Anda di halaman 1dari 24

ASPEK-ASPEK PSIKO-FISIK

PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK
KELOMPOK 3 :

 Khafifah Darwis
 Mutiah Tilqa Rizkiah
 Widya Oktaviani
A. ASPEK JASMANI DAN INTELEGENSI

1.  Tahap sensori-motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini, bayi mempergunakan sistem penginderaan dan


aktivitas-aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya
mengenal objek-objek. Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi
masih sangat tergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian alat-alat
inderanya sudah langsung bisa berfungsi.
Menurut Gleitmen (1987 ) bekal yang dibawa seorang anak yang
baru lahir sebagai dasar perkembangan kehidupannya ada dua:

1. Bekal kapasitas motor atau jasmani

2. Bekal kapasitas panca indra (sensori)

Ketika seorang anak memasuki sekolah dasar atau ibtidaiyah, pada umur enam
atau tujuh tahun, sampai bahkan dua belas tahun maka perkembangan fisiknya
mulai tampak benar-benar seimbang dan proporsional, artinya organ-organ
jasmani tumbuh serasi tidak lebih panjang atau lebih besar dari semestinya,
misalnya, ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari tangan kiri. Gerakan-
gerakan tubuh anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya
keberanian mentalnya.
Menurut Freud ada enam tahap perkembangan fisik manusia
meliputi:

a) Tahap Oral : umur 0-1 tahun.


b) Tahap Anal : 1-3 tahun.

c) Tahap Valis : umur 3-5 tahun.

d) Tahap Laten : umur 5-12 dan 13 tahun.


e) Tahap Puberitas : umur 12 dan 13.

f) Tahap Genital : umur  12 dan seterusnya.


2.  Tahap berpikir praoperasional (2-7 tahun)

Perkembangan yang jelas terlihat pada tahap ini ialah


kemampuan mempergunakan simbol. Fungsi simbolik, yakni
kemampuan untuk mewakilkan sesuatu yang tidak ada, tidak
terlihat dengan sesuatu yang lain atau sebaliknya sesuatu hal
mewakili sesuatu yang tidak ada. Pada masa praoperasional
ini, anak bisa menemukan obyek-obyek yang tertutup atau
tersembunyi.
3 .   TA H A P B E R P I K I R O P E R A S I O N A L K O N K R E T
( 7 - 11 TA H U N )

Pada masa ini anak-anak sudah mulai bisa melakukan bermacam-macam tugas. Menurut
Piaget, anak-anak pada masa operasional konkret ini bisa melakukan tugas-tugas konservasi
dengan baik, karena anak-anak pada masa ini telah mengembangkan tiga macam proses
yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu:

a.   Negasi
Pada masa praoperasional anak hanya melihat atau memperhatikan keadaan permulaan dan
keadaan akhir pada deretan benda yaitu pada mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya
keadaanya menjadi tidak sama. pada masa operasional konkret anak telah mengerti proses
apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
b.   Hubungan timbal balik (resiprokasi)

Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak
mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak
rapat lagi dibandingkan dengan deretan yang lain. Karena anak mengetahui
hubungan timbal balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya,
maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua
deretan itu sama.

c.   Identitas

Anak pada masa operasional konkret ini sudah bisa mengenal satu persatu
benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu. Anak bisa menghitung,
sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak mengetahui bahwa
jumlah tetap sama.
4 .   TA H A P B E R P I K I R O P E R A S I O N A L
F O R M A L ( 11 - 1 5 TA H U N )

Pada tahap ini, seorang anak memperkembangkan kemampuan kognitif untuk


berpikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak bisa memikirkan hal-hal apa
yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak dan menduga apa yang akan
terjadi. Perkembangan lain pada masa anak atau bisa disebut masa remaja ini ialah
kemampuan untuk berpikir sistematik, bisa memikirkan semua kemungkinan
secara sistematik untuk memecahkan suatu persoalan. Pada masa ini remaja juga
sudah bisa memahami adanya bermacam-macam aspek pada suatu persoalan yang
dapat diselesaikan seketika, sekaligus. Tidak lagi satu persatu seperti yang biasa
dilakukan anak-anak pada masa operasional konkrit.
B. ASPEK EMOSI DAN
BAHASA
1. Perkembangan Emosi

           Dalam sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat


dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor itu
terjalin erat satu sama lain dan akan mempengaruhi perkembangan
intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu kemampuan berpikir kritis,
mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan menjadi reaktif
terhadap rangsangan.
Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode
yang menunjang perkembangan emosi.
Diantaranya:

a)      Belajar dengan coba-coba


b)      Belajar dengan cara meniru
c)      Belajar dengan cara mempersamakan diri
d)      Belajar melalui pengondisian
e)      Belajar di bawah bimbingan dan
pengawasan
2. Perkembangan Bahasa
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir manusia
untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya.. Orang yang dalam jangka waktu
cukup lama terus –menerus mendengar pengucapan suatu bahasa, biasanya ia akan
mampu mengucapkan bahasa tersebut tanpa instruksi khusus atau direncanakan.
        Peningkatan kemampuan anak sekolah dasar dalam menganalisis kata-kata,
menolong mereka dalam memahami kata-kata  yang tidak berkaitan langsung
dengan pengalaman-pengalaman pribadinya. Anak usia 6 tahun sudah menguasai
hampir semua jenis struktur kalimat. Dari usia 6-9 atau 10 tahun, panjang kalimat
semakin bertambah. Setelah usia 9 tahun, secara bertahap anak mulai
menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan
berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
C. ASPEK KEPRIBADIAN DAN SOSIAL
1.Perkembangan Kepribadian

a)Anak dan Balita


Tidak semua perbedaan yang kita lihat pada anak merupakan hal yang negatif,dan tidak semua juga
positif. Orang tua seringkali lupa, bahwa ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi perbedaan
setiap anak :
1). Faktor biologis dan genetika (keturunan)
2). Faktor pola asuh
3). Faktor lingkungan
4). Faktor pendidikan

5). Faktor pengalaman (perjalanan dan pengalaman hidup sehari-hari)


b) Remaja
Banyak orang tua yang memiliki anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja
adalah waktu yang sulit. Banyak orang tua yang tetap menganggap anak remaja mereka
masih perlu dilindungi dengan ketat sebab di mata orang tua para anak remaja mereka
masih belum siap menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para
remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang
mandiri dari pengaruh orangtua.
c) Dewasa
1) Depresi dan Reformasi Diri
Banyak hal dalam hidup orang dewasa yang bisa menjadi "kambing hitam" atau alasan
seseorang menjadi depresi, depresi bisa melanda siapa saja tanpa pandang bulu,namun
depresi pun bisa diatasi oleh siapa saja dengan kondisi-kondisi tertentu. Kalau dipikir-
pikir, mengatasi depresi bisa dibilang sebuah pilihan sikap.
2) Kecanduan cinta

Istilah kecanduan cinta mungkin bukan istilah yang umum terdengar. Istilah yang
sudah umum beredar seperti kecanduan minum, alkohol, narkoba, rokok, kerja, dan lain
sebagainya. Meskipun “barang” nya cinta, bukan berarti aman-aman saja bagi
pecandunya dan tidak membawa dampak apapun juga.Justru, dampak dari kecanduan
cinta ini sama buruknya untuk kesehatan jiwa seseorang. Buktinya, sudah banyak kasus
bunuh diri atau pembunuhan yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban maupun
pelaku sama-sama tidak menyadarinya.

2. Perkembangan Sosial
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok moral dan
tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
D. ASPEK MORAL DAN
KEBERAGAMAAN
1. Perkembangan Moralitas Anak
Nilai moral dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah penting, arti dari moralitas atau moral
itu sendiri berasal dari bahasa latin Mos ( jamak:mores) yang berarti cara hidup atau kebiasaan.
Terdapat enam prinsip moral, yaitu sebagai berikut :
a.Prinsip keindahan (beauty)

b.Prinsip persamaan (equality)


c.Prinsip kebaikan (goodness)

d.Prinsip keadilan (justice)


e.Prinsip kebebasan (liberty)

f.Prinsip kebenaran (truth)


Tingkat dan Tahapan Perkembangan Moralitas

Gage & Berliner dalam  Lawrence Kohlberg sebagaimana yang dikutip


oleh Nurishan (2011)  menyatakan bahwa perkembangan moralitas pada
anak-anak itu pada dasarnya dapat dilukiskan tingkatan, tahapan, dan
ciri-ciri perkembangannya sebagai berikut :

Level of Moral Thouhgt (Tingkat Kesadaran Moral) :

1.Preconvetional level  (Tingkat prakonvensional)

2.Conventional level (Tingkat Konvensional)

3.Postconventional autonomous , or principled level (Tingkat otonom


konvensional atau prinsip)
Stages of Moral Develoment (Tahapan Perkembangan moral)
a. The punishment obdience orientation (Orientasi kepatuhan hukum)
b. The instrumental ralativist orientation (Orientasi relatif instrumental)
c. The interpersonal concordance orientation (Orientasi konperspektif
interpersonal)
d. Authorithy and social order maintaining orientation (Otoritas dan
ketertiban menjaga orientasi sosial)
e. The social contract legalistic orientation (Orientasi legalistik kontrak
sosial)
f. The universal ethical principle orientation (Orientasi prinsip etika universal)
2. Peranan Orang Tua Terhadap Moral Anak

Keluarga yaitu ayah dan ibu adalah peran terpenting dalam


pembentukan moral seorang anak, orang tualah yang akan
mempertanggung jawabkan masa depan anak-anaknya. Dunia ini penuh
dengan cobaan dan hal-hal yang tidak diduga-duga, oleh karena itu
orang tua mempunyai peran dalam pengarahan dan pembimbing anak
dan sebagai tempat pusat informasi dari segala hal yang tidak di ketahui.
Sejak kecil orangtua lah yang mengajarkan dan mengamalkan nilai-nilai
moral, keagamaan, tata krama, sopan santun dan lain-lain.Orang tualah
yang mengarahkan anaknya dalam masalah keagamaan.Seorang anak 
itu biasanya mengikuti agama orang tuanya.
3. Peranan Lingkungan Sekolah Terhadap Moral Anak
Peran sekolah adalah peran kedua setelah peran keluarga, sekolah adalah tempat anak
bersosialisasi dengan teman-temannya.lingkungan sekolah sangat mempengaruhi
pembentukan anak. hal-hal yang harus kita perhatikan adalah sebagai berikut:
a.       Pilihlah sekolah yang tertib, karena lingkungan sekolah yang tertib akan mempengaruhi
anak menjadi orang yang tertib pula
b.      Output yaitu lihatlah lulusan dari sekolah itu, apakah menghasilkan lulusan yang
unggulan dan berkualitas
c.       Jalin kerja sama yang baik dengan guru
d.      Perhatikan guru-guru pendidik, lihatlah apakah guru-guru pendidiknya berkualitas atau
tidak
e.       Pertimbangkan jarak dari sekolah ke rumah, pilihan yang terbaik adalah pilihlah sekolah
yang tidak terlalu jauh dari rumah agar waktu anak berkumpul bersama keluarga tidak sedikit
2 . P E R K E M B A N G A N P E N G H AYATA N
KEAAGAMAAN

a.    Tahapan Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Sejalan dengan perkembangannya kesadaran moralitas, perkembangan


penghayatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan perkembangan
intelektual di samping emosional dan volisional (konatif), mengalami
perkembangan. Menurut para ahli umumnya (Zakiyah Darajat, Starbuch,
William James) yang dikutip oleh Nurihsan (2011), sependapat bahwa
pada garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat
dibagi dalam tiga tahapan itu ialah sebagai berikut :
1. Masa kanak-kanak (sampai usia tujuh tahun) yang ditandai, antara lain
oleh hal berikut ini :

a)      Sikap keagamaan reseptif meskipun banyak bertanya.

b)      Pandangan ketuhanan yang anthtopormoph (dipersonifisikan).

c)      Penghayatan secara rohaniah masih supercial (belum mendalam)


meskipun mereka telah melakukan atau partisipasi dalam berbagai kegiatan
ritual.

d)      Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan


pribadinya) sesuai dengan taraf kemampuan kognitifnya  yang masih bersifat
egocentric (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).
2. Masa anak sekolah (7-8 sampai 11-12 tahun) yang ditandai antara lain, oleh hal
berikut ini :

a)      Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai pengertian

b)      Pandangan dan paham ketuhanan diterangkan secara rasional  berdasarkan


kaidah-kaidah logika yang bersumber pada indikator alam semesta sebagai
manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya.

c)      Pengahayatan secara rohaniah makin mendalam, malaksanakan kegiatan ritual


diterima sebagai keharusan moral.

3. Masa remaja (12-18 tahun) yang dapat dibagi kedalam kedua sub tahapan, ialah
sebagai berikut ini :

a)      Masa remaja awal

b)      Masa remaja akhir


b.    Proses Pertumbuhan Penghayatan Kegamaan
Ajaran agama menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia itu baik dan memiliki
potensi beragama, maka keluarganyalah yang akan membentuk perkembangan
agamanya itu. Oleh karena itu keluarga hendaklah menciptakan lingkungan
psikologis yang mendukung karakter anak dalam menjalankan ajaran agamanya.
 
c. Peranan Keagamaan Terhadap Moral Anak
Setiap anak mempunyai hak untuk memeluk agama yang dianutnya masing-
masing.seorang pendidik harus memperhatikan pendidikan anak didiknya sesuai
norma-norma agama yang berlaku dalam masyarakat dan anak diwajibkan untuk
mendalami agamanya.Pendidikan agama adalah pendidikan yang penting untuk
membina ketakwaan kepada Allah dan berperilaku sesuai dengan Qur’an dan As-
Sunnah.
SEKIAN

&

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai