yang
bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.
5. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan

8
Syaiful bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2011), hlm. 19
9
Ibid, hlm. 13,

10
hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui
siswa.
7. Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual siswa, faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut
misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berfikir, pengetahuan awal
dan sebagainya.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori kognitif sebagaimana dikemukakan oleh Piaget setidaknya ada
dua hal penting yang dapat diambil, yaitu: Pertama, individu dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri. Artinya adalah pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk oleh individu sendiri melalui
interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah. Dalam
berinteraksi dengan lingkungan, individu mampu beradaptasi dan
mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur
kognitifnya, pengetahuan, wawasannya dan pemahamannya semakin
berkembang.
Teori belajar J.S. Bruner, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan dalam pembelejaran, Pertama, dalam pembelajaran harus ada
partisipasi aktif individu dan mengenal perbedaan. Pembelajaran harus
menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa yang telah dialami dan
dipelajari. Individu diberi kesempatan seluasluasnya untuk menemukan dan
mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan prinsip-prinsip melalui contoh-
contoh yang dijumpai dalam kehidupannya
B. Saran
Kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Di samping itu barangkali
makalah yang kami sajikan ini masih jauh dari kata sempurna. Pemakalah
sangat mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari rekan mahasiswa semua
untuk berfartisifasi dalam meningkatkan pengetahuan kami di pertemuan yang
akan dating berupa kritik dan saran.

12
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, 2011. Teori Belajar dan pembelajaran.
Medan: Perdana Publishing

Andi Thahir, 2017. Psikologi Perkembangan. Majalengka: Ornato Crb.

Anggota IKAPI, 2020. Metode Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini.


Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Press.

Fauziah Nasution, 2011. Psikologi Umum. Buku Panduan untuk Fakultas Tarbiyah
IAIN SU.

Harianto dan Sugiyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

S. Nasution, 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,


(Jakarta: Bumi Aksara.

Syaiful bahri Djamarah, 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

13

Anda mungkin juga menyukai