Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami sampaikan kepada Allah S.W.T atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengembangan Kognitif Anak Usia
Dini” dan membahas tentang teori perkembangan kognitif anak usia dini.
Pemahaman tentang perkembangan kognitif pada anak usia dini sangat penting bagi
para guru, orang tua, dan profesional lainnya yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan. Teori perkembangan kognitif akan membantu kita memahami bagaimana
proses berpikir dan pembelajaran anak usia dini berlangsung dan bagaimana kita
dapat membantu memfasilitasi perkembangan tersebut.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kepada pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Thorndike............................................................................. 3
B. Teori Piaget....................................................................................
C. Teori Schema.................................................................................
D. Teori memproses informasi (information processing theory).......
E. Teori Vygotsky..............................................................................
F. Teori Connectionist........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran...................................................................
REFERENSI...................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori perkembangan kognitif anak usia dini menurut para ahli?
2. Bagaimana teori perkembangan kognitif menjelaskan proses
perkembangan kognitif pada anak usia dini?
3. Bagaimana proses berpikir dan pembelajaran anak usia dini menurut teori
perkembangan kognitif?
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan kognitif anak usia dini menurut para
ahli
2. Untuk mengetahui bahwa teori perkembangan kognitif dapat
menjelaskan proses perkembangan kognitif pada anak usia dini
3. Untuk mengetahui proses berpikir dan pembelajaran anak usia dini
menurut teori perkembangan kognitif
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
gambar. Hal ini menunjukkan anak adanya peningkatan pemikiran
simbolis.
3. Tahap operasional konkret (berada pada usia 7-11 Tahun), penalaran
intuitif berubah menjadi penalaran logika. Menjadikan anak bisa
mengkoordinasikan beberapa karakteristik. Kemampuan yang penting
pada tahap ini yaitu pengelompokan sesuatu menjadi sub yang berbeda
dan anak dapat memahami hubungannya.
4. Tahap operasional formal (Remaja berusia 11-15 tahun). Masa ini
berlangsung ketika anak mengalami transisi dari remaja menjadi dewasa
awal, pemikiran jauh lebih abstrak dibandingkan beberapa tahap
sebelumnya dan dari pemikiran tersebut dapat terciptanya hipotesis atau
penalaran yang abstrak (Khaeriyah et al., 2018).
Menurut Piaget sepanjang proses tumbuh kembang manusia, proses
berfikir slalu mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Walaupun
tidak cepat karena kita secara pasti berusaha memahani dari mengidentifikasi
faktor yang berinteraksi dalam proses perkembangan berpikir (Sumarseh &
Suryana, 2021).
Anak sangat butuh kemampuan kognitif guna mengembangkan
pengetahuan yang ada disekelilingnya melalui pancaindra. Seperti tentang apa
saja yang mereka lihat dari mata, yang mereka dengar dari telinga, yang
mereka rasa dari lidah, yang mereka raba menggunakan kulit atau tangan,
ataupun mengenai apa yang mereka cium dari pancaindra yang dimilikinya
yaitu hidung (Anida & Eliza, 2020). Tujuan awal pengembangan kognitif
yaitu agar anak mampu melakukan eksplorasi yang menjadi dasar seseorang
untuk menjalankan kehidupan seutuhnya serta memanfaatkan segala yang ada
untuk dirinya maupun orang lain (Fajriani & Liana, 2020).
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak lepas dari peran
penting orang tua yang mendidik, memberikan kecakapan jasmani maupun
4
rohani, serta kesehatan psikologis lingkungan keluarga (Sumarseh & Suryana,
2021). Tidak bisa disamaratakan perkembangan kognitif antara anak satu dan
anak lainnya. Perkembangan tersebut dapat dianalisis dari tahap pertumbuhan
dan perubahan seseorang hingga sampai di tahap dewasa yang cukup kuat
hubungannya dengan lingkungan terdekatnya yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat (Anida & Eliza, 2020).
Ruang lingkup perkembangan kognitif mencakup pengetahuan umum,
sains, konsep, bentuk, warna, ukuran dan pola, konsep bilangan, lambang
bilangan, dan huruf. Karena sangat banyaknya items yang berkaitan dengan
perkembangan kognitif, maka perkembangan kognitif memiliki peran penting
untuk menentukan perkembangan aspek lainnya dalam proses pertumbuhan
anak (Anida & Eliza, 2020).
Terdapat enam bidang pengembangan PAUD yang menjadi tanggung
jawab bersama untuk dikembangkan demi mengasah kemampuan anak
sebagai modal dasar bagi kehidupan mereka kedepannya. Dari keenam
bidang tersebut, yang perlu mendapatkan perhatian lebih pada tingkat anak
usia dini adalah kognitif karena meliputi kemampuan berpikir kritis dan
memecahkan masalah, anak usia dini juga memiliki dorongan yang kuat
untuk pembentukan individu (self contruction) sehingga salah satu upaya
untuk menjalankannya melalui pemahaman terhadap lingkungan anak
(Sumarseh & Suryana, 2021).
Perkembangan kognitif anak melibatkan proses belajar yang bertumbuh
misalnya perhatian, logika berpikir dan ingatan. Sehingga perkembangan
kognitif sangat penting untuk dimaksimalkan pada anak usia dini (Sumarseh
& Suryana, 2021). Tahapan potensi intelektual dalam perkembangan kognitif
secara umum yaitu: dimulai dari tahap pengetahuan (knowledge), tahap kedua
yaitu pemahaman (comprehention), setelah terjadi pemahaman terhadap suatu
konsep timbul lah tahap penerapan (application), selanjutnya yang keempat
5
tahap analisis (analysis), tahap kelima sintesis (sinthesis), dan di akhir yaitu
tahap evaluasi (evaluation) (Khaeriyah et al., 2018).
6
adalah kategori pengetahuan sekaligus proses memperoleh pengetahuan itu.
Dia percaya bahwa orang terus-menerus beradaptasi dengan lingkungan saat
mereka menerima informasi baru dan mempelajari hal-hal baru.
7
menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan mengalami perubahan
kualitatif yang bersifat invariant, tetap dan tidak melompat-lompat atau
mundur. Peubahan-perubahan ini merupakan dorongan dan pengaruh dari
factor biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sama dengan
system organ yang ada dalam tubuh, hal yang sama jugaberlaku kepada
kognisi. Dia juga memiliki system yang mengatur dari dalam yang kemudian
dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan.
8
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992).
Dalam memilih metode mengajar guru tidak boleh memilih secara
asal. Metode yang digunakan haruslah metode yang direncanakan berdasar
pertimbangan perbedaan individu di antara siswa, yang dapat member
feedback dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dapat dikatakan berhasil tidaknya kegiatan pembelajaran, tergant ng
efektifitas metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam proses belajar-
mengajar. Namun berdasarkan hasil pengamatan, dengan metode
pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan oleh guru, hasil
pembelajaran yang diinginkan belum dapat tercapai secara optimal, karena
siswa belum diberi kesempatan secara luas untuk mengembangkan minat,
bakat, dan kemampuannya.
Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak
menggairahkan siswa untuk belajar lebih aktif lagi. Hal itu mengakibatkan
siswa kurang berminat untuk mengikuti dan melaksanakan proses belajar
mengajar, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak dapat tercapai
secara optimal. Pada dasarnya metode pembelajaran dapat dilihat melalui dua
sudut pandang yaitu pertama siswa dipandang sebagai objek belajar dalam hal
ini pembelajaran menuntut keaktifan guru. Kedua siswa sebagai subjek dan
obyek belajar, siswa dituntut keaktifannya dalam proses belajar. Pendekatan
adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan
dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi.
Selanjutnya Bruce Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarah pada desain pembelajaran untuk membantu siswa
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan mengetengahkan
empat kelompok model pembelajaran, yaitu:
9
a. Model interaksi sosial;
b. Model pengolahan informasi;
c. Model personal-humanistik;
d. Model modifikasi tingkah laku.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sehingga model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen
dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih
partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2. Mempunyai misi atau tujuan Pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas
dalam pelajaran mengarang.
4. Memiliki bagian-bagian model dalam pelaksanaan, yaitu: urutan langkah-
langkah pembelajaran (syntax); adanya prinsip-prinsip reaksi; sistem
social; sistem pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi: dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat
diukur, dan dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedomaan
model pembelajaran yang dipilihnya.
Teori belajar oleh Gagne (1988) disebut dengan “Information
Processing Learning Theory”. Teori ini merupakan gambaran atau model dari
kegiatan di dalam otakmanusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya
10
teori belajar tadi disebut juga Information-Processing Model oleh Lefrancois
atau Model Pemrosesan Informasi. Menurut Gagne bahwa dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-
kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar
dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal
adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran. Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajarane jadi proses penerimaan
informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk
hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemerosesan informasi
yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari:
informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, kecakapan
motorik.
Model pembelajaran pemrosesan informasi adalah model
pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan
kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas
siswa melalui proses pembelajaran. Model ini lebih memfokuskan pada
fungsi kognitif peserta didik. Model ini berdasarkan teori belajar kognitif
sehingga model tersebut berorientasi pada kemampaun siswa memproses
informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut.
Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep, dan pemecahan masalah,
serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini
11
berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan
berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum
(general intellectual ability).
A. PRINSIP & KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN
PEMROSESAN INFORMASI
12
menata informasi yang masuk sesuai dengan karakteristik yang menonjol
untuk ditempatkan sesuai dengan jenisnya.
3. Perhatian. Perhatian adalah aspek yang ketiga, yang diartikan sebagai
proses pemusatan aktivitas mental atau proses konsentrasi pikiran dengan
mengabaikan rangsangan lain yang tidak berkaitan. Aktivitas ini menuntut
pemusatan konsentrasi pikiran pada hal-hal yang menonjol dari sebuah
informasi dan bekerja secara intens terhadap informasi tersebut dengan
mengabaikan hal-hal yang tidak terkait.
13
dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan
dengan informasi di long-term memory.
2. Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di
working memory, di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan
working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan
sejumlah kecil informasi secara serempak.
3. Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya
sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki
siswa. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang
tersimpan di dalamnya.
14
Penyaring (Filter): Bagian dari perhatian dimana beberapa infomasi
perceptual di halangi (disaring) dan tidak dikenali, sedangkan beberapa
informasi yang lain menerima perhatian dan kemudian dikenali. Tahap
Seleksi: Tahap mengikuti pengenalan pola dan menentukan informasimana
yang akan diingat oleh seseorang.
15
yang kita putar. Memori bentuk ini dibatasi baik dalam jumlah informasi
yang dapat ditangkap (kapasitas) maupun lamanya informasi tersebut dapat
bertahan (durasi).
TEORI PEMBELAJARAN
PEMROSESAN INFORMASI.
Teori Kognitif
Model pemrosesan informasi ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan
berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat
memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/ menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan
visual. Ilmu kognisi (cognitive science) merupakan kajian mengenai inteligensi
manusia, program computer, dan teori abstrak dengan penekanan pada perilaku
cerdas, seperti perhitungan (Simon&Kaplan, 1989).
16
gambaran-gambaran dari berbagai macam pengenalan pola yang menghasilkan
beberapa teori, yaitu:
Teori Template
Teori Ciri
2. Identitas dari ciri tersebut harus tidak berubah-ubah ketika terjadi perubahan
kecepatan keterangan, ukuran, dan perspektif.
3. Ciri tersebut harus menghasilkan pola yang unik untuk setiap huruf.
17
Teori Struktural (structural theory:
Suatu teori menentukan bagaimana ciri dari sebuah pola bergabung dengan ciri dari
pola tersebut dan menekankan pada hubungan antar ciri menurut Clowes (1969).
Teori Struktural memperluas teori ciri-ciri dengan mengkhususkan bagaimana ciri-
ciri tersebut berhubungan. Sutherland (1968) adalah salah seorang yang pertama-
tama berpendapat bahwa jika kita ingin memiliki kemampuan dalam pengenalan pola
yang sangat mengesankan, maka kita membutuhkan jenis bahasa deskriptif yang
lebih kuat yang terkandung dalam teori structural. Eksperimen bagian ini
menunjukkan bahwa Sutherland benar.
1. Model Sperling
Pada tahun 1963 Sperling mengajukan model pemrosesan informasi atas performa
tugas penyebutan visual dalam penelitiannya. Model Sperling adalah orang yang
pertama-tama mengkonstruksi model awal pemrosesan informasi pada pengenalan
objek visual. Masalah umum dalam meng
18
b. pengulangan (rehearsal), yaitu mengatakan huruf-huruf pada diri sendiri)
penyimpanan informasi auditori (auditor
huruf.
2. Model Rumelhart
19
banyak informasi. Teori Leher Botol dibagi
pengenalan pola.
20
Teori Kapasitas
Processing)
21
sering kali menguntungkan karena
22
Yang membutuhkan banyak usaha atau
23
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
24
REFERENSI
Anida, A., & Eliza, D. (2020). Pengembangan model pembelajaran saintifik berbasis
kearifan lokal untuk perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1556–1565.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.898
Fajriani, K., & Liana, H. (2020). Upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak
usia 5-6 tahun melalui permainan pencampuran warna dengan percobaan sains
sederhana di tk islam silmi samarinda. PENDAS MAHAKAM: Jurnal
Pendidikan Dasar, 4(1), 32–41. https://doi.org/10.24903/pm.v4i1.394
Khaeriyah, E., Saripudin, A., & Kartiyawati, R. (2018). Penerapan Metode
Eksperimen Dalam Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Anak Usia Dini. AWLADY : Jurnal Pendidikan Anak, 4(2), 102.
https://doi.org/10.24235/awlady.v4i2.3155
Kurniawati, R., & Mulyati, M. (2021). Mengembangkan kognitif anak usia dini
melalui permainan sains. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5, 5730–5736.
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/1859
Sumarseh, S., & Suryana, D. (2021). Fun cooking untuk perkembangan kognitif anak
usia dini selama pembelajaran jarak jauh. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 6(3), 2061–2066. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1936
25
26