Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN KOGNITIF

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Psikologi Perkembangan Anak

KELOMPOK 4
1. Wa Ode Juliana (2021010104037)
2. Emil Aprilia (2021010104005)
3. Felincia Putri Febriana (2021010104026)
4. Nadila Oktavia (2021010104015)
5. Iin Nur Awalhaqq (2021010104033)
PGMI A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
2022
A. Konsep Dasar Perkembangan Kognitif

Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan atau melibatkan kognisi, atau berdasarkan
pengetahuan faktual yang empiris. Dalam pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi popular
sebagai salah satu wilayah psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan.
Dalam psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
manusia yang berhubungan dengan masalah pengertian, pemahaman, perhatian, menyangka,
mempertimbangkan, pengolahaninformasi, pemecahanmasalah, kesengajaan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir, keyakinan, dan sebagainya. (Sutarno : 2017)

Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami
perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan
kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan
kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga
anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan
lingkungan.

Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa
depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta
didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita,
2009).

1. Pendapat Jean Piaget

Piaget percaya bahwa setiap anak lahir dengan kecenderungan bawaan untuk memahami dan
berinteraksi dengan lingkungan mereka. Terori perkembangan kognitif piaget mengemukakan bahwa
kecerdasan anak berkembang melalui empat tahapan yang berbeda, dan setiap tahapnya ditandai
dengan kemunculan kemampuan baru dan cara memproses informasi. (SLAVIN:2015)
Piaget juga percaya bahwa setiap anak membangun struktur mental dan ide kreatif dalam upaya
untuk memahami pengalaman mereka. Ini membantu mereka mencapai keseimbangan kognitif,
prediktibilitas, dan pandangan bahwa dunia sebagai tempat yang teratur. Ketika mereka memiliki
pengalaman baru yang tidak masuk akal bagi mereka maka, tatanan kognitif ini terganggu dan
mereka berusaha membangunnya kembali. Dalam melakukannya, pemikiran mereka menjadi lebih
canggih. Kemajuan perkembangan ini terjadi dalam pola umum yang sesuai dengan kisaran usia yang
diperkirakan (Eggen, P : 2016)

2. Pendapat Vygotsky

Teori Vygotsky menunjukkan bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika peserta didik dengan
dukungan dukungan dari orang lain yang lebih berpengaruh, misal orang tua, teman,
memperolehpengetahuan dan keterampilan yang unik untuk budaya tertentu melalui penggunaan
sosial interksi dan bahasa. Orang dewasadan indiidu lain yang lebih berpengetahuan mengukur
kesiapan peserta didik untuk tugas-tugas baru dn memberikan dukungan yang diperukan untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih maju secara perkembangan melalui interaksi
sosial yangkaya bahasa. (Eggen, P : 2016)

Dari dua pendapat di atas, dapat di sederhanakan bahwa menurut Pieget Perkembangan kognitif seorang
anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan
anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung
menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara
belajar secara aktif dilingkungan sekolah. Sedangkan perkembangan kognitif menurut Vygotsky lebih
menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan interaksi dengan orang lain dalam
proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari
guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum
pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di
masyarakat.

B. Faktor faktor Perkembangan Kognitif

Menurut modul perkembangan kognitif, karya Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd. pada halaman 28-30
menjelaskan bahwa faktor-faktor perkembangan kognitif ada 6 yaitu :

1. Hereditas atau keturunan


Kemampuan seorang manusia cenderung merupakan warisan atau keturunan pembawa yang
ditentukan oleh ciri yang dibawa sejak lahir.
2. Lingkungan
Perkembangan manusia sangatlah dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Lingkungan yang baik
akan memberikan pola pikir yang baik bagi individu tersebut.
3. Kematangan
Fisik ataupun psikis seseorang dikatakan matang apabila telah mencapai kesanggupan dalam
menjalankan fungsinya masing masing.
4. Pembentukan
Pembentukan adalah segala keaadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi.
5. Minat dan Bakat
Minat mengarahkan seseorang kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan tertentu.
Sedangkan Bakat seseorang mempengaruhi tingkat kecerdasannya.
6. Kebebasan
Kebebasan, yaitu kebebasan manusia untuk berpikir yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih
metode tertentu untuk memacahkan masalah-masalah yang ada sehingga dirinya dapat lebih
berkembang.

C. Proses Perkembangan Kognitif


Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses perkembangan kognitif
yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses
perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut
teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak
usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori-motorik (dari lahir
sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7
sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan
Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir
sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia
melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)


Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai gambar. Kata
dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui
hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita, 2009).
c. Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda (Desmita, 2009). Tetapi
dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk
melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila
anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit,
maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.

2. Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Masa kanak-kanak awal
1) Pengertian perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun,
sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau
manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan dalam
tahap kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau kemampuan
representional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Menurut
Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah anak yang sedang berada dalam
periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu
dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-
kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok
individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia
4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
2) Kemampuan yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak berada pada tahap praoperasional. Dikatakan praoperasional
karena pada tahap ini anak belum memahami. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam
tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase
berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif
anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses
berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan
anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini
merupakan fase permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun
pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak
terorganisasi secara baik.
3) Fase praoperasional mencakup tiga aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
 Berpikir Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa
walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki
kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Contoh
kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk
membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini,
anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Pada fase praoperasional,
anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak
hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan
melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak
sensorimotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut.
Anak dapat membanyangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat yang berbeda
dengan yang sebenarnya. Contoh: Citra bertanya kepada ibunya tentang gajah yang
mereka lihat dalam perjalanan mereka ke sirkus beberapa bulan yang lalu.
 Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar,
setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum
dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget,
pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan
bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir secara
egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh
ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Anak
berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa sebagaimana yang mereka
lakukan. Contoh: Clara menyadari bahwa dia harus mebalik buku agar ayahnya dapat
melihat gambar yang dia minta untuk diterangkan. Dia malah memegang buku di depan
wajahnya sehingga hanya dia sendiri yang dapat malihat buku tersebut.
 Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan
untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa
ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannva
mengerti dan mengetahui sesuatu. Contoh: Ani menyusun balok meniadi rumah-
rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani tidak mengetahui alasan-alasan yang
menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum
memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu
kejadian.
4) Kemampuan lain yang dikuasai anak tahap ini adalah:
 Memahami identitas
Anak memahami bahwa perubahan di permukaan tidak mengubah karakter alamiah
sesuatu. Contoh: Boris mengetahui bahwa gurunya sedang berbusana bajak laut tetapi
orang itu tetap gurunya yang berada di dalam kostum.
 Memahami sebab akibat
Anak mengetahui bahwa peristiwa memiliki sebab dan akibat. Contoh: Anas melihat
bola menggelinding dari balik tembok, lalu dia melihat belakang tembok untuk mencari
siapa yang menendang bola tersebut.
 Mampu mengklasifikasi
Anak mengorganisir objek, orang, dan peristiwa kedalam kategori yang memiliki
makna. Contoh: Susan memilah mainannya ke kelompok bagus dan jelek.
 Memahami angka
Anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka. Contoh: Rosa membagi permen
kepada teman-temannya dan menghitung permen yang dia punya untuk memastikan
setiap orang mendapatkan permen yang sama.
 Empati
Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Contoh: Budi mencoba untuk menenangkan temannya yang sedang kecewa dan
menangis.
 Teori pikiran
Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental dan fungsi pikirannya. Contoh: Putri
ingin menyimpan beberapa potong coklat untuk dirinya sendiri, karena itu ia
menyimpan coklat dari adiknya ke dalam kotak pensil. Dia mengetahui bahwa coklatnya
akan aman didalam kotak tersebut karena sang adik tidak akan mencarinya ke tempat
yang biasanya tidak terdapat coklat.
5) Batasan pemikiran praoperasional (merujuk kepada piaget), yaitu:
 Sentrasi: ketidakmampuan untuk decenter
Diskripsi: Anak fokus kepada satu aspek dari situasi dan mengabaikan yang lain.
Contoh: Timon menggoda adik perempuannya bahwa ia memiliki juice yang lebih
kerena juice-nya dituangkan ke dalam gelas yang panjang dan ramping sedangkan milik
adiknya dituangkan dalam gelas yang pendek dan melebar.
 Irreversibility
Diskripsi: Anak gagal memahami bahwa beberapa operasi atau tindakan dapat dibalik,
dikembalikan ke situasi semula. Contoh: Timon tidak menyadari bahwa juice dalam tiap
gelas dapat dikembalikan ke dalam kotak juice yang merupakan tempat semula juice
tersebut, dan berlawanan dengan klaim miliknya lebih banyak dibandingkan milik sang
adik.
 Fokus kepada situasi, bukan kepada transformasi
Diskripsi: Anak gagal memahami nilai penting transformasi antar pernyataan Contoh:
Dalam tugas percakapan, Timon tidak memahami bahwa tranformasi bentuk cairan
(dituangkan dari satu tempat ke tempat yang lain) tidak mengubah jumlah.
 Penalaran transduktif
Diskripsi: Anak tidak menggunakan penalaran deduktif atau induktif, mereka malah
melompat dari satu penalaran ke yang lain dan mencari sebab ketika tidak
menemukannya. Contoh: Sarah memarahi adiknya, kemudian adiknya jatuh sakit, sarah
menyimpulkan bahwa yang menyebabkan adiknya sakit adalah dia.
 Animisme
Diskripsi: Anak mengatributkan kehidupan kepada objek yang tidak hidup. Contoh:
Amanda mengatakan bahwa musim semi mencoba untuk datang dan musim gugur
berkata, “saya tidak mau pergi! Saya tidak mau pergi!”.
 Ketidakmampuan membedakan penampakan dengan kenyataan
Diskripsi: Anak merasa bingung dengan apa yang sebenarnya penampilan. Contoh: Budi
merasa bingung dengan spon yang dibuat berbentuk batu. Dia menyatakan bahwa benda
tersebut berbentuk seperti batu dan benar-benar batu.
6) Tahap perkembangan bahasa berbicara pada masa kanak-kanak awal
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun)
dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan
kata kata yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode
linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
 Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks,
baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang jelas.
Misalnya kata duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat
duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan
memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam konteks
apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut muka) gerak serta bahasa
tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata
benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
 Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat
membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang
terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek
dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga
kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan
oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mcngadakan
komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab
dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-
kalimatnya sendiri yang sederhana.
 Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setengah sampai lima
tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam
berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak
mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam
pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti
orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk
jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak
mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu dan bentuk-
bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
7) Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak awal
 Model pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu:
Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka panjang
dan pemanggilan kembali di kemudian hari.
Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.
Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari penyimpanan
ingatan.
 Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan tetapi
kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal.
 Membentuk memori anak. Memori tentang pengalaman pada masa anak-anak awal
jarang sekali yang terjadi secara disengaja: anak kecil biasanya mengingat peristiwa
yang membuat kesan yang sangat kuat, dan dan sebagian besar dari memori sadar awal,
ini tampaknya bersifat jangka pendek. Cara seorang anak membentuk memori permanen
ada tiga tipe yaitu:
Memori generic: memori yang menghasilkan script bagi rutinitas yang akrab untuk
memandu perilaku. Script adalah catatan umum yang akrab dan berulang, dipergunakan
untuk memandu perilaku. Misalnya: seorang anak bisa saja memiliki script untuk
menaiki bus ke sekolah atau makan siang di rumah nenek.
Memori episodis: memori jangka panjang tentang peristiwa yang kerap terjadi dan
akrab, dihubungkan dengan tempat dan waktu.
Memori autobiografis: memori tentang peristiwa tertentu dalam kehidupan seseorang.
Misalnya: seorang anak mengingat saat dia pergi ke kebun binatang. Karena ke kebun
binatang itu dia mengingat peristiwa baru dan unik, dia juga mengingat detail dari
perjalanan tersebut hingga beberapa tahun.

b. Masa Kanak-kanak Akhir


Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional
Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek –
objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang
bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang
tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran
anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah
yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-
benar berada pada stadium belajar. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses
yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan
antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam
suatu keadaan.
Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa
melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur
kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri
bertindak secara nyata.
1) Kemajuan kognitif
 Pemikiran spasial
Contoh : Dani dapat menggunakan peta atau model untuk membantunya mencari objek
tersembunyi dan dapat memberikan arah untuk menemukan benda tersebut kepada
orang lain. Dia dapat menemukan jalan ke sekolah dan pulang ke rumah, dapat
memperkirakan jarak, dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk pergi dari satu
tempat ke tempat yang lain.
 Sebab akibat
Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil
(misalnya, jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak). Tetapi dia belum
mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan penempatan objek, yang membuat
perbedaan.
 Klasifikasi
Kemampuan mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis. Contoh :
elena dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk, warna, atau
keduanya. Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki anggota yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kelas yang menjadi induknya (bunga).
 Seriasi dan kesimpulan transitif
Kemampuan untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan
antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga. Contoh : nina dapat mengatur
kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang paling pendek ke yang paling panjang, dan
dapat memasukkan tongkat berukuran menengah ke tempat yang tepat. Dia mengetahui
apabila satu tongkat lebih panjang dibandingkan tongkat kedua, dan tongkat kedua lebih
panjang dari tongkat ketiga, maka tongkat pertama lebih panjang dari tongkat ketiga.
 Penalaran induktif dan deduktif
Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang observasi
khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang kelas tersebut. Dan
penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang bergeneral dari premis umum
tentang sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan tentang anggota tertentu atau beberapa
anggota dari kelas tersebut. Contoh : Dara dapat memecahkan masalah induktif maupun
deduktif dan mengetahui bahwa kesimpulan induktif (yang didasarkan pada beberapa
premis tertentu) memiliki tingkat kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan
kesimpulan deduktif (didasarkan kepada premis umum).
 Konservasi
Dalam memecahkan berbagai masalah konservasi, anak-anak yang berada dalam tahap
operasi konkret dapat mencari jawabannya dalam kepala mereka: mereka tidak harus
mengukur atau menimbang objek tersebut. Contoh : Pada usia 7 tahun, Andre
mengetahui apabila bola tanah liat digulung menjadi bentuk sosis, maka ia memiliki
jumlah tanah liat yang sama (konservasi substansi). Pada usia 9 tahun, dia mengetahui
bahwa berat bola dan sosis sama. Baru pada usia awal remaja, dia mengetahui bahwa
keduanya meluberkan jumlah cairan yang sama jika keduanya diletakkan dalam segelas
air.

2) pokok bahsan kognitif


 Perkembangan Memori
Cara otak menyimpan informasi dipercaya bersifat universal, walaupun efisiensi dari
sistem tersebut bervariasi dari orang ke orang (Siegler, 1998). Model pemrosesan
informasi menggambarkan otak memiliki tiga “gudang”, yaitu: Memori sensoris
(sensory memory) adalah sistem penyimpanan awal “tangki penampungan” sementara
bagi informasi sensoris yang masuk. Ingatan sensoris menunjukkan sedikit perubahan
berkaitan dengan usia; sebagaimana yang telah kita saksikan, bayi pun memilii ingatan
sensoris. Memori kerja (working memory) adalah sebuah “gudang” jangka pendek bagi
informasi yang sedang dikerjakan oleh seseorang pada saat ini; dan informasi tersebut
adalah informasi yang berusaha untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan. Memori
jangka panjang (long-term memory) adalah sebuah “gudang” dengan kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas, yang menyimpan informasi dalam jangka waktu yang
lama.
Metamemori: Memahami memori
Antara anak usia 5 dan 7 tahun, lobus frontal mengalami perkembangan signifikan dan
reorganisasi, memungkinkan peningkatan pemanggilan kembali dan metamemori,
pengetahuan tentang proses memori (Janowsky & Carper, 1996). Anak-anak TK dan
tingkat pertama mengetahui bahwa orang akan mengingat lebih baik jika mereka belajar
lebih lama, orang akan melupakan sesuatu seiring dengan berjalannya waktu, dan akan
lebih mudah untuk mempelajari kembali sesuatu yang telah dipelajari daripada
mempelajarinya untuk pertama kali.
Mnemonik: Strategi untuk Mengingat
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan
tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya
keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha
menggunakan teknik untuk membantu ingatan (strategi mnemonik) yang digunakan
untuk meningkatkan memori. Terdapat 4 macam strategi mnemonik, yaitu:
Bantuan memori eksternal : Terpancing oleh sesuatu dari luar orang tersebut. Pada
anak usia 5 dan 6 tahun dapat melakukan hal ini, tetapi yang berusia 8 tahun lebih sering
berpikir untuk melakukannya. Contoh : Roni membuat daftar yang harus dia lakukan
hari ini.
Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara
mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan. Pada anak usia 6 dan 7 tahun
dapat diajari untuk melakukan hal ini, anak usia 7 tahun melaksanakannya secara
spontan. Contoh : tim berulang-ulang menyebutkan huruf dalam kata ejaannya sampai
dia mengetahuinya.
Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang
digunakan untuk mesningkatkan memori. Sebagian besar anak tidak dapat melakukan
hal ini sampai mereka berusia 10 tahun, tetapi anak yang lebih muda dapat diajari
melakukannya. Contoh : anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya
menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
Elaborasi : mengasosiasikan item yang akan diingat dengan sesuatu yang lain seperti
frasa, scene, atau cerita. Anak yang berusia lebih tua lebih sering melakukan ini secara
spontan dan mengingat lebih baik apabila mereka membuat asosiasi mereka sendiri;
anak yang lebih muda akan mengingat lebih baik apabila ada orang lain yang
membuatkannya untuk mereka. Contoh : Yolanda mengingat garis nada musik
(E,G,B,D,F) dengan mengasosiasikannya dengan frasa “Every good boy does fine”.
 Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan
secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai
begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir
secara reflektif dan evaluatif.
 Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan
sekolah.
 Perkembangan Bahasa
 Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perkembangan
bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain:
Aspek pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan. Umumnya pada
usia ini, tugas komunikasi menjadi kompleks dan sulit , sehingga anak-anak usia ini
mengalami kesulitan untuk memahami perasann orang lain, lalu anak usia 5-6 tahun
cenderung kurang mampu mengkomunikasikan informasi dari anak yang lebih tua, jadi
informasi yang abstrak belum mampu dikomuikasikan pada anak-anak.
Meningkatnya jumlah pembendaharaan dan spesifikasi definisi. Dalam masa
pertumbuhan pemahaman kata dan hubungannya berlangsung terus menerus, sehingga
mereka dapat memperkaya perbendaharaan katanya lebih banyak melalui bacaan-bacaan
yang sifatnya konstekstual, peningkatan tersebut mungkin setelah kelas empat SD.
Namun walaupun terjadi peningkatan perbendaharaan kata tidak selalu anak dapat
memahami makna suatu kata atau kalimat. Karena, dapat terjadi bila anak tidak
menguasai perbendaharaan dari semua kata di dalam kalimat, tapi anak itu dapat
memahami makna kata atau kalimat secara tepat. Sebaliknya, anak yang menguasai arti
dari seluruh kata dalam suatu kalimat tertentu tidak dapat memahami makna kata atau
suatu kalimat. Untuk itu dalam memaknai suatu kata ataupun kalimat diperlukan lebih
banyak kemampuan menjustifikasi suatu kata atau kalimat daripada sekedar mengetahui
arti kata.
c. Masa Remaja
1) Pengertian perkembangan kognitif remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal
(period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir
sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan
berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya,
tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang memungkinkan remaja
berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan untuk
dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks
berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional,
yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau
deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka.
Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa kemampuan remaja
untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang
terkumpul.
Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan
pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil
kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun
intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi untuk
mengabstraksi sifat-sifatnya.
Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat
tindakan-tindakan terhadap objek itu.
Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:
 Abstrak
Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-kemungkinan hipotesis atau
dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.
 Fleksibel dan kompleks
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.
Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, serta
membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini. Berbeda
dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu
memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir
secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan
yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya,
termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Di negara-negara
berkembang (termasuk Indonesia), masih banyak sekali remaja yang belum mampu
berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir yang sangat sederhana. Hal ini
terjadi karena sistem pendidikan di Indonesia banyak menggunakan metode belajar
mengajar satu arah atau ceramah, sehingga daya kritis belajar seorang anak kurang
terasah. Bisa juga pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja
seperti anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas
perkembangan sesuai dengan usianya. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai
tahap perkembangan pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah,
sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi
terbaik.
 Logis
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu
membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock,
2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik akan jalan keluar
suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan
menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Misal : Dalam pengambilan
keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran, keputusan sampai pada konsekuensinya,
bagaimana lingkungannya yang menunjukkan peran lingkungan dalam membantu
pengambilan keputusan pada remaja.

D. Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik


1. Masa kanak-kanak awal
Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja, pemahamannya hanya satu kata dan
terkadang anak sulit diajak belajar membaca. Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar
menari anak untuk membaca.
2. Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan sistem klasikal
yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata memahami isi
buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru
terlalu cepat. Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan
mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan & sharing.
3. Masa Remaja
Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang memahami isi bacaan.
Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman terjadi secara serius.
Daftar Pustaka

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia.
E. Papalia, Dian.,dkk. 200. Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan. Jakarta:
Kencana.
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) & ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia). 2003. Jurnal
Ilmu Pendidikan jilid 10 nomor 3. Madiun: IKIP PGRI.
Holil, A. 2008. Teori perkembangan kognitif Piaget. (online). (http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-
perkembangan-kognitif-piaget.html, diakses 2 November 2010).
Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/, diakses 2 November
2010).
Joesafira. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kognitif-pada-anak.html, diakses 2 November
2010).
Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4 November 2010).

Anda mungkin juga menyukai