Anda di halaman 1dari 22

PROSES DAN FASE-FASE PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Dosen : Miftahul Jannah, M.Si

Oleh :
1. Tarkam Suwirya
2. Alfian Cantona
3. Saputra Sulaiman

Semester III
JURUSAN TARBIYAH (PAI)
STAI NUR EL - GHAZY
BEKASI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Makalah yang berjudul Proses dan Fase-Fase
Perkembangan Psikologi.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen Miftahul Jannah, M.Si yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bekasi, 07 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI :

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………....... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 1
C. Tujuan Pembahasan …………………………………………………… 1

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan …………………………………………… 2
B. Proses Perkembangan Pada Manusia …………………………………… 2
C. Fase-fase Perkembangan Pada Manusi …………………………………… 3
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 18
B. Saran ………………………………………………………………….. 18
DAFTAR FUSTAKA ………………………………………………………….. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan individu dimulai sejak masa konsepsi, yaitu saat bertemunya sel yang berasal
dari ayah (sperma) dengan sel telur yang berasal dari ibu (ovum). Dalam proses pertumbuhan
atau perkembangannya, individu mengalami interaksi antara kemampuan dasar/pembawaan
dengan lingkungan.

Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan
individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, mengalami proses menurut hukum
waktu yang satu sama lain tidak sama cepat atau lambatnya, fase-fase kepekaannya dan
sebagainya, akan tetapi bagaimnapun juga pertumbuhan dan perkembangan merupakan
proses yang bersifat integral sebagai manusia seutuhnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan?
2. Apa sajakah proses perkembangan manusia?
3. Bagaimana fase-fase perkembangan manusia?

C. Tujuan Makalah
1. Agar kita mengetahui bagaimana cara perkembangan manusia.
2. Mengetahui makna perkembangan pada manusia.
3. Dapat mengetahui tahapan apa saja yang berada pada perkembangan manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif, dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat
diartikan juga sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju kedewasaan
dan kematangan. Perkembangan secara Sistemetis adalah bahwa perubahan dalam
perkembangan yang bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara satu
bagian dengan bagian lainnya, baik fisik maupun psikisdan merupakan satu kesatuan
yang harmonis. Perkembangan yang bersifat agresif berarti perubahan yang terjadi
bersifat maju,meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif (fisik) dan kualitatif (psikis).

B. Proses Perkembangan Pada Manusia

1. Perkembangan pada masa Orok


Masa orok ini ialah masa yang paling terpendek dalam kehidupan seorang
manusia, yakni dimulai sejak lahir sampai usia dua minggu. Masa Orok biasanya
dibagi pada dua masa, yaitu: masa pertunate yang berlangsung selama 15-30
menit pertama sejak lahir sampai tali pusatnya di gunting, dan masa neonate,
yakni sejak pengguntingan tali pusat sampai usia dua minggu. Pada fase ini, masa
Orok memiliki karaktristik perkembangan sebagai berikut:

a. Perkembangan fisik saat lahir


pada umumnya berat badan orok kira-kira 3,5 kg dan panjangnya
50 cm. Laki-laki biasanya lebih berat dari pada wanita, kepalanya kira-kira
¼ dari panjang badannya. Pernapasan, makan, dan pembuangan selama
lahir melalui plasenta. Dengan jerit dan tangis pada waktu kelahiran, maka
paru-paru berkembang dan pernapasan pun dimulai. Pada waktu lahir,
kecepatan pulsa/ketukan antara 130-150 denyutan per mernit tetapi turun
sampai 118 denyutan per menit beberapa hari setelah kelahiran.

2
b. Kegiatan-kegiatan Orok
1) Kegiatan menyeluruh
Kegiatan yang mencakup kegiatan-kegiatan umum dari seluruh
badan.
2) Kegiatan khusus
Kegiatan yang mencakup kegiatan-kegiatan refleks yang
merupakan respons (reaksi) yang tidaak disadari terhadap
perangsang-perangsang tertentu, kebanyakan refleks-refleks
tersebut bersifat jasmaniah.

c. Vokalisasi
Perkembangan vokal (suara) anak dimulai dengan menangis yang
biasanya dimulai pada waktu lahir. Maksud tangisan kelahiran adalah
untuk mengembangkan paru-paru sehingga memungkinkan pernapasan
dan penyediaan oksigen yang cukup bagi darah. Selain itu, bayi yang baru
lahir sekali-kali mengeluarkan suara yang menyerupai pernapasan yang
berat, perlahan-lahan menjadi lebih kuat dan berkembang menjadi
mengoceh yang selanjutnya akan menjadi becakap.

d. Perkembangan kepribadian
Dasar-dasar kpibadian seperti halnya sifat-sifat fisik dan psikis
lainnya berasal dari sifat-sifat kepekaan yang menjadi matang. Selain
faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama kasih
sayang ibu.

A. Fase-fase Perkembangan Pada Manusi


1. Fase Bayi
Masa bayi dimulai sejak berakhirnya masa orok sampai akhir tahun kedua
dari kehidupan. Masa bayi ini memiliki perkembangan fisik, intelegensi, emosi,
bahasa, bermain, pengertian, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.

a. Perkembangan Fisik
1) Pada tahun pertama pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan
tahum kedua mengendur.
2) Pola perkembangan bayi pria dan wanita sama.
3) Tinggi badan secara proposional lebih lambat dari pertumbuhan
berat badan selama tahun pertama dan lebih cepat pada tahun
kedua.

3
4) Dari 20 gigi seri, kira-kira 16 telah tumbuh selama masa bayi
berakhir.
5) Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besarnya ukuran
tengkorak kepala.
6) Organ keindraan berkembang cepat selama masa bayi dan sanggup
berfungsi.
7) Fungsi-fungsi fisiologis.
8) Perkembangan penguasaan otot-otot

b. Perkembangan Inteligensi
Sejak setahun pertama dari usia anak, fungsi intelegensi sudah
mulai tampak dalam tingkah lakunya. Anak yang cerdas menunjukkan
gerakan-gerakan yang lancar, serasi, dan koordinasi. Sedangkan anak yang
kurang cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan kurang terkoordinasi.
Perkembangan kemampuan motorik (berjalan) pada anak yang cerdas
dimulai pada usia 12 bulan, anak yang sedang pada usia 15 bulan, yang
moron 22 bulan, dan yang idiot 30 bulan. Dalam perkembangan bahasa
(berbicara), anak yang cerdas mulai berbicara pada usia 16 bulan, moron
34 bulan, dan idiot 51 bulan.

c. Perkembangan Emosi
1) Usia 0,0-8 minggu: kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi
(impulsif). Emosi anak sangat bertalian dengan perasaan indrawi
(fisik).
2) Usia 8 minggu-1 tahun: pada fase ini, perasaan anak mengalami
diferensiasi (penguraian), yaitu dari perasaan senang dan tidak
senang jasmaniah menjadi perasaan-perasaan: senang, jengkel,
terkejut, dan takut.
3) Usia 1,0 tahun-3,0 tahun gejala-gejala perkembangan emosi,
sebagai berikut:
a) Emosinya sudah mulai terarah pada sesuatu.
b) Sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai
sejak usia 2 tahun maka anak sudah dapat menyatakan
perasaannya dengan menggunakan bahasa.

4
c) Sifat-sifat perasaan anak pada fase ini:
 Labil, artinya mudah kembali berubah.
 Mudah “tersulut” (dipengaruhi) tetapi tidak
bertahan lama dan sifatnya dangkal.

d. Perkembangan Bahasa
Ada 3 bentuk pra-bahasa yang normal muncul dalam pola
perkembangan bahasa, yakni menangis, mengoceh, dan isyarat. Menangis
adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa
yang sebenarnya. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa. Karena
bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu memperoleh
model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.

e. Perkembangan Bermain
Pada masa ini bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai
dengan tidak adanya aturan dan lebih bersifat bermain sendiri dari
padadengan orang lain. pada masa anak mencapai usia 3 bulan,
penguasaan tangannya telah sedemikian berkembang sehingga
memungkinkan dia dapat bermain dengan boneka, atau mainan lainnya.
Pada usia ini anak juga merasakan kegembiraan dengan membalikkan
badan dari satu sisi ke sisi lainnya, menendang-nendang, dan
memperhatikan gerkan-gerakan tangannya.
Pada usia tahun kedua, permainannya sudah mulai teratur dan
boneka dipakai untuk berbagai macam kegiatan permainan. Ciri khas pada
usia ini ialah permainannya banak melibatkan kegiatan berjalan,
melemparkan dan memungut kembali, dan memasukkan atau
mengeluarkan benda-benda dari tempatnya.

f. Perkembangan Pengertian
Seorang bayi memperoleh pengertian tentang apa yang diamatinya
melalui kematangan dan belajar. Pada awal tahun pertama, tingkah laku
bayi menunjukkan bahwa ia menafsirkan hal-hal yang baru berdasarkan
yang lama. Pada usia 2 tahun, ia telah mampu membuat kesimpulan
sedarhana yang berdasarkan pengalaman-pengalaman serupa yang dilihat
ada hubungannya. Pengertian pertama bagi bayi tentang objek diperoleh
melalui penjelasan sensorinya (pengindraannya): melihat, meraba,
mencium, dan mengecap.

5
g. Perkembangan Kepripadian
Pada masa ini masih berkembang sikap egosentris (aku dipusat). Ia
hanya mementingkan dirinya sendiri dan menghiraukan kepentingan orang
lan. Ia adalah raja (ratu) kecil yang hanya memerintah dunia sekitarnya.
Sikap egosentrisini mempengaruhi sikap sosialnya, seperti:
(a) semua orang harus melayani dirinya,
(b) semua orang harus tunduk pada kehendaknya, dan
(c) segala sesuatu yang dikehendakinya harus ada dan harus dipenuhinya.

h. Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak cenderung suka mengalami perbuatan yang
menyenangkan, dan tidak mengulangi perbuatan yang menyakitkan (tidak
menyenangkan). Dengan melihat kecenderungan perilaku anak tersebut
maka untuk menanamkan konsep moral pada anak, sebaiknya dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
a) Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan apabila
dia melaku -kan perbuatan yang baik. Ini akan menjadi faktor
penguat (reinforcement) bagi anak untuk mengulangi perbuatan
yang baik.
b) Berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak
senang, apabila dia melakukan perbuatan yang tidak baik.
Hukuman tersebut akan menjadi reinforcement bagi anak, untuk
tidak mengulangi perbutan tersebut.

i. Perkembangan Kesadaran Beragama


Menurut Arnold Gessel, anak pada usia bayi sudah mempunyai
perasaan ketuhanan. Dalam hal ini orang tualah sebagai lingkungan
pertama bagi anak yang seyogyanya melakukan hal-hal yang membantu
perkembangan beragamanya, sebagaimana berikut:
1) Mengenalkan konsep-konsep atau nilai-nilai beragama kepada
anak melalui bahasa.
2) Memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang.
3) Memberikan contoh dalam mengamalkan ajaran agama secara
baik.

6
2. Fase Prasekolah (Usia Taman Kanak-kanak)
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar usia
2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau
wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal
beberapa yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya). Dalam fase ini
perkembangannya yaitu:
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan
perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh,
baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya. Proporsi
tubuhny berubah secara dramatis, seperti pada usia 3 tahun, rata-rata
tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg; sedangkan
pada usia 5 tahun, tingginya sudah mencapai sekitar 100-110 cm.
Pertumbuhan tulang-tulangnya semangkin besar dan kuat namun
pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia sebelum-nya.
Pertumbuhan otaknya pada usia lima tahun sudah mencapai 75%
dari ukuran orang dewasa, dan 90% pada usia 6 tahun.Untuk pertumbuhan
fisik anak sangat diperlu-kan gizi yang cukup, baik protein (untuk
membangun sel-sel tubuh), vitamin dan mineral (untuk pertumbuhan
struktur tubuh), dan carbohydrat (untuk energi).

b. Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada
periode preoperasional yaitu tahapan dimana anak belum mampu
menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi
adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik.
Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau
“syimbolic function”, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk
mempresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan
simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat benda, gesture, atau peristiwa).
Kemampuan berpikir memang dipandang lebih maju tetapi memiliki
keterbatasan sebagai berikut:
a) Egosentrisme,yang maksudnya bukan “selfishness” (egois), atau
arogan (sombong), namun merujuk kepada
 diferensiasi diri, lingkungan orang lain yang tidak
sempurna, dan
 kecenderungan untuk mempersepsi, memahami dan
menafsirkan sesuatu berdasarkan sudut pandang sendiri.

7
b) Kaku dalam berfikir (rigidity of thought). Salah satu karakteristik
berfikir preoperasional adalah kaku (frozen).
c) Semilogical reasoning. Anak-anak mencoba untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa alam yang misterius yang dialaminya sehari-
hari.

c. Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa
akunya (dirinya) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda).
Kesedaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap
keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda. Beberapa jenis emosi
yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut :
a) Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap
membahayakan.
b) Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada
objeknya.
c) Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap
orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam
bentuk verbal (kata-kata kasar/ makian/sumpah serapah), atau
nonverbal(seperti mencubit, memukul, menampar, menendang,
dan merusak).
d) Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang
dipandang telah merebut kasih sayang kepadanya.
e) Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang
positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
f) Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian,
atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.
g) Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut
ditakutinya (takut yang abnormal).
h) Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui
segala sesuatu atau objek-objek baik yang bersifat fisik maupun
nonfisik.

d. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat
diklasifikasiakan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap
sebelumnya), yaitu:

8
a) Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan:
 Anak sudah bisa menyusun kalimat tunggal yang
sempurna.
 Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan,
 Anak banyak menanyakan nama dan tempat.
 Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang
berawalan dan berakhiran.
b) Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan:
 Anak sudah dapat menggunakan kata-kata majmuk beserta
anak kalimatnya.
 Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak
menanyakan soal waktu sebab akibat melalui pertanyaan-
pertanyaaan.

e. Perkembangan Sosial
Pada usia prasekolah (terutama mulai isia 4 tahun), perkembangan
sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif
berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial
pada anak ini adalah:
a) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga
maupun dalam lingkungan bermain.
b) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
d) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman
sebaya (per group).
f. Perkembangan Bermain
Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain,
karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Yang dimaksud
dengan kegiatan bermain disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Menurut Abu
Ahmadi, 1977 ada beberapa macam permainan anak:
a) Permainan Fungsi (permainan gerak).
b) Permainan Fiksi.
c) Permainan Reseptif atau Apresiatif.
d) Permainan Membentuk (konstruksi).
e) Permainan Prestasi.

9
g. Perkembangan Kepribadian
Masa ini lazim disebut masa Trotzalter, periode perlawanan atau
masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat
dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya. Aspek-aspek
perkembangan kepribadian anak itu meliputi hal-hal berikut:
a) dependency & Self-Image Konsep anak prasekolah tentang dirinya
sulit dipahami dan dianalisis, karena keterampilan bahasanya
belum jelas, dan pandangannya terhadap orang lain masih
egosentris. Mereka memiliki sistem pandangan dan persepsi yang
kompleks, tetapi belum dapat menyatakan. Perkembangan sikap
“independensi” dan kepercayaan diri (self confidence).
b) Initiative vs Guilt Erik Erikson mengemukakan suatu teori bahwa
anak prasekolah mengalami satu krisis perkembangan, karena
mereka menjadi kurang dependen, dan mengalami konflik antara
“initiative dan guilt”.

h. Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas
terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya).
Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain (orang tua, saudara,
dan teman sebaya) anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku
mana yang baik, boleh, diterima, disetujui atau buruk, tidak boleh, ditolak,
tidak disetujui.

i. Perkembangan Kesadaran Beragama


Kesadaran beragaa pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun
banyak bertanya.
b) Pandangan ketuhanannya bersifat anthopormorph
(dipersonifikasikan).
c) Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam).
d) Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan
pribadinya) sesuai dengan taraf berfikirnya yang masih bersifat
egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).

10
3. Fase Anak Sekolah (Usia Sekolah Dasar)
a. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rngsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampun intelektual atau kemampuan kognitif. Periode ini
ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengkelafikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan.

b. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. dalam
pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran
dan perasaan dinyatakandalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak
dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar, atau
lukisan. Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata,dan
pada masa akhir usia 11-12 tahun telah dapat menguasai sekitar 50.000
kata. Terdapat 2 faktor penting yang mempengaruhi perkembangan
bahasa, sebagai berikut:
a) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang
(organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b) Proses belajar, yang berarti anak telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/meniru
ucapan/kata-kata yang didengar-nya.

c. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif
(bekerja sama) atau sosientris (mau memperhatikan kepentingan orang
lain).

d. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa
pemgumgkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh
karena itu, ia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekpresi
emosinya. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah
laku individu, dalam hal ini termasuk pula prilaku belajar.

11
Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah,
bersemangat atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk
mengonsentrasikan dirinya dirinya terhadap aktivitas belajar.
Maka sebaliknya apabila yang menyertai proses itu emosi negatif,
maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak
dapat memusatkan perhatian-nya untuk belajar sehingga kemungkinan ia
akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
e. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau
bai buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan
konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya,
karena informasi yang diterima anak mengenai benar salah atau baik
buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau
tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya.
f. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan tersebut ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Sikap agama bersifat reseptif disertai dengan pengertian.
b) Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator
alam semesta.
c) Penghayatan secara rohaniah semangkin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.Periode usia
sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama
sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak
akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan
yang diterimanya.
g. Perkembangan Motorik
Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal
untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti
menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang, main bola, dan
atletik. Perkebangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor
penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat
menunjang kepentingan belajar peserta didik.

12
4. Fase Remaja
a. Makna Remaja
i. Fase remaja
merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik
(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka
(Pikunas,1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15
tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir: 19-22
tahun. Dalam membahas makna remaja ini, berikut dikemukakan
beberapa tinjauan atau pandangan dari para ahli lain:

 Persepektif Biososial
Persefektif ini memfokuskan kajianna kepada hubungan
antara mekanisme biologis dengan pengalaman sosial. Tokoh-
tokohnya adalah:
 G. Stanley Hall
Ia adalah ahli psikologi dan pendidikan yang
merupakan salah seorang “Father of Adolesence”. Melalui
teori rekapitulasinya, Hall berkeyakinan bahwa
perkembangan setiap individu merupakan proses
pembaruan sejarah kemanusiaan nya.
Setiap individu berkembang dari masa anak,
sebagai periode “animal” yang primitif, kemudian yang
berkembang ke arah yang merefleksikan kehidupan yang
berbudaya. Hall berpendapat bahwa remaj merupakan masa
“Strum and Drang”, yaitu sebagai periode yang berada
dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan,
asmara, dan pemberontakan dengan otoriras orang dewasa.
 Roger Barker
Barker menekankan orientasinya kepada sosio-
psikologis. Karena masa remaja merupakan periode
pertumbuhan fisik yang cepat dan peningkatan dalam
koordinasi, maka remaja merupakan masa transisi antara
masa anak dan dewasa. Ia berpendapat bahwa pertumbuhan
fisik sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu,
dari mulai anak sampai dewasa.

13
 Persefektif Relasi Interpersonal
Remaja merupakan suatu periode yang mengalami
perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan
berkembangnya minat terhadap lawan jenis, atau pengalaman
pertama dalam bercinta. Adapun yang menjadi tokoh dalam
persefektif ini adalah sebagai berikut:
 George Levinger
Berpendapat bahwa remaja mulai mengenal
minatnya terhadap lawan jenisnya, yang biasanya terjadi
pada saat kontak dengan kelompok. Dalam berinteraksi
dengan kelompok, remaja mulai tertarik pada anggotanya.
Lovinger bersama koleganya mengajukan teori
“Pair Relatedness” yang menjelaskan hubungan akrab,
diawali dengan pertemuan diantara remaja dalam kelompok
sosial yang sifatnya netral. Ada tiga tahapan antara
hubungan tersebut:
 Kesadaran untuk berhubungan (Unilaterally
Aware).kesadaran ini hanya terbatas pada informasi
dan impresi (kesan umum) tentang berdasarkan
fisiknya.
 Kontak permulaan (Surface Contact). Pada tahap
kedua ini hubungan antara anggota kelompok atau
antara dua orang, frekuensinya sudah begitu sering
untuk bertemu dan sudah terjalin sebuah
komunikasi meskipun belum intensif.
 Saling berhubungan (Mutually = a Continuum).
Pada tahap ini terjadi interdependensi di antara dua
orang yang berlainan jenis. Hubungan mereka
menjadi begitu lebih akrab.

 Ellen Berschheid & Elaine walster


Mereka berpendapat bahwa hubungan di antara dua
remaja yang berbeda jenis kelamin mendorong remaja ke
arah percintaan (pacaran).

14
ii. Karakteristik Perkembangan
Ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder pada masa remaja,
baik pria maupun wanita, adalah sebagai berikut:
 WANITA PRIA:
Tumbuh rambut publik atau bulu kapok disekitar
kemaluan dan ketiak; Bertambah besar buah dada;
Bertambah besarnya pinggul. Tumbuh rambut publik atau
bulu kapok disekitar kemaluan dan ketiak; Tumbuh kumis;
Tumbuh gondok laki ( jakun); Terjadi perubahan suara.

b. Perkembangan Kognitif (Intelektual)


Menurut piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal
(operasi=kegiatan kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja
secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang
abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada
berpikir kongret.
Sementara proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan dari
mulai usia 12-20 tahun. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran
syaraf Lobe Frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat
tinggi, yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis, atau
mengambil keputusan.

c. Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu
perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-
organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-
perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti
perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan
lawan jenisnya. Remja yang dalam proses perkembangannya berada dalam
iklim yang kondusif, cenderung akan memperoleh perkembangan
emosinya secara matang (terutama pada masa remaja akhir). Kematangan
ini ditandai:
 adekasi emosi: cita kasih, simpati, altruis (senang menolong orang
lain), respek (sikap hormat atau menghargai orang lain), dan
ramah;
 mengendalikan emosi: tidak mudah tersinggung, tidak agresif,
bersikap optimis dan tidak pesimis (putus asa), dan dapat
menghadapi situasi frustasi secara wajar.

15
d. Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu
kemampuan untuk memahami orang lain. remaja memahami orang lain
sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat
nilai-nilai maupun perasaannya.
Pemahaman ini, mendorong remaja untuk menjalin hubungan
sosial yang lebih akrab dengan mereka (teman sebaya), baik melalui
jalinan persahabatan maupun percintaan (pacaran). Remaja juga dituntut
untuk memiliki kemampuan penyesuain sosial baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

e. Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang
dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk
memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya
penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
Terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan orangtua
memepengaruhi moral remaja.

f. Perkembangan kepribadian
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi
perkembangan dan itegrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman
baru tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja,
meliputi:
a) perolehan pertumbuhan fisik;
b) kematangan seksual disertai dorongan emosi yang baru;
c) kesadaran terhadap diri sendiri;
d) kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual;
e) munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi. Masa
remaja merupakan saat berkembangnya “identity” (jati diri).

g. Perkembangan KesadaranBeragama
a) Masa Remaja Awal (usia 13-16 tahun)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat,
sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi,
kecemasan, dan kekhawatiran.

16
b) Masa Remaja Akhir (usia 17-21 tahun)
Masa ini secara psikologis merupakan permulaan masa
dewasa, emosi mulai stabil dan pemikirannya mulai matang
(kritis).

iii. Problem Remaja


Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan
tersebut remaja memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan
kehidupannya.
Dalam proses perkembangannya itu tidak selalu berjalan
dalam alur yang linear, lurus atau searah dengan potensi. Faktor
penghambat ini bisa bersifat internal dan eksternal. Faktor
penghambat yang bersifat eksternal adalah berasal dari lingkungan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan merupakan perubahan yang sistematis, progresif,
dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir
hayatnya atau dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang
dialami individu dalam menuju tinkat kedewasaan ataupun
kematangannya. Dari seluruh proses perkembangan tersebut pastilah tidak
berjalan dengan lurus ataupun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh
karena itu, sebagai orang yang lebih mengetahui atau dewasa diharapkan
dapat membantu proses selama perkembangan tersebut.

B. Saran
Kami sebagai penulis makalah mengakui masih banyak
kekurangan atas makalah yang kami selesaikan dikarenakan kurangnya
pengalaman kami, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah yang kami selesaikan.

18
DAFTAR PUSTAKA:

Ali, Hasan (19 Februari 2016). “Fase- fase Perkembangan ”. http://


pekalonganbatiktv.blogspot.co.id.

Armansyah, Wawang (19 Februari 2016). “Tahap – tahap Perkembangan pada


Manusia”. http:// www.belajarbagus.com.

Maemunah, Imey (19 Februari 2016). “Makalah Perkembangan Manusia”.


http://imeymaemunah.blogspot.co.id .

Marianha, Anha (19 Februari 2016). “Makalah Perkembangan Manusia”.


http://cintafenha.wordpress.com.

Mubin (2006). Psikologi Perkembangan. Cetakan I. Ciputat: Quantum Teaching.

Ndeso, Bocah (12 Februari 2016). “Makalah Tahapan- tahapan Perkembangan”.


http://arsippendidikan.blogspot.co.id.

Ratna (19 Februari 2016). “Makalah Perkembangan Manusia”. http://


ratnakarlina.blogspot.co.id.

19

Anda mungkin juga menyukai