Anda di halaman 1dari 19

"MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM"

Manajemen pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Ahmad Zaki, M. Pd

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTERISLA

Disusun Oleh :

Kelompok VIII

Muhammad Yunus Adetansyah (4740.1.19)

Nurul Azwar (4771.1.19)

Juli Syafitri (4719.1.19)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH

TANJUNG PURA, LANGKAT


T.A 2021

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan Rahmat, Ridho, Hidayah dan Nikmat-Nya kepada kita. Selawat
beriringan salam kita persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis
akhirnya mampu menyelesaikan makalah tepat waktu yang berjudul “MANAJEMEN
PESERTA DIDIK DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM”. Tujuan penulisan makalah ini
untuk Menganalisis bagaimana manajemen peserta didik di lembaga pendidikan. Di ajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen pendidikan Islam pada program studi
Pendidikan Agama Islam.

Penyusunan penulisan karya ilmiah makalah ini mengalami kesulitan namun berkat
dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan segenap doa kepada penulis selama
mengikuti pendidikan.

2. Bapak Ahmad Zaki, M. Pd sebagai dosen pembimbing mata kuliah Sosiologi Pendidikan
yang telah memberikan arahan dan petunjuk yang sangat jelas, sehingga memudahkan
menyelesaikan makalah.

3. Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas ini tepat
waktu.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini diharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khusus pada mata
kuliah Sosiologi Pendidikan.
Tanjung Pura, November 2021

Penulis

Daftar isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian manajemen pendidikan Islam


B. Definisi peserta didik dalam pendidikan islam
C. Konsep manajemen dalam lembaga pendidikan Islam
D. Tujuan dan fungsi manajemen peserta didik
E. Ruang lingkup manajemen kesiswaan
F. Kebutuhan-kebutuhan peserta didik
G. Karakteristik peserta didik

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

Daftar pustaka
Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Menurut pandangan dari ajaran islam, segala sesuatunya harus di rangkai benar agar
semua yang telah di rencanakan dapat berjalan dengan lancar dan juga harus sesuai dengan
ajaran Islam, agar semua yang di perbuat juga dapat manjadi amal dan berkah untuk dunia
dan akhirat.

Dalam memajukan, mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan agama


Islam tentunya haruslah terlebih dahulu memerlukan sebuah rencana strategi dan metode agar
sebuah pendidikan tersebut dapat tercapai sesuai dengan keinginan

Dalam usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam tentunya juga harus
membutuhkan manajemen dalam suatu lembaga pendidikan, khusus nya lembaga pendidikan
Islam, untuk menjalankan manajemen tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang
profesional yang paham bagaimana peserta didik yang sebenarnya dan pengukuran yang
sesuai dengan kebutuhan dalam lembaga pendidikan Islam

Maka dari itu pemakalah menguraikan beberapa permasalah yang berkaitan dengan
manajemen Peserta didik dan penjelasan yang juga ada kaitannya dengan manajemen Peserta
didik tersebut.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian manajemen pendidikan Islam?

2. Apa definisi peserta didik dalam pendidikan islam?

3. Bagaimana konsep manajemen dalam lembaga pendidikan Islam?


4. Apa saja tujuan dan fungsi manajemen peserta didik?

5. Apa saja ruang lingkup manajemen kesiswaan?

6. Apa saja kebutuhan-kebutuhan peserta didik?

7. Bagaimana karakteristik peserta didik?

C. Tujuan pembahasan

1. Untuk mengetahui apa pengertian manajemen pendidikan Islam

2. Untuk mengetahui apa definisi peserta didik dalam pendidikan islam

3. Untuk mengetahui bagaimana konsep manajemen dalam lembaga pendidikan Islam

4. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan fungsi manajemen peserta didik

5. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup manajemen kesiswaan

6. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan-kebutuhan peserta didik

7. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik


Bab II

Pembahasan

A. Pengertian manajemen pendidikan Islam

Manajemen menurut bahasa berarti pemimpin, direksi, pengurus, yang diambil dari
kata kerja manage yang berarti mengemudikan, mengurus, dan memerintah. Manajemen
menurut Dr. Hadari Nawawi adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajer dalam
memanage organisasi, lembaga, maupun perusahaan.1

Manajemen pendidikan Islam merupakan aktifitas untuk memobilisasi dan


memadukan segala sumber daya pendidikan Islam dalam rangka untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen adalah suatu usaha,
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam
suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka manajemen dapat diartikan sebagai


suatu proses dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk
mencapai suatu tujuan. Adapun Pendidikan dapat diartikan secara kecil, dan dapat pula
diartikan secara luas. Secara sempit pendidikan dapat diartikan: bimbingan yang diberikan
kepada anak-anak sampai ia dewasa. Sedangkan pendidikan dalam arti luas adalah segala
sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya
mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai bagi anak didik, sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian kepribadian anak yang pada gilirannya ia
menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.

1
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (CV. Haji Mas Agung, Surabaya: 1997),
h. 78.
Pengertian pendidikan tersebut di atas masih bersifat umum. Adapun pendidikan
Islam dapat diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi.2

Pendidikan Islam juga berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang
secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Menurut Muhaimin, ia mengemukakan pengertian Pendidikan Islam terdapat dalam dua


aspek :

1. pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan


dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam.

2, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari orang lain dan
disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.

Pengertian manajemen dan pendidikan Islam telah tersebut diatas. Sedangkan Manajemen
pendidikan Islam menurut para pakar diantara-Nya ialah :

Sulistyorini menulis bahwa manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses


penataan/pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia
muslim dan non manusia dalam menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam
secara efektif dan efisien.

Sementara itu Mujamil Qomar mengartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga
pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal
lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Manajemen juga harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang
membedakan antara manajemen Islam dengan manajemen umum.

Berdasarkan uraian serta menurut beberapa pendapat maka dapat di definisikan bahwa
manajemen pendidikan Islam sebagai suatu proses dengan menggunakan berbagai sumber
daya untuk melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang agar
ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.3

2
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), h. 32.
3
Muhaimin, dkk., Manajemen Pendidikan Islam Aplikasinya dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 4.
B. Definisi peserta didik dalam pendidikan Islam

Dengan berpijak pada paradigma "belajar sepanjang masa", maka istilah yang tepat
untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik.
Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada
orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang
berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga
pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di
masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.

Secara etimologi, murid berarti "orang yang menghendaki". Sedangkan menurut arti
terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang
pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan Thalib secara bahasa berarti orang yang mencari,
sedangkan menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia berusaha keras
menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk
menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan
tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa. Peserta didik adalah amanat bagi para
pendidiknya. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, maka ia juga akan tumbuh
menjadi orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat kedua
orang tuanya dan juga setiap mu'alim dan murabbi yang menangani pendidikan dan
pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan
ditelantarkan tanpa pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan begitu
saja dengan bebasnya, maka dapat dipastikan dia akan menjadi seorang yang celaka dan
binasa.

Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu
yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa
peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang
lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga,
murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat beragama menjadi peserta didik masyarakat
sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta didik rohaniwan dalam suatu agama.4

C. Konsep manajemen dalam lembaga pendidikan Islam


4
M. Riduan, pengantar manajemen perspektif Islam, (PENERBIT GUEPEDIA), h. 168-170.
Adapun dalam perkembangan gerakan pembaruan Islam, pembaruan dalam bidang
pendidikan tidak terlepas dari aspek manajerial lembaga pendidikan Islam. Keberadaan
konsep manajemen pendidikan Islam yang inovatif, kreatif, efektif, dan efisien merupakan
dasar bagi keberlangsungan lembaga-lembaga pendidikan Islam sebagai wadah bagi aplikasi
dan implementasi dari suatu cita-cita pembaruan Islam. Oleh karena itu, aspek manajerial
pendidikan Islam dalam upaya pembaruan pendidikan Islam sebagai wadah aplikasi dan
implementasi pembaruan Islam merupakan tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Pembaruan
pendidikan Islam melalui aspek manajerial dalam tingkat kelembagaan pendidikan Islam
pada dasarnya merupakan manifestasi bagi pembaruan Islam itu sendiri.5

Aspek manajemen pendidikan Islam yang berhubungan dengan usaha untuk tujuan
tertentu dengan jalan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia dalam sebuah
organisasi atau lembaga pendidikan Islam dengan cara sebaik mungkin merupakan sebuah
upaya dalam melakukan pembaruan lembaga pendidikan Islam. Manajemen bukan hanya
mengatur tempat melainkan lebih dari itu, yaitu mengatur orang per orang. Dalam mengatur
orang, diperlukan seni dengan sebaik-baiknya sehingga kepala sekolah yang baik adalah
kepala sekolah yang mampu menjadikan setiap tenaga kependidikan atau non kependidikan
yang ada dalam sebuah lembaga pendidikan Islam mampu menikmati pekerjaan mereka. Jika
setiap individu mampu menikmati pekerjaannya, hal ini menandakan keberhasilan kepala
sekolah dalam hal manajemen lembaga tersebut

Proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan segala sesuatu secara sistematis
yang kemudian akan melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu yang
sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat. Perbuatan yang tidak bernilai manfaat adalah
sama dengan perbuatan yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan tersebut tidak pernah
direncanakan, maka dapat dipastikan dalam pelaksanaannya akan menemui berbagai
hambatan dan kesulitan dalam proses penyelesaian masalah tersebut.

Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen yang ditampilkan


ke dalam perangkat organisasi. Para ahli mengabstraksikan proses manajemen menjadi 4
proses. Yaitu, planing, organizing, actuating, dan controlling (PAOC). Empat proses
manajemen ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya saling keterkaitan antara
proses yang pertama dan berikutnya, begitu juga setelah pelaksanaan Controlling lazimnya
dilanjutkan dengan membuat planning baru hingga siklus proses manajemen akan selalu
5
Toto Suharto, dkk., Rekonstruksi dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Global Pustaka Utama Yogyakarta, 2005), h. 16.
berputar, Dalam hal ini para pakar manajemen pendidikan Islam merumuskan siklus proses
manajemen pendidikan Islam sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planing) Pendidikan Islam

Perencanaan pada hakikatnya memiliki pengertian sebagai sebuah proses pengambilan


keputusan atas sejumlah alternatif dari beberapa pilihan mengenai sasaran dan cara-cara yang
akan direalisasikan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan pendidikan yang
dikehendaki agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, sistematis, tidak tumpang tindih,
dan tidak ada yang terlewatkan.

2. Pengorganisasian (Organizing) Pendidikan Islam

Pengorganisasian adalah suatu mekanisme atau suatu struktur, yang dengan struktur itu
semua subyek, perangkat lunak dan perangkat keras yang ke semuanya dapat bekerja secara
efektif, dan dapat dimanfaatkan menurut fungsi dan proporsinya masing-masing. Adanya
inisiatif, sikap yang kreatif dan produktif dari semua anggota organisasi pendidikan Islam
dari pangkat yang paling rendah sampai yang tertinggi akan menjamin organisasi pendidikan
Islam berjalan dengan baik.

3. Penggerakan (Actuating) Pendidikan Islam

Penggerakan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang kompleks dan merupakan ruang
lingkup yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang
pada akhirnya Actuating merupakan pusat sekitar aktivitas-aktivitas manajemen. Actuating
pada hakikatnya adalah menggerakkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Actuating (penggerakan) merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan kegairahan,


kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau mendukung dan bekerja dengan suka rela
untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga pendidikan Islam yang sesuai dengan tugas
yang diberikan kepadanya. Jika seseorang dapat digerakkan dengan suka rela, dan dapat
merasakan bahwa pekerjaan itu adalah kewajiban yang harus dikerjakan dengan suka rela
seperti pekerjaannya sendiri dengan disertai adanya rasa memiliki (sense of belonging), ikut
bertanggung jawab, akan timbul perasaan kecewa jika gagal, sebaliknya akan timbul perasaan
bahagia jika tujuan berhasil dicapai. Maka berarti fungsi motivasi pemimpin telah berhasil.

5. Pengawasan (Controlling) Pendidikan Islam


Pengawasan adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan. Pengawasan berorientasi pada semua obyek lembaga pendidikan dan
merupakan faktor manajemen yang paling penting untuk menuju kepada tujuan yang ingin
dicapai. Pengawasan merupakan langkah penentu terhadap apa yang harus dirumuskan dalam
aspek perencanaan yang akan dirancang, sekaligus menilai dan memperbaiki, sehingga
pelaksanaannya sesuai dengan rencana, serta terwujudnya tujuan secara lebih efektif dan
efisien pada masa selanjutnya.

Adapun fungsi pengawasan yaitu sebagai upaya penyesuaian antara rencana yang telah
disusun dengan pelaksanaan atau realitas hasil yang benar-benar tercapai. Untuk mengetahui
hasil capaian apakah benar-benar telah sesuai dengan rencana yang telah disusun, diperlukan
informasi tentang tingkat pencapaian hasil. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui
komunikasi dengan bawahan, khususnya dari laporan-laporan dari setiap unit-unit kerja
ataupun dengan melakukan observasi berkala secara langsung dan mendadak. Apabila hasil
tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan, pimpinan dapat menggali informasi
tentang masalah-masalah yang dihadapi. Dengan demikian tindakan perbaikan dapat
disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping itu, untuk menghindari kesalahpahaman
tentang fungsi pengawasan antara pengawas dengan obyek pengawasan, maka perlu
dipelihara jalur komunikasi yang efektif, proporsional, obyektif, bebas dari prasangka buruk,
berdaya guna, dan berhasil guna.

