Anda di halaman 1dari 10

Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat

kedewasaan yang berlangsung secara sistematik (Lefrancois,1975) progresif (witherington,1952)

dan berkesinambungan (Hurlock,1956) baik mengenai fisik dan psikis-nya.

Perkembangan merupakan suatu deretan perubahan-perubahan yang tersusun dan berarti,

yang berlangsung pada individu dalam jangka waktu tertentu. Lebih menujuk pada kemajuan

mental atau perkembangan rohani  yang melaju terus sampai akhir hayat.

Perkembangan merupakan proses yang sifatnya  menyeluruh atau holistik mencakup proses

biologis – kognitif dan psikososial. Pandangan tradisional terhadap perkembangan lebih

ditekankan pada: Kematangan, pertumbuhan, dan perubahan yang ekstrim selama  masa

bayi,anak – anak,dan remaja.

2.   Pengertian Psikologi dan Perkembangan Psikologi

a. Psikologi
Psikologi berasal  dari kata  psyche  (= jiwa) dan  logos  (= ilmu) ; psikologi merupakan

ilmu pengetahuan yang tergabung dalam  Psychological Sciences,yaitu ilmu yang menyelidiki

dan membahas  tentang perbuatan dan tingkah laku manusia. Artinya, dengan ilmu ini kita

mampu mengetahui karakter seseorang yang dapat kita lihat dari aspek fisiknya maupun

perbuatan dan tingkah lakunya.

Psikologi memberikan sumbangan terhadap pendidikan, karena subjek dan objek

pendidikan adalah manusia (individu). Psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami


perilaku individu, proses pendidikan serta bagaimana membantu individu agar dapat berkembang

optimal.

Pengertian psikologi menurut Soedjono D, SH : ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang di

peroleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya seperti

yang dimufakati sarjana-sarjana psikologi pada zaman sekarang ini. sehingga dapat kita

simpulkan bahwa definisi konsep psikologi adalah gagasan-gagasan mengenai sesuatu yang

menyangkut tentang tingkah laku manusia dan lingkungan sekitarnya melalui pengalaman-

pengalaman.

b .Pengertian Psikologi Perkembangan

Ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian psikologi perkembangan, yaitu:

§ Linda L Daidoff (1991)

Psikologi perkembangan adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan dan

perkembangan struktur jasmani, perilaku dan fungsi mental manusia yang dimulai sejak

terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang mati.

§ M. Lenner (1976)

Psikologi perkembangan sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan dan

perbedaan fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup (mempelajari bagaimana proses berpikir

pada anak-anak, memiliki persamaan dan perbedaan dan bagaimana kepribadian seseorang

berubah dan berkembangnya dari anak-anak, remaja sampai dewasa).

Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa Perkembangan psikologi

adalah suatu ilmu yang mempelajari  secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara

ontogeny yaitu mempelajari struktur jasmani, perilaku maupun fungsi mental manusia sepanjang
rentang hidupnya dari masa konsepsi hingga menjelang mati. Ilmu ini termasuk psikologi khusus

yakni psikologi yang mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.

3. Perspektif Psikologi Dalam Memahami Perkembangan

Perspektif psikologi dalam memahami perkembangan terbagi atas 4 bagian yaitu

1.      Perspektif kognitif

perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang

berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan

dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

- Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Jean Piaget merupakan salah seorang tokoh psikologi kelahiran Swiss yang berjasa

menemukan model yang mendeskripsikan bagaimana manusia bertindak untuk memaknai

dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasi informasi. Ide-ide Piaget tentang

perkembangan pikiran banyak mempengaruhi teori-teori perkembangan kontemporer.

- Ide-Ide Dasar Teori Piaget

Melalui serangkaian wawancara dan pengamatan yang saksama terhadap anaknya dalam

situasi pemecahan masalah, Piaget memukan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat

perkembangan kognitif anak, di antaranya:

1. Anak adalah pembelajar yang aktif. Piaget meyakini bahwa anak tidak hanya mengobservasi

dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan dengar secara pasif. Sebaliknya, mereka secara

natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari-
informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka

hadapi itu. Ia secara terus-menerus mengadakan eksperimen dengan    objek-objek yang mereka

temui,memanipulasi sesuatu    dan mengobservasi efek- efek dari tindakan-tindakannya.

Dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan apa yang disebut

oleh Piaget dengan "schema” (skema), yaitu konsep    atau kerangka yang ada dalam pikiran

anak yang digunakan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.

2.   Anak mengorganisasi     apa yang mereka pelajari dari pengalamannya. Anak-anak tidak

hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu

kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang

bagaimana dunia bergerak. Misalnya, dengan mengamati bahwa makanan, mainan atau objek-

objek lain yang selalu jatuh ketika mereka lepaskan, anak mulai membangun pemahaman awal

tentang gravitasi. Demikian juga, ketika mereka berintegrasi dengan binatang-binatang

kesayangannya, mengunjungi kebun binatang, melihat gambar-gambar binatang di buku-buku,

dan sebagainya, mereka mulai mengembangkan suatu pemahaman yang kompleks tentang

binatang-binatang.

3.     Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan

akomodasi. Dalam menggunakan dan mengadaptasi skema mereka, ada dua proses yang

bertanggung jawab, yaitu assimilation dan accomodation. Asimilasi terjadi ketika seorang anak

memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak

mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak

menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan

lingkungannya.
4. Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang

lebih komplek. Menurut Piaget, melalui kedua proses penyesuaian—asimilasi dan akomodasi—

sistem kognisi seseorang berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-

kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan

pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut

selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Namun keadaan

seimbang ini tidak dapat bertahan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Sebagai anak yang

sedang tumbuh, kadang-kadang mereka berhadapan dengan situasi yang tidak dapat menjelaskan

secara memuaskan tentang dunia dalam terminologi yang dipahaminya saat ini. Kondisi

demikian menimbulkan konflik kognitif atau disequilibrium, yakni semacam ketidaknyamanan

mental yang mendorongnya untuk mencoba membuat pemahaman tentang apa yang mereka

saksikan. Dengan melakukan penggantian, mengorganisasi kembali atau mengintegrasikan

secara baik skema- skema mereka (dalam kata-kata lain, melalui akomodasi), anak-anak

akhirnya mampu memecahkan konflik, mampu memahami kejadian-kejadian yang sebelumnya

membingungkan, serta kembali mendapatkan keseimbangan pemikiran. Pergerakan

dari equilibrium ke disequilibrium dan kemudian kembali lagi menjadi equilibrium atau proses

yang meningkatkan perkembangan pemikiran dan pengetahuan anak dari suatu tahap ke tahap

yang lebih kompleks inilah yang disebut Piaget dengan istilah equilibration (ekuilibrasi).

- Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget juga meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap

pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Dalam hal ini Piaget membagi tahap

perkembangan kognitifmanusia menjadi 4 tahap, yaitu: tahap sensori-motorik (sejak lahirsampai


usia 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun),tahap konkret - operasional (usia 7

sampai 11 tahun), dan tahapoperasional formal (usia 11 tahun ke atas). Untuk lebih

jelasnyaempat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget ini dapat diliha tdalam tabel berikut:

Tahap Sensorimotor
Usia 0-2 tahun

Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran

simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian

pengalaman-pengalamansensor dengan tindakan fisik

Tahap Pra-operasional
Usia 2 - 7 tahun

Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan

gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui

hubungan informasi indrawi dan tindakan

Tahap Pra-operasional
Usia 7 - 1 1 tahun

Pada saat ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan

mengklasifikasikan benda- benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.

Tahap Pra-operasional
Usia 11 tahun – Dewasa

Remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis,dan lebih idealistik.
2 Pandangan Behavioristik

Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang

dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun

1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif behavioral ini berfokus pada peran dari

belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut

teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan,

dan bisa dikendalikan.

Watson dan teoretikus behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904- 1990) meyakini

bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan

atau situasional. Kalau Freud melihat bahwa tingkah laku kita dikendalikan oleh kekuatan-

kekuatan yang tidak rasional, teoretikus behavioristik melihat kita sebagai hasil pengaruh

lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku kita. Menurut teoretikus

behavioristik, manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh

oleh faktor-faktor yang berasal dari luar. Faktor lingkungan inilah yang menjadi penentu

terpenting dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini, maka kepribadian individu

menurut teori ini dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu dan lingkungannya.

Manusia datang ke dunia ini tidak dengan membawa ciri-ciri yang pada dasarnya "baik atau

buruk”, tetapi netral. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu

selanjutnya semata-mata bergantung pada lingkungannya.

Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah

mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku

tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah
laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Semua tingkah laku, baik

bermanfaat ataupun merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.

Gagasan utama dalam aliran behavioristik ini adalah bahwa untuk memahami tingkah

laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif, mekanistik dan materialistik, sehingga

perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengondisian.

Dengan perkataan lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui

pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang tampak, bukan dengan mengamati kegiatan

bagian dalam tubuh. Menurut Watson, adalah tidak bertanggung jawab dan tidak ilmiah

mempelajari tingkah laku manusia semata-mata didasarkan atas kejadian-kejadian subjektif,

yakni kejadian-kejadian yang diperkirakan terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak dapat diamati

dan diukur.

3. Pandangan Humanistik

Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi terhadap teori

psikodinamik dan behavioristik. Para teoretikus humanistik, seperti Carl Rogers (1902-1987) dan

Abraham Maslow (1908- 1970) meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan

sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil

pengondisian (conditioning) yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat

bahwa tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya, teori

ini melihat manusia sebagai aktor dalam drama kehidupan, bukan reaktor terhadap instink atau

tekanan lingkungan. Teori ini berfokus pada pentingnya pengalaman disadari yang bersifat

subjektif dan self-direction
  Dalam teori humanistik, manusia digambarkan secara digambarkan sebagai individu yang

aktif, bertanggung jawab, mempunyai potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa

lalu), berorientasi ke depan, dan selalu berusaha untuk self-fulfillment (mengisi diri sepenuhnya

untuk beraktualisasi). Kegagalan dalam mewujudkan potensi-potensi ini lebih disebabkan oleh

pengaruh yang bersifat menjerat dan keliru dari pendidikan dan latihan yang diberikan oleh

orangtua serta pengaruh-pengaruh sosial lainnya.

4. Pandangan Psikodinamika

Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan hakikat dan

perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori psikodinamika dipelopori oleh

Sigmund Freud (18561939). Model psikodinamika yang diajukan Freud disebut “teori

psikoanalitis” (psychoanalytic theory). Menurut teori ini, tingkah laku manusia merupakan hasil

tenaga yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering tanpa disadari oleh individu. Bagi Freud,

ketidaksadaran merupakan bagian dari pikiran yang terletak di luar kesadaran yang umum dan

berisi dorongan- dorongan instinktual. Hanya sebagian kecil dari tingkah laku manusia yang

muncul dari proses mental yang disadari, sebaliknya yang paling besar mempengaruhi tingkah

laku manusia adalah ketidaksadaran.

Oleh sebab itu, menurut pandangan psikoanalisis, tingkah laku manusia hanya dapat

dipahami melalui pengkajian yang mendalam terhadap ketidaksadaran. Freud meyakini bahwa

tingkah laku kita didorong oleh motif-motif di luar alam sadar kita dan konflik-konflik yang

tidak kita sadari. Konflik-konflik itu didasari oleh hal-hal di seputar instink-instink atau

dorongan-dorongan seksual dan agresif primitif serta kebutuhan untuk mempertahankan impuls-

impuls primitif tersebut di luar kesadaran langsung kita.


Jadi, menurut pandangan ini, tingkah laku manusia lebih ditentukan dan dikontrol oleh

kekuatan psikologis, naluri-naluri irrasional (terutama naluri menyerang dan naluri seks) yang

memang sudah ada sejak semula pada setiap diri individu. Menurut Freud, hanya sedikit ide-ide,

harapan-harapan, dan impuls-impuls yang ada dalam diri individu dan yang menentukan tingkah

laku mereka. Sebaliknya, bagian dari pikiran yang lebih besar, yang meliputi harapan-harapan,

kekuatan- kekuatan, dorongan-dorongan yang bersifat instinktif kita yang terdalam, tetap berada

di bawah permukaan kesadaran (unconscious). Berdasarkan keyakinan inilah maka para teoretisi

psikodinamika menganggap perkembangan manusia (human development) sebagai suatu proses

aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau impuls-impuls.

Anda mungkin juga menyukai