Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN KOGNITIF BATITA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa


Indonesia yang diampu oleh
Dra. Wahyuningsih, M.Pd

Disusun Oleh :
Titania Dwi Damayanti (2102102001)

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Proses belajar dan pembelajaran selalu ada dan tidak pernah lepas pada
lingkungan dimana manusia berumbuh dan berkembang, seperti sekolah,
keluarga, dan lingkungan masyarakat. Pada anak usia dini, pertumbuhan
dan perkembangan dengan pesat daripada orang dewasa. Untuk itu
pendidikan maupun stimulasi harus diberikan secara baik agar
menghasilkan kualitas perkembangan yang baik juga di masa depan.
Perkembangan anak usia dini memiliki banyak aspek, salah satunya adalah
aspek perkembangan kognitif. Aspek perkembangan kognitif sangat
penting untuk pendidikan anak, dan saling berkaitan dengan aspek yang
lain. Anak merupakan peserta didik atau murid yang ada dalam proses
pembelajaran, jadi perkembangan kogniitifnya sangat berperan penting
dalam keberhasilannya.
Pada setiap aspek perkembangan ini dibutuhkan pengetahuan pada semua
lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang. Untuk itu, melalui
makalah ini diperlukan penjelasan lebih rinci tentang aspek perkembangan
kognitif pada anak usia dini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan menjadi topik pembahasan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan kognitif batita ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif
batita ?
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagaimana berikut.
1. Untuk mengetahui arti perkembangan kognitif batita.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif Batita

Anak usia dini berusia 0-6 tahun, dan merupakan masa yang sangat
penting untuk membentuk pribadi dan karakternya sejalan dengan
pertumbuhan serta perkembangannya. Pada masa inilah anak
membutuhkan stimulasi terhadap aspek-aspek perkembangan yang
dimiliki. Setiap aspek perkembangan selalu memiliki perkembangannya
sendiri-sendiri. Termasuk kemampuan kognitif pada anak. Kognitif adalah
kemampuan daya pikir yang pasti dimiliki oleh setiap manusia, untuk
melakukan suatu kegiatan atau aktifitas.
Menurut Montessori, kognitif adalah segala yang berhubungan
dengan nalar dan sesuatu kemampuan otak. Terjadi secara bertahap dan
dengan cara belajar secara aktif dalam lingkungan dimana anak bertumbuh
dan berkemabang.
Menurut Piaget kognitif adalah seluruh perjalanan perkembangan
anak untuk membentuk kemampuan kognitifnya, mulai dari bayi hingga
dewasa. Hal itu tentunya melibatkan sebuah tindakan cerminan yang ada
dalam pikiran.
Menurut Vygotsk. Kognitif adalah proses berpikir anak yang terjadi
secara bertahap dengan pengaruh. stimulus dari luar. Adanya sebuah
stimulus seperti kontak sosial dan interaksi dengan orang lain yang berada
di lingkungannya, dapat membantu anak dalam proses belajarnya.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa perkembangan kognnitif ini
dapat terjadi dimanapun dan mempelajari berbagai pengetahuan serta
mengembangkannya, melalui pemikiran yang berhubungan dengan banyak
hal seperti ingatan, dan lain lain.
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, terdapat dua
alternatif proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap
perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan
kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi
yang baru di lahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat
tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori-motorik, tahap pra-
operasional, tahap konkret-operasional, dan tahap operasional formal.
a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan reflex
instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi
membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata
dari berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya
peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi
indrawi serta tindakan fisik.
c. Tahap Konkret-operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-
peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam
bentuk-bentuk yang berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam hal ini masih
mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas
logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain,
bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa
adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan
masalah ini dengan baik.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan
lebih idealistik. Tahap operasional formal mencakup dua hal, yaitu :
• Sifat deduktif-hipotesis
Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka akan membentuk
strategi-strategi penyelesaian berdasarkan hepotesis permasalahan
tersebut.
• Berpikir operasional formal juga berfikir kombinatoris.
Berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai
tingkah laku problem solving yang betul-betul ilmiah.
Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan
system pemprosesan informasi sebagai alternatif terhadap teori kognitif
Piaget. Pada teori Piaget perkembangan kognitif digambarkan dengan
berbagai tahap tetapi, para pakar psikologi pemprosesan informasi lebih
menekankan pentingnya proses-proses kognitif atau menganalisis
perkembangan keterampilan kognitif, seperti perhatian, memori,
metakofnisi dan strategi kognitif.
Setidaknya ada tiga dasar asumsi umum teori pemprosesan informasi,
yaitu
a. Pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan
pengembalian informasi.
b. Individu-individu memproses informasi dari lingkungan.
c. Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi
dari seorang individu.
Jadi kesimpulannya, teori pemprosesan informasi lebih menekankan
bagaimana individu memproses informasi tentang dunia, bagaimana
informasi masuk ke dalam fikiran, bagaimana penyimpanan dan
penyebaran informasi dan bagaimana pengambilan kembali informasi
untuk melaksanakan aktivitas yang kompleks. Sehingga inti dari
pendekatan pemprosesan informasi ini adalah proses memori dan proses
berfikir.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Batita


Psikologi kognitif memandang bahwa pemanfaatan kapasitas kognitif telah
dimulai sejak anak mengaktifkan kemampuan motor dan sensornya. Setiap
tahapan perkembangan kognitif anak usia dini memiliki karakteristik tertentu
yaitu:
1. Sensorimotor
a. Tahap pertama ( Dari lahir sampai 1 bulan )
Pada tahap ini anak usia dini dapat bereaksi secara reflek. Seperti
menangis kuat saat anak merasa lapar dan haus atau merasa sakit karena
digigit nyamuk, terkadang juga menangis saat anak mengantuk. Pada
tahap ini juga anak sudah dapat menggerakkan anggota tubuhnya
meskipun belum sempurna seperti mengarahkan jempol pada mulutnya,
menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, menggerakkan kaki saat
dibedong. Anak juga dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
yang didapat dari lingkungannya. Asimilasi adalah pengalaman yang
sudah ada pada anak, sementara Akomodasi adalah informasi atau
pengalaman baru bagi anak. Contoh sederhana, anak tahu bahwa yang
masuk ke dalam mulutnya hanya ASI, lalu ibunya memberi susu formula
dan anak merasa itu sesuatu yang baru tetapi anak tetapi memakannya.
Itulah skema akomodasi.

b. Tahap kedua ( 4 sampai 8 bulan )


Anak usia dini mampu menghargai antara kelakuannya pada mainan atau
benda yang ada disekitarnya. Maksud dari Pernyataan diatas anak sudah
mengerti jika kakinya menyentuh boneka yang digantung di pinggir
ayunannya, maka boneka itu akan bergoyang biasanya anak di tahap ini
akan mengulangi hingga anak itu bosan dan lelah.

c. Tahap ketiga ( Dari usia 8 sampai 12 bulan)


Karakteristiknya anak usia dini dapat mengerti bahwa mainannya akan
tetap ada walaupun mainannya hilang belum ditemukan.Artinya anak
sadar bahwa mainan itu tersembunyi atau disimpan oleh ibunya. Pada
tahap ini juga anak selalu ingin mencoba sesuatu seperti menekan tombol
mainannya sendiri, mengambil sendok nasi saat Ibunya menyuapkan nasi
ke mulut anak. Pada tahap ini juga anak dapat mengetahui tujuan dari
kegiatan yang dilakukannya, seperti merangkak dilakukan untuk
mengambil mainan yang letaknya agak jauh dengan anak.

d. Tahap keempat ( Dari 12-18 bulan )


Anak usia dini mulai dapat meniru dan dapat melakukan bermacam-
macam eksperimen di lingkungan sekitarnya. pada tahap ini kebanyakan
anak normal sudah mampu berjalan tanpa bantuan orang tua. Anak
cenderung meniru apa yang dilakukan
orang terdekat di sekitarnyaseperti menirukan Ibu memakai pita rambut ,
atau menirukan Ayah memakai topi. Di tahap ini anak juga senang
melakukan percobaanseperti mencoba menyuap makan sendiri,
membongkar mainan sendiri.

e. Tahap kelima (Dimulai dari umur 18 sampai 24 bulan)


Anak usia dini mulai dapat berpikir dan mengingat, 24 bulan sama dengan
2 tahun, disini anak sudah mengerti perintah. Contohnya, Ibu menyuruh
anak mengambil botolsusunya lalu memintanya meletakkan kembali.
Anak Usia Dini juga sudah mulai dapat berpikir melalui simbol-simbol
sederhana, seperti warna merah itu apel. Anak Usia Dini juga sudah dapat
memecahkan masalahnya sendiri dengan cara sederhana, contohnya
memakai sandal ketika hendak main diluar rumah lalu anak usia dini juga
menyadari bahwa dirinya adalah anak yang dalam masa pertumbuhan. Hal
ini ditandai dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan anak sebanyak
pertumbuhan yang optimal.
2. Tahap pra-operasional (Dari 2-7 tahun)
Di tahap ini hal yang paling menonjol pada anak usia dini adalah anak usia
dini dapat menjelaskan alasannya saat menyatakan ide, seperti alasan
mengajak teman memasukkan bola basket ke dalam keranjang misalnya.
selanjutnya di tahap ini Anak Usia Dini juga telah mengerti tentang sebab
akibat suatu kejadian meskipun belum sepenuhnya sempurna. misalnya
"kalau makan tidak mencuci tangan, maka akan mudah sakit karena
kuman di tangan banyak sekali”. Kemudian karakter anak usia dini di
tahap ini juga suka menunjukkan sifat ingin tahunya yang tinggi. Hal ini
ditandai dengan banyaknya pertanyaan anak dalam satu topik yang
terkandung pertanyaan di luar dugaan orang dewasa. Seperti, susu yang
diminumnya terbuat dari apa. Semua yang ditemuinya ia akan
menanyakannya pada orangtuanya.
Gejala Utama gangguan kognitif antara lain yaitu :
1. Kesulitan mengingat fakta,pengalaman,informasi serta sulit beradaptasi
suatu hal yang baru.
2. Menyebabkan kebingunggan(Disorentasi).
3. Depresi.
4. Koordinasi yang buruk dengan motoric.
5. Memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk.
6. Penurunan kemampuan penilaian.
7. Penampilan Glazed (Penampilan diri).
Cara untuk membantu meningkatkan kemampuan kognitif anak yaitu :
a. Aktif mengajak anak berbicara.
b. Bantu si kecil mengenal nama-nama objek.
c. Biarkan anak mengamati dan mengeksplor lingkungan sekitarnya.
d. Ibu harus menjawab apapun pertanyaan dari si kecil.
e. Ciptakan suatu permainan yang kreatif.
f. Memanfaatkan puzzle dan buku.
g. Belajar sambal bermain.
h. Bermain diluar ruangan.
i. Menceritakan apapun kepada si kecil.
j. Dukung hobi anak.
k. Ajak anak untuk berolahraga.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk membentuk
pribadi dan karakternya sejalan dengan pertumbuhan serta
perkembangannya.Perkembangan anak usia dini memiliki banyak aspek,
salah satunya adalah aspek perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif
adalah meningkatnya kemampuan daya pikir yang pasti dimiliki oleh setiap
manusia, untuk melakukan suatu kegiatan atau aktifitas. Untuk mengetahui
perkembangan kognitif pada anak tentunya kita harus mengetahui dan
mempelajari proses perkembangan kognitif pada anak kemudian karakteristik
dan tahap- tahap perkembangannya walaupun tak jarang kita juga menjumpai
permasalahan perkembangan kognitif pada anak usia dini. Adapun gejala
gangguan kognitif misalnya kesulitan mengingat, kemampuan anak yang
menurun. Peran pendidik dan orangtuadisini sangat diperlukan untuk
mengatasi permasalahan kognitif tersebut dengan profesional dan bijak.
Dengan mengajak anak berbicara ataupun bercerita sambil bermain karena
dunia anak usia dini adalah bermain. Dengan begitu kemampuan kognitif
anak seiring berjalan waktu akan meningkat jika terus diasah.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Kusuma Sulyandari, 2021. Perkembangan Kognitif dan Bahasa Anak Usia
Dini. Bogor: Guepedia.
Khadijah dan Nurul Amelia. 2020. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta :
Kencana.
Tias Septy Julian. Gangguan kognitif Anak:Penyebab, Gejala,Jenis dan
Pengobatannya,
Dr.Fadhli rizal Mahakam, 2021. Ibu,begini cara meningkatkan kemampuan
kognitif Anak.

Anda mungkin juga menyukai