Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

OLEH :
1. Ana Muizzatul Fitriyah (4230018007)
2. Ela Ekawan Susilowati (4230018006)

DOSEN PEMBIMBING :
Jauharotur Rihlah, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGPAUD
2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah untuk mata kuliah Metode Pengembangan Kognitif dan
Kreativitas Anak Usia Dini dengan judul “Teori Perkembangan Kognitif Anak
Usia Dini“.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Pengembangan Kognitif dan Kreativitas
Anak Usia Dini di Universitas Nahdlatul Ulama.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Surabaya, 30 April 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
.1 Pengertian Perkembangan Kognitif
.2 Teori Dasar Perkembangan Kognitif
.3 Factor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
.4 Makna Perkembangan Kognitif Bagi Kehidupan Anak
BAB III : PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak usia dini ialah anak yang berumur 0-6 tahun yang memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat dan fundamental pada
awal-awal tahun kehidupannya. Dimana perkembangan menunjuk pada suatu
proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang
kembali. Oleh karena itu, kualitas perkembangan anak di masa depanya,
sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya sejak dini. Pemberian
stimulasi pendidikan adalah hal sangat penting, sebab 80% pertumbuhan otak
berkembang pada anak sejak usia dini. Kemudian, elastisitas perkembangan
otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun
kehidupannya, 20% sisanya ditentukan selama sisa kehidupannya setelah
masa kanak-kanak. Bentuk stimulasi yang diberikan harusnya dengan cara
yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak
berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir
untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak
ukur pertumbuhan kecerdasan. Pandangan aliran tingkah laku (Behaviorisme)
berpendapat bahwa pertumbuhan kecerdasan melalui terhimpunnya informasi
yang semakin bertambah. Sedangkan aliran ‘interactionist’ atau
‘depelopmentalis’, berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari interaksi
anak dengan lingkungan anak. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan
pertumbuhan kemampuan merancang,

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian perkembangan kognitif ?
2. Apa teori dasar perkembangan kognitif ?
3. Factor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif ?
4. Makna perkembangan kognitif bagi kehidupan anak ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan kognitif.
2. Untuk mengetahui teori dasar perkembangan kognitif.
3. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
4. Untuk mengetahui makna perkembangan kognitif bagi anak.
BAB II
PEMBAHASAN

.1 Pengertian Perkembangan Kognitif


Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai miniature utama kali
ditujukan kepada ide-ide dan belajar.
Beberapa ahli yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
mendefinisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai pendapat. seperti
halnya definisi intelegensi menurut gardner. Gardner dalam Munandar
(2000), mengemukakan bahwa intelegensi sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam
suatu kebudayaan atau lebih. lebih lanjut mengajukan konsep pluralistis dari
intelegensi dan membedakannya kepada 8 jenis inteligensi. dalam kehidupan
sehari-hari inteligensi itu tidak berfungsi dalam bentuk murni tetapi setiap
setiap individu memiliki campuran (Blend) yang unik dari sejumlah
intelegensi yaitu intelegensi linguistic, logis, spasial, music, kinestetik,
intrapribadi, dan antarpribadi, dan naturalistis.

.2 Teori Dasar Perkembangan Kognitif


Pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun, anak mulai memasuki masa pra
sekolah yang merupakan masa kesiapan untuk memasuki pendidikan formal
yang sebenarnya di sekolah dasar. Menurut Montessori masa ini ditandai
dengan masa peka terhadap segala stimulasi yang diterimanya melalui panca
indra. Masa peka memiliki arti penting bagi perkembangan Setiap anak. itu
artinya bahwa apabila orang tua mengetahui anaknya telah memasuki masa
peka dan mereka segera memberi stimulasi yang tepat maka akan
mempercepat penguasaan terhadap tugas-tugas perkembangan pada usianya.
Piaget berpendapat bahwa, anak pada rentang usia ini masuk dalam
perkembangan berpikir pra operasional konkrit. Pada saat ini sifat egosentris
pada anak semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang berbeda
dengan orang lain yang berbeda di sekitarnya. Orang tua sering menganggap
periode ini sebagai masa sulit karena anak menjadi susah diatur, bisa disebut
nakal atau bandel, suka membantah dan banyak bertanya. Anak
mengembangkan keterampilan bahasa dan menggambar, namun egois dan tak
dapat mengerti penalaran abstrak atau Logika. (Bryden Dan Vos, 2000).
Teori perkembangan kognitif Vygotsky berkaitan dengan kemampuan
dalam merekonstruksi berbagai hasil pengalaman aktual hasil perkembangan
individu dengan lingkungan di sekitarnya.
Elizabeth B. Hurlock (1996: 134), berpendapat bahwa untuk membuat
anak kecil mengerti agama, konsep keagamaan harus diajarkan dalam bahasa
sehari-hari dan dengan contoh dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
konsep-konsep menjadi konkrit dan realistis. Pembelajaran yang terlalu
tekstual akan sulit dipahami oleh anak. Mereka harus diberi pemahaman
melalui contoh-contoh konkret peran langsung, dan dikemas melalui bermain.
Dengan cara ini maka secara tidak langsung mereka dapat menerima apa yang
diajarkan kepada mereka. Dalam kesempatan lain, Hurlock (1999)
menyatakan bahwa anak usia 3-5 tahun adalah masa permainan-permainan
dengan benda atau alat permainan dimulai sejak usia 1 tahun pertama dan
akan mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Menurut usia 5-6 tahun ini
merupakan gerak operasional konkrit. Pada tahap ini anak dapat
memanipulasi objek symbol, termasuk kata-kata yang merupakan
karakteristik penting dalam tahapan ini. Hal ini dinyatakan dalam peniruan
yang tertunda dan dalam imajinasi pura-pura dalam bermain.
Menurut Montessori dalam Patmonodewo (2000), masa peka anak yang
berada pada usia 3,5 tahun ditandai dengan suatu keadaan dimana potensi
yang menunjukkan kepekaan sensitive untuk berkembang. Maka masa peka
ini merupakan masa yang efektif bagi orang tua dan pendidik dalam
memberikan pemahaman atau pembelajaran kepada anak melalui pemberian
contoh-contoh konkret atau berupa peragaan yang mendidik akan lebih efektif
diterima oleh anak. Dalam kaitan itu, menurut Dewey dalam Soejono (1960)
pendidik atau orang tua harus memberikan kesempatan pada setiap anak
untuk dapat melakukan sesuatu, baik secara individual maupun kelompok
sehingga anak akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Sekolah harus
dijadikan laboratorium bekerja bagi anak-anak.
Adapun Gessel dan Amatruda, mengemukakan bahwa anak usia 3-4 tahun
telah mulai mampu berbicara secara jelas dan berarti. Kalimat-kalimat yang
diucapkan anak semakin baik sehingga masa ini dinamakan masa
perkembangan fungsi bicara. Selanjutnya, pada usia 4-5 tahun yaitu masa
belajar matematika. Dalam tahap ini anak mulai belajar matematika
sederhana misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan
walaupun masih keliru urutannya, dan penguasaan sejumlah kecil dari benda-
benda. Namun demikian pada usia ini menurut Gunarsa (1967) anak belum
mampu memusatkan perhatiannya pada dua dimensi yang berbeda secara
serempak.
Henmon berpendapat bahwa kognitif dan pengetahuan disebut intelegensi.
Jadi bagian dari intelegensi apabila kognitif tinggi, Maka intelegensi tinggi
pula.
Alfred Binet, mengemukakan potensi kognitif seseorang tercermin dalam
kemampuan menyelesaikan tugas-tugas yang menyangkut pemahaman dan
penalaran. Perwujudan potensi kognitif manusia harus dimengerti sebagai
suatu aktivitas atau perilaku kognitif yang pokok atau terutama pemahaman
penilaian dan pemahaman baik yang menyangkut kemampuan berbahasa
maupun yang menyangkut kemampuan motorik.
Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah
bagian dari berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman
atau penalaran, pengetahuan umum dan pengertian. Pikiran anak mulai aktif
sejak lahir dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya. Perkembangan
pikirannya, seperti : (1) belajar tentang orang, (2) belajar tentang sesuatu, (3)
belajar tentang Kemampuan kemampuan Baru, (4) memperoleh banyak
ingatan dan, (5) menambah banyak pengalaman. Panjang perkembangannya
pikiran anak maka anak akan menjadi lebih cerdas.
M. Solehuddin dalam jurnal ilmu pendidikan, pedagogis, 2 april 2004,
menyebutkan bahwa secara sederhana berpikir dapat diartikan sebagai
kemampuan anak untuk memahami sesuatu konsep, hubungan operasi dan
sejenisnya serta untuk menyelesaikan masalah atau persoalan yang dihadapi.
Menurut Carl Witherington dalam Usman dan Praja (1996), menyatakan
bahwa intelegensi merupakan kesempatan bertindak sebagaimana
dimanifestasikan dalam Kemampuan kemampuan atau kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: (1) fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka, (2)
efisiensi penggunaan bahasa, (3) kecepatan pengamatan fasilitas dalam
memahami hubungan, dan (4) menghayal atau mencipta.
Selanjutnya Witherington, mengemukakan bahwa kognitif adalah pikiran,
melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi
suatu situasi untuk memecahkan masalah. Adapun perkembangan kognitif
adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berpikir dari
otak pikiran yang digunakan untuk mengenali, mengetahui dan memahami.
Menurut Cameron dan Baney (1997), aktivitas kognitif akan sangat
bergantung pada kemampuan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan
karena bahasa adalah alat berpikir, dimana dalam berpikir menggunakan
pikiran (kognitif).
Adapun Guilford, mengemukakan suatu model struktur intelektual yang
dapat digambarkan sebagai suatu kubus yang terdiri dari tiga dimensi
intelektual. Model struktur ini menggambarkan keragaman kemampuan
intelektual manusia yang sekaligus dapat mengklasifikasikan dan
menjelaskan Seluruh aktivitas manusia.
Jadi dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif perkembangan
(perkembangan mental dan perkembangan kognitif) adalah dari pikiran.
Pikiran merupakan bagian dari proses berpikirnya otak. Bagian ini digunakan
untuk proses pengakuan formal mencari sebab akibat, proses mengetahui, dan
memahami.
Pikiran anak-anak sudah dapat bekerja aktif semenjak anak dilahirkan.
Hari demi hari pemikirannya berkembang sejalan dengan pertumbuhannya,
misalnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan:
1. belajar tentang orang lain.
2. belajar tentang sesuatu.
3. belajar keterampilan Baru.
4. mendapat kenangan yang indah.
5. mendapatkan pengalaman baru
jika anak berkembang pikirannya dengan cepat dan baik maka anak akan
menjadi lebih kognitif. Anak akan berkembang lebih optimal dalam
kehidupannya sejalan dengan tumbuh kembang anak yang bersangkutan.
Dalam segala aktivitasnya, anak ini juga dapat beraktivitas dengan baik dan
optimal juga.
Identifikasi karakteristik perkembangan kognitif anak usia 3-4 tahun
sampai usia 5-6 tahun berdasarkan teori teori yang dikemukakan oleh para
ahli dan tugas perkembangan pada masa anak prasekolah sebagai berikut :
1. memahami konsep makna berlawanan; kosong/penuh atau
rintangan/berat.
2. Menunjukkan pemahaman mengenai ide dasar/di puncak; di
belakang/di depan; di atas/di bawah.
3. Mampu memadakan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek
nyata atau gambar.
4. Sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai ukuran.
5. Mengelompokkan benda yang memiliki persamaan: warna, bentuk,
atau ukuran.
6. Mampu mengetahui dan menyebutkan umurnya.
7. Memasangkan dan menyebutkan benda yang sama, misalnya “apa
pasangannya piring?”
8. Mencocokkan segitiga persegi panjang dan wajik.
9. Menyebutkan lingkaran dan kotak jika diperlihatkan.
10. Memahami konsep lambat atau cepat, sedikit atau banyak, tipis
atau tebal, sempit atau luas.

.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif


Banyak factor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, namun
sedikitnya factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Factor hereditas atau keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli
filsafat Schopenhauer berpendapat bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh
lingkungan. Dikatakan pula bahwa, taraf intelegensi sudah ditentukan
sejak anak dilahirkan titik para ahli Psikologi Lehrin, Lindzey dan
Spuhier berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-80% merupakan
warisan atau factor keturunan.
2. Factor lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke.
Berpendapat bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti
kertas putih yang masih belum ada tulisan atau noda sedikitpun. Teori
ini dikenal luas dengan sebutan teori tabularasa. Menurut John locke,
perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya.
Berdasarkan pendapat Locke, taraf intelegensi sangatlah ditentukan
oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan
hidupnya.
3. Factor kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis atau usia
kalender.
4. Factor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat
dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga
manusia berbuat inteligen Karena untuk mempertahankan hidup
ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
5. Factor minat dan bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat
diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih
perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang
akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang
memiliki bakat tertentu maka akan semakin mudah dan cepat
mempelajarinya.
6. Factor kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berpikir divergen
(menyebarkan) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode-
metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas
dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

.4 Makna Perkembangan Kognitif Bagi Kehidupan Anak


Individu berpikir menggunakan pikirannya. Kemampuan ini yang
menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan tidaknya suatu masalah yang
sedang dihadapi. Melalui kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh seorang
anak, maka dapat dikatakan seorang anak itu pandai atau bodoh, pandai sekali
(genius), atau bodoh sekali (dungu atau idiot). Williamstern menggunakan
batasan sebagai berikut bahwa intelegensi adalah kesungguhan untuk
menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat
berpikir yang sesuai dengan tujuannya.
M. Solehuddin (dalam jurnal ilmu pendidikan, pedagogic, Vol. 1, April
2003) menyebutkan bahwa, dalam aspek kognisi atau kemampuan berpikir,
pada masa usia dini (0-6 tahun) terjadi perubahan yang dramatis.
Perkembangan yang terjadi bukan hanya secara kuantitatif tetapi juga
kualitatif.
Intelegensi memang memainkan peran penting dalam kehidupan
seseorang, tetapi inteligensi bukanlah satu-satunya factor yang menentukan
sukses tidaknya kehidupan seseorang.
Memang kecerdasan atau intelegensi seseorang memainkan peranan
penting dalam kehidupannya akan akan tetapi, kehidupan manusia sangatlah
kompleks dan intelegensi bukanlah satu-satunya factor yang menentukan
kesuksesan kehidupan seseorang.

BAB III
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami berbagai
pengalamannya. Teori ini meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha dari
individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya yang berada di
sekitarnya. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang melibatkan individu
secara aktif. Karena melibatkan seluruh kemampuan mental secara optimal.
Hal ini tercermin dari cara berfikir yang digunakan individu dalam
mengahadapi sebuah situasi, dan hal itulah yang mempengaruhi cara ia
belajar.
Dalam teori kognitif proses belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan.
Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,
berkesinambungan dan menyeluruh.

.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami selaku
penyusun mohon diberi saran dan kritik yang membagun guna terciptanya
makalah yang lebih baik di waktu yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Ahmad (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta :
prenadamedia.
Aisyah, Siti, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
https://www.academia.edu.makalahteorikognitif.com.

Anda mungkin juga menyukai