Oleh :
Lum’atul Munawaroh
Nim T20193103
Penulisan Mini Riset ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Pengenalan Lapangan
Pendidikan (PLP) Yang dilaksanakan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember .
Dalam penyajian Miini Riset ini penulis menyadari masih belum mendekati kesempurnaan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran yang sifatnya membangun
dan mengedukasi sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan
diri dalam bidang ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari, berhasilnya studi dan penyusunan Mini Riset ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam
menghadapi setiap tantangan, sehingga sepatutnya pada kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua tercinta yang telah membesarkan Penulis hingga saat ini dengan
segala rasa cinta dan kasih sayang yang tidak pernah surut dan juga yang telah
mendidik dan memberikan dorongan serta do’a kepada penulis.
2. Prof. Dr.H. BABUN SUHARTO, SE., M.M. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
KH. AHMAD SIDDIQ JEMBER
3. Ibu Dr.Hj. Mukni’ah, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN JEMBER
4. Bapak Dr. H. Moh. Anwar, S,Pd., M.Pd.Selaku Ketua Prodi Manajemen Pendidikan
Islam Dan Selaku Dosen Pembimbing Lapangan .
5. Bapak Muhammad, S.Sos Selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Jember.
6. Bapak Nur Sholeh,S.Pd., M.Pd Selaku Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS)
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember
7. Jajaran Staf Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Jember
8. Jajaran Staf Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember
i
9. Serta Teman-Teman Kelompok Pengenalan Lapangan Pendidikan (PLP) Yang
Kusayangi
Akhir kata Semoga Mini Riset ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan dan
perkembangan pengetahuan bagi penulis maupun bagi pihak yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum. Warohmatullahi Wabarokatuh.
Lum’atul Munawaroh
T20193103
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
2. Fokus Penelitian..............................................................................................................2
3. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
4. Tujuan Penelitian............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................4
A. KAJIAN TEORI...........................................................................................................4
1. Pengertian Manajemen Kepemimpinan......................................................................4
2. Pengertian Kompetensi Guru......................................................................................4
3. Pengertian Profesionalisme Guru................................................................................6
4. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar.....................................................................8
5. Implementasi Kurikulum Merdeka...........................................................................11
6. Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar.........................................................................14
7. Problematika Kurikulum Merdeka Belajar...............................................................15
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................16
A. Pendekatan Penelitian...................................................................................................16
B. Lokasi Penelitian...........................................................................................................16
C. Sumber Data..................................................................................................................16
D. Tehnik Pengumpulan Data............................................................................................17
E. Tehnik Analisis Data.....................................................................................................17
F. Instrumen Penelitian.....................................................................................................18
G. Tehnik Pengambilan Sampel........................................................................................18
H. Uji Keabsahan Data......................................................................................................18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................................20
1. Temuan Umum Penelitian............................................................................................20
a. Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................................................20
b. Struktur Organisasi Kementerian Agama Kabupaten Jember...................................20
c. Visi Dan Misi Kementerian Agama Kabupaten Jember...........................................21
2. Temuan Khusus Penelitian...........................................................................................22
3. Pembahasan Penelitian..................................................................................................22
a) Landasan Pengembangan Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar Dalam
Meningkatkan Kompetensi Guru PAI..............................................................................22
iii
b) Efisiensi Kinerja Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam(PAIS) Kabupaten Jember
Dalam Sosialiasi Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Bagi KKG Dan
GPAI.................................................................................................................................25
c) Manajemen Kepemimpinan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS)
Kementerian Agama Kabupaten Jember Dalam Meningkatkan Kompetensi Dan
Profesionalisme Guru PAI Melalui Kegiatan Workshop Implementasi Kurikulum
Merdeka Belajar (IKMB).................................................................................................27
BAB V PENUTUP..................................................................................................................30
1. Kesimpulan...................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................32
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................................34
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah program yang tersusun dari beberapa elemen seperti
kurikulum, sarana dan prasarana, metode, siswa dan guru yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Di antara elemen-elemen tersebut salah satu yang terpenting
adalah elemen guru. Dalam sebuah pendidikan terdapat proses pembelajaran yang
memerlukan elemen guru dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidikan memiliki fungsi
sebagai transmisi pengetahuan, nilai, dan berfungsi untuk mempertahankan dan
mengembangkan kerafifan budaya-budaya dalam suatu masyarakat yang terjadi melalui
proses pembentukan kepribadian.1 Hal ini dilakukan untuk dapat menciptakan manusia
yang mampu berdiri di kaki sendiri dalam kebudayaan dan masyarakat sekitarnya.
