Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN


Diajukan untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah Tafsir Manajemen
Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Cecep Anwar, M.Ag

Disusun Oleh :

Raden Syara Bisyara


2220060030

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan kasih karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “Kurikulum
Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an” akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Kami berharap dari isi makalah ini dapat dijadikan suatu pedoman para guru untuk
mengajar anak didiknya, sehingga pesan/materi pembelajaran dapat tersampaikan
dengan baik.
Penyusunan makalah ini pun dikerjakan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Pak Dr. Cecep Anwar, M.Ag Mata kuliah Tafsir Manajemen
Pendidikan.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penyusunan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam ............................................. 4
B. Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam .................................................. 5
C. Kurikulum Pendidikan dalam Al-Qur’an ............................................ 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 18
A. Kesimpulan ......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu rancangan atau
program studi yang berhubungan dengan materi atau pelajaran Islam, tujuan
proses pembelajaran, metode dan pendekatan, serta bentuk evaluasinya.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan agama Islam
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani dan mengamalkan
ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh) (Mujtahid, 2011).
Pendidikan dihadapkan pada tantangan berat tentang apa yang harus
diajarkan dan bagaimana memenejnya. Nilai-nilai yang akan diajarkan dan
cara menyusunnya menjadi bagian yang terpenting untuk diperhatikan oleh
para perencana pendidikan. Tuntutan akan pendidikan modern dan sekuler
serta praktik pembelajaran tradisional di dunia Islam saat ini telah
menimbulkan tekanan yang kuat baik positif maupun negatif terhadap isi
kurikulum.
Adanya tuntutan tersebut membutuhkan prinsip yang bisa
mengcover dan pada akhirnya bisa membentuk kurikulum yang utuh dan
koheren. Aspek lain yang menjadi pusat perhatian pendidikan yang
berhubungan dengan struktur adalah cara menyusun kurikulum. Sehingga
tercapai tujuan inti dari pendidikan, yaitu memberikan anak didik sebuah
kerangka konseptual dalam rangka memahami dunia dimana mereka hidup
dan peran yang bisa mereka lakukan di dalamnya. Hal ini berarti
pembelajaran harus menggiring anak didik menemukan koneksi atau
hubungan dan makna yang lebih luas yang selalu muncul dalam
pembelajaran mereka. Ini merupakan sifat desain inti.
Oleh karena itu, kurikulum pendidikan harus disusun sesuai dengan
perkembangan alami anak didik dari pada sekadar disiplin-disiplin
akademik dan norma-norma ansich. Sehubungan dengan itu, maka
kurikulum pendidikan juga harus disusun berdasarkan kerangka pedoman

1
2

besar. Kerangka tersebut merepresentasikan pertanyaan-pertanyaan besar


dan komponen-komponen esensial dalam membentuk kepribadian yang
kokoh dan seimbang yang merepresentasikan konsep pendidikan inti dan
kritis yang selayaknya memang dikembangkan dalam sebuah kurikulum.
Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yang sudah tentu
merupakan upaya dalam merekayasa pembentukan insan kamil melalui
penciptaan situasi interaksi edukatif yang kondusif. Oleh karena itu
diperlukan kurikulum yang merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam sistem pendidikan. Sehingga kurikulum benar-benar
berfungsi sebagai alat untuk mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan dan
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis
dan tingkat pendidikan.
Dalam sistem pendidikan yang merupakan rekayasa dalam
pembentukan insan kamil, kurikulum merupakan salah satu komponen
pokok yang juga memiliki beberapa komponen tertentu yang satu sama lain
saling melengkapi. Komponen kurikulum dalam pendidikan memiliki peran
dan posisi yang penting, karena merupakan operasionalisasi tujuan yang
dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan
kurikulum pendidikan.
Sejalan dengan konsep merencanakan masa depan ummat, maka
pendidikan Islam harus memiliki seperangkat isi atau bahan yang akan
ditransformasi kepada peserta didik agar menjadi kepribadian yang sesuai
dengan idealitas Islam. Oleh karena itu perlu dirancang suatu bentuk
kurikulum pendidikan Islam yang sepenuhnya mengacu pada Al-Qur’an.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan mencoba
menganalisis kurikulum pendidikan dalam perspektif al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari Kurikulum Pendidikan Islam ?
2. Apa saja Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam ?
3. Bagaimana Kurikulum Pendidikan dalam Al-Qur’an ?
3

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari kurikulum
Pendidikan islam
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan kurikulum Pendidikan islam
3. Untuk mengetahui dan memahami kurikulum Pendidikan dalam Al-
Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang
artinya pelari, atau curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah
ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang berarti suatu jarak yang
harus ditempuh dalam pertandingan olahraga. Berdasarkan pengertian ini, dalam
konteksnya dengan dunia pendidikan, memberi pengertian sebagai suatu lingkaran
pengajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.
Kurikulum ialah rencana atau bahasan pengajaran, sehingga arah kegiatan
pendidikan menjadi jelas dan terang.1 Zakiah Darajat memandang kurikulum
sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan itu. Kurikulum
juga bisa diistilahkan dengan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,
sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya
di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara
menyeluruh dalam segala segi dalam mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan
tujuan pendidikan.2
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau
dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktivitasi, pengetahuan
dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik
kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam.3
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang
berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu,

1
Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), hlm. 121.
2
Aziz Abd, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras,
2009), hlm. 156.
3
http://masoviq.blogspot.com/2012/09/kurikulum-pendidikan-islam.html

4
5

kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang


direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.
Kurikulum adalah semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran.
Kurikulum dapat diartikan pula sebagai semua usaha lembaga pendidikan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang disepakati. Kurikulum merupakan
rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan untuk siswa sekolah. Kurikulum disusun oleh para pendidikan/ahli.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran
pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Rencana ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para
pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa,
mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun
masyarakat. Kurikulum dalam pengertian mutakhir adalah semua kegiatan yang
memberikan pengalaman kepada siswa (anak didik) di bawah bimbingan dan
tanggungjawab sekolah.
Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu
merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan.
Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam)
diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan
bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan kejiwaan anak dan
kemampuan pelajar.
B. Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis
diberikan kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam. Berdasarkan
keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu
komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna
untuk mencapai tujuan pendidikanIslam, diperlukan adanya kurikulum yang sesuai
6

dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat
perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
Kurikulum pendidikan Islam bertujuan menanamkan kepercayaan dalam
pemikiran dan hati generasi muda, pemulihan akhlak dan membangunkan jiwa
rohani. Ia juga bertujuan untuk memperoleh pengetahuan secara kontinu, gabungan
pengetahuan dan kerja, kepercayaan dan akhlak, serta penerapan amalan teori
dalam hidup.
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah
pencapaian pendidikan nasional, sebagai mana telah di tetapkan dalam Undang-
Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam skala yang
lebih luas, kurikulum merupakan satuan alat pendidikan dalam rangka
mengembangkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dalam tujuan umum
kurikulum, kurikulum adalah penyedia kesempatan yang luas bagi peserta didik
untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target
tujuan.4
Dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan penting,
untuk mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-
komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal.
Pertama, perkembangan tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat. Kedua,
didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis,
terutama falsafah negara. Kita mengenal beberapa kategori tujuan Pendidikan, yaitu
tujuan umum dan khusus, jangka panjang, menengah, dan jangka pendek.5
Dalam kurikulum sekolah memuat tiga komponen yaitu tujuan, isi dan
strategi tujuan kurikulum masuk dalam tiga komponen tersebut berikut tujuan
kurikulum sekolah yang memiliki dua jenis tujuan yaitu:
1. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan selaku lembaga
pendidikan, sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya yang
digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

4
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran,24.
5
Marliana, ―Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, ‖ Dinamika Ilmu 13, no.2 (2016): 143,
https://doi.org/doi.org/10.21093/di.vl3i2.22.
7

diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan seluruh program


pendidikan dari sekolah tersebut.
2. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi Setiap bidang studi dalam
kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin
dicapainya. Tujuan ini pun digambarkan dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah
mempelajari suatu bidang studi pada sekolah tertentu.6
Secara sederhana, tujuan menurut Daradjat sering dimaknai sebagai sesuatu
yang diharapkan bisa tercapai setelah melakukan serangkaian proses kegiatan.
Tujuan sangat penting dalam usaha, karena dengan adanya tujuan akan menentukan
arah dan target apa yang hendak dicapai. Dengan rumusan dan gambaran tujuan
yang jelas, maka hasil yang akan dicapai itu dapat diupayakan dengan maksimal
untuk mencapainya.
Tujuan kurikulum memegang peranan yang sangat penting dalam proses
pendidikan, karena tujuan akan mengarahkan semua kegiatan pendidikan dan
komponen-komponen kurikulum lainnya. Oleh karena itu merumuskan kurikulum
harus mempertimbangkan beberapa hal seperti: didasari oleh perkembangan
tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat, didasari oleh pemikiran-pemikiran
dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara atau yang
mendasari suatu pendidikan tersebut.7
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikenal kategori tujuan
sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan, tujuan jangka panjang,
tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan di Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Undang–Undang RI tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 Yaitu:

6
Nurmaidah, ―Kurikulum Pendidikan Agama Islam, ‖ Jurnal Al-Afkar 3, no. 2 (2014): 45,
https://doi.org/https://doi.org/10.28944/afkar.v2i2.93.
7
Mohamad Mustafid Hamdi, ―Konsep Pengembangan Kurikulum Paud,‖ Manajemen
Pendidikan Islam 1, no. 1 (2017): 42, https://ejournal.staidakrempyang.ac.id.
8

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.”
2. Tujuan Institusional (Tujuan Lembaga/ Satuan Pendidikan)
a. Adalah tujuan yang diharapkan, yang dicapai oleh suatu Lembaga
pendidikan, misalnya tujuan pendidikan tingkat SD, SLTP, SMU,
SMK, PT.
b. Tujuan Kurikuler/Tujuan Pengajaran (Tujuan mata Pelajaran), adalah
penjabaran dari Tujuan Institusional yang berisi program-program
pendidikan yang menjadi sasaran suatu bidang study atau mata kuliah,
misalnya: tujuan mata pelajaran Agama, Matematika Bahasa
Indonesia. 8
Dari uraian di atas hendaknya tujuan kurikulum hendaknya dalam
pengaplikasian kurikulum memperhatikan tiga aspek:
Yaitu yang pertama kurikulum harus mencapai tujuan pendidikan nasional
sesuai keterangan diatas pada UURI tahun 2003 yang berisi tentang pengembangan
kemampuan, kepribadian dan relegius.
Yang kedua yaitu kurikulum sesuai pengaplikasiannya apa yang akan di
capai dalam mewujudkan visi dan misi lembaga pendidikan.
Yang ketiga kurikulum memliki tujuan khusus dalam pengajaran yang harus
dicapai dalam di suatu Pendidikan maupun di lembaga pendidikan.
C. Kurikulum Pendidikan dalam Al-Qur’an
Kata kurikulum sudah dikenal pada masa Islam klasik dengan istilah al
maddah, hal ini dikarenakan pada masa itu kurikulum lebih identik dengan
serangkaian mata pelajaran, kemudian mulai berkembang dengan cakupan lebih

8
Asep Subhi, ―Konsep Dasar, Komponen Dan Filosofi Kurikulum PAI,‖ Qathruna Jurnal Keilmuan
Dan Pendidikan Islam 3, no. 1 (2016), http://jurnal.uinbanten.ac.id/.
9

luas yaang mencakup segala aspek yang dikenal dengan kata manha'j. Kata manhaj
atau minhaj terdapat dalam ayat al-Qur’an berikut:
‫ب َو ُم َه ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه ۖ فَٱ ْح ُكم بَ ْينَ ُهم ِب َما ٓ أَنزَ َل ه‬
‫ٱَّللُ ۖ َو ََل‬ ِ َ ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَيْ ِه ِمنَ ْٱل ِك َٰت‬َ ‫ق ُم‬ َ َ ‫َوأَنزَ ْلنَا ٓ ِإلَي َْك ْٱل ِك َٰت‬
ِ ‫ب ِب ْٱل َح‬
‫ٱَّللُ لَ َج َعلَ ُك ْم أ ُ هم ًة َٰ َو ِحدَة ً َو َٰلَ ِكن‬
‫ق ۚ ِل ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمن ُك ْم ِش ْر َع ًة َو ِم ْن َها ًجا ۚ َولَ ْو َشا ٓ َء ه‬ ِ ‫تَت ه ِب ْع أ َ ْه َوآ َءهُ ْم َع هما َجا ٓ َء َك ِمنَ ْٱل َح‬
ِ ‫ت ۚ ِإلَى ه‬
‫ٱَّلل َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِمي ًعا فَيُنَبِئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم ِفي ِه ت َ ْخت َ ِلفُو َن‬ ۟ ُ‫ِل َي ْبلُ َو ُك ْم ِفى َما ٓ َءات َ َٰى ُك ْم ۖ فَٱ ْست َ ِبق‬
ِ ‫وا ْٱل َخي َٰ َْر‬
)48:‫(المائدة‬

“Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian.9 terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu.
untuk tiap-tiap umat diantara kamu10, kami berikan aturan dan jalan yang terang.
sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-
Maidah: 48)
Menurut asy-Syaukany manhaj/ minhaj pada ayat diatas memiliki arti jalan
yang terang,11 hal ini seiring dengan pendapat ath-Thabari yang menyatakan bahwa
manhaj adalah jalan dan kebiasaan,12 sedangkan menurut as-Suyuthi13 dan ar-Razi14
mengatakan bahwa manhaj adalah kebiasaan. Dari beberapa pendapat diatas
penulis menyimpulkan bahwa manhaj adalah suatu metode yang dibiasakan dalam
kegiatan belajar mengajar untuk mewujudkan tujuan pendidikan.

9
Al-Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-
kitab sebelumnya.
10
Umat Nabi Muhammad SAW dan umat-umat yang sebelumnya
11 Asy-Syaukani, Fathul Qodir, jilid 2, h. 319.
12 Abu Ja’far Ath-Thobari, Jami‟ Bayan fi Ta‟wil al-Qur‟an, Mesir, Muassasah ar-Risalah, 2000, Jilid 10, h
385.
13 Abdurrahman bin Aby Bakr As-suyuthi, Ad-dar al-Mantsur fi At-tafsir bi Al-Ma‟tsur, Mesir, Daar Hijr,

2003, Jilid 4, h. 1153.


14
Abu Muhammad Abdurrahman bin Aby Hatim Ar-razi, Tafsir Ibn Aby Hatim, Mesir, Daar an-Nasyr, tt., Jilid
10, h. 385.
10

Oleh karena itu di dalam al-Qur’an ditemukan beberapa ayat yang dapat
dijadikan sebagai dasar pedoman dalam penyusunan kurikulum pendidikan
berbasis al-Qur’an, salah satunya adalah tauhid, sebagaimana ayat berikut:

ٓ ‫صلَ َٰوة َ ِل ِذ ْك ِر‬


‫ى‬ ٓ ‫َل ِإ َٰلَهَ ِإ ه‬
‫َل أَن َ۠ا فَٱ ْعبُدْنِى َوأَقِ ِم ٱل ه‬ ‫ِإنهنِ ٓى أَنَا ه‬
ٓ َ ُ‫ٱَّلل‬

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thoha: 14)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk
beribadah kepada-Nya dengan cara mendirikan sholat untuk mengingat kebesaran-
Nya. Dalam kitab tafsir al-Misbhah disebutkan bahwa, jika seseorang telah
mengenal Allah, maka otomatis akal pikirannya, jiwa dan hatinya akan terpanggil
untuk mendekat kepada-Nya dengan bentuk ibadah dan ketundukan yang sangat
nyata yaitu mendirikan sholat.15 Dalam ayat lain dijelaskan:
ِ َ‫ب ْٱلعَ ْر ِش َع هما ي‬
‫صفُو َن‬ ِ ‫س ْب َٰ َحنَ ه‬
ِ ‫ٱَّلل َر‬ ‫لَ ْو َكانَ فِي ِه َما ٓ َءا ِل َهةٌ إِ هَل ه‬
ُ َ‫ٱَّللُ لَف ََ َسدَت َا ۚ ف‬

“Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain
Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki „Arsy, dari apa
yang mereka sifatkan”. (QS. Al-Anbiya: 22).
Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Mishbah menyebutkan, Maha Suci
Allah dari apa yang disifatkan orang-orang musyrik terhadap-Nya seperti Allah
memiliki sekutu, anak dan lain-lain yang mengesankan aib atau kekurangan-Nya.
Kelak di hari kemudian mereka akan diminta pertanggung-jawaban atas apa yang
telah mereka lakukan.16 Dalam ayat berikut juga dijelaskan:
‫َل ِإ َٰلَ َه ِإ هَل ه َُو ه‬
‫ٱلرحْ َٰ َم ُن ه‬
‫ٱلر ِحي ُم‬ ٓ ‫َو ِإ َٰلَ ُه ُك ْم ِإ َٰلَهٌ َٰ َو ِحد ٌ ۖ ه‬

“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain
Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163)
Kurikulum selanjutnya adalah perintah “membaca” ayat-ayat Allah yang
meliputi tiga macam ayat dalam hal membaca yaitu ayat Allah yang berdasarkan
wahyu, ayat Allah yang ada pada manusia dan ayat Allah yang terdapat pada alam

15
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir alMisbah, Jakarta, Lentera Hati, 2002, Jilid 8, h. 28
16 Muhammad Quraish Shihab, h. 434
11

semesta. Dalam hal ini yang menjadi landasan pokok adalah firman Allah dalam
QS. al-Alaq 1-5 berikut:
َ‫ٱ ْق َرأْ بِٱس ِْم َربِكَ ٱلهذِى َخلَق‬
‫ق‬ٍّ َ‫عل‬
َ ‫سنَ ِم ْن‬ ِ ْ َ‫َخلَق‬
َ َٰ ‫ٱْلن‬
‫ٱ ْق َرأْ َو َربُّكَ ْٱْل َ ْك َر ُم‬

‫عله َم بِ ْٱلقَلَ ِم‬


َ ‫ٱلهذِى‬

‫سنَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫عله َم‬


َ َٰ ‫ٱْلن‬ َ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan mulah Yang
Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manausia
apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).
Dalam menafsirkan ayat ini Quraish Shihab menyatakan, mengapa iqra‟
merupakan perintah pertama yang ditujukan kepada Nabi, padahal beliau seorang
ummi (tidak pandai membaca dan menulis), Iqra‟ adalah kata kerja perintah (fi‟il
amar) dari kata kerja masa lalu (fi‟il mâdhi) qara-a yang berarti “menghimpun”,
sehingga tidak selalu harus diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara
tertentu”. Dari “menghimpun” lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks
tertulis maupun tidak.
Iqra‟ (bacalah)! Tetapi apa yang harus dibaca? Pertanyaan itu tidak dijawab,
karena Allah menghendaki agar beliau dan umatnya membaca apa saja, selama
bacaan tersebut Bismi Rabbika dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Iqra‟ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu,
bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan
tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra‟ mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkaunya.
Demikianlah terdapat keterpaduan dalam perintah ini, segala macam cara
yang dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya. Pengulangan
perintah membaca dalam wahyu pertama ini, bukan sekedar menunjukkan bahwa
kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali mengulang-ulangi bacaan, atau
12

membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan,


tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulangi bacaan Bismi Rabbika
akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu-itu
juga.
Mengulang-ulang membaca ayat al-Qur’an menimbulkan penafsiran baru,
pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan batin.
Berulang-ulang “membaca” alam raya, membuka tabir rahasianya dan memperluas
wawasan serta menambah kesejahteraan lahir.

Ayat al-Qur’an yang kita baca dewasa ini tak sedikitpun berbeda dengan
ayat al-Qur’an yang dibaca Rasul dan generasi terdahulu. Alam rayapun demikian,
namun pemahaman, penemuan rahasianya, serta limpahan kesejahteraan-Nya terus
berkembang, dan itulah pesan yang terkandung dalam Iqra‟ wa Rabbuka al-akram
(Bacalah dan Tuhanmulah yang paling Pemurah). Diatas kemurahan-Nyalah
kesejahteraan demi kesejahteraan tercapai oleh manusia, bahkan seluruh makhluk
Allah.
Ditinjau dari segi kurikulum, sebenarnya firman Allah itu merupakan bahan
pokok pendidikan yang mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh
manusia. Membaca selain melibatkan mental dalam tahapan-tahapan proses yang
tinggi, pengenalan (cognition), ingatan (memory), pengamatan (perception),
pengucapan (verbalization), pemikiran (reasoning), daya cipta (creativity). Juga
sekaligus merupakan bahan pendidikan itu sendiri. Mungkin tak ada satu kurikulum
pendidikan di dunia yang tidak mencantumkan membaca sebagai materinya,
bahkan umumnya membaca itu ditempatkan di lembaga-lembaga pendidikan mulai
dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dengan berbagai variasinya.
Membaca juga merupakan alat sistem komunikasi (comunication system)
yang merupakan syarat mutlak terwujudnya berkelanjutannya suatu sistem sosial
(social system). Sulit dibantah, bahwa perkataan membaca yang dikembangkan dari
wahyu pertama ini memiliki pengertian yang demikian lengkapnya. Berikutnya
penggunaan bahasa sebagai gudang (storage) tempat penyimpan nilai-nilai budaya
yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
13

Dari kontak inilah dapat dilihat bagaimana ayat pertama itu merupakan
suatu pertanda bagi bangkitnya suatu peradaban baru. Bahkan keseluruhan wahyu
yang diturunkan oleh Allah itu diberi nama al-Qur’an mashdar dari kata-kata qaraa-
yaqrau-qiraatan wa qur‟anan yang berarti bacaan atau yang dibaca, Qur’an inilah
yang menjadi sumber perubahan peradaban.
Kalimat-kalimat dalam ayat 1-5 surat al-Alaq tersebut pada dasarnya telah
mencakup kerangka kurikulum pendidikan, yang jika dijabarkan sebagai berikut:
a. Bacalah dengan (menyebut) nama TuhanMu Yang menciptakan. Tekanan yang
mengandung dalam ayat ini adalah kemampuan membaca yang dihubungkan
dengan nama Tuhan sebagai Pencipta. Hal ini erat hubungannya dengan ilmu
naqli (perenial knowledge).
b. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Ayat tersebut mendorong
manusia untuk mengintrospeksi, menyelidiki tentang dirinya dimulai dari
proses kejadian dirinya. Manusia ditantang dan dimotivasi untuk
mengungkapkan hal itu, melalui imaginasi maupun pengalamannya (acquired
knowledge). Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang
mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak di ketahuinya.

Motivasi yang terkandung dalam ayat ini adalah agar manusia terdorong
untuk mengadakan eksplorasi alam dan sekitarnya dengan kemampuan membaca
dan menulisnya.
Dari ayat pertama tersebut, kemudian dikembangkan kepada beberapa
obyek ayat Allah. Pertama, dalam bentuk ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
wahyu Allah yang termuat dalam al-Qur’an. Kedua, dikembangkan mengenai hal-
hal yang berhubungan diri manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Ketiga,
berhubungan dengan alam sekitarnya, berkaitan dengan amal. Ketiga macam ayat
Allah tersebut jiwanya adalah “tauhid”. Disinilah letak kurikulum pendidikan
menurut al-Qur’an, sebab menurut Islam, semua pengetahuan itu datang dari
14

Tuhan, namun demikian, ada yang melalui pemikiran manusia dan pengalaman
indra yang berbeda satu sama lain.17
Oleh sebab al-Qur’an dianggap sebagai asas dari pada teori pendidikan
Islam, maka prinsip-prinsip al-Qur’an merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan, yang memadukan antara mata pelajaran yang membentuk sebuah
kurikulum.
Kurikulum pendidikan Islam lebih mengutamakan aspek agama dan
kebahagiaan hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat, sebagaimana firman
Allah berikut:

‫َصي َب َك ِمنَ ٱلدُّ ْن َيا ۖ َوأ َ ْحسِن َك َما ٓ أ َ ْح َسنَ ه‬


‫ٱَّللُ ِإلَي َْك ۖ َو ََل‬ ِ ‫َنس ن‬َ ‫اخ َرة َ ۖ َو ََل ت‬ ِ ‫ٱل َء‬ْ ‫هار‬ ‫َوٱ ْبت َِغ فِي َما ٓ َءات ََٰى َك ه‬
َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬
‫ٱَّلل ََل ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْف ِسدِي َن‬ ِ ‫ت َ ْب ِغ ْٱلفَ َسادَ ِفى ْٱْل َ ْر‬
َ ‫ض ۖ ِإ هن ه‬

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasash: 77).
Menurut Quraish Shihab ada beberapa catatan penting yang perlu digaris
bawahi tentang ayat ini, agar kita tidak terjerumus dalam kekeliruan:
a. Dalam pandangan Islam, hidup duniawi dan ukhrawi merupakan satu kesatuan.
Dunia adalah tempat menanam dan akhirat tempat menuai. Apa yang anda
tanam di sini, akan diperoleh buahnya di sana. Islam tidak mengenal istilah amal
dunia dan amal akhirat.
b. Ayat di atas menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pandangan kepada
akhirat sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan. Ini
terlihat dengan jelas dengan firman-Nya yang memerintahkan mencari dengan
penuh kesungguhan kebahagiaan akhirat.
c. Ayat di atas juga menggunakan redaksi yang bersifat aktif ketika berbicara
tentang kebahagiaan akhirat, bahkan menekankannya dengan perintah untuk
bersungguh-sungguh dan dengan sekuat tenaga berupaya meraihnya.

17 Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, Jakarta, Pustaka al-Husna, 1986, h. 258.
15

Sedangkan perintah-Nya menyangkut kebahagiaan duniawi berbentuk pasif


yakni “jangan lupakan”. Ini mengesankan perbedaan antar keduanya. 18
Pencapaiannya dilakukan secara bertahap antara lain, menempatkan
manusia dalam kehidupannya sebagai hamba Allah yang setia, selain itu untuk
mewujudkan tujuan akhir pendidikan Islam tersebut adalah untuk menempatkan
dirinya sebagai Khalifah Allah di muka bumi sebagaimana ayat berikut:
ٓ
ِ ُ‫ض َخ ِليفَةً ۖ قَالُ ٓو ۟ا أَت َ ْجعَ ُل فِي َها َمن يُفْ ِسد ُ فِي َها َويَ ْس ِفك‬
‫ٱلد َما ٓ َء‬ ِ ‫َوإِذْ قَا َل َرب َُّك ِل ْل َم َٰلَئِ َك ِة إِنِى َجا ِع ٌل فِى ْٱْل َ ْر‬
‫ال إِنِ ٓى أ َ ْع َل ُم َما ََل ت َ ْع َل ُمو َن‬
َ ‫ِس َل َك ۖ َق‬
ُ ‫ِك َون ُ َقد‬
َ ‫َونَ ْح ُن ن ُ َسبِ ُح بِ َح ْمد‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguh-Nya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah:
30)
Dari aspek materi, kurikulum pendidikan Islam walaupun berisi materi yang
berbeda atau bervariasi tetapi pada prinsipnya tetap harus konsisten dengan tujuan
dimaksud.
Al-Qur’an mengajak manusia untuk memperhatikan berbagai fenomena
alam, sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya, sebagaimana ayat berikut:

َ‫ض ِلِۦه َولَ َعله ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬ ۟ ُ‫ى ْٱلفُ ْلكُ فِي ِه ِبأ َ ْم ِرِۦه َو ِلت َ ْبتَغ‬
ْ َ‫وا ِمن ف‬ َ ‫َجْر‬ َ َ‫ٱَّللُ ٱلهذِى َس هخ َر لَ ُك ُم ْٱلب‬
ِ ‫حْر ِلت‬ ‫ه‬

ٍّ ‫ض َج ِمي ًعا ِمنْهُ ۚ ِإ هن فِى َٰذَ ِل َك َل َءا َٰ َي‬


َ‫ت ِلقَ ْو ٍّم َيتَفَ هك ُرون‬ ِ ‫ت َو َما فِى ْٱْل َ ْر‬
ِ ‫َو َس هخ َر لَ ُكم هما فِى ٱل هس َٰ َم َٰ َو‬

“Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat


berlayar padanya dengan izin-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia
menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
(sebagai rahmat dari-Nya). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

18 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta, Lentera Hati, 2002, Jilid 8, h.
16

terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-Jatsiyah:
12-13).
Kandungan penting dan inti dari kedua ayat ini menurut al-Maraghi adalah
sesungguhnya alam beserta isinya merupakan suatu rangkaian, seolah-olah satu
tubuh di mana setiap bagiannya memerlukan bagian-bagian yang lain. Contohnya
hujan tak akan terjadi tanpa adanya panas matahari. Kapal-kapal tidak bisa berlayar
tanpa adanya angin, batubara atau listrik dan sebagainya.19
Bila dikaitkan dengan pendidikan, maka ayat ini merupakan petunjuk
tentang pentingnya ilmu alam sebagai sarana untuk dapat memanfaatkan alam dan
isinya bagi kemaslahatan umat manusia.
Dari penjelasan di atas, dipahami bahwa sesungguhnya al-Qur’an memberi
dorongan yang cukup tinggi untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang bersumber
pada wahyu Allah, yaitu ilmu-ilmu yang berdasarkan penalaran (science).20
Ilmu-ilmu yang bersumber dari wahyu itu jelas adalah tafsiran dari
alQur’an. Hasil dari interpretasi manusia terhadap al-Qur’an, lahirlah apa yang
disebut ilmu-ilmu agama seperti ilmu tafsir, hadis, fiqh, dan sebagainya. Kemudian
hasil interpretasi manusia terhadap fenomena alam melahirkan ilmui-lmu penalaran
(science) seperti ilmu alam, seperti fisika, astronomi, biologi, kedokteran, ilmu
bunm sebagainya.21
Ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum hanya dibedakan dari segi objek
bahasannya saja. Penggunaan kedua istilah tersebut bukan berarti keduanya berada
pada kutub yang berlawanan (dikotomis), namun justru keduanya bersifat saling
membutuhkan atau komplementer.

Dengan demikian kurikulum pendidikan Islam yang berdasarkan al-Qur’an


sejatinya mengintegrasikan kedua macam ilmu tersebut. Perpaduan kedua macam

19 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Penerjemah Hery Noer Ali, Semarang, Toha Putra, 1989,
Jilid 25, h. 270
20 Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan yang Hakiki, Jakarta, Ciputat Press,

2002, h. 360.
21
Said Agil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai al-Qur‟an dalam Sistem Pendidikan Islam, Jakarta,
Ciputat Press, 2003, h. 80-81.
17

ilmu itulah yang akan membawa kepada kemajuan umat manusia dalam arti yang
sesungguhnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah petunjuk yang bertujuan memberi kesejahteraan
dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun sosial. Atas
dasar ini, kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan al-Qur’an adalah
“membina manusia-manusia baik pribadi maupun kelompok, sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya,
guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan Islam seperti di atas, maka kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu
sistem pendidikan.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua
jenis dan tingkat pendidikan. Oleh sebab itu dalam penyusunan kurikulum
pendidikan Islam, kita dituntut terus menggali nilai-nilai dan petujuk yang
terkandung di dalam al-Qur’an. Kurikulum Pendidikan Islam bertujuan
menanamkan kepercayaan dalam pemikiran genarasi muda, penguatan
tauhid, peningkatan kualitas akhlak serta untuk memperoleh pengetahuan
secara berkelanjutan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman bin Aby Bakr As-suyuthi, Ad-dar al-Mantsur fi At-tafsir bi Al-
Ma‟tsur, Mesir, Daar Hijr, 2003, Jilid 4, h. 1153.
Abu Ja’far Ath-Thobari, Jami‟ Bayan fi Ta‟wil al-Qur‟an, Mesir, Muassasah
ar-Risalah, 2000, Jilid 10, h 385.
Abu Muhammad Abdurrahman bin Aby Hatim Ar-razi, Tafsir Ibn Aby Hatim,
Mesir, Daar an-Nasyr, tt., Jilid 10, h. 385.
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Penerjemah Hery Noer Ali,
Semarang, Toha Putra, 1989, Jilid 25, h. 270
Al-Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang
diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya.
Asep Subhi, ―Konsep Dasar, Komponen Dan Filosofi Kurikulum PAI,‖
Qathruna Jurnal Keilmuan Dan Pendidikan Islam 3, no. 1 (2016),
http://jurnal.uinbanten.ac.id/.
Asy-Syaukani, Fathul Qodir, jilid 2, h. 319.
Aziz Abd, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 156.
Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, Jakarta, Pustaka al-Husna,
1986, h. 258.
http://masoviq.blogspot.com/2012/09/kurikulum-pendidikan-islam.html
https://doi.org/https://doi.org/10.28944/afkar.v2i2.93.
Marliana, ―Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, ‖
Dinamika Ilmu 13, no.2 (2016): 143, https://doi.org/doi.org/10.21093/di.vl3i2.22.
Mohamad Mustafid Hamdi, ―Konsep Pengembangan Kurikulum Paud,‖
Manajemen
Muhammad Quraish Shihab, h. 434
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta, Lentera Hati, 2002,
Jilid 8, h. 28
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta, Lentera Hati, 2002,
Jilid 8, h.

19
20

Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media


Grup, 2010), hlm. 121.
Nurmaidah, ―Kurikulum Pendidikan Agama Islam, ‖ Jurnal Al-Afkar 3, no.
2 (2014): 45,
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran,24.
Pendidikan Islam 1, no. 1 (2017): 42, https://ejournal.staidakrempyang.ac.id.
Said Agil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai al-Qur‟an dalam Sistem
Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Press, 2003, h. 80-81.
Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan
yang Hakiki, Jakarta, Ciputat Press, 2002, h. 360.
Umat Nabi Muhammad SAW dan umat-umat yang sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai