Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ASPEK KOGNITIF AFEKTIF


PSIKOMOTOR SERTA SOSIAL

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Ardi Nugraha 204220077


2. Ayu Intan Safitri 204220229
3. Nurhajina tuljana 204220057

Mata Kuliah Perkembangan perserta Didik

Dosen Pengampu

Saiful Abid, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisilan tentang tahap
perkembangan terhadap penyelenggran pendidikan tepat pada waktunya.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi


para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena


pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih.

Lubuk Linggau, 11 Apeil 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGATAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Pengertian perkembangan kognitif .................................................. 2


B. Teori Belajar Kognitif........................................................................ 4
C. Fungsi Kognitif ................................................................................... 11
D. Aspek Perkembangan Kognitif ......................................................... 13
E. Perkembangan Moral ........................................................................ 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 21

A. Kesimpulan ......................................................................................... 21
B. Saran.................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

iii
iv
BAB I

PENEDAHULUAN

A. LATAR BELAJANG
Peserta didik merupakan individu yang sedang mengalami
perkembangan. Perkembangan merupakan sebuah peroses menuju
kedewasaan. Oleh sebab itu, peserta didik harus selalu didampingi dengan
perkembangan yang baik. Perkembangan peserta didik sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungannya seperti sosial budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh sebab itu, perkembangan peserta didik perlu dikawal dan
didampingi untuk mencapai perkembangan yang optimal. Hal ini karena tanpa
adanya pendampingan, lingkungan yang memberikan pengaruh negatif dan
juga positif susah untuk dikendalikan dan dikontrol.
Dalam makalah yang kami buat ini membahas tentang perkembangan
pendidikan dilihat dari beberapa seperti aspek kognotif afektif psikomotor
serta sosial.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Perkembangan Kognitif ?
2. Bagaimana teori belajar kognitif ?
3. Apa saja fungsi kognotif ?
4. Bagaimana aspek perkembangan kognitif anak ?
5. Apa saja perkembangan moral bayi, anak kecil, remaja ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian perkembangan kognitif
2. Untuk memahami teori belajar kognitif
3. Untuk mengetahui fungsi kognitif
4. Untuk memahani aspek perkembangan kognitif anak
5. Untuk mengetahui perkembangan moral bayi, anak kecil, remaja

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kognitif


Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif.
Ia meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927
sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Ia
menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga
berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap
perkembangan intelektual individu serta perubahan umur sangat
mempengaruhi kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan. (Laura A.
King:152). Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang
bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka. ( Loward s.
Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59). Teori Piaget sering disebut
genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak
perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu pada
pertumbuhan developmental bukan warisan biologis (keturunan). (B.R.
Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325).
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata
sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan
lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata
sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan
ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian
itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman,
skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik
yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan
lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan
perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah
proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata

2
3

yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang
dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus
berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial
dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan
anak dari kebutuhan untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena
dalam hal ini anak sudah mampu melakukan manipulasi simbolis.
Perkembangan operasi (tindakan yang diinteriorisasikan) memberi anak cara
yang kompleks untuk menangani lingkungan, dan oleh karenanya, anak
mampu melakukan tindakan intelektual yang lebih kompleks. Karena struktur
kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula lingkungan fisik anak, jadi
dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak mengkonstruksi lingkungan
fisik. ( B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson, 2010:325).
Pengertian Kognitif Menurut Para Ahli
a) Menurut Williams dan Susanto
Pengertian Kognitif menurut Williams dan Susanto adalah bagaimana
seseorang dalam memecahkan sebuah masalah dilihat dari cara
seseorang itu bertingkah laku, bertindak dan cepat atau lambatnya.
b) Menurut Neisser
Menurut Neisser kognitif itu hanya bicara tentang tiga konsep yaitu
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Jadi kognitif
adalah bagaimana perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
c) Menurut Gagne
Menurut Gagne kognitif merupakan proses internalisasi ilmu
pengetahuan yang terjadi pada susunan saraf pusat ketika seseorang
berfikir memahami sesuatu.
d) Menurut Drever
Menurut Drever berpendapat bahwa kognitif istilah umum yang
dipakai untuk memahami sebuah metode pembelajaran. Metode

3
4

pemahaman, yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan


penangkapan makna adalah sepaket dengan kognitif.

e) Menurut Piaget
Menurut Piaget adalah kegiatan seorang anak bagaimana ia
beradaptasi dan menginterpretasikan obyek serta kejadian-kejadian
yang terjadi di sekitar dirinya. Kognitif selalu erat kaitannya dengan
tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Contoh dari kognitif
dapat ditunjukan oleh seorang individu ketia sedang belajar,
memecahkan masalah hingga membangun suatu ide.

Dari pengertian mengenai kognitif diatas, dapat ditarik


kesimpulan mengenai pengertian perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif dapat dimaknai sebagai tingkat kemampuan
seorang individu dalam berpikir yang meliputi proses pemecahan
masalah, mengingat, serta mengambil keputusan.

B. Teori Belajar Kognitif

Pemahaman tentang teori belajar kognitif berarti memahami bahwa


teori belajar yang hanya memprioritaskan kepada proses belajar ketimbang
pada hasil yang dicapai. Dalam teori belajar kognitif ini tidak hanya berbicara
tentang stimulus dan respon saja, melainkan juga bagaimana perilaku
seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya.

Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai


berikut.

1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.

Sudah merupakan kewajiban mindset berpikir yang harus dibangun


adalah proses lebih penting daripada hasil. Mindset berpikir seperti itu akan
lebih menghargai proses yang dilalui seseorang. Ini penting dalam

4
5

pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran yaitu tekun dan rajin. Pertama


kali bangunlah mindset berpikir yang benar terlebih dahulu agar tidak salah
kedepannya.

2. Persepsi dan pemahaman

Kemampuan menjaga persepsi dan pemahaman tentang proses adalah


hal utama. Pencapaian tujuan belajar menunjukkan tingkah laku seorang
individu. Hal itu dilihat dari proses seseorang belajar apakah menggunakan
cara yang baik atau tidak. Jadi, persepsi dan pemahaman disitulah yang
penting dalam pembelajaran.

3. Belajar Bertahap

Namanya pembelajaran itu belajar secara bertahap. Materi belajar


dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah. Belajar
dari yang mudah terlebih dahulu hingga yang paling susah. Tahap-tahap
pembelajaran harus dilalui secara serius oleh sang pembelajar atau murid.

4. Pembelajar harus aktif

Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.


Syarat wajib ini menentukan keberhasilan seseorang dalam mendapatkan
informasi dan ilmu pengetahuan. Keaktifan murid turut mempercepat
pemahaman pembelajaran suatu bidang ilmu.

5. Berfikir kompleks

Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.


Berpikir kompleks berguna untuk memahami informasi secara lengkap dan
tepat. Sehingga pemahaman pun tidak setengah-setengah akan suatu
informasi. Bahkan jika pemahaman kita tidak komprehensif terhadap suatu
informasi bisa berdampak buruk buat diri kita sendiri.

Teori- teori Perkembangan Kognitif Menurut Para Ahli

5
6

1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Teori perkembangan kognitif versi Jean Piaget merupakan
teori konstruktivis kognitif yang menjelaskan, bahwa anak akan terus
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hasil dari interaksi anak
tersebut, akan menghasilkan suatu hal yang bernama skema atau
skemata atau disebut pula sebagai schemal.
Skemata atau skema berarti, jenis-jenis pengetahuan memiliki
fungsi untuk membantu seorang individu melakukan interperasi serta
memhami lingkungan sekitarnya. Sifat utama dari skema ialah bahwa
skema akan terus bermodifikasi, bergerak, dinamis, berkelanjutan atau
tidak dapat berhenti di satu titik saja.
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget menjelaskan bahwa
kemampuan dari kognitif anak dapat berkembang secara bertahap pada
rentang waktu yang berbeda-beda, termasuk perkembangan dalam
mengamati ilmu pengetahuan.
Apabila seorang anak dipaksa untuk memiliki kemampuan
yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan waktu perkembangannya,
maka akan menyebabkan gangguan pada periode emas anak.

Ada empat tahapan dalam teori Piaget mengenai tahapan


perkembangan kognitif, berikut penjelasannya.
1) Tahapan Sensorimotor (Terjadi pada anak usia 0 – 2
tahun)
Menurut Piaget, manusia lahir dengan beberapa refleks bawaan
untuk mendorong eksplorasinya. Skema, mulanya dibentuk dengan
melalui proses diferensiasi refleks bawaan. Tahapan sensorimotor
merupakan tahap pertama yang menandai perkembangan kemampuan

6
7

serta pemahaman spatial. Ada enam sub tahapan dari tahapan


sensorimotor, berikut penjelasannya.
a) Sub tahapan skema refleks, sub tahapan skema ini
muncul ketika lahir hingga usia enam minggu serta
memiliki hubungan utama dengan refleks.
b) Sub tahapan fase reaksi sirkular primer, skema ini
dimulai sejak usia enam minggu hingga empat bulan
dan memiliki hubungan utama dengan munculnya
kebiasaan.
c) Sub tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul
ketika manusia telah berada di antara usia empat hingga
sembilan bulan dan memiliki hubungan utama dengan
koordinasi antara pemaknaan serta penglihatan.
d) Sub tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder,
muncul sejak usia sembilan hingga 12 bulan ketika
berkembangnya kemampuan untuk melihat suatu objek
sebagai hal yang permanen meski terlihat berbeda
apabila dilihat dari sudut yang berbeda, disebut sebagai
permanensi objek.
e) Sub tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul sejak
usia 12 hingga 18 bulan serta memiliki hubungan utama
dengan penemuan cara baru demi mencapai tujuan.
f) Sub tahapan awal representasi simbolik, memiliki
hubungan utama dengan tahapan awal dari kreativitas.

2). Tahapan Pra Operasional (Terjadi pada usia 2 -7 tahun)

Dalam tahapan kedua perkembangan kognitif, terjadi pada


seorang anak dengan rentang usia antara dua hingga tujuh tahun.
Piaget berpendapat bahwa dalam tahapan perkembangan kognitif yang
kedua ini, muncul fungsi psikologis.

7
8

Ada dua ciri yang kuat ketika seorang anak berada dalam
tahapan pra operasional, yaitu ciri animisme dan egosentris. Animisme
maksudnya, anak memiliki kepercayaan bahwa benda tidak bernyawa
itu hidup serta bisa bergerak. Sedangkan ciri egosentris maksudnya,
anak tidak mampu membedakan perspektif dirinya dengan perspektif
yang dimiliki orang lain.

3).Tahapan Operasional Konkrit (Terjadi pada usia 7 – 11 tahun)

Tahapan ketiga dalam perkembangan kognitif muncul pada


rentang usia 7 hingga 11 tahun. Ada ciri pada tahapan ketiga ini, yaitu
penggunaan logika yang memadai. Kemudian pada tahapan ketiga
pula, ada beberapa sub tahapan penting lainnya. Berikut
penjelasannya.

a) Pengurutan, sub tahapan ini ialah kemampuan untuk mampu


mengurutkan objek sesuai dengan bentuk, ukuran serta ciri lainnya.
b) Klasifikasi, ialah kemampuan anak untuk memberikan nama serta
mengidentifikasi serangkaian benda sesuai dengan ukuran, tampilan
serta karakteristik lain. Termasuk dalam gagasan bahwa
serangkaian benda dapat menyertakan benda lain dalam rangkaian
identifikasi tersebut. Pada sub tahapan ini, anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika animisme.
c) Decentering, pada sub tahapan ini, anak mulai mempertimbangkan
aspek-aspek dari permasalahan hingga mampu memecahkannya.
d) Reversibility, merupakan sub tahapan di mana anak akan mulai
paham bahwa jumlah atau benda dapat diubah, lalu dikembalikan
lagi pada keadaan awalnya.
e) Konservasi, ialah sub tahapan di mana anak mulai memahami
bahwa panjang, kuantitas serta jumlah benda tidak berhubungan

8
9

dengan tampilan maupun pengaturan dari suatu objek atau benda


tertentu.
f) Penghilangan sifat egosentris, anak akan mampu melihat suatu hal
dari sudut pandang orang lain dan tidak lagi memiliki sifat
egosentris.
4). Tahapan Operasional Formal (Terjadi pada usia 11 tahun
hingga anak dewasa)

Tahapan terakhir perkembangan kognitif ialah tahapan


operasional formal yang dialami oleh oleh anak usia 11 tahun
hingga ia dewasa. Ciri khasa dari tahapan keempat ini ialah anak
mampu berpikir secara abstrak serta mampu menalar lebih logis.
Anak juga memiliki kemampuan untuk menrik kesimpulan dari
informasi yang ia dapatkan.

Dalam tahapan yang terakhir ini, anak mampu memahami


beragam hal seperti bukti logis, cinta serta nilai. Anak tidak akan
melihat segala sesuatunya hanya dalam bentuk putih atau hitam,
tetapi ada warna-warna lain dari informasi yang telah ia dapatkan.

2. Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky

Vygotsky ialah seorang ahli psikologi dalam perkembangan kognitif


anak asal Rusia. Teori Lev Vygotsky mengenai perkembangan kognitif pun
telah menjadi pegangan teori perkembangan kognitif hingga sekarang.

Dalam teorinya, Lev Vygotsky menekankan pentingnya peranan dari


interaksi sosial dalam berbagai tahapan perkembangan kognitif pada anak.
Meskipun begitu, anak juga memiliki kemampuan untuk menyusun beragam
pengetahuan maupun informasi yang ia dapatkan secara mandiri serta aktif.

Ada tiga konsep yang dikemukakan oleh Vygotsky dalam teori


perkembangan kognitif. Berikut penjelasannya.

9
10

a. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

ZPD adalah serangkaian tugas yang sulit untuk dikerjana sendiri oleh
anak. Namun, rangkaian tugas tersebut dapat dikerjakan dengan bantuan dari
orang dewasa atau anak lain yang mampu.

Pada umumnya ZPD berupa suatu aktivitas mengajar di mana ada


pengajar baik orang dewasa maupun anak kecil yang lebih mampu serta ada
peserta didik yaitu anak yang tidak mampu mengerjakan serangkaian tugas
tersebut.

b. Konsep Scafolding

Konsep kedua dari teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh


Vyrgotsky ialah mengenai perubahan lecel dukungan terhadap anak selama
proses belajar ZPD. Pengajar dalam konsep ZPD perlu menyesuaikan
sejumlah hal berkaitan dengan bimbingan dari performa peserta didiknya
ketika belajar.

Agar mampu mengetahui sejauh mana tahap dari perkembangan


kognitif anak, maka pengajar perlu melakukan dialog. Hasil dari dialog antara
pengajar dan peserta didiklah yang menjadi alat pertimbangan untuk
menyesuaikan proses bimbingan

c. Bahasa dan Pemikiran

Konsep ketiga dari teori perkembangan kognitif menurut Lev


Vygotsky ialah bahasa dan pemikiran. Maksudnya, fungsi bahasa bukan
hanya sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa dalam perkembangan kognitif
juga memiliki fungsi sebagai alat untuk memantau, merencanakan maupun
mengontrol aktivitas dari anak.

Bagi ilmu psikologi, peran bahasa dalam perkembangan kognitif


terbagi menjadi dua. Pertama adalah peram private speech yaitu, tindakan dari

10
11

anak ketika berbicara keras dengan dirinya sendiri. Umumnya, private speech
terjadi pada anak usia 3 tahun hingga 5 tahun. Setelah menyampai usia lima
tahun, umumnya fase private speech pada anak akan menghilang. Sementara
peran kedua dari bahasa ialah inner speech, yaitu ketika anak memakai
kemampuan nya da;am berbicara pada dirinya sendiri, yang digunakan
sebagai alat kontrol dari perilakunya. Berbeda dengan fase private speech,
fase inner speech akan terus terbawa oleh anak hingga dewasa.

C. Fungsi Kognitif
Kecerdasan kognitif juga ada fungsinya lho sobat Grameds. Fungsi
kecerdasan kognitif yang mampu menjadikan seseorang mudah dalam
bergaul.

1. Merasakan dan Mengenali

Pertama dengan adanya kecerdasan kognitif tentunya seseorang dapat


melakukan identifikasi terhadap obyek baik di dalam maupun di luar dirinya.
Satu contoh misalnya dapat membedakan antara yang manis dan pahit, putih
dan hitam, besar dan kecil, jeruk dan melon masih banyak lagi lainnya.
Secara lebih mendalam ke dalam diri, kecerdasan kognitif bekerja
secara efektif mengenali perasaan seseorang. Tentu kecerdasan kognitif yang
mengenali diri seperti ini tidak didapatkan secara serta Merta seperti contoh di
atas. Karena butuh pemahaman lebih terhadap suatu hal yang terjadi.
Mengolah menilai, dan membagikannya kepada orang lain.

2. Kemampuan Mengolah Bahasa

Ketika merasakan dan Mengenali sudah dilakukan tahap selanjutnya


adalah bagaimana mengolah bahasa. Nah kecerdasan kognitif ini memberikan
kemampuan secara otomatis terhadap apa yang dibicarakan. Tentu saja
menyesuaikan konteks pembicaraan dan orang yang diajak berbicara.

11
12

Kemampuan mengolah bahasa yang didapatkan dari pengenalan lebih


jauh dapat menghindarkan dari keburukan. Berupa ucapan baik dan tidak
merugikan orang lain (dalam arti menyinggung). Inilah fungsi secara sosial
menghormati dan menghargai orang lain.
3. Fungsi Eksekutif
Selanjutnya kecerdasan kognitif dapat membantu seseorang
merencanakan sesuatu dan melaksanakannya. Kecerdasan kognitif berfungsi
merancang ide dan gagasan yang akan dilakukan.
Kemampuan merancang, merencanakan dan melakukan perencanaan
biasanya dilakukan oleh guru. Guru merancang ide-ide dan gagasan ilmu
pengetahuan yang akan ditransfer kepada muridnya. Kerja kecerdasan kognitif
berfungsi secara eksekutor handal dalam perencanaan dan pelaksanaan.

4. Memori dan Daya Ingat

Adanya kecerdasan kognitif dalam proses belajar mengajar berfungsi


untuk mengikat ilmu pengetahuan. Kecerdasan kognitif yang baik akan
membuat daya ingat atau memori menjadi lebih mudah memahami ilmu
pengetahuan.
Selanjutnya ilmu pengetahuan itu disimpan dalam otak agar sewaktu-
waktu dibutuhkan dapat digunakan secara baik. Sebab suatu informasi atau
ilmu pengetahuan dapat digunakan secara bermanfaat oleh yang mempunyai.

5. Perhatian

Ketika otak seseorang sudah terisi memori atau daya ingat akan
membuat seseorang perhatian pada suatu ilmu pengetahuan. Perhatian kecil
terhadap suatu bidang ilmu merupakan kerja kecerdasan kognitif. Memori
informasi atau ilmu pengetahuan dapat mengarahkan seseorang pada hal-hal
tertentu.
Misalnya saja para lulusan sarjana baik S1, S2 ataupun S3 yang secara
otomatis memiliki sensitivitas terhadap bidang ilmu yang dipelajarinya.

12
13

Mereka akan sensitif terhadap hal-hal di bidang ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan minat dan perhatiannya.
D. Aspek Perkembangan Kognitif Anak
Terdapat 8 aspek perkembangan kognitif anak yang dapat para orang
tua perhatikan sejak dini, meliputi:
1. Perhatian (Attention)
Perhatian atau attention merupakan keadaan di mana Si Kecil dapat
memusatkan perhatiannya pada hal tertentu.
Aspek perkembangan kognitif satu ini dapat distimulasi oleh para
orang tua dengan cara memberi instruksi pada anak secara pelan-pelan
agar mereka dapat paham atas apa yang disampaikan.

2. Fokus

Fokus merupakan suatu hal di mana Si Kecl memusatkan perhatian


pada satu hal. Beberapa anak lahir dan dapat mengembangkan fokusnya
dengan baik, namun ada juga yang tidak terlalu baik. Sama seperti
sebelumnya, orang tualah yang berperan besar dalam meningkatkan
kemampuan anak agar dapat fokus.

3. Daya Ingat

Daya ingat adalah kemampuan anak dalam mengingat berbagai


kejadian, benda, tempat, dan lain sebagainya. Kemampuan daya ingat
anak dapat ditingkatkan dengan saling bercerita satu sama lain, atau
dengan menampilkannya secara visual dan menarik.

4. Perkembangan Bahasa

Kemampuan berbahasa anak adalah bagaimana anak dapat


menyampaikan apa yang mereka rasakan atau pikirkan. Kemampuan satu
ini dapat distimulasi dengan selalu mengajak anak berkomunikasi,

13
14

membaca cerita bersama, atau memintanya menjelaskan karya seni yang


mereka buat.
5. Psikomotor
Ini merupakan kemampuan anak dalam mengontrol setiap pergerakan
tubuhmya.Dapat membantu mengembangkan aspek ini dengan memberikan
mereka contoh secara perlahan dan berulang hingga Si Kecil menjadi benar-
benar paham.
6. Logika (Logic)
Logika adalah kemampuan Si Kecil dalam memikirkan suatu hal
secara masuk akal dan sesuai. Dapat membantu Si Kecil dengan tidak bosan-
bosannya menjelaskan segala sesuatunya, bahkan dalam sederhana sekalipun.
7. Penalaran (Reasoning)

Untuk penalaran, Si Kecil diharapkan dapat memahami suatu hal dan


dapat menyimpulkan hal tersebut dengan benar.

8. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Yang terakhir, adalah aspek pengambilan keputusan. Pada aspek ini,


Si Kecil diharapkan dapat memilih suatu hal dari berbagai pilihan dengan
tepat.Ini juga bisa dalam bentuk di mana Si Kecil memilih atau ingin
melakukan sesuatu atas kemauannya sendiri.

Tips Memenuhi Aspek Perkembangan Kognitif Anak

Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan dalam memenuhi aspek
perkembangan kognitif pada anak.

1. Memberi Nutrisi yang Baik untuk Imun yang Kuat


Memberi nutrisi yang baik dan tepat sejak di awal masa kehidupan
anak hingga bertambah usianya adalah tugas orang tua yang harus
dilakukan dengan tepat.

14
15

2. Memperhatikan Perkembangan Kognitif Anak


Selain dari nutrisi anak, memerhatikan perkembangan kognitif anak
juga sangat penting untuk dilakukan oleh orang tua.
3. Mendukung dan Mengajar Anak
Untuk memenuhi aspek perkembangan kognitif anak, dukungan dan
kemampuan orang tua dalam mengajari anak akan sangat berpengaruh.
E. Perkembangan Moral
1. Pengertian Perkembangan Moral
Moral berasal dari bahasa latin yaitu Mores yang berarti budi bahasa,
adat istiadat, dan cara kebiasaan rakyat (Hurlock, 1980). Menurut Santrock
(2003), moral lebih kuat mengenai tingkah laku yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima, tingkah laku etis atau tidak etis, dan cara-cara dalam
berinteraksi. Durkheim (1990) menerangkan bahwa moralitas terdiri atas
unsur-unsur antara lain disiplin yang dibentuk oleh keteraturan tingkah laku
dan wewenang,keterikatan atau identifikasi dengan kelompok, serta otonomi.
Moral yang merupakan norma tentang bagaimana kita harus hidup,
adalah petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup.
Hal ini sesuai dengan pendapat Oetama (dalam Budiningsih, 2004), bahwa
moral adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik
sebagaimana manusia. Dalam mencapai hal tersebut, harus adanya kesadaran
moral. Kesadaran moral sifatnya individual, ukuran kesadaran seseorang tidak
sama. Kesadaran moral menyebabkan timbulnya kewajiban moral, yakni
suatu kewajiban yang mengharuskan bebuat baik dan menjauhi kejahatan.
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan
konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain (Santrock, 2007). Perkembangan moral adalah
perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam kehidupan remaja
berkenaan dengan tata cara, kebiasaan, adat, atau standar nilai yang berlaku
dalam kelompok sosial.

15
16

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan


moral adalah pembelajaran individu terhadap nilai-nilai moral yang dianut
atau diterima dari keluarga atau lingkungannya, sehingga orang tersebut dapat
berperilaku sesuai dengan moral yang dipelajarinya.
2. Proses Perkembangan Moral

Kohlberg (dalam Budiningsih, 2004) menguraikan proses


perkembangan moral sebagai berikut :

a) Perkembangan moral terjadi secara bertahap, setiap tahap,


merupakan kemampuan alih peran orang lain dalam situasi sosial,
b) Dalam proses perkembangan moral, lingkungan sosial mempunyai
peran, yaitu memberi kesempatan alih peran,
c) Dalam proses ini individu bersifat aktif, yaitu aktif menyusun
struktur persepsinya tentang lingkungannya,
d) Tahap-tahap perkembangan moral adalah hasil interaksi antara
sturktur persepsi individu dengan struktur gejala lingkungan yang ada,
e) Dalam interaksi itu terjadi bentuk-bentuk keseimbangan yang
berurutan,
f) Keseimbangan itu disebut sebagai tingkat keadilan,
g) Jika ada perubahan struktur gejala-gejala baik dalam diri individu
maupun dalam lingkungan, maka terjadi ketidakseimbangan,
h) Situasi ketidakseimbangan ini memerlukan perubahan struktur
keadilan yang baru ke tingkat penyesuaian yang optimal atau tingkat
perkembangan moral yang lebih tinggi.

3. Tahap-tahap Perkembangan Moral

a. Bayi
Seorang bayi belum memiliki kapasitas untuk mengembangkan
kecerdasan moralnya. Yang ia miliki hanyalah rasa benar dan
salah terhadap sesuatu yang berlaku untuk dirinya sendiri.

16
17

Contohnya: Bagi bayi, rasa lapar itu adalah salah, sehingga ia


menangis saat lapar.
b. Batita
Menginjak satu tahun, anak belum memiliki kemampuan untuk
menilai sesuatu sebagai benar atau salah. Patokan baginya
hanyalah apa yang mama dan papa katakan padanya.
c. Prasekolah (3 - 7 tahun)
Inilah saat di mana anak mulai memasukkan nilai-nilai
keluarga ke dalam dirinya. Apa yang penting bagi mama dan
papa juga akan menjadi penting baginya. Di sinilah Anda
mulai dapat mengarahkan perilakunya, sehingga sesuai dengan
aturan dalam keluarga. Dalam tahap inilah seorang anak mulai
memahami bahwa apa yang mereka lakukan akan
memengaruhi orang lain.
d. Usia sekolah (7 - 10 tahun)
Otoritas orang dewasa (mama, papa, guru, dsb) tidak lagi
terlalu ‘menakutkan’ buat anak usia sekolah. Mereka tetap tahu
bahwa orang tua adalah sosok yang harus ditaati, tetapi mereka
juga tahu bahwa jika melanggar aturan, maka mereka harus
memperbaikinya. Perasaan bahwa ‘ini benar’ dan ‘itu salah’
sudah mulai tertanam kuat dalam diri mereka. Dan, satu lagi
seperti yang telah dikatakan Nessi di atas, anak usia sekolah ini
juga mulai memilah mana saja perilaku yang akan
mendatangkan ‘keuntungan’ buat mereka
e. Praremaja dan remaja
Di usia ini, anak akan berusaha untuk menjadi populer.
Tekanan teman sebaya dan nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya akan membuat mereka terus memilah mana
nilai-nilai akan menjadi bagian dari diri mereka.

17
18

Praremaja dan remaja mungkin akan terombang-ambing dan


mencoba nilai yang berbeda dengan nilai keluarga untuk
melihat mana yang cocok. Bisa jadi, nilai keluarga yang telah
dianutnya sejak lama justru dibuang karena ‘kalah’ dengan
nilai baru yang dikenalnya di luar.
4. Faktor-faktor Perkembangan Moral
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral adalah
lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan
moral individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik baik
yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai
sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat akan mempengaruhi perkembangan moral yang tumbuh dan
berkembang di dalamnya (dalam Ali M & Asrori M, 2011).
Menurut Berk (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perekembangan moral adalah sebagai berikut:
1) Pengasuhan
Peran pengasuhan terhadap perkembangan anak sangat
krusial. Seorang anak tidak pernah bisa lepas dari pengaruh
orangtua sampai paling tidak ia menginjak usia dewasa.
2) Sekolah
Pendidikan tidak dapat dipungkiri akan mempengaruhi cara
seseorang berpikir. Di sekolah, seseorang akan memperoleh
kesempatan untuk mengikuti diskusi-diskusi terbuka, bertemu dan
berteman dengan orang-orang yang memiliki latar belakang
budaya berbeda, serta mempelajari berbagai kasus dari
literaturliteratur.
3) Interaksi teman sebaya
Interaksi di antara teman sebaya yang memberikan pendapat
berbeda dapat meningkatkan pemahaman moral. Ketika anak

18
19

mudah bernegosiasi dan berkompromi dengan rekan seusia


mereka, mereka sadar bahwa kehidupan sosial lebih didasarkan
pada hubungan yang setara daripada otoritas (Killen dan Nucci
dalam Berk, 2012).
4) Budaya
Berk (2012) menjelaskan bahwa pada umumnya masyarakat
yang tinggal di negara industri dapat mencapai tahapan
perkembangan moral Kohlberg hingga ke tingkat yang lebih
tinggi, dibandingkan masyarakat pedesaan yang jarang sekali bisa
melampaui tahap 3.
5 Aspek-aspek Perkembangan Moral
Kohlberg (dalam Dariyo, 2004) menyatakan bahwa aspek-aspek yang
terkandung dalam perkembangan moral adalah:
1) Orientasi patuh dan takut hukuman

Suatu perilaku dinilai benar bila tidak dihukum dan salah bila
perlu dihukum. Seseorang harus patuh pada otoritas karena otoritas
tersebut berkuasa.

2) Orientasi naifegoistis (hedonisme instrumental)

Dalam orientasi ini, masih mendasarkan pada orang atau


kejadian di luar diri individu, namu sudah memperhatikan alasan
perbuatannya. Misalnya mencuri dinilai salah, tetapi masih bisa
dimaafkan bila alasannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dirinya
atau orang lain yang disenangi.

3) Orientasi anak atau person yang baik

Anak menilai suatu perbuatan itu baik bila ia dapat


menyenangkan orang lain, bila ia dapat di pandang sebagai anak

19
20

wanita dan anak laki-laki yang baik, yaitu bila ia dapat berbuat seperti
apa yang diharapkan oleh orang lain atau oleh masyarakat.

4) Orientasi pelestarian otoritas dan aturan sosial

Anak melihat aturan sosial yang ada sebagai sesuatu yang


harus dijaga dan dilestarikan. Sesorang dipandang bermoral bila ia
melakukan tugasnya dan dengan demikian dapat melestarikan aturan
dan sistem sosial.

5) Orientasi kontrol legalistis


Yakni memahami bahwa peraturan yang ada dalam masyarakat
merupakan kontrol (perjanjian) antara diri orang dan masyarakat.
Individu harus memenuhi kewajiban-kewajiba, tetapi sebaliknya
masyarakat harus menjamin kesejahteraan individu. Peraturan dalam
masyarakat adalah subjektif.
6) Orientasi yang mendasarkan atas prinsip dan kesadaran diri
sendiri

Peraturan dan norma adalah subjektif, begitu pula batasan-


batasannya adalah subjektif dan tidak pasti. Dengan demikian maka
ukuran penilaian perilaku moral adalah konsiensi dari orang itu
sendiri, prinsipnya sediri lepas daripada norma yang ada.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Perkembangan kognitif dapat dimaknai sebagai tingkat kemampuan seorang
individu dalam berpikir yang meliputi proses pemecahan masalah, mengingat,
serta mengambil keputusan. Pemahaman tentang teori belajar kognitif berarti
memahami bahwa teori belajar yang hanya memprioritaskan kepada proses
belajar ketimbang pada hasil yang dicapai. Kognitif memiliki fungsi
merasakan dan mengenali, mampu mengelola bahasa, fungsi eksekutif,
memori daya ingat, dan perhatian. Aspek Perkembangan Kognitif Anak yang
harus dikembangkan antara lain perhatian, focus, daya ingat, perkembangan
bahasa, psikomotor, logika, penalaran, pengambilan keputusan.
Berdasarkan pemhasan diatas bahwa perkembangan moral adalah
pembelajaran individu terhadap nilai-nilai moral yang dianut atau diterima
dari keluarga atau lingkungannya, sehingga orang tersebut dapat berperilaku
sesuai dengan moral yang dipelajarinya. Perkembangan moral terjadi secara
bertahap, setiap tahap, merupakan kemampuan alih peran orang lain dalam
situasi sosial, dan tahap-tahap perkembangan sosial meliputi bayi, batita,
prasekolah, sekolah, praremaja dan remaja.Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral adalah lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap perkembangan moral individu mencakup aspek psikologis, sosial,
budaya, dan fisik baik. Pengasuh, sekolah, interaksi teman sebaya, dan
budaya. Aspek-aspek yang pada perkembangan moral meliputi Orientasi
patuh dan takut hukuman, Orientasi naifegoistis, Orientasi anak atau person
yang baik, Orientasi pelestarian otoritas dan aturan sosial, Orientasi kontrol
legalistis, Orientasi yang mendasarkan atas prinsip dan kesadaran diri sendiri.

21
22

B. Saran
Kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna.
Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan
masalah yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini
Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam makalah
ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ibda, Fatimah.(2015). Perkembangan kognitif teori jean


piaget.jurnal.Intelektual3,(1),27-28

Howard s. Frie

23

Anda mungkin juga menyukai