Dengan adanya pendidikan, seseorang dapat mempunyai pengetahuan serta pemahaman
tentang sesuatu secara kritis dalam berpikir dan bertindak. Untuk melihat keberhasilan
dalam sebuah pendidikan dapat diketahui berdasarkan peran siswa sebagai peserta didik,
guru sebagai pendidik, materi pembelajaran yang diberikan, metode pengajaran dan
tersedianya sarana prasarana yang dibutuhkan.
Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tak lain adalah untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Seiring dengan perkembangan zaman serta
masyarakat yang semakin dinamis, sistem pendidikan pun ikut mengalami transformasi
demi penyesuaian terhadap globalisasi yang terjadi. Dalam sistem pendidikan di
Indonesia, pendidikan telah mengalami pergantian kurikulum sebanyak sebelas kali, di
mulai pada tahun 1947, dengan kurikulum yang sangat sederhana kemudian sampai
terakhir adalah kurikulum 2013. Meskipun berganti-ganti kurikulum tidak lain tujuannya
adalah perbaikan terhadap kurikulum sebelumnya. Setiap perubahan yang terjadi
merupakan kebijakan pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam menangani pendidikan
di Indonesia, dalam hal ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2.
Kurikulum merdeka belajar adalah keputusan Kementerian Pendidikan dan
kebudayaan telah merancang Kurikulum prototipe ini agar dapat mendorong
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kurikulum ini diharapkan dapat
memberi ruang
1
Annisa Alfath, Fara Nur Azizah, dan Dede Indra Setiabudi, ‘Pengembangan Kompetensi Guru Dalam
Menyongsong Kurikulum Merdeka Belajar’, Jurnal Riset sosial humaniora, dan pendidikan 1, no. 2 (2022): 42–
50, https://doi.org/10.56444/soshumdik.v1i2.73.
2
Sumarsih Ineu et al., ‘Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak’, Jurnal
basicedu 6, no. 5 (2022): 8248–58, https://media.neliti.com/media/publications/444639-none-ee780f83.pdf.
lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar Adanya konsep
merdeka belajar membuat kurikulum yang berlaku juga turut mengalami perubahan
dimana isi kurikulum tersebut harus memiliki makna dalam kemerdekaan berpikir untuk
terampil mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta terampil menggunakan
informasi dan teknologi sesuai dengan amanah Undang-undang 1945 dan Pancasila.
Konsep kurikulum merdeka belajar tidak terlepas dari peran guru yang merupakan tokoh
utama dalam pembelajaran yang memiliki tugas mendidik, membimbing, melatih dan
mengembangkan berbagai aspek yang terdapat dalam peserta didik. Penerapan kurikulum
hendaknya dapat menciptakan susana belajar yang kondusif yaitu dimana memiliki unsur
menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, aktif, kreatif dan inovatif dalam
mengeksplorasi kemampuan peserta didiknya sehingga mampu mencapai tujuan
pembelajaran Implementasi konsep merdeka belajar mendorong peran guru baik dalam
mengembangkan kurikulum yang berlaku juga dalam proses pembelajaran. Kontribusi
guru dalam proses pengembangan kurikulum penting dilakukan untuk menyesuaikan isi
kurikulum dengan kebutuhan siswa di masyarakat.3
Guru sebagai sumber belajar perlu dapat memahami psikologi siswa, penerapan
metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan. sekolah untuk dapat mengatur
dan menyusun materi, buku teks, dan konten pembelajaran. Selain sebagai salah satu
sumber belajar, peran guru dalam konsep kurikulum yaitu sebagai fasilitator
pembelajaran dimana hal tersebut dapat didukung oleh kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang refleksinya dalam kebisaaan berfikir dan
bertindak yang tercangkup dalam kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan
sosial. Dengan adanya kompetensi-kompetansi tersebut guru dapat mewujudkan
pelaksanaan dan tujuan implementasi kebijakan merdeka belajar. Keempat kompetensi
tersebut dirasa penting untuk dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, dalam penulisan ini akan membahas tentang penjabaran pengembangan
kompetensi guru dalam kurikulum Merdeka Belajar.
2. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian Adalah “MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKSI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAIS) KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN
JEMBER DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME
GURU PAI MELALUI WORKSHOP IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR (IKMB)”. Fokus Penelitian ini menggambarkan Peranan seorang Kepala
Seksi Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Jember Sebagai central
figure dalam bidang PAIS terkait Manajemen Kepemimpinan Dalam upaya
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Guru PAI Melalui Sosialisasi Workshop
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar yang diselenggarakan oleh KKG Dan MGMP
PAI Di Kabupaten Jember.
3
E.Mulyasa, ‘Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru’, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru 3 (2008): 75.
2
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Dapat memberikan Tambahan ilmu dan wawasan bagi penulis tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar khususnya
dalam lingkup Manajemen Kepemimpinan Kasi Pais Kementerian Agama
Kabupaten Jember dalam upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru
PAI Melalui Sosialisasi Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka agar Menjadi
Tenaga Pendidik yang berdedikasi dan berkualitas agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan dan mutu pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sehingga
menjadi sumber daya manusia dan sumber daya pembelajaran yang dibutuhkan dapat
terlaksana lebih efektif dan produktif.
b. Bagi Pembaca
Dapat Dijadikan Referensi dan bahan ajar serta tambahan wawsan terkait
pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka belajar dalam lingkup Manajemen
Kepemimpinan Kasi Pais Kementerian Agama Kabupaten Jember dalam upaya
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru PAI Melalui Sosialisasi
Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka agar Menjadi Tenaga Pendidik yang
berdedikasi dan berkualitas agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dan mutu
pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien sehingga menjadi sumber daya
manusia dan sumber daya pembelajaran yang dibutuhkan dapat terlaksana lebih
efektif dan produktif.
4. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Sejauh Mana Progress Keberhasilan Capaian Kelapa Seksi
Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Jember Dalam Melaksanakan
Sosialisasi Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Dalam Rangka
Meningkatkan Kompetensi Dan Profesionalisme Guru PAI.
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
4
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 125
5
5
Asep Fahruddin, ‘Kompetensi Guru dalam Membentuk Karakter Siswa’, Digilib.Uinsby, 2014, 11–54.
5
Kompetensi Profesioanal. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi Sosial. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28
ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
social adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat
sekitar.
6
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian
ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu
pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang
mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus9
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru
yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru
yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan,
profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertantu,
sedangkan profesionalisme adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Dengan
demikian, profesionalisme guru dalam penelitian ini adalah profesionalisme guru
dalam bidang studi Bahasa Arab, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang studi Bahasa Arab serta telah berpengalaman dalam
mengajar Bahasa Arab sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru Bahasa Arab dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi
sesuai dengan kriteria guru profesional, dan profesinya itu telah menjadi sumber mata
pencaharian.6
Guru dituntut memiliki kompetensi keguruan dimana di dalamnya terdapat
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional, dan kompetensi kepemimpinan. Salah satu kompetensi yang tidak kalah
penting dari kompetensi lainnya yaitu kompetensi profesional dimana seorang guru
sebagai tenaga profesional haruslah berkompeten saat menerapkan sejumlah konsep
dan juga menunjukkan keterampilan kerjanya baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah serta dapat menginterpretasikan pengalaman-pengalaman yang dimiliki
dengan tujuan agar kinerja dari guru tersebut dapat efektif dan efisien. Kompetensi
profesional sendiri dapat dijadikan sebagai wadah bagi guru untuk meningkatkan
6
E.Mulyasa, ‘Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru’.
7
kualitas dirinya sendiri. Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
profesionalisme guru yaitu dengan berbagai cara melakukan supervisi yang dilakukan
oleh supervisor dan senantiasa meningkatkan kedisiplinan, penyediaan fasilitas yang
memadai guna menunjang proses pembelajaran, mengadakan rapat antar kepala
sekolah dengan para guru, melakukan penataran, seminar, pelatihan (workshop),
mengadakan kunjungan antar sekolah guna mengetahui pengetahuan maupun
pengalaman dari guru-guru sekolah lain, dan melakukan penelitian terkait dengan
bidang pendidikan dengan melihat permasalahan pendidikan yang masih perlu adanya
pemecahan masalah. Upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan
dengan melakukan pelatihan-pelatihan mengenai pemanfaatan teknologi dimana saat
ini guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemampuan dalam menggunakan
teknologi agar tidak tertinggal serta dapat bersaing dengan guru lain.7
7
Yulia Triana Ratnasari, ‘PROFESIONALISME GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Yulia Triana
Ratnasari’, Seminar Nasional, 2019, 235–39.
8
Sherly S., Dharma E., dan Sihombing H. B., “Merdeka Belajar: Kajian Literatur”, UrbanGreen Conference
Proceeding Library (2021), hlm. 84.
8
metode mendidik dari guru yang mampu berkomunikasi dengan baik melalui proses
belajar mengajar yang dilakukan. Proses belajar mengajar tersebut dilakukan dengan
diskusi yang menjadikan psikologis dari peserta didik menjadi baik, serta
menghilangkan rasa takut mereka. Meskipun diatur sedemikian rupa, kompetensi ini
dalam Kurikulum Merdeka tidak boleh dikesampingkan. Oleh karena itu, kurikulum
tersebut berkaitan erat dengan bagaimana seorang pendidik mampu menyampaikan
materi pelajaran dengan mengaitkan pada pembentukan karakter peserta didik.9
Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan atau disingkat dengan
BSNP, kurikulum merdeka belajar merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(KEMENDIKBURISTEK) diberikan
kepada satuan pendidikan sebagai langkah tambahan digunakan dalam rangka
pemulihan pembelajaran pada waktu tahun 2022-2024. Kurikulum merdeka belajar
merupakan kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat.
Di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik mempunyai waktu yang cukup
untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Nantinya, guru memiliki
kekuasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran bisa
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Kurikulum ini untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila
dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Yang
mana proyek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran
tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran. Jika sebelumnya di
Kurikulum 2013 peserta didik harus mempelajari semua mata pelajaran (di tingkat
TK hingga SMP) dan akan dijuruskan menjadi IPA/IPS di tingkat SMA, lain halnya
dengan Kurikulum Merdeka. Di Kurikulum Merdeka, peserta didik tidak akan lagi
menjalani hal seperti itu.Di Kurikulum Merdeka, peserta didik tidak akan lagi
‘dipaksa’ untuk mempelajari mata pelajaran yang bukan menjadi minat utamanya.
Peserta didik bisa dengan ‘merdeka’ memilih materi yang ingin dipelajari sesuai
minat masing-masing.10 Terdapat beberapa poin penting dalam Kurikulum Merdeka
Belajar. Di antara poin tersebut adalah tentang penghapusan ujian nasional;
penyelenggaraan ujian sekolah berstandar nasional yang pelaksanaannya diserahkan
pada sekolah; penyederhanaan format RPP; seta sistem zonasi penerimaan siswa
baru. Peraturan baru tersebut tidak terlepas dari cita-cita besar yang ingin dicapai oleh
Kemendikbud. Dengan adanya kebijakan merdeka belajar, diharapkan hal tersebut
mampu membentuk kultur lembaga pendidikan yang otonom, tidak birokratis, serta
semakin berkembangnya inovasi sistem pembelajaran.11
9
Marisa M., op. cit. hlm. 72.
10
Masrifah Hidayani, ‘Model Pengembangan Kurikulum’, At-Ta’lim : Media Informasi Pendidikan Islam 16, no.
2 (2018): 375, https://doi.org/10.29300/attalim.v16i2.845.
11
Mauizdati N., “Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Perspektif Sekolahnya Manusia Dari Munif Chatib”, Jurnal
Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP), Vol.3 No.2 (2020), hlm. 316.
9
Merdeka belajar merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum Merdeka diterapkan dengan tujuan
untuk melatih kemerdekaan dalam berpikir peserta didik. Inti paling penting dari
kemerdekaan berpikir ditujukan kepada guru. Jika guru dalam mengajar belum
merdeka dalam mengajar, tentu peserta didik juga ikut tidak merdeka dalam berpikir.
Guru juga memiliki target tertentu dari pemerintah seperti akreditasi, administrasi,
dan lain-lain. Tentu dalam keadaan seperti ini peserta didik tidak dapat secara luwes
berkembang dalam pembelajaran karena hanya terpaku pada nilai saja. Dengan
adanya merdeka belajar, peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
sesuai dengan bakat dan minatnya karena peserta didik juga memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam penyerapan ilmu yang disampaikan oleh guru 12.Selain itu,
merdeka belajar juga membuka cakrawala guru terhadap permasalahan yang
dihadapi. Mulai dari penerimaan siswa, RPP, proses pembelajaran, evaluasi, sampai
Ujian Nasional. Dengan begitu, guru menjadi wadah penyalur potensi untuk
melahirkan bibit unggul harapan bangsa sehingga dibutuhkan suasana pembelajaran
yang menarik dan inovatif agar peserta didik semangat dalam belajar.13
Merdeka belajar menjadi sebuah suatu terobosan baru Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia untuk menjadikan proses pembelajaran di setiap
sekolah menjadi lebih efektif dan efisien. Dampak positif merdeka belajar ditujukan
kepada guru, peserta didik, dan bahkan wali murid. Pembelajaran merdeka belajar
memgutamakan minat dan bakat peserta didik yang dapat memupuk sikap kreatif dan
menyenangkan pada peserta didik. Kurikulum merdeka belajar menjawab semua
keluhan pada sistem pendidikan. Salah satunya yaitu nilai peserta didik hanya
berpatokan pada ranah pengetahuan. Di samping itu, merdeka belajar membuat guru
lebih merdeka lagi dalam berpikir sehingga diikuti oleh peserta didik. Saat percaya
terhadap kemerdekaan guru dan kemerdekaan belajar, maka akan bersinggungan
dengan banyak hal, salah satunya kemerdekaan dalam proses belajar. Proses belajar
butuh kemerdekaan karena kemerdekaan harus melekat pada subjek yang melakukan
proses belajar anak ataupun orang dewasa. Termasuk melibatkan dukungan banyak
pihak.14
12
Naufal H., Irkhamni I., dan Yuliyani M. “Penelitian Penerapan Program Sistem Kredit Semester Menunjang
Terealisasinya Merdeka Belajar di SMA Negeri 1 Pekalongan”. Jurnal Konferensi Ilmiah Pendidikan, Vol.1 No.1
(2020)
13
Ningrum A. S., “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar (Metode Belajar)”,
Prosiding Pendidikan Dasar, Vol.1 (2022).
14
Ruhaliah, dkk., “Pelatihan Penyusunan Perangkat Pembelajaran “Merdeka Belajar” Bagi Guru Bahasa Sunda
Di Kota Sukabumi”, Dimasatra: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol.1 No.1 (2020).
10
Peserta didik diberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan pembelajaran, baik
dalam berpikir maupun berpendapat. Kegiatan pembelajaran tidak disamaratakan,
namun perlu adanya penyesuaian dengan tingkatan peserta didik. Sehingga
pembelajaran dilakukan lebih fleksibel sesuai kemampuan peserta didik.15
Adapun implikasi kurikulum terkait profesi guru yakni guru tetap berperan
penting dalam pembelajaran dan berperan secara strategis untuk menjadi kunci pada
aspek pendidikan dan pembelajaran. Namun pada pelaksanaannya, guru tidak lagi
menjadi satu-satunya sumber ilmu pada kegiatan pembelajaran atau dalam hal
mencari dan menemukan pengetahuan. Pada kurikulum merdeka guru berperan
menjadi rekan siswa untuk bersama-sama mencari dan menemukan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, guru perlu lebih siap, terutama dalam hal mendidik,
bukan hanya sekedar mengajar saja.17
11
satu tahun serta dilengkapi dengan alokasi jam pelajaran yang disampaikan setiap
minggunya.
Kurikulum Merdeka bisa saja terus dilakukan dengan beberapa syarat.
Pertama, regulasi yang fundamental, misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kedua, melihat dari asesmen
nasional yang bertujuan untuk mengukur bagaimana penalaran dari peserta didik
bukan hanya pengetahuan saja. Ketiga, jika publikasi semakin menyebar luas maka
kemungkinan kecil Kurikulum Merdeka dihentikan. Jadi, implementasi Kurikulum
Merdeka bertujuan untuk menjawab keluhan dan masalah yang terjadi pada
kurikulum sebelumnya. Implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilihat di sekolah
penggerak. Implementasi kurikulum ini menekankan pada bakat dan minat peserta
didik dalam mengembangkan potensi yang mereka punya. Implementasi kurikulum
ini dapat menjadikan peserta didik berkompeten sesuai bidangnya, serta dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan terknologi masa
sekarang.
Kurikulum yang diluncurkan Kemendikburistek Bapak Nadiem Makarim
adalah upaya bentuk evaluasi dari perbaikan kurikulum 2013.Kurikulum 2013
digunakan sebelum masa pandemi melanda Indonesia, dimana kurikulum 2013
merupakan kurikulum satu-satunya yang digunakan didalam proses belajar mengajar.
Awal mula pencetusan kurikulum merdeka belajar merujuk pada kondisi pandemic
Covid-19 sehingga menyebabkan berbagai kendala dalam proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang selama ini digunakan dalam proses pembelajaran kemudian
disederhanakan menjadi kurikulum darurat yang difungsikan sebagai memudahkan
satuan pendidikan dalam mengelola pembelajaran. Hadirnya kurikulum merdeka
belajar yang sekarang lagi proses pemulaian percobaan, walaupun demikian tetap
pada kurikulum 2013 dan kurikulum darurat juga masih dapat digunakan pada satuan
pendidikan. Hingga pada akhirnya nanti pada tahun 2024 akan diadakan evaluasi
penentuan kebijakan kurikulum yang terbaru dan menjadi acuan juga untuk
Kemendikburistek dalam menentukan kebijakan lanjutan pasca pemulihan
pembelajaran. Berikut ini dijabarkan perbedaan yang diperoleh pada Kurikulum
Merdeka Belajar dengan Kurikulum sebelumnya yang berlaku pada jenjang SD,
SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi :
1) Jenjang SD: Pada kurikulum merdeka belajar, penerapannya pada penggabungan
mata pelajaran IPA dan IPS menjadi satu yaitu “Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial) dan menjadikan mata pelajaran Bahasa Inggris yang awalnya berupa mata
pelajaran pokok menjadi mata pelajaran pilihan.
2) Jenjang SMP: Pada kurikulum merdeka belajar, penerapan mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang awalnya berupa mata pelajaran
12
pilihan, maka menjadi mata pelajaran wajib yang harus dimiliki oleh semua
jenjang SMP.
3) Jenjang SMA/SMK: Pada kurikulum merdeka belajar, tidak ada lagi peminatan
seperti IPA,IPS, atau Bahasa. Lalu di jenjang SMK model pembelajaran yang
didesain lebih sederhana berupa 70% mata pelajaran kejuruan dan sisanya mata
pelajaran umum. Tidak hanya itu pada jenjang SMA/SMK masa pendidikan siswa
dituntut untuk dapat menghasilkan produk berupa esai ilmiah seperti halnya
mahasiswa yang menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi. Hal itu diperuntukkan
untuk para siswa agar mampu berpikir kritis, ilmiah dan analitis.
4) Perguruan Tinggi: Pada kurikulum merdeka belajar, mahasiswa diberikan
kesempatan terbuka untuk mempelajari banyak hal sesuai dengan minatnya tanpa
terbatasi oleh program studi yang ditempuh. Hal tersebut dapat dilaksanakan
dengan beberapa cara seperti magang, pertukaran mahasiswa, penelitian,
wirausaha, KKN atau proyek-proyek independent. Program Merdeka Belajar
mempunyai empat kebijakan yang berlaku, di antaranya: Ujian Standar Berbasis
Nasional (USBN), kebijakan tentang Ujian Nasional, perubahan kebijakan
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta peraturan mengenai
Penerimaan Peserta Didik Baru Zonasi. Keempat kebijakan tersebut.19
Disisi Lain Menurut Abidah dkk. terdapat empat komponen utama Kurikulum
Merdeka Belajar, yaitu sebagai berikut.20
19
Madhakomala et al., ‘Kurikulum Merdeka dalam Perspektif Pemikiran Pendidikan Paulo Freire’, At- Ta’lim :
Jurnal Pendidikan 8, no. 2 (2022): 162–72, https://doi.org/10.55210/attalim.v8i2.819.
20
Azmil Abidah, dkk., “The Impact of Covid-19 to Indonesian Education and Its Relation to the Philosophy of
Merdeka Belajar”, Studies in Philosophy of Science and Education, Vol.1 No.1 (2020)
21
Nurhayani Siregar, Rafidatun Sahirah, dan Arsikal Amsal Harahap, “Konsep Kampus Merdeka Belajar Di Era
Revolusi Industri 4.0”, Fitrah: Journal of Islamic Education, Vol.1 No.1 (2020).
13
Adapun kelebihan dari Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut: Lebih
sederhana dan mendalam Materi yang esensial menjadi fokus pada Kurikulum
Merdeka. Pembelajaran yang sederhana dan mendalam tanpa tergesa-gesa akan lebih
diserap peserta didik. Pembelajaran mendalam dengan rancangan yang
menyenangkan akan membuat peserta didik lebih fokus dan tertarik dalam belajar.
Lebih merdeka Kurikulum Merdeka yang menjadi kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia menjadi tolok ukur dalam merancang pembelajaran.
Konsep merdeka yang diberikan memberikan kemerdekaan kepada guru dalam
merancang proses pembelajaran sesuai kebutuhan dan capaian pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan akan menjadi baik bila
diterapkan, dibandingkan dengan merancang dengan tidak melihat kebutuhan peserta
didik. Lebih relevan dan interaktif Kegiatan proses pembelajaran yang lebih relevan
dan interaktif akan memberikan dampak yang baik bila diterapkan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran yang interaktif akan membuat peserta didik lebih tertarik
dan bisa mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Pembelajaran interaktif
dengan membuat suatu proyek akan membuat peserta didik menjadi aktif dalam
mengembangkan isu-isu yang beredar di lingkungan. Kurikulum Merdeka yang
diterapkan akan lebih sederhana dan mendalam karena jam pelajaran pada ini yaitu 1
jam untuk intrakurikuler dan 1 jam untuk penguatan Profil Pancasila. Pembelajaran
lebih merdeka juga menjadi kelebihan dari Kurikulum Merdeka. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan memberikan hak otonom kepada sekolah unruk merancang sesuai
dengan kebutuhanya.22
14
(IKM) adalah dengan program Sekolah Penggerak (SP) dan Sekolah Menengah
Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK-PK). Pada program tersebut Kemdikbudristek
memberikan dukungan dalam IKM mendapatkan pengalaman yang baik dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Best practice dan konten pembelajaran
dalam IKM pada SP/SMK-PK teridentifikasi dengan baik dan digambarkan dapat
menjadi contoh bagi satuan pendidikan lainnya. Penyediaan dukungan IKM yang
diberikan oleh Kemdikbudristek adalah upaya dari Kemdikbudristek untuk
memberikan dukungan pembelajaran IKM secara mandiri dan dukungan pendataan
IKM jalur mandiri. Dukungan-dukungan yang diberikan oleh Kemdikbudristek tadi
kemudian akan memperlihatkan calon satuan pendidikan yang terdata berminat untuk
pelaksanaan IKM. Calon satuan pendidikan tersebut kemudian akan memperoleh
pendampingan pembelajaran untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur
mandiri, sehingga guru, kepala sekolah, pengawas serta stakeholder dapat
mengadakan kegiatan berbagi best practice dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka
baik dalam bentuk seminar maupun lokakarya secara mandiri.24
24
Cantika, V. M. (2022). Inovasi Kurikulum. Jurnal UPI, 19(1), 171–184.
15
g) Kesiapan sumber daya manusia. Pelaksanaan kebijakan program merdeka
belajar di sekolah pun pastinya akan mengalami problematika yang tidak jauh
berbeda dari yang terjadi di perguruan tinggi. Guru atau dosen diharapkan
segera melaksanakan strategi menyusun panduan bersama antarperguruan
tinggi untuk implementasi Kurikulum IKMB.
h) Pengembangan Kurikulum Merdeka Selain itu, juga dapat melakukan
perjanjian kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi maupun lembaga
luar lembaga pendidikan yang bersangkutan. Melakukan sosialisasi mengenai
pelaksanaan Kurikulum IKMB kepada guru, tenaga kependidikan, maupun
peserta didik juga perlu dilakukan. Tujuannya agar tidak salah dalam
mengimplementasikan program tersebut dan memberikan pemahaman terkait
konsep guru penggerak dan dosen penggerak.25
25
Tajeri : Khoirurrijal, Fadriati, Sofia, Anisa Dwi Makrufi, Sunaryo Gandi, Abdul Muin dan Suprapno Ali
Fakhrudin, Hamdani, Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