Anda di halaman 1dari 51

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAIS)


KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEMBER
DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME
GURU PAI MELALUI KEGIATAN WORKSHOP IMPLEMENTASI
KURIKULUM MERDEKA BELAJAR (IKMB)

Oleh :
Lum’atul Munawaroh
Nim T20193103

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahi rabbil‘alamin, dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji


dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAIS) KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEMBER DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU
PAI MELALUI WORKSHOP IMPLEMENTASI KURIKULUM
MERDEKA BELAJAR (IKMB)” tepat pada waktunya.

Penulisan Mini Riset ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Pengenalan Lapangan
Pendidikan (PLP) Yang dilaksanakan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember .
Dalam penyajian Miini Riset ini penulis menyadari masih belum mendekati kesempurnaan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran yang sifatnya membangun
dan mengedukasi sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan
diri dalam bidang ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari, berhasilnya studi dan penyusunan Mini Riset ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam
menghadapi setiap tantangan, sehingga sepatutnya pada kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua tercinta yang telah membesarkan Penulis hingga saat ini dengan
segala rasa cinta dan kasih sayang yang tidak pernah surut dan juga yang telah
mendidik dan memberikan dorongan serta do’a kepada penulis.
2. Prof. Dr.H. BABUN SUHARTO, SE., M.M. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
KH. AHMAD SIDDIQ JEMBER
3. Ibu Dr.Hj. Mukni’ah, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN JEMBER
4. Bapak Dr. H. Moh. Anwar, S,Pd., M.Pd.Selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan
Islam Dan Selaku Dosen Pembimbing Lapangan .
5. Bapak Muhammad, S.Sos Selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Jember.
6. Bapak Nur Sholeh,S.Pd., M.Pd Selaku Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS)
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember
7. Jajaran Staf Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Jember
8. Jajaran Staf Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember

i
9. Serta Teman-Teman Kelompok Pengenalan Lapangan Pendidikan (PLP) Yang
Kusayangi

Akhir kata Semoga Mini Riset ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan dan
perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun bagi pihak yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum. Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jember,16 November 2022


Penulis,

Lum’atul Munawaroh
T20193103

ii
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
2. Fokus Penelitian..............................................................................................................2
3. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
4. Tujuan Penelitian............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................4
A. KAJIAN TEORI...........................................................................................................4
1. Pengertian Manajemen Kepemimpinan......................................................................4
2. Pengertian Kompetensi Guru......................................................................................4
3. Pengertian Profesionalisme Guru................................................................................6
4. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar.....................................................................8
5. Implementasi Kurikulum Merdeka...........................................................................11
6. Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar.........................................................................14
7. Problematika Kurikulum Merdeka Belajar...............................................................15
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................16
A. Pendekatan Penelitian...................................................................................................16
B. Lokasi Penelitian...........................................................................................................16
C. Sumber Data..................................................................................................................16
D. Tehnik Pengumpulan Data............................................................................................17
E. Tehnik Analisis Data.....................................................................................................17
F. Instrumen Penelitian.....................................................................................................18
G. Tehnik Pengambilan Sampel........................................................................................18
H. Uji Keabsahan Data......................................................................................................18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................20
1. Temuan Umum Penelitian............................................................................................20
a. Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................................................20
b. Struktur Organisasi Kementerian Agama Kabupaten Jember...................................20
c. Visi Dan Misi Kementerian Agama Kabupaten Jember...........................................21
2. Temuan Khusus Penelitian...........................................................................................22
3. Pembahasan Penelitian..................................................................................................22
a) Landasan Pengembangan Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar Dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru PAI..............................................................................22

iii
b) Efisiensi Kinerja Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam(PAIS) Kabupaten Jember
Dalam Sosialiasi Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Bagi KKG Dan
GPAI.................................................................................................................................25
c) Manajemen Kepemimpinan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS)
Kementerian Agama Kabupaten Jember Dalam Meningkatkan Kompetensi Dan
Profesionalisme Guru PAI Melalui Kegiatan Workshop Implementasi Kurikulum
Merdeka Belajar (IKMB).................................................................................................27
BAB V PENUTUP..................................................................................................................30
1. Kesimpulan...................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................32
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................................34

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah program yang tersusun dari beberapa elemen seperti
kurikulum, sarana dan prasarana, metode, siswa dan guru yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Di antara elemen-elemen tersebut salah satu yang terpenting
adalah elemen guru. Dalam sebuah pendidikan terdapat proses pembelajaran yang
memerlukan elemen guru dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidikan memiliki fungsi
sebagai transmisi pengetahuan, nilai, dan berfungsi untuk mempertahankan dan
mengembangkan kerafifan budaya-budaya dalam suatu masyarakat yang terjadi melalui
proses pembentukan kepribadian.1 Hal ini dilakukan untuk dapat menciptakan manusia
yang mampu berdiri di kaki sendiri dalam kebudayaan dan masyarakat sekitarnya.
Dengan adanya pendidikan, seseorang dapat mempunyai pengetahuan serta pemahaman
tentang sesuatu secara kritis dalam berpikir dan bertindak. Untuk melihat keberhasilan
dalam sebuah pendidikan dapat diketahui berdasarkan peran siswa sebagai peserta didik,
guru sebagai pendidik, materi pembelajaran yang diberikan, metode pengajaran dan
tersedianya sarana prasarana yang dibutuhkan.
Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tak lain adalah untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Seiring dengan perkembangan zaman serta
masyarakat yang semakin dinamis, sistem pendidikan pun ikut mengalami transformasi
demi penyesuaian terhadap globalisasi yang terjadi. Dalam sistem pendidikan di
Indonesia, pendidikan telah mengalami pergantian kurikulum sebanyak sebelas kali, di
mulai pada tahun 1947, dengan kurikulum yang sangat sederhana kemudian sampai
terakhir adalah kurikulum 2013. Meskipun berganti-ganti kurikulum tidak lain tujuannya
adalah perbaikan terhadap kurikulum sebelumnya. Setiap perubahan yang terjadi
merupakan kebijakan pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam menangani pendidikan
di Indonesia, dalam hal ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2.
Kurikulum merdeka belajar adalah keputusan Kementerian Pendidikan dan
kebudayaan telah merancang Kurikulum prototipe ini agar dapat mendorong
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kurikulum ini diharapkan dapat
memberi ruang

1
Annisa Alfath, Fara Nur Azizah, dan Dede Indra Setiabudi, ‘Pengembangan Kompetensi Guru Dalam
Menyongsong Kurikulum Merdeka Belajar’, Jurnal Riset sosial humaniora, dan pendidikan 1, no. 2 (2022): 42–
50, https://doi.org/10.56444/soshumdik.v1i2.73.
2
Sumarsih Ineu et al., ‘Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak’, Jurnal
basicedu 6, no. 5 (2022): 8248–58, https://media.neliti.com/media/publications/444639-none-ee780f83.pdf.
lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar Adanya konsep
merdeka belajar membuat kurikulum yang berlaku juga turut mengalami perubahan
dimana isi kurikulum tersebut harus memiliki makna dalam kemerdekaan berpikir untuk
terampil mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta terampil menggunakan
informasi dan teknologi sesuai dengan amanah Undang-undang 1945 dan Pancasila.
Konsep kurikulum merdeka belajar tidak terlepas dari peran guru yang merupakan tokoh
utama dalam pembelajaran yang memiliki tugas mendidik, membimbing, melatih dan
mengembangkan berbagai aspek yang terdapat dalam peserta didik. Penerapan kurikulum
hendaknya dapat menciptakan susana belajar yang kondusif yaitu dimana memiliki unsur
menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, aktif, kreatif dan inovatif dalam
mengeksplorasi kemampuan peserta didiknya sehingga mampu mencapai tujuan
pembelajaran Implementasi konsep merdeka belajar mendorong peran guru baik dalam
mengembangkan kurikulum yang berlaku juga dalam proses pembelajaran. Kontribusi
guru dalam proses pengembangan kurikulum penting dilakukan untuk menyesuaikan isi
kurikulum dengan kebutuhan siswa di masyarakat.3
Guru sebagai sumber belajar perlu dapat memahami psikologi siswa, penerapan
metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan. sekolah untuk dapat mengatur
dan menyusun materi, buku teks, dan konten pembelajaran. Selain sebagai salah satu
sumber belajar, peran guru dalam konsep kurikulum yaitu sebagai fasilitator
pembelajaran dimana hal tersebut dapat didukung oleh kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang refleksinya dalam kebisaaan berfikir dan
bertindak yang tercangkup dalam kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan
sosial. Dengan adanya kompetensi-kompetansi tersebut guru dapat mewujudkan
pelaksanaan dan tujuan implementasi kebijakan merdeka belajar. Keempat kompetensi
tersebut dirasa penting untuk dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, dalam penulisan ini akan membahas tentang penjabaran pengembangan
kompetensi guru dalam kurikulum Merdeka Belajar.

2. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian Adalah “MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKSI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAIS) KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN
JEMBER DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME
GURU PAI MELALUI WORKSHOP IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR (IKMB)”. Fokus Penelitian ini menggambarkan Peranan seorang Kepala
Seksi Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Jember Sebagai central
figure dalam bidang PAIS terkait Manajemen Kepemimpinan Dalam upaya
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Guru PAI Melalui Sosialisasi Workshop
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar yang diselenggarakan oleh KKG Dan MGMP
PAI Di Kabupaten Jember.
3
E.Mulyasa, ‘Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru’, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru 3 (2008): 75.

2
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Dapat memberikan Tambahan ilmu dan wawasan bagi penulis tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar khususnya
dalam lingkup Manajemen Kepemimpinan Kasi Pais Kementerian Agama
Kabupaten Jember dalam upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru
PAI Melalui Sosialisasi Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka agar Menjadi
Tenaga Pendidik yang berdedikasi dan berkualitas agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan dan mutu pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sehingga
menjadi sumber daya manusia dan sumber daya pembelajaran yang dibutuhkan dapat
terlaksana lebih efektif dan produktif.
b. Bagi Pembaca
Dapat Dijadikan Referensi dan bahan ajar serta tambahan wawsan terkait
pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka belajar dalam lingkup Manajemen
Kepemimpinan Kasi Pais Kementerian Agama Kabupaten Jember dalam upaya
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru PAI Melalui Sosialisasi
Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka agar Menjadi Tenaga Pendidik yang
berdedikasi dan berkualitas agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dan mutu
pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sehingga menjadi sumber daya
manusia dan sumber daya pembelajaran yang dibutuhkan dapat terlaksana lebih
efektif dan produktif.

4. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Sejauh Mana Progress Keberhasilan Capaian Kelapa Seksi
Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Jember Dalam Melaksanakan
Sosialisasi Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Dalam Rangka
Meningkatkan Kompetensi Dan Profesionalisme Guru PAI.

3
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Manajemen Kepemimpinan


Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan atas
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Menurut para
ahli manajemen adalah sebagai berikut:
➢ Menurut marry Parker Follet Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu
pekerjaan melalui orang lain
➢ Menurut James A.F.Stoner Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota
organisasi serta penggunaan semua sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan.
Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut.
“kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seorang untuk
dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, mengarahkan,
dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan
selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu
yang telah ditetapkan.4 Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh
Rasulullah Saw, kepemimpinannya tidak bisa dipisahkan dengan fungsi kehadirannya
sebagai pemimpin spritual masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah
keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah yaitu
pemberian contoh kepada para sahabat dan masyarakat yang dipimpin. Rasulullah
memang mempunyai keperibadian yang sangat agung hal ini seperti yang
digambarkan dalam al-qur’an bahwa nabi Muhammad Saw memiliki akhlak yang
agung.

2. Pengertian Kompetensi Guru


Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarnita) kompetensi
berarti kewenangan kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.
Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Yang dimaksud
kompetensi guru dalam penelitian ini adalah kompetensi guru yang meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial. Menurut Nana Sudjana memahami kompetensi sebagai suatu

4
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 125
5

kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi. Senada dengan Nana


Sudjana,
Sardiman mengartikan Kompetensi adalah kemampuan dasar yang harus
dimiliki seseorang berkenaan dengan tugasnya. Kedua definisi tersebut menjelaskan
bahwa kompetensi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang,
dalam hal ini oleh guru. Jadi kompetensi merupakan sesuatu kemampuan,
kewenangan, kekuasaan, dan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dalam
melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya untuk menentukan
suatu tujuan.
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan. Jadi pengertian dari kompetensi guru adalah orang yang
profesinya atau pekerjaannya mengajar dan memiliki kemampuan dan kewenangan
dalam melaksanakan profesi keguruannya. Selain itu, kompetensi guru merupakan
kemampuan atau kesanggupan guru dalam melaksanakan tugasnya, melaksanakan
proses belajar mengajar, kemampuan atau kesanggupan untuk benar-benar memiliki
bekal pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan sebaik-sebaiknya. Makna
penting kompetensi dalam dunia pendidikan didasarkan atas keseimbangan rasional,
bahwasannya proses pembelajaran merupakan proses yang rumit dan kompleks. Ada
beragam aspek yang saling berkaitan dan memengaruhi berhasil atau gagalnya
kegiatan pembelajaran. Banyak guru yang telah bertahun-tahun mengajar, tetapi
sebenarnya kegiatan yang dilakukan tidak banyak memberikn aspek perubahan positif
dalam kehidupan siswanya. Sebaliknya, ada juga guru yang relatif baru namun telah
memberikan kontribusi konkrit kearah kemajuan dan perubahan positif pada diri
siswa.5
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional dalam
buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, mencakup empat aspek sebagai berikut:
 Kompetensi Pedagogik. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
 Kompetensi Kepribadian. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.

5
Asep Fahruddin, ‘Kompetensi Guru dalam Membentuk Karakter Siswa’, Digilib.Uinsby, 2014, 11–54.

5
 Kompetensi Profesioanal. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
 Kompetensi Sosial. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28
ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
social adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat
sekitar.

3. Pengertian Profesionalisme Guru


Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris
Indonesia, “profession berarti pekerjaan”. Arifin dalam buku Kapita Selekta
Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus . Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang
berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu
bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi,
profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah
suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap
dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses pendidikan secara akademis.
Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi guru adalah keahlian dan
kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang
ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan
kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar
dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.
Adapun mengenai kata Profesional, Uzer Usman memberikan suatu
kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat professional memerlukan beberapa
bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
kepentingan umum. Kata prifesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti
pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian
seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang

6
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian
ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu
pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang
mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus9
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru
yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru
yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan,
profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertantu,
sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Dengan
demikian, profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru
dalam bidang studi Bahasa Arab, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang studi Bahasa Arab serta telah berpengalaman dalam
mengajar Bahasa Arab sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru Bahasa Arab dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi
sesuai dengan kriteria guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber mata
pencaharian.6
Guru dituntut memiliki kompetensi keguruan dimana di dalamnya terdapat
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional, dan kompetensi kepemimpinan. Salah satu kompetensi yang tidak kalah
penting dari kompetensi lainnya yaitu kompetensi profesional dimana seorang guru
sebagai tenaga profesional haruslah berkompeten saat menerapkan sejumlah konsep
dan juga menunjukkan keterampilan kerjanya baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah serta dapat menginterpretasikan pengalaman-pengalaman yang dimiliki
dengan tujuan agar kinerja dari guru tersebut dapat efektif dan efisien. Kompetensi
profesional sendiri dapat dijadikan sebagai wadah bagi guru untuk meningkatkan

6
E.Mulyasa, ‘Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru’.

7
kualitas dirinya sendiri. Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
profesionalisme guru yaitu dengan berbagai cara melakukan supervisi yang dilakukan
oleh supervisor dan senantiasa meningkatkan kedisiplinan, penyediaan fasilitas yang
memadai guna menunjang proses pembelajaran, mengadakan rapat antar kepala
sekolah dengan para guru, melakukan penataran, seminar, pelatihan (workshop),
mengadakan kunjungan antar sekolah guna mengetahui pengetahuan maupun
pengalaman dari guru-guru sekolah lain, dan melakukan penelitian terkait dengan
bidang pendidikan dengan melihat permasalahan pendidikan yang masih perlu adanya
pemecahan masalah. Upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan
dengan melakukan pelatihan-pelatihan mengenai pemanfaatan teknologi dimana saat
ini guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemampuan dalam menggunakan
teknologi agar tidak tertinggal serta dapat bersaing dengan guru lain.7

4. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar


Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan baru yang muncul sebagai respons
dari sistem pendidikan yang selama ini berjalan. Kebijakan ini ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kebijakan kurikulum
pada hakikatnya merupakan terobosan baru. Kurikulum ini harus terlebih dahulu
dipahami oleh tenaga pendidik sebelum hal tersebut disampaikan kepada peserta
didik. Sejalan dengan hal tersebut, guru harus memiliki kompetensi yang baik dalam
penyampaian kurikulum tersebut agar proses belajar mengajar dapat berlangsung
dengan baik. Merdeka belajar menjadi gagasan yang diharapkan mampu memberikan
angin segar pada dunia pendidikan yang ada saat ini. Sistem pendidikan yang berbelit
dan cenderung memberatkan dari pihak guru dan peserta didik sebisa mungkin dapat
dipangkas pada Kurikulum Medeka. Merdeka belajar akan memberikan kebebasan
dan otonomi pada lembaga pendidikan; merdeka dari birokratisasi; dosen dibebaskan
dari birokrasi yang berbelit; serta peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih
bidang yang mereka sukai.8
Pendidikan pada masa mendatang memiliki tren untuk melakukan
pembelajaran yang berbeda dengan sekarang. Pembelajaran yang saat ini menjadikan
ruang kelas sebagai sarana belajar. Nantinya, pendidikan diharapkan mampu
dilakukan di luar ruang kelas agar terealisasi Kurikulum Merdeka Belajar.
Pembelajaran pada masa mendatang juga diharapkan tidak menjadi beban.
Pendidikan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dengan berorientasi mencerdaskan
kehidupan bangsa. Selain sistem belajar mengajar yang dirubah, Kurikulum Merdeka
juga menekankan kepada karakter peserta didik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

7
Yulia Triana Ratnasari, ‘PROFESIONALISME GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Yulia Triana
Ratnasari’, Seminar Nasional, 2019, 235–39.
8
Sherly S., Dharma E., dan Sihombing H. B., “Merdeka Belajar: Kajian Literatur”, UrbanGreen Conference
Proceeding Library (2021), hlm. 84.

8
metode mendidik dari guru yang mampu berkomunikasi dengan baik melalui proses
belajar mengajar yang dilakukan. Proses belajar mengajar tersebut dilakukan dengan
diskusi yang menjadikan psikologis dari peserta didik menjadi baik, serta
menghilangkan rasa takut mereka. Meskipun diatur sedemikian rupa, kompetensi ini
dalam Kurikulum Merdeka tidak boleh dikesampingkan. Oleh karena itu, kurikulum
tersebut berkaitan erat dengan bagaimana seorang pendidik mampu menyampaikan
materi pelajaran dengan mengaitkan pada pembentukan karakter peserta didik.9
Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan atau disingkat dengan
BSNP, kurikulum merdeka belajar merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(KEMENDIKBURISTEK) diberikan
kepada satuan pendidikan sebagai langkah tambahan digunakan dalam rangka
pemulihan pembelajaran pada waktu tahun 2022-2024. Kurikulum merdeka belajar
merupakan kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat.
Di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik mempunyai waktu yang cukup
untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Nantinya, guru memiliki
kekuasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran bisa
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Kurikulum ini untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila
dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Yang
mana proyek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran
tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran. Jika sebelumnya di
Kurikulum 2013 peserta didik harus mempelajari semua mata pelajaran (di tingkat
TK hingga SMP) dan akan dijuruskan menjadi IPA/IPS di tingkat SMA, lain halnya
dengan Kurikulum Merdeka. Di Kurikulum Merdeka, peserta didik tidak akan lagi
menjalani hal seperti itu.Di Kurikulum Merdeka, peserta didik tidak akan lagi
‘dipaksa’ untuk mempelajari mata pelajaran yang bukan menjadi minat utamanya.
Peserta didik bisa dengan ‘merdeka’ memilih materi yang ingin dipelajari sesuai
minat masing-masing.10 Terdapat beberapa poin penting dalam Kurikulum Merdeka
Belajar. Di antara poin tersebut adalah tentang penghapusan ujian nasional;
penyelenggaraan ujian sekolah berstandar nasional yang pelaksanaannya diserahkan
pada sekolah; penyederhanaan format RPP; seta sistem zonasi penerimaan siswa
baru. Peraturan baru tersebut tidak terlepas dari cita-cita besar yang ingin dicapai oleh
Kemendikbud. Dengan adanya kebijakan merdeka belajar, diharapkan hal tersebut
mampu membentuk kultur lembaga pendidikan yang otonom, tidak birokratis, serta
semakin berkembangnya inovasi sistem pembelajaran.11
9
Marisa M., op. cit. hlm. 72.
10
Masrifah Hidayani, ‘Model Pengembangan Kurikulum’, At-Ta’lim : Media Informasi Pendidikan Islam 16, no.
2 (2018): 375, https://doi.org/10.29300/attalim.v16i2.845.
11
Mauizdati N., “Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Perspektif Sekolahnya Manusia Dari Munif Chatib”, Jurnal
Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), Vol.3 No.2 (2020), hlm. 316.

9
Merdeka belajar merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum Merdeka diterapkan dengan tujuan
untuk melatih kemerdekaan dalam berpikir peserta didik. Inti paling penting dari
kemerdekaan berpikir ditujukan kepada guru. Jika guru dalam mengajar belum
merdeka dalam mengajar, tentu peserta didik juga ikut tidak merdeka dalam berpikir.
Guru juga memiliki target tertentu dari pemerintah seperti akreditasi, administrasi,
dan lain-lain. Tentu dalam keadaan seperti ini peserta didik tidak dapat secara luwes
berkembang dalam pembelajaran karena hanya terpaku pada nilai saja. Dengan
adanya merdeka belajar, peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
sesuai dengan bakat dan minatnya karena peserta didik juga memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam penyerapan ilmu yang disampaikan oleh guru 12.Selain itu,
merdeka belajar juga membuka cakrawala guru terhadap permasalahan yang
dihadapi. Mulai dari penerimaan siswa, RPP, proses pembelajaran, evaluasi, sampai
Ujian Nasional. Dengan begitu, guru menjadi wadah penyalur potensi untuk
melahirkan bibit unggul harapan bangsa sehingga dibutuhkan suasana pembelajaran
yang menarik dan inovatif agar peserta didik semangat dalam belajar.13
Merdeka belajar menjadi sebuah suatu terobosan baru Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia untuk menjadikan proses pembelajaran di setiap
sekolah menjadi lebih efektif dan efisien. Dampak positif merdeka belajar ditujukan
kepada guru, peserta didik, dan bahkan wali murid. Pembelajaran merdeka belajar
memgutamakan minat dan bakat peserta didik yang dapat memupuk sikap kreatif dan
menyenangkan pada peserta didik. Kurikulum merdeka belajar menjawab semua
keluhan pada sistem pendidikan. Salah satunya yaitu nilai peserta didik hanya
berpatokan pada ranah pengetahuan. Di samping itu, merdeka belajar membuat guru
lebih merdeka lagi dalam berpikir sehingga diikuti oleh peserta didik. Saat percaya
terhadap kemerdekaan guru dan kemerdekaan belajar, maka akan bersinggungan
dengan banyak hal, salah satunya kemerdekaan dalam proses belajar. Proses belajar
butuh kemerdekaan karena kemerdekaan harus melekat pada subjek yang melakukan
proses belajar anak ataupun orang dewasa. Termasuk melibatkan dukungan banyak
pihak.14

Pada dasarnya kurikulum merdeka ini memberikan kebebasan kepada peserta


didik dalam kegiatan pembelajaran yang dimana proses pembelajarannya bersifat
otonom dan fleksibel sehingga menciptakan kultur belajar yang inovatif, tidak
menurut aturan, jadi kurikulum merdeka sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

12
Naufal H., Irkhamni I., dan Yuliyani M. “Penelitian Penerapan Program Sistem Kredit Semester Menunjang
Terealisasinya Merdeka Belajar di SMA Negeri 1 Pekalongan”. Jurnal Konferensi Ilmiah Pendidikan, Vol.1 No.1
(2020)
13
Ningrum A. S., “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar (Metode Belajar)”,
Prosiding Pendidikan Dasar, Vol.1 (2022).
14
Ruhaliah, dkk., “Pelatihan Penyusunan Perangkat Pembelajaran “Merdeka Belajar” Bagi Guru Bahasa Sunda
Di Kota Sukabumi”, Dimasatra: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol.1 No.1 (2020).

10
Peserta didik diberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan pembelajaran, baik
dalam berpikir maupun berpendapat. Kegiatan pembelajaran tidak disamaratakan,
namun perlu adanya penyesuaian dengan tingkatan peserta didik. Sehingga
pembelajaran dilakukan lebih fleksibel sesuai kemampuan peserta didik.15

Program yang dicanangkan dari kurikulum merdeka sangatlah beragam. Mulai


dari KIP (Kartu Indonesia Pintar), digitalisasi sekolah, prestasi dan penguatan
karakter, Guru Penggerak, Kurikulum Baru, Revitalisasi Pendidikan Vokasi,
Kampus/Sekolah Merdeka, serta Pemajuan Kebudayaan dan Bahasa. Program dari
kurikulum merdeka tersebut akan sangat menunjang peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia beserta meningkatkan sumber daya manusia jika dapat dilaksanakan
dengan baik. Peran gurulah yang paling menentukan dalam hal ini. Guru sebagai
sentral pendidikan perlu untuk megelola kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga
pelaksanaan kurikulum merdeka sesuai dengan yang dicitacitakan.16

Adapun implikasi kurikulum terkait profesi guru yakni guru tetap berperan
penting dalam pembelajaran dan berperan secara strategis untuk menjadi kunci pada
aspek pendidikan dan pembelajaran. Namun pada pelaksanaannya, guru tidak lagi
menjadi satu-satunya sumber ilmu pada kegiatan pembelajaran atau dalam hal
mencari dan menemukan pengetahuan. Pada kurikulum merdeka guru berperan
menjadi rekan siswa untuk bersama-sama mencari dan menemukan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, guru perlu lebih siap, terutama dalam hal mendidik,
bukan hanya sekedar mengajar saja.17

5. Implementasi Kurikulum Merdeka


Implementasi adalah usaha dalam menerapkan suatu hal. Implementasi
merupakan suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci. Implementasi dilakukan ketika perencanaan sudah sempurna yang
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem yang
terencana.18 Adapun tujuan dari implementasi penerapan Merdeka Belajar (IPMB)
melalui program kampus mengajar perintis di sekolah dasar yaitu membantu
menyelesaikan problematika di persekolahan akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Bentuk kegiatannya berupa membimbing peserta didik dan memberdayakan peralatan
sekolah dalam rangka proses belajar mengajar. Dalam penerapan Kurikulum Merdeka
terdapat intrakurikuler serta penguatan profil pancasila dan ekstrakurikuler.
Penerapan Kurikulum Merdeka dengan mengalokasikan waktu akan dirancang hingga
15
Tuti Marlina, ‘Urgensi dan Implikasi Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Pada Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah’, Jurnal SNPE FKIP Universitas MuhammadiyahMetro 1, no. 1 (2022): 67–72.
16
Sudarto. Analisis Implementasi Program Merdeka Belajar di SDN 24 Macanang dalam Kaitannya dengan
Pembelajaran IPA/TemaIPA. Seminar Nasional Hasil Penelitian 2021 “Penguatan Riset, Inovasi, dan Kreativitas
Peneliti di Era Pandemi Covid-19” (2021)407
17
Sularto, St. “Kebijakan Merdeka Belajar”, Mingguan Hidup, (2020) 14-15.
18
Mudrikah A., Khori A., dan Hamdani H., “Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di
Universitas Islam Nusantara”, Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol.5 No.1 (2022).

11
satu tahun serta dilengkapi dengan alokasi jam pelajaran yang disampaikan setiap
minggunya.
Kurikulum Merdeka bisa saja terus dilakukan dengan beberapa syarat.
Pertama, regulasi yang fundamental, misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kedua, melihat dari asesmen
nasional yang bertujuan untuk mengukur bagaimana penalaran dari peserta didik
bukan hanya pengetahuan saja. Ketiga, jika publikasi semakin menyebar luas maka
kemungkinan kecil Kurikulum Merdeka dihentikan. Jadi, implementasi Kurikulum
Merdeka bertujuan untuk menjawab keluhan dan masalah yang terjadi pada
kurikulum sebelumnya. Implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilihat di sekolah
penggerak. Implementasi kurikulum ini menekankan pada bakat dan minat peserta
didik dalam mengembangkan potensi yang mereka punya. Implementasi kurikulum
ini dapat menjadikan peserta didik berkompeten sesuai bidangnya, serta dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan terknologi masa
sekarang.
Kurikulum yang diluncurkan Kemendikburistek Bapak Nadiem Makarim
adalah upaya bentuk evaluasi dari perbaikan kurikulum 2013.Kurikulum 2013
digunakan sebelum masa pandemi melanda Indonesia, dimana kurikulum 2013
merupakan kurikulum satu-satunya yang digunakan didalam proses belajar mengajar.
Awal mula pencetusan kurikulum merdeka belajar merujuk pada kondisi pandemic
Covid-19 sehingga menyebabkan berbagai kendala dalam proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang selama ini digunakan dalam proses pembelajaran kemudian
disederhanakan menjadi kurikulum darurat yang difungsikan sebagai memudahkan
satuan pendidikan dalam mengelola pembelajaran. Hadirnya kurikulum merdeka
belajar yang sekarang lagi proses pemulaian percobaan, walaupun demikian tetap
pada kurikulum 2013 dan kurikulum darurat juga masih dapat digunakan pada satuan
pendidikan. Hingga pada akhirnya nanti pada tahun 2024 akan diadakan evaluasi
penentuan kebijakan kurikulum yang terbaru dan menjadi acuan juga untuk
Kemendikburistek dalam menentukan kebijakan lanjutan pasca pemulihan
pembelajaran. Berikut ini dijabarkan perbedaan yang diperoleh pada Kurikulum
Merdeka Belajar dengan Kurikulum sebelumnya yang berlaku pada jenjang SD,
SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi :
1) Jenjang SD: Pada kurikulum merdeka belajar, penerapannya pada penggabungan
mata pelajaran IPA dan IPS menjadi satu yaitu “Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial) dan menjadikan mata pelajaran Bahasa Inggris yang awalnya berupa mata
pelajaran pokok menjadi mata pelajaran pilihan.
2) Jenjang SMP: Pada kurikulum merdeka belajar, penerapan mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang awalnya berupa mata pelajaran

12
pilihan, maka menjadi mata pelajaran wajib yang harus dimiliki oleh semua
jenjang SMP.
3) Jenjang SMA/SMK: Pada kurikulum merdeka belajar, tidak ada lagi peminatan
seperti IPA,IPS, atau Bahasa. Lalu di jenjang SMK model pembelajaran yang
didesain lebih sederhana berupa 70% mata pelajaran kejuruan dan sisanya mata
pelajaran umum. Tidak hanya itu pada jenjang SMA/SMK masa pendidikan siswa
dituntut untuk dapat menghasilkan produk berupa esai ilmiah seperti halnya
mahasiswa yang menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi. Hal itu diperuntukkan
untuk para siswa agar mampu berpikir kritis, ilmiah dan analitis.
4) Perguruan Tinggi: Pada kurikulum merdeka belajar, mahasiswa diberikan
kesempatan terbuka untuk mempelajari banyak hal sesuai dengan minatnya tanpa
terbatasi oleh program studi yang ditempuh. Hal tersebut dapat dilaksanakan
dengan beberapa cara seperti magang, pertukaran mahasiswa, penelitian,
wirausaha, KKN atau proyek-proyek independent. Program Merdeka Belajar
mempunyai empat kebijakan yang berlaku, di antaranya: Ujian Standar Berbasis
Nasional (USBN), kebijakan tentang Ujian Nasional, perubahan kebijakan
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta peraturan mengenai
Penerimaan Peserta Didik Baru Zonasi. Keempat kebijakan tersebut.19

Disisi Lain Menurut Abidah dkk. terdapat empat komponen utama Kurikulum
Merdeka Belajar, yaitu sebagai berikut.20

a) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) diganti dengan asesmen berupa


ujian tertulis dan/atau bentuk ujian lain, yaitu penugasan dan portofolio
seperti tugas kelompok, karya tulis, tugas proyek, dan lainnya.
b) Pada tahun 2020 Ujian Nasional (UN) dihapus dan diganti dengan Survei
Karakter serta Asesmen Kompetensi Minimun.
c) Implementasi perihal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) satu lembar.
d) Menerapkan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Kemendikbud menggagas empat komponen di atas bertujuan untuk memberi
ruang luas bagi setiap peserta didik, guru dan pihak sekolah dalam
menentukan langkah kebijakan. Adanya Kurikulum Merdeka Belajar dapat
menjawab terhadap pesatnya globalisasi yang sudah memasuki abad ke-21.
Tuntutan perkembangan zaman mendorong suatu lembaga pendidikan untuk
senantiasa adaptif dan solutif terhadap kurikulum.21

19
Madhakomala et al., ‘Kurikulum Merdeka dalam Perspektif Pemikiran Pendidikan Paulo Freire’, At- Ta’lim :
Jurnal Pendidikan 8, no. 2 (2022): 162–72, https://doi.org/10.55210/attalim.v8i2.819.
20
Azmil Abidah, dkk., “The Impact of Covid-19 to Indonesian Education and Its Relation to the Philosophy of
Merdeka Belajar”, Studies in Philosophy of Science and Education, Vol.1 No.1 (2020)
21
Nurhayani Siregar, Rafidatun Sahirah, dan Arsikal Amsal Harahap, “Konsep Kampus Merdeka Belajar Di Era
Revolusi Industri 4.0”, Fitrah: Journal of Islamic Education, Vol.1 No.1 (2020).

13
Adapun kelebihan dari Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut: Lebih
sederhana dan mendalam Materi yang esensial menjadi fokus pada Kurikulum
Merdeka. Pembelajaran yang sederhana dan mendalam tanpa tergesa-gesa akan lebih
diserap peserta didik. Pembelajaran mendalam dengan rancangan yang
menyenangkan akan membuat peserta didik lebih fokus dan tertarik dalam belajar.
Lebih merdeka Kurikulum Merdeka yang menjadi kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia menjadi tolok ukur dalam merancang pembelajaran.
Konsep merdeka yang diberikan memberikan kemerdekaan kepada guru dalam
merancang proses pembelajaran sesuai kebutuhan dan capaian pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan akan menjadi baik bila
diterapkan, dibandingkan dengan merancang dengan tidak melihat kebutuhan peserta
didik. Lebih relevan dan interaktif Kegiatan proses pembelajaran yang lebih relevan
dan interaktif akan memberikan dampak yang baik bila diterapkan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran yang interaktif akan membuat peserta didik lebih tertarik
dan bisa mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Pembelajaran interaktif
dengan membuat suatu proyek akan membuat peserta didik menjadi aktif dalam
mengembangkan isu-isu yang beredar di lingkungan. Kurikulum Merdeka yang
diterapkan akan lebih sederhana dan mendalam karena jam pelajaran pada ini yaitu 1
jam untuk intrakurikuler dan 1 jam untuk penguatan Profil Pancasila. Pembelajaran
lebih merdeka juga menjadi kelebihan dari Kurikulum Merdeka. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan memberikan hak otonom kepada sekolah unruk merancang sesuai
dengan kebutuhanya.22

6. Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar


Pada masa Covid-19, pendidikan di Indonesia menjadi terbelakang dan
ketinggalan. Kebijakan Kurikulum Merdeka menjadi solusi terhadap ketinggalan
pendidikan di Indonesia.23 Tujuan dari Kurikulum Merdeka adalah untuk menjawab
permasalahan pendidikan terdahulu. Adanya kurikulum ini akan mengarahkan dalam
mengembangkan potensi dan kompetensi peserta didik. Kurikulum ini berfungsi
untuk mengembangkan potensi, salah satunya proses pembelajaran yang dirancang
dengan relevan dan interaktif. Pembelajaran yang interaktif salah satunya dengan
membuat proyek. Pembelajaran tersebut akan membuat peserta didik lebih tertarik
dan bisa mengembangkan isu-isu yang berkembang di lingkungan.
Implementasi Kurikulum Merdeka tidak dilaksanakan secara serentak dan
masif. Kemdikbudristek memberikan kebijakan mengenai keleluasaan satuan
pendidikan dalam mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan tingkat
kesiapannya. Beberapa program yang mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka
22
: Khoirurrijal, Fadriati, Sofia, Anisa Dwi Makrufi, Sunaryo Gandi, Abdul Muin, T., & Ali Fakhrudin, Hamdani, S.
(2018). Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar.
23
Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang Pendoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka)

14
(IKM) adalah dengan program Sekolah Penggerak (SP) dan Sekolah Menengah
Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK-PK). Pada program tersebut Kemdikbudristek
memberikan dukungan dalam IKM mendapatkan pengalaman yang baik dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Best practice dan konten pembelajaran
dalam IKM pada SP/SMK-PK teridentifikasi dengan baik dan digambarkan dapat
menjadi contoh bagi satuan pendidikan lainnya. Penyediaan dukungan IKM yang
diberikan oleh Kemdikbudristek adalah upaya dari Kemdikbudristek untuk
memberikan dukungan pembelajaran IKM secara mandiri dan dukungan pendataan
IKM jalur mandiri. Dukungan-dukungan yang diberikan oleh Kemdikbudristek tadi
kemudian akan memperlihatkan calon satuan pendidikan yang terdata berminat untuk
pelaksanaan IKM. Calon satuan pendidikan tersebut kemudian akan memperoleh
pendampingan pembelajaran untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur
mandiri, sehingga guru, kepala sekolah, pengawas serta stakeholder dapat
mengadakan kegiatan berbagi best practice dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka
baik dalam bentuk seminar maupun lokakarya secara mandiri.24

7. Problematika Kurikulum Merdeka Belajar


Program Kurikulum IKMB merupakan bagian dari upaya Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI. Bertujuan mendorong siswa dan mahasiswa agar
bisa menguasai beragam kompetensi sebagaimana tertuang dalam Permendikbud
Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Tertuang di dalam
Kebijakan Merdeka Belajar dinyatakan bahwa Kampus Merdeka diharapkan dapat
menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Berkaitan dengan hal di atas, kebijakan atau
program pemerintah yang akan atau sedang dilaksanakan atau diimplementasikan
tahun 2021 ini, maka beberapa kemungkinan permasalahan akan terjadi.
Permasalahan akan terjadi apabila antara aturan atau kebijakan pemerintah yang
diimplementasikan atau dilaksanakan tidak seperti yang diharapkan. Susetyo
menyatakan bahwa kebijakan program IKMB yang dirancang berbeda dengan
implementasinya. Adanya kondisi seperti ini akan menyebabkan beberapa
permasalahan yang mungkin terjadi, yaitu sebagai berikut.
a) Tujuan pendidikan.
b) Rancangan panduan pelaksanaan Kurikulum IKMB.
c) Pola pikir. Perancangan kurikulum di program studi.
d) Mekanisme kerja sama dengan perguruan tinggi lain atau lembaga luar
perguruan tinggi. Hak belajar di dalam maupun di luar program studi atau
luar perguruan
e) untuk program magang di perusahaan bagi mahasiswa.
f) Sistem administrasi akademik.

24
Cantika, V. M. (2022). Inovasi Kurikulum. Jurnal UPI, 19(1), 171–184.

15
g) Kesiapan sumber daya manusia. Pelaksanaan kebijakan program merdeka
belajar di sekolah pun pastinya akan mengalami problematika yang tidak jauh
berbeda dari yang terjadi di perguruan tinggi. Guru atau dosen diharapkan
segera melaksanakan strategi menyusun panduan bersama antarperguruan
tinggi untuk implementasi Kurikulum IKMB.
h) Pengembangan Kurikulum Merdeka Selain itu, juga dapat melakukan
perjanjian kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi maupun lembaga
luar lembaga pendidikan yang bersangkutan. Melakukan sosialisasi mengenai
pelaksanaan Kurikulum IKMB kepada guru, tenaga kependidikan, maupun
peserta didik juga perlu dilakukan. Tujuannya agar tidak salah dalam
mengimplementasikan program tersebut dan memberikan pemahaman terkait
konsep guru penggerak dan dosen penggerak.25

25
Tajeri : Khoirurrijal, Fadriati, Sofia, Anisa Dwi Makrufi, Sunaryo Gandi, Abdul Muin dan Suprapno Ali
Fakhrudin, Hamdani, Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar, 2018.

16
16

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini menggunakan jenis pendekatan Kualitatif


(qualitative research), maksudnya data yang di kumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka. 26Penelitian ini menghasilkan pendeskripsian secara ucapan
atau tulisan dan prilaku yang diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri. Penelitian
ini adalah penelitian lapangan (field reseach) dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang mengedepankan penelitian data dengan berlandaskan
pada pengungkapan apa-apa yang di ungkapkan oleh responden dari data yang
dikumpulkan berupa kata-kata,gambar, dan bukan angka angka.

B. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk
memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung. Dengan Kata Lain, Tempat
penelitian yang peneliti tetapkan adalah lokasi peneliti menjalankan Kegatan
Pengenalan Lapangan Pendidikan (PLP). Penelitian Ini dilakukan guna mengetahui
gambaran umum mengenai keadaan Lembaga yang sesuai dengan sasaran penelitian.
Dengan diadakannya penelitian dilapangan, maka akan memperoleh gambaran umum
mengenai sesuatu yang berhubungan dengan sasaran penelitian. Sehingga, sesuai
dengan kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan tempat
penelitian yaitu di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember tepatnya di sub
bagian Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) yang terletak di Jl. KH Wachid
Hasyim No.1, Kebondalem, Kepatihan, Kec. Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa
Timur 68131 Dan di harapkan akan memperoleh informasi yang sesuai dengan
kebutuhan peneliti.

C. Sumber Data

Data merupakan hal yang sangat esensial untuk mengungkapkan


permasalahan, dan data juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau
hipotesis yang di rumusukan oleh peneliti. Peneliti memilih sumber data dalam
penelitian ini memperhatikan beberapa hal, antara lain : subyek penelitian sudah
cukup lama menyatu dalam kegiatan atau bidang yang akan dikaji oleh penelitian,
subjek terlibat penuh dengan kegiatan tersebut, dan subjek memiliki waktu yang
cukup lama untuk diminta informasi. Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data
adalah Kepala Seksi Kementerian Agama Kabupaten Jember, 1 Orang Staf Seksi Pais
Kementerian Agama Kabupaten Jember dan Kepala Pokjawas Kementerian Agama
Kabupaten Jember.
26
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta:Bumi Aksara,2005)h,53
17
D. Tehnik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengambilan data yang dilakukan dalam pendekatan


ini menggunakan empat cara yaitu :
1) Observasi, merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan
prtolongan indra mata. Teknik ini bermanfaat sebagai berikut yaitu: mengurangi
jumlah pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan tetapi cukup dilakukan observasi
oleh wawancara, mengukur kebenaran jawaban pada wawancara. Penelitian
kualitatif tidak hanya menggunakan observasi dan wawancara dalam mencari
sumber dat, tetapi masih perlu di lakukan dengan studi dokumentasi yang
dilakukan dengan melihat dan mengamati dokumen-dokumen agar dapat
menguatkan hasil yang diperoleh dengan melakukan observasi dan
wawancara.Peneliti tidak ikut serta dalam lembaga, peneliti hanya berperan
mengamati kegiatan yang sedang berlangsung dan mengambil data yang
diperlukan untuk melengkapi data peneliti. Dan peneliti berperan langsung dengan
mendatangi lokasi penelitian agar dapat menggali informasi yang seluas-luasnya.
2) Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara
pewawancara dengan responden, dan data yang dikumpulkan dapat bersifat secara
fakta. Peneliti melakukan metode wawancara atau metode interviewer agar
mendapatkan keterangan secara lisan dan langsung bertatap muka dengan
informan hal itu dilakukan agar peneliti memperoleh data yang jelas dan dapat di
pertanggung jawabkan. Dan mewawancarai secara langsung pihak-pihak yang
bersangkutan. Peneliti akan mewawancarai 3 informan yaitu: 1 orang kepala seksi
PAIS Kementerian Agama Kabupaten Jember, 1 Orang staf Seksi Pais
Kementerian Agama Kabupaten Jember 1 Kepala Pokjawas Kementerian Agama
Kabupaten Jember.
3) Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisi dokumen- dokumen yang terkait, baik dokumen tertulis gambar
maupun elektronik. Dalam metode ini peneliti dapat mengumpulkan data dengan
cara mengutip pada tulisan atau catatan-catatan serta gambar untuk memberikan
bukti keterangan tentang suatu peristiwa yang ada di lembaga.

E. Tehnik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Ada 3 Tehnik Analisa yang digunakan peneliti yaitu: Pemeriksaan data Yaitu
memeriksa kembali dengan cermat data yang telah dikumpulkan. Klasifikasi data yaitu

17
pemisahan atau pemilihan data mana yang di anggap penting dan relevan. Tafsiran dan
pemberian kesimpulan.

F. Instrumen Penelitian

Instrument Penelitian Menurut sugiyono bahwa instrument penelitian merupakan alat


bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Dan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan instrument penelitian dengan wawancara.

G. Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.Penentuan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Sugiyono menjelaskan pengertian tehnik Purposive sampling yaitu teknik
sampling yang satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria
yang dikehendakinya dalam pengambilan sampel. Dalam hal ini sampel yang diambil
dengan maksud dan tujuan yang diinginkan peeneliti atau sesuatu diambil sebagai
sampel karena peneliti. Dalam penelitian ini, sampel yang di tentukan oleh peneliti
adalah 4 orang yaitu: 1 orang kepala seksi PAIS Kementerian Agama Kabupaten
Jember, 1 Orang staf Seksi Pais Kementerian Agama Kabupaten Jember 1 Kepala
Pokjawas Kementerian Agama Kabupaten Jember, dan 1 orang Pengawas PAI
Kecamatan Gumukmas.

H. Uji Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk


menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak
ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan
penelitian kualitatif. Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian
yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data
yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif Ini menggunakan
Trianggulasi Metode.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan
peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa
fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran
tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal
dari sudut pandang yang berbedabeda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran
yang handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan
cara mengurangi sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan
analisis data. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau

18
data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif
peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu,
peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau,
peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk
mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan
diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini
dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian
diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa
teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan.
Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.27

27
M Rahardjo, ‘Trianggulasi Metode’, Sunday Independent1 80 (2010): 339–44.

19
20

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Temuan Umum Penelitian

a. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di di Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Jember tepatnya di sub bagian Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) yang
terletak di Jl. KH Wachid Hasyim No.1, Kebondalem, Kepatihan, Kec. Kaliwates,
Kabupaten Jember, Jawa Timur 68131. Keberadaan Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Jember secara umum tidak terlepas dengan berdirinya Kementerian
agama RI tanggal 3 Januari 1946. perubahan yang terjadi pada Kementerian
Agama RI juga berlaku bagi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember, baik
yang menyangkut kedudukan, tugas pokok, fungsi, susunan organisasi maupun
tata kerja organisasi. Sesuai peraturan perundangan yang berlaku, Kementerian
Agama Jember mengalami perubahan dan penyempurnaan, pada tahun 1950
masih disebut Kantor Penguluhan Kab. Jember dengan KH. Abd. Halim Siddiq
sebagai kepalanya. 1952 dipegang oleh KH. Ali Jasin.
Dalam waktu bersamaan di Jember juga terdapat Kantor Pendidikan Agama
yang dipimpin H.Abd. Rahman Sastro Dimulyo. Pada tahun1967 namanya
berubah lagi menjadi Kantor Urusan Agama Kab. Jember dengan kepalanya KH.
Moh. Cholil, pada tahun 1970 di Jember terdapat tiga kantor/Instansi yang
mengurusi pembangunan bidang agama, yaitu Dinas urusan Agama, Dinas
Pendidikan Agama Kab. Dan Dinas Penerangan Agama Kabupaten. Sejak 1
September 1972 ketiga Instansi tersebut disempurnakan menjadi perwakilan
Kementerian Agama Kab. Jember, yang kemudian pada tahun 1975 berubah
menjadi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember dengan jabatan Kepala
dipegang Drs. Abd. Manan, SH. Demikian halnya, kedudukan bangunan kantor
Kementerian Agama Kab. Jember pun mengalami perpindahan. Mulanya berada
di jalan Sultan Agung 1 Jember, lalu pindah di jalan Arjuna 2 Jember, kemudian
menetap dijalan Mayjen Sungkono 2 Jember (kini jalan Bengawan Solo 2
Jember), dan terhitung sejak tanggal 12 Juni 2017 Kantor Kementerian Agama
Kab. Jember berada di Jalan Kyai Haji Wahid Hasyim 01 Kecaman Kaliwates
hingga sekarang.28

b. Struktur Organisasi Kementerian Agama Kabupaten Jember


Kementerian Agama Kabupaten Jember Memiliki 75 Karyawan, 1 Sub Bagian
dan terdapat 8 Unit Kerja yang terdiri dari:

 Sub Bagian Tata Usaha;

28
Kemenagjember.id tentang profil dan sejarah
 Seksi Pendidikan Madrasah;
 Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;
 Seksi Pendidikan Agama Islam;
 Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;
 Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;
 Penyelenggara Syariah;
 Penyelenggara Katholik;
 Penyelenggara Kristen dan
 Kelompok Jabat Fungsional Tertentu

Adapun Pada Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) Lokasi Spesifik yang diteliti
oleh peneliti terdapat 1 Orang Kepala seksi dan 3 orang staff yang terdiri dari :

 Bapak Nur Sholeh, S.Pd,.M.Pd.I Sebagai Kepala Seksi PAIS


 Bapak Irvan Irdhiansyah,S.Pd Sebagai Penata
 Bapak Munip Hadi Sona, A.Ma Sebagai Penata Muda
 Ibu Kurnaini Irma Fitriyanti Sebagai Staf Seksi Pais

c. Visi Dan Misi Kementerian Agama Kabupaten Jember

Visi dan Misi merupakan gambaran visual yang dinyatakan dalam kata-kata.
Visi merpakan gambaran kemana sebuah organisasi hendak pergi. Visi dan Misi
juga merupakan hal yang penting untuk menyatukan persepsi, pandangan, cita-
cita, harapan-harapan semua pihak yang terlibat. Keberhasilan sebuah Visi dan
misi yang diemban yang dapat diwujudkan. Adapun visi dan Misi Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Jember yang menjadi fokus orientasi terhadap
seluruh sistem dan program pendidikan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Jember adalah sebagai berikut:
Visi : “Kementerian Agama yang profesional dan andal dalam membangun
masyarakat yang saleh, moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia
maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong”.
Misi :
 meningkatkan kualitas kesalehan umat beragama;
 memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama;
 meningkatkan layanan keagamaan yang adil, mudah dan merata;
 meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan bermutu;
 meningkatkan produktivitas dan daya saing pendidikan;
 memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).

21
2. Temuan Khusus Penelitian

Temuan khusus deskripsi ini yang berkenaan dengan hasil penelitian, disusun
berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian melalui
wawancara, dan pengamatan langsung dilapangan. Untuk Efektivitas Keberhasilan
Manajemen Kepemimpinan Kepala Seksi Pendidikan Islam Kementerian Agama
Kabupaten Jember Dalam Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Guru PAI
Melalui Kegiatan Workshop Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar (IKMB)
berikut ini disajikan hasil wawancara dalam penelitian, selain itu juga akan
mendeskripsikan data dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi: Pada
proses Manajemen Kepemimpinan Kepala Seksi Pendidikan Islam Kementerian
Agama Kabupaten Jember Dalam Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme
Guru PAI Melalui Kegiatan Workshop Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar
(IKMB) merupakan langkah yang sistematis yang dilakukan dengan menata,
mengelola, mengatur dan mengembangkan. Kepala Seksi Pais memiliki kedudukan
yang strategis menggerakkan serta memotivasi bawahan, mengelola sumber daya
manusia dan sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh Karena itu
keberadaanya mutlak diperlukan karena tidak mungkin digantikan oleh fungsi dan
peran lain. Diantara tugas dan tanggung jawab yang dilakukan Kasi Pais ialah dalam
upayanya meningkatkan kompetensi guru PAI Melalui Kegiatan Workshop IKM
sehingga dapat menunjukkan bahwa ia berfungsi sebagai pimpinan adalah sebagai
berikut :

3. Pembahasan Penelitian

a) Landasan Pengembangan Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar


Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru PAI

Pendidikan merupakan hal dasar yang dibutuhkan dalam membangun negara.


Tanpa pendidikan, terasa sulit untuk mengembangkan SDM yang ada agar dapat
mengembangkan negara. Pendidikan yang ada pada dasarnya berpusat pada
kurikulum yang disusun. Dalam pelaksanaannya, kurikulum tidak selalu dapat
dilaksanakan secara sempurna. Hal tersebut juga berlaku pada Kurikulum
Merdeka yang belakangan ini ramai dibicarakan. Selain karena wacana baru yang
diusung dalam merespons dampak pandemi yang menimpa dunia, kurikulum ini
juga diharapkan mampu memberikan angin segar dalam pendidikan di Indonesia.
Oleh karena itu, dilakukan pengembangan untuk memaksimalkan pendidikan
yang ada. Berdasarkan data yang peneliti peroleh melalui observasi dan
wawancara terkait Landasan tersebut, terdapat 4 Landasan yang mendasari
mengapa pengembangan implementasi kurikulum merdeka perlu dilakukan

22
sebagai salah satu upaya meningkatkan kompetensi Guru PAI Maupun Kelompok
Kerja Guru (KKG) antara lain yaitu:29
 Landasan Filosofis : Landasan filosofis memiliki peran dalam memberikan
batasan-batasan terkait pendidikan yang akan dilaksanakan. Batasan atau
rambu tersebut bertolak pada konsep epistemologi dan aksiologi pendidikan
sebagaimana tercantum pada filsafat pendidikan. Konsep landasan filosofis
bukanlah konsep tunggal yang dipandang dalam satu sudut pandang. Konsep
ini membawahi banyak ragam seperti aliran filsafat. Oleh karena itu, banyak
dikenal aliran filosofis dalam pendidikan seperti pendidikan idealisme,
pragmatisme, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga berlaku pada
pengembangan Kurikulum Merdeka. Pengembangan kurikulum ini juga harus
sesuai dengan landasan filosofis yang ada. Pengembangan yang ada tidak bisa
lepas dari konsep awal Kurikulum Merdeka yang memberikan keluasan bagi
tenaga pendidik seperti guru dan peserta didik. Pengembangan kurikulum
yang dilakukan harus memastikan peserta didik agar dapat belajar sesuai
dengan konsep Kurikulum Merdeka. Pengembangan kurikulum yang ada juga
harus memastikan guru mendapat porsi yang sama dari jam pelajaran maupun
tugas pokok yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka yang berjalan saat ini.
 Landasan Psikologi: Psikologi tidak pernah lekang dari perkembangan
kurikulum yang terjadi selama ini. Ilmu ini memiliki kajian yang berpusat
pada memahami dan mempelajari tingkah laku manusia. Sejalan dengan hal
tersebut, kurikulum pada dasarnya merupakan pedoman yang digunakan
dalam dunia pendidikan agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
Psikologi masuk pada ranah ini sebagai bahan pertimbangan apakah
kurikulum dapat direalisasikan atau tidak. Unsur dari psikologi yang terkait
yaitu psikologi perkembangan, psikologi belajar, dan psikologi sosial.
Dengan hal tersebut, pengembangan kurikulum yang dibuat hendaknya dapat
lebih m mperhatikan banyak aspek, terutama potensi anak dalam menghadapi
perubahan tersebut. Pertimbangan psikologi memiliki nilai penting dalam
pengembangan kurikulum yang dilaksanakan. Pertimbangan psikologi
diperlukan dalam memilih dan menentukan isi dari mata pelajaran yang
hendak disampaikan kepada peserta didik agar kedalaman materi sesuai
dengan perkembangan peserta didik.
Adapun disampaikan kepada peserta didik, serta bagaimana langkah
peserta didik dalam mempelajari materi agar tujuan pembelajaran dapat
berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya, pengembangan
kurikulum yang dilakukan harus mempertimbangkan pengetahuan dan

29
Wawancara Dengan Bapak Munip Hadi Sona, A.Ma Selaku Staf Penata Muda Seksi Pendidikan Agama Islam
(PAIS) Kemenetrian Agama Kabupaten Jember Rabu 09 November 2022 Pukul 09.00 WIB

23
psikologi dari peserta didik. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik tidak
mejadi korban dari kurikulum yang diajarkan. Berlaku pula pada
pengembangan Kurikulum Merdeka yang akan dilakukan. Pengembangan
kurikulum yang dilakukan harus mempertimbangkan psikologi dari peserta
didik sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Sikap egois dan
tidak mempertimbangkan peserta didik dalam pengembangan kurikulum pada
akhirnya akan berdampak buruk terhadap proses belajar mengajar yang
terjadi.
 Landasan Tekhnologi: Perkembangan teknologi terjadi secara dinamis.
Pendidikan pada awalnya dilakukan dengan pembelajaran berbasis teks.
Namun demikian, pendidikan dewasa ini dapat dilakukan secara online
melalui beberapa platform atau aplikasi yang mendukung proses belajar
mengajar. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang ada, teknologi
memiliki ruang yang luas untuk mengakomodir hal tersebut sehingga
menjadikan perkembangan terjadi begitu pesat. Permasalahan yang ada dapat
cepat diatasi dengan kemajuan teknologi yang ada. Dengan perkembangan
IPTEK yang pesat, pendidikan dalam segala aspeknya harus mengakomodasi
perkembangan tersebut. Penataan kelembagaan, pemantapan struktur
organisasi dan mekanisme kerja, pemantapan pengelolaan, serta lainnya
haruslah dilakukan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Begitu pula dengan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dari berbagai bidang harus diimplementasikan dalam proses pendidikan
sebagai kebutuhan utama. Lembaga pendidikan haruslah mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Demikian juga dengan pengembangan Kurikulum Merdeka.
Pengembangan yang dilakukan harus disesuaikan dengan teknologi yang ada.
Pemanfaatan teknologi harus dilakukan guna tercapainya tujuan pengem-
bangan kurikulum yang ada. Meskipun demikian, sebenarnya kurikulum-
kurikulum sebelumnya sudah banyak yang menjadikan teknologi sebagai
daya tarik, terutama dalam instansi pendidikan. Namun, banyak teknologi
tersebut yang tidak mampu dimanfaatkan dengan maksimal. Pada
kenyataannya banyak peserta didik yang masih gagap terkait teknologi. Oleh
karena itu, pengembangan Kurikulum Merdeka yang dilakukan harusnya
dapat menyesuaikan dengan teknologi yang ada. Pemanfaatan teknologi yang
optimal akan memberikan dampak positif dalam perkembangan kurikulum
yang ada. Selain dapat meringankan biaya yang ada, perhatian lebih
pengembangan kurikulum pada teknologi juga akan mempermudah
implementasi yang akan dilakukan.

24
 Landasan Sosiologi: Sosiologi memiliki peran penting dalam
mendeskripsikan dan menjelaskan institusi, kelompok sosial, dan proses
sosial yang merupakan hubungan sosial. Di dalamnya, individu dapat
memperoleh pengalaman yang terorganisasi. Sosiologi pendidikan
menjalankan fungsinya untuk menelaah berbagai macam hubungan antara
pendidikan dengan masyarakat. Hal ini harus memperhatikan sejumlah
konsep-konsep umum Dalam pendidikan di sekolah terdapat interaksi dan
komunikasi antarpeserta didik serta antara guru dengan peserta didik.
Interaksi sosial dan komunikasi tersebut merupakan bagian dari proses sosial.
Bentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antaranya ialah : Kerja sama,
misalnya kerja sama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerja sama
antarguru, guru dengan para orangtua peserta didik, dan sebagainya. Selain
itu juga ada Akomodasi yakni usaha untuk meredakan pertentangan, mencari
kestabilan, serta kondisi berimbang di antara para anggota. Misalnya,
interaksi orangtua yang tidak setuju kenaikan SPP akhirnya melahirkan
kesepakatan tertentu, serta kompromi antarpeserta didik dalam menentukan
daerah karyawisata. Lalu ada juga Asimilasi atau akulturasi yaitu usaha
mengurangi perbedaan pendapat antar-anggota serta usaha meningkatkan
persatuan pikiran, sikap, dan tindakan dengan memperhatikan tujuan-tujuan
bersama. Misalnya, pakaian seragam dan perlakuan yang sama di sekolah.
Jadi, Landasan sosiologi juga menjadi topik penting yang perlu dipertim-
bangkan dalam pengembangan kurikulum yang ada, khususnya pada
pengembangan Kurikulum Merdeka. 30

b) Efisiensi Kinerja Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam(PAIS) Kabupaten


Jember Dalam Sosialiasi Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar Bagi KKG Dan GPAI.

Kurikulum Merdeka Belajar pada dasarnya memiliki orientasi pada OBE


(Outcome Based Education). OBE merujuk pada proses pendidikan yang berfokus
terhadap pencapaian hasil konkret yang ditentukan. Dalam kata lain, pengetahuan
yang berorientasi pada hasil, kemampuan, dan perilaku. Pendidikan berbasis hasil
saat ini sangat potensial dalam lanskap pendidikan global. Terdapat beberapa poin
penting dalam Kurikulum Merdeka Belajar. Di antara poin tersebut adalah tentang
penghapusan ujian nasional; penyelenggaraan ujian sekolah berstandar nasional
yang pelaksanaannya diserahkan pada sekolah; penyederhanaan format RPP; seta
sistem zonasi penerimaan siswa baru. Peraturan baru tersebut tidak terlepas dari
cita-cita besar yang ingin dicapai oleh Kemendikbud. Dengan adanya kebijakan

30
Wawancara Dengan Bapak Nur Sholeh, S.Pd,. M.Pd .I Selaku Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama Kabupaten Jember Pada kamis 20 oktober 2022 pukul 13.00 WIB

25
merdeka belajar, diharapkan hal tersebut mampu membentuk kultur lembaga
pendidikan yang otonom, tidak birokratis, serta semakin berkembangnya inovasi
sistem pembelajaran. Kurikulum tersebut tentu tidak mudah untuk dilaksanakan,
terdapat banyak penyesuaian yang harus dilakukan dalam pelaksanaannya.
Merdeka belajar ditujukan untuk proses pembelajaran secara alami guna mencapai
pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan belajar merdeka terlebih
dahulu karena bisa jadi masih ada hal-hal yang membelenggu rasa kemerdekaan,
rasa belum merdeka, dan ruang gerak yang sempit untuk merdeka.
Dalam pelaksanaanya, terdapat tahapan yang harus dilakukan dalam
implementasi pengembangan kurikulum. Berikut adalah beberapa langkah yang
dapat dilakukan dalam implementasi pengembangan Kurikulum Merdeka.
 Orientasi/kebutuhan: Fase yang berisikan kesadaran atas kebutuhan (needs
phase) untuk melakukan perbaikan masalah pendidikan di sekolah. Kaitannya
dengan implementasi pengembangan kurikulum yang ada adalah warga
sekolah harus sadar akan pentingya pengembangan kurikulum yang ada.
 Inisiasi : Inisiasi merupakan langkah permulaan pelaksanaan perubahan yang
berasal dari luar sekolah atau dari dalam sekolah. Inisiasi bisa dilakukan juga
oleh sekolah sebagai masyarakat belajar bagi pendalaman pemahaman warga
sekolah atas berbagai hal yang harus dipahami dan dilakukan sesuai ide
inovasi.
 Implementasi: Impelementasi merupakan perubahan yang diadopsi sekolah
sebagai kebijaksanaan sekolah. Pengembangan kurikulum lebih baik apabila
diadopsi dari kebijakan sekolah terkait.
 Institusionalisasi atau keberlanjutan: Ketika perubahan dilanjutkan, fase ini
hanya bisa terlaksana dengan baik melalui keberlanjutan komitmen,
komunikasi, kerja sama, dan respek antarwarga sekolah. Sejalan dengan hal
tersebut, keberlanjutan dari pengembangan kurikulum yang diajukan juga
bergantung pada hal di atas. Pengembangan kurikulum yang ada harus dijaga
sehingga program tersebut dapat berjalan dengan secara terus-menerus.
Keberlanjutan juga merupakan kunci utama dalam berhasil atau tidaknya
kurikulum yang diusulkan. Hal tersebut menjadi lebih masuk akal, mengingat
perkembangan kurikulum yang sering terjadi pada dunia pendidikan yang ada
di Indonesia.
 Pemeliharaan: Fase ini bisa diperkuat atau diperlemah, tergantung komitmen
staf atas keberlanjutan implementasi kurikulum.Keberlangsungan pengem-
bangan kurikulum ditentukan dengan pemeliharaan yang dilakukan. Dalam
praktiknya, pemeliharaan ini dapat dilakukan dalam pengawasan yang baik
terhadap implementasi pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.

26
Oleh karena itu, implementasi kurikulum yang dibentuk perlu diujikan secara
langsung guna melihat efektivitas kurikulum yang telah dirancang. Dalam
pelaksanaannya, perguruan tinggi perlu melibatkan pihak eksternal dalam
merumuskan kurikulum sehingga hasil lulusannya memiliki kesempatan lebih
untuk bersaing di dunia kerja.31

c) Manajemen Kepemimpinan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS)


Kementerian Agama Kabupaten Jember Dalam Meningkatkan Kompetensi
Dan Profesionalisme Guru PAI Melalui Kegiatan Workshop Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar (IKMB)

Merdeka belajar merupakan salah satu program inisiatif Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan sekarang yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia.
Tujuan merdeka belajar adalah agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa
mendapat suasana yang bahagia. Program merdeka belajar ini dilahirkan dari
banyaknya keluhan di sistem pendidikan. Salah satunya keluhan soal banyaknya
peserta didik yang dipatok oleh nilai-nilai tertentu. Merdeka belajar adalah
kemerdekaan berpikir, terutama esensi kemerdekaan berpikir ini harus ada di guru
dahulu. Tanpa terjadi di guru, tidak mungkin bisa terjadi di peserta didik.
Kemerdekaan adalah bagian penting dari pengembangan guru. Sama seperti
burung yang tidak berani keluar dari kandang, kompetensi guru tidak akan bisa
optimal berdampak tanpa kemerdekaan. Sebab, hanya guru yang merdeka yang
bisa membebaskan anak, hanya guru yang antusias yang menularkan rasa ingin
tahu pada anak dan hanya guru belajar yang pantas mengajar. Dalam situasi
seperti ini, guru yang memiliki kemerdekaan juga seringkali disalahartikan
sebagai perlawanan terhadap aturan atau kebijakan. Ini pendefinisian yang kurang
tepat, karena kemerdekaan sesungguhnya selalu berkait dengan inisiatif diri. Guru
perlu merdeka untuk mencapai cita-cita, bukan sekadar ”merdeka” dari
kungkungan kebijakan.
Apa yang membedakan Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya
adalah Pengembangan dalam Kurikulum Merdeka sebelum menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru harus melakukan asesmen awal kepada
peserta didik. Tujuannya yaitu untuk mengetahui anak sudah bisa apa saja.
Kompetensi awal peserta didik harus menjadi patokan guru mengajar, bukan
target materi yang harus dicapai dijadikan patokan sehingga pembelajaran akan
lebih bermakna dan sesuai dengan kebutuhan,” papar Beliau. Lebih lanjut, Beliau
juga menjelaskan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,

31
Wawancara Dengan Bapak Nur Sholeh, S.Pd,. M.Pd .I Selaku Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama Kabupaten Jember Pada Rabu 02 oktober 2022 pukul 10.00 WIB

27
dan Teknologi (Permendikbudristek) No. 5 Tahun 2022 tentang Standar
Kompetensi Lulusan bahwa kriteria kelulusan peserta didik pada Kurikulum
Merdeka yaitu karakter (profil pelajar Pancasila) dan kompetensi, sehingga proses
belajar mengajar bukan lagi berbasis materi tetapi berbasis aktivitas.“Harapan
saya ke depan melalui kegiatan workshop Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar ini Dapat menciptakan tenaga pendidik yang kompeten dan profesional
sehingga mampu memperbaiki mutu pembelajaran dan mutu pendidikan dan tidak
terjadi lagi school without learning, peserta didik lama di sekolah tetapi tidak
banyak belajar, Karena, menurut saya kualitas dari peserta didik dan kegiatan
belajar mengajar di suatu sekolah itu dimulai dari tenaga pendidik yang kompeten
dan profesional sehingga dapat mencetak karakter anak bangsa yang unggul
dalam bidang intelektual maupun religius.32
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil data yang peneliti dapatkan melalui
wawancara dengan seorang kepala pokjawas kementerian agama kabupaten
jember yang ikut andil dalam program kegiatan workshop yang didukung penuh
oleh Bapak Nur Sholeh Selaku Kasi Pais Kementerian Agama Kabupaten Jember.
Beliau menyatakan bahwasannya Guru sebagai tokoh utama yang memiliki status
sebagai pendidik professional yang bertugas mengajar , mendidik, mengarahkan ,
serta membimbing juga mengevaluasi dan menilai anak didiknya dalam berbagai
jenjang mulai tingkat dasar sampai atas. Selain mendapat tugas tersebut dalam
melaksanakan merdeka belajar guru juga berperan sebagai fasilitator
pembelajaran yang didukung oleh kepribadian, pedagogic, sosial, dan
professional. Pengertian profesionalisme Profesionalisme ialah sifat-sifat
(kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana
yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Maka
dari itu, peningkatan kualitas dalam penunjangan kompetensi guru diperlukan
pada program merdeka belajar. Profesionalitas seorang pendidik menjamin
kebehasilan dari tuntutan atas kebijakan baru yang diberlakukan. Guru diharapkan
dapat berinovasi dan kreatif dalam menyampaikan pembelajaran dan dapat
mengemasnya dengan menarik, hal tersebut membuat siswa lebih fokus pada apa
yang sedang diajarkan. Guru perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki ciri
khas dan potensi masing-masing dalam bidangnya. Sehingga pembelajaran yang
dilakukan dapat bervariasi menyesuaikan kondisi pada setiap peserta didik. Oleh
karena itu, Bapak Kasi Pais memberikan dukungan dan apresiasi penuh bagi
Kelompok Kerja guru (KKG) Untuk mengadakan kegiatan workshop
implementasi kurikulum merdeka belajar dalam rangka meningkatkan kompetensi
dan profesionalisme agar tercipta lingkungan mutu pembelajaran yang efektif dan
32
Wawancara Dengan Bapak Nur Sholeh, S.Pd,. M.Pd .I Selaku Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama Kabupaten Jember Pada Rabu 02 oktober 2022 pukul 13.00 WIB

28
efisien. Selain itu, saya juga sangat mendukung penuh berdasarkan tanggung
jawab sebagai kepala pokjawas untuk senantiasa selalu membimbing serta
mengevaluasi para guru-guru PAI Kami dalam perannya untuk
mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar dan melakukan layanan
supervisi/pembinaan kepada semua warga sekolah (kepala sekolah dan guru)
dalam menyusun KTSP berbasis Merdeka Belajar. Bentuk supervisi/pembinaan
dapat mengarah kepada aspek yang bersifat administrasi maupun
akademik/pembelajaran. Perhatian Dinas Pendidikan. Kegiatan yang dapat
diberikan dinas pendidikan adalah memfasilitas para guru dengan menyusun
program dan implementasinya serta dengan menyediakan anggaran secara khusus
untuk mengadakan kegiatan pembinaan menyusun KTSP berbasis “Merdeka
Belajar” bagi para guru di semua jenjang sekolah. agar prosesnya berjalan sesuai
dengan output yang diharapkan.33

33
Wawancara Dengan Bapak Badrus Sholeh Selaku Kepala Pokjawas Kementerian Agama Kabupaten Jember
Pada Kamis 10 oktober 2022 pukul .08.30 WIB

29
30

BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti


terkait” Manajemen Kepemimpinan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS)
Kementerian Agama Kabupaten Jember Dalam Meningkatkan Kompetensi Dan
Profesionalisme Guru PAI Melalui Kegiatan Workshop Implementasi Kurikulum
Merdeka Belajar (IKMB) Yakni Dapat Disimpulkan Bahwasannya Kepala Seksi
Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Jember memberikan
dukungan dan apresiasi penuh bagi Kelompok Kerja guru (KKG) Untuk
mengadakan kegiatan workshop implementasi kurikulum merdeka belajar dalam
rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar tercipta lingkungan
mutu pembelajaran yang efektif dan efisien. Karena Menurut Perspektif Beliau,
yang membedakan Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya adalah
Pengembangan dalam Kurikulum Merdeka sebelum menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru harus melakukan asesmen awal kepada
peserta didik. Tujuannya yaitu untuk mengetahui anak sudah bisa apa saja.
Kompetensi awal peserta didik harus menjadi patokan guru mengajar, bukan target
materi yang harus dicapai dijadikan patokan sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna dan sesuai dengan kebutuhan. Dan harapan beliau melalui kegiatan
workshop Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar ini Dapat menciptakan tenaga
pendidik yang kompeten dan profesional sehingga mampu memperbaiki mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan dan tidak terjadi lagi school without learning,
peserta didik lama di sekolah tetapi tidak banyak belajar, Karena, menurut saya
kualitas dari peserta didik dan kegiatan belajar mengajar di suatu sekolah itu
dimulai dari tenaga pendidik yang kompeten dan profesional sehingga dapat
mencetak karakter anak bangsa yang unggul dalam bidang intelektual maupun
religius.
Dengan adanya dukungan menurut penyataan Bapak Badrus Sholeh selaku
Kepala Pokjawas Kementerian Agama Kabupaten Jember Bahwasannya beliau
juga sangat mendukung penuh berdasarkan tanggung jawab sebagai kepala
pokjawas untuk senantiasa selalu membimbing serta mengevaluasi para guru-guru
PAI Kami dalam perannya untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar
dan melakukan layanan supervisi/pembinaan kepada semua warga sekolah (kepala
sekolah dan guru) dalam menyusun KTSP berbasis Merdeka Belajar. Bentuk
supervisi/pembinaan dapat mengarah kepada aspek yang bersifat administrasi
31

maupun akademik/pembelajaran. Perhatian Dinas Pendidikan. Kegiatan yang dapat


diberikan dinas pendidikan adalah memfasilitas para guru dengan menyusun
program dan implementasinya serta dengan menyediakan anggaran secara khusus
untuk mengadakan kegiatan pembinaan menyusun KTSP berbasis “Merdeka
Belajar” bagi para guru di semua jenjang sekolah. agar prosesnya berjalan sesuai
dengan output yang diharapkan.

31
DAFTAR PUSTAKA
Khoirurrijal, Fadriati, Sofia, Anisa Dwi Makrufi, Sunaryo Gandi, Abdul Muin, Tajeri, dan
Suprapno Ali Fakhrudin, Hamdani. Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar, 2018.

Annisa Alfath, Fara Nur Azizah, dan Dede Indra Setiabudi. ‘Pengembangan Kompetensi
Guru Dalam Menyongsong Kurikulum Merdeka Belajar’. Jurnal Riset sosial
humaniora, dan pendidikan 1, no. 2 (2022): 42–50.
https://doi.org/10.56444/soshumdik.v1i2.73.

E.Mulyasa. ‘Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru’. Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru 3 (2008): 75.

Fahruddin, Asep. ‘Kompetensi Guru dalam Membentuk Karakter Siswa’. Digilib.Uinsby,


2014, 11–54.

Hidayani, Masrifah. ‘Model Pengembangan Kurikulum’. At-Ta’lim : Media Informasi


Pendidikan Islam 16, no. 2 (2018): 375. https://doi.org/10.29300/attalim.v16i2.845.

Ineu, Sumarsih, Marliyani Teni, Hadiyansah Yadi, Herry Hernawan Asep, dan Prihantini.
‘Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak’. Jurnal
basicedu 6, no. 5 (2022): 8248–58. https://media.neliti.com/media/publications/444639-
none-ee780f83.pdf.

Madhakomala, Layli Aisyah, Fathiyah Nur Rizqiqa Rizqiqa, Fransiska Desiana Putri, dan
Sidiq Nulhaq. ‘Kurikulum Merdeka dalam Perspektif Pemikiran Pendidikan Paulo
Freire’. At- Ta’lim : Jurnal Pendidikan 8, no. 2 (2022): 162–72.
https://doi.org/10.55210/attalim.v8i2.819.

Marlina, Tuti. ‘Urgensi dan Implikasi Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Pada Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah’. Jurnal SNPE FKIP Universitas MuhammadiyahMetro 1,
no. 1 (2022): 67–72.

Rahardjo, M. ‘Trianggulasi Metode’. Sunday Independent1 80 (2010): 339–44.

Ratnasari, Yulia Triana. ‘PROFESIONALISME GURU DALAM PENINGKATAN MUTU


PENDIDIKAN Yulia Triana Ratnasari’. Seminar Nasional, 2019, 235–39.

Marisa, M. 2021. “Inovasi Kurikulum Merdeka Belajar Di Era Society 5.0”. Santhet: Jurnal
Sejarah, Pendidikan, Dan Humaniora, 5(1).

Mauizdati, N. 2020. “Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Perspektif Sekolahnya Manusia


Dari Munif Chatib”. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), 3(2).

Naufal, H., Irkhamni I., & Yuliyani M. 2020. “Penelitian Penerapan Program Sistem Kredit
Semester Menunjang Terealisasinya Merdeka Belajar di SMA Negeri 1 Pekalongan”.
Jurnal Konferensi Ilmiah Pendidikan, 1(1).

32
Ningrum, A. S. 2022. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar
(Metode Belajar)”. PROSIDING PENDIDIKAN DASAR, h. 166−177.
Ruhaliah S, dkk. 2020. “Pelatihan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Merdeka Belajar
Bagi Guru Bahasa Sunda Di Kota Sukabumi”. Dimasatra: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(1).

Sudarto, Abd. H., & Muhammad A. 2021. “Analisis Implementasi Program Merdeka Belajar
Di SDN 24 Macanang Dalam Kaitannya Dengan Pembelajaran IPA/TemaIPA”.
Seminar Nasional Hasil Penelitian 2021, 1(1).

Nurhayani Siregar, Rafidatun Sahirah, dan Arsikal Amsal Harahap, “Konsep Kampus
Merdeka Belajar Di Era Revolusi Industri 4.0”, Fitrah: Journal of Islamic Education,
Vol.1 No.1 (2020).

Azmil Abidah, dkk., “The Impact of Covid-19 to Indonesian Education and Its Relation to
the Philosophy of Merdeka Belajar”, Studies in Philosophy of Science and Education,
Vol.1 No.1 (2020)

Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang Pendoman Penerapan Kurikulum dalam


Rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka)

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta:Bumi


Aksara,2005) h,53

Kemenagjember.id tentang profil dan sejarah

Cantika, V. M. Inovasi Kurikulum. Jurnal UPI, 19(1), 171–184. (2022).

33
LAMPIRAN-LAMPIRAN

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEMBER
Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 01 Jember
Telp/Fax (0331)486008
Website: www.jember.kemenag.go.id

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA


KABUPATEN JEMBER

Guna mengaktualisasikan tugas dan fungsinya, Kantor Kementerian Agama Kabupaten


Jember mempunyai stuktur organisasi sebagai berikut :

 Sub Bagian Tata Usaha;


 Seksi Pendidikan Madrasah;
 Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;
 Seksi Pendidikan Agama Islam;
 Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;
 Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;
 Penyelenggara Syariah;
 Penyelenggara Katholik;
 Penyelenggara Kristen dan
 Kelompok Jabat Fungsional Tertentu.

34
 

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEMBER
Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 01 Jember
Telp/Fax (0331)486008
Website: www.jember.kemenag.go.id

VISI MISI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA


KABUPATEN JEMBER
VISI
“Kementerian Agama yang profesional dan andal dalam membangun masyarakat yang saleh,
moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berdasarkan gotong royong”

MISI

1. meningkatkan kualitas kesalehan umat beragama;


2. memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama;
3. meningkatkan layanan keagamaan yang adil, mudah dan merata;
4. meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan bermutu;
5. meningkatkan produktivitas dan daya saing pendidikan;
6. memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).

35
36
37
38
39
40
41

Anda mungkin juga menyukai