Tujuan pengawasan dalam lembaga pendidikan Islam haruslah positif dan konstruktif, yaitu
untuk memperbaiki, mengurangi pemborosan waktu, anggaran, material, dan tenaga di
lembaga pendidikan Islam. Di samping itu juga bertujuan untuk membantu menegakkan agar
prosedur, program, standar, dan peraturan dapat berjalan sebagaimana mestinya hingga dapat
mencapai efisiensi lembaga pendidikan Islam yang setinggi-tingginya.6

D. Fungsi dan Tujuan manajemen peserta didik

Adapun fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai sarana bagi peserta didik
untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik individu, sosial, aspirasi, kebutuhan dan
potensi lainnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang disampaikan. Imron (2016:12) bahwa
secara umum fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk

6
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Penerbit TERAS, 2009), h. 26.
mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhannya, dan potensi lain peserta didik.

Merujuk kepada penjelasan di atas maka dapat dilihat bahwa fungsi manajemen peserta didik
dalam lingkup yang lebih terperinci yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik.

Fungsi dini diharapkan dapat membuat peserta didik mampu mengembangkan potensi-
potensi individualitasnya tanpa banyak hambatan, potensi-potensi tersebut meliputi
kemampuan umum yaitu kecerdasan, kemampuan khusus yaitu bakat, dan kemampuan-
kemampuan lainnya.

2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan segi sosial peserta didik.

Fungsi ini berkaitan erat dengan hakikat peserta didik sebagai makhluk sosial, fungsi ini
membuat peserta didik mampu bersosialisasi dengan teman sebayanya, dengan orang tuanya,
dengan keluarganya, dengan lingkungan sekolahnya, dan lingkungan masyarakat di
sekitarnya.

3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik.

Fungsi ini diharapkan mampu membuat peserta didik bisa menyalurkan hobi, kesenangan,
dan minatnya, sebab hal tersebut dapat menunjang perkembangan diri peserta didik secara
keseluruhan.

4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik.

Fungsi ini membuat peserta didik sejahtera dalam menjalani hidupnya, sebab jika hidup
seorang peserta didik sejahtera maka ia akan memikirkan kesejahteraan sebayanya. Terkait
dengan tujuan manajemen peserta didik dijelaskan Mulyasa (2003:46) adalah untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat
berjalan lancar, tertib dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.

Adapun tujuan dari manajemen peserta didik menurut Nasihin dan Sururi (2009:206)
adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang
proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah), lebih lanjut fungsinya adalah agar
proses pembelajaran di lembaga pendidikan tersebut dapat berjalan lancar, tertib dan teratur
sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan
secara keseluruhan.
Adapun dapat di artikan secara khusus bahwa tujuan dari manajemen peserta didik adalah
sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.

2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan) bakat dan minat


peserta didik.

3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

4. Dengan tercapainya ketiga tujuan di atas maka diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-
cita mereka.7

E. Ruang lingkup manajemen kesiswaan

Semua kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu peserta didik
mengembangkan dirinya. Upaya itu akan optimal jika peserta didik itu secara sendiri
berupaya aktif mengembangkan diri sesuai dengan program-program yang dilakukan sekolah.
Oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan kondisi agar peserta didik dapat
mengembangkan diri secara optimal. Sebagai pemimpin sekolah, kepala sekolah memegang
peran penting dalam menciptakan kondisi tersebut.

Dengan demikian manajemen peserta didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan
data peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional
dapat digunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik melalui proses pendidikan di sekolah. Misalnya tenaga kependidikan, sumber
pendidikan, sarana dan prasarana dll.8

Adapun ruang lingkup manajemen kesiswaan terdapat pada penjelasan sebagai berikut :

1. Perencanaan Peserta Didik.

Peserta didik harus direncanakan, karena dengan adanya perencanaan segala sesuatunya
dapat dipikirkan dengan matang dengan memperhatikan seluruh aspek yang melingkupinya.
Dengan demikian, masalah-masalah yang muncul akan dapat ditangani sesegera mungkin.

7
Muhammad rifa'i, Rusydi ananda, Muhammad Fadhli, manajemen peserta didik (pengelolaan peserta didik
untuk efektivitas pembelajaran), (CV. Pusdikra mitra jaya, 2018), h. 8-10.
8
Ibid, h. 14-16.
2. Penerimaan Peserta Didik Baru.

Penerimaan peserta didik baru adalah salah satu kegiatan manajemen peserta didik yang
sangat penting. Dalam penerimaan peserta didik baru ini meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1)
kebijaksanaan penerimaan peserta didik, (2) sistem penerimaan peserta didik, (3) kriteria
penerimaan peserta didik baru, (4) prosedur penerimaan peserta didik baru, dan (5) Problema
penerimaan peserta didik baru.

3. Orientasi Peserta Didik.

Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka kemudian akan memasuki masa
orientasi peserta didik di sekolah. orientasi ini dilakukan dari hari-hari pertama masuk
sekolah. Pada bagian ini secara berurutan terdiri dari: (1) alasan dan batasan orientasi peserta
didik, (2) tujuan dan fungsi orientasi peserta didik, (3) hari-hari pertama di sekolah, dan (4)
orientasi peserta didik.

4. Mengatur Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik.

Kehadiran peserta didik di sekolah sangat penting, karena jika peserta didik tidak hadir di
sekolah, tentu aktivitas belajar mengajar di sekolah tidak dapat dilaksanakan. Kehadiran
peserta didik di sekolah adalah suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar
mengajar.

5. Pengelompokan Peserta Didik.

Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka perlu dikelompokkan atau
diklasifikasikan. Pengklasifikasian diperlukan bukan dimaksudkan untuk mengotak kotakkan
peserta didik, tetapi justru dimaksudkan untuk membantu keberhasilan mereka. Kegiatan
yang termasuk dalam bagian ini yaitu: (1) urgensi pengelompokan, (2) wacana
pengelompokan, (3) jenis-jenis pengelompokan, dan (4) pengelompokan dan penjurusan.

6. Mengatur Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik.

Evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik sangat perlu dilakukan, agar diketahui
perkembangan mereka dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar peserta didik dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat menampilkan performa diharapkan.
sesuai Kegiatan yang termasuk dalam bagian ini yaitu: (1) alasan perlunya evaluasi hasil
belajar peserta didik, (2) batasan evaluasi hasil belajar peserta didik, (3) teknik-teknik
evaluasi hasil belajar peserta didik, (4) kriteria-kriteria evaluasi hasil belajar peserta didik,
dan (5) tindak lanjut evaluasi hasil belajar peserta didik.

7. Mengatur Kenaikan Tingkat Peserta Didik.

Kenaikan kelas dapat diatur sesuai dengan kebijakan dari masing-masing sekolah. Dalam
kenaikan kelas sering terjadi masalah-masalah yang memerlukan penyelesaian secara bijak.
Masalah ini dapat diperkecil jika data-data tentang hasil evaluasi siswa obyektif dan
mendayagunakan fungsi. Juga para guru harus berhati-hati dalam memberikan nilai hasil
evaluasi belajar kepada siswa.

8. Mengatur Peserta Didik yang Mutasi dan Drop Out.

Mutasi dan drop out seringkai membawa masalah di dunia pendidikan. Oleh karena itu,
keduanya harus ditangani dengan baik, agar tidak mengakibatkan keruwetan dan keribetan
yang berlarut-larut, sehingga pada akhirnya akan mengganggu aktivitas sekolah secara
keseluruhan.

9. Kode Etik, Pengadilan, Hukuman dan Disiplin Peserta Didik.

Pendidikan didasarkan atas norma-norma tertentu bagi peserta didik. Norma-norma dan
aturan-aturan tersebut, mengharuskan peserta didik untuk mengikutinya. Selain itu, para
pendidik selayaknya juga menjadi contoh terdepan dalam hal pentaatan terhadap tradisi dan
aturan yang dikembangkan di lembaga pendidikan.

F. Kebutuhan-kebutuhan peserta didik

Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh peserta
didik untuk mendapatkan kedewasaan ilmu. Kebutuhan peserta didik tersebut wajib dipenuhi
atau diberikan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Adapun beberapa kebutuhan peserta
didik yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Kebutuhan Fisik

Fisik seorang anak didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Proses
pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan:

a. Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik masih mengalami masa
kanak-kanak.
b. Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik tengah mengalami
masa sekolah yang pendidikan formal. didukung dengan peralihan

c. Peserta didik pada usia 14-21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai mengalami masa
pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.

2. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial Adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar
peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungan. Begitu juga supaya dapat
diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan
pemimpinnya, Kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat memperoleh posisi dan
berprestasi dalam pendidikan.

3. Kebutuhan untuk Mendapatkan Status

Dalam proses kebutuhan ini biasanya seorang peserta didik ingin menjadi orang yang dapat
dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang benar-benar berguna dan dapat berbaur secara
sempurna di dalam sebuah lingkungan masyarakat.

4. Kebutuhan Mandiri

Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk menghindarkan sifat
pemberontak pada diri peserta didik, serta menghilangkan rasa tidak puas akan kepercayaan
dari orang tua atau pendidik karena ketika seorang peserta didik terlalu mendapat kekangan
akan sangat menghambat daya kreativitas dan kepercayaan diri untuk berkembang

5. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup

Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang mempengaruhi akan perkembangan
peserta didik, dimensi ini harus diperhatikan secara baik oleh pendidik dalam rangka
mencetak peserta didik yang berakhlak mulia dan dapat disebut insan kamil dimensi fisik
(jasmani), akal, keberagamaan, akhlak, rohani (kejiwaan), seni (keindahan), sosial.

Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek atau tujuan
dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai subjek atau individu
yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu
sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta didik akan mengenal
lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan
yang dipilihnya dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya pada lingkungan
tersebut.9

G. karakteristik peserta didik

Karakter merupakan sifat yang mana tertanam di dalam sifat dan jiwa seseorang
tersebut. Sehingga akan secara spontan sikap, tindakan, dan perbuatan tersebut akan
terpencarkan pengalaman mengenai pendidikan dan sejarah yang kemudian mendorong
kemampuan yang ada di dalam diri seseorang untuk bisa menjadi alat ukur ataupun sisi
manusia untuk mewujudkannya. Baik itu dalam bentuk pemikiran, perilaku, sikap, serta
karakter dan budi pekerti atau bentuk cara berpikir serta berperilaku seseorang yang nantinya
akan menjadi ciri khasnya.

Peserta didik adalah sebuah individu yang memiliki berbagai macam karakter, dan
peserta didik juga memiliki perbedaan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya
baik perbedaan yang terdiri dari fitrah, lingkungan keluarga maupun masyarakat, Maka dari
itu karakter peserta didik memiliki perbedaan yang terbentuk.10

9
M. Riduan, op. Cit., h. 183-185.
10
Fipin lestari, dkk., Memahami karakteristik anak, (bayfa cendekia Indonesia, 2020), h. 5.
Bab III

Penutup

A. kesimpulan

manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses dengan menggunakan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai suatu tujuan agar sebuah tujuan tersebut
dapat tercapai secara efektif dan efisien, Dalam sebuah lembaga pendidikan Islam khususnya
untuk manajemen Peserta didik tentunya membutuhkan sebuah tenaga manusia lainnya yang
profesional, Manajemen sangat berperan penting untuk membantu mengatur organisasi dan
manajemen juga berperan untuk menentukan metode, prosedur dan menentukan batas-batas
kerja dalam bertugas untuk meningkatkan dan membimbing mutu peserta didik dalam sebuah
pendidikan Islam, Peseta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi peserta pendidik
untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin baik dari segi individualitasnya, sosialnya,
aspirasinya, kebutuhan dan potensi lainnya dari peserta didik.

B. saran

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah makalah ini jauh dari kata
sempurna, masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan pembaca dapat menyampaikan kritik dan sarannya yang membangun terhadap
hasil penulisan makalah ini agar di masa akan datang penulis akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang akan
tertuang pada isi pembahasan dapat dipertanggung jawabkan

Daftar pustaka

Lestari, Fifin., dkk. 2020. Memahami karakteristik anak. bayfa cendekia Indonesia

Muhaimin., dkk. 2010. Manajemen Pendidikan Islam Aplikasinya dalam Penyusunan


Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : kencana

Nawawi, hadari.1997. administrasi pendidikan. Surabaya : CV. Haji mas agung

Riduan, m. pengantar manajemen perspektif Islam. PENERBIT GUEPEDIA

Rifai, Muhammad., dkk. 2018. manajemen peserta didik (pengelolaan peserta didik untuk
efektivitas pembelajaran). CV. Pusdikra mitra jaya

Suharto, Toto., dkk. 2005. Rekonstruksi dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam.
Yogyakarta : global pustaka utama Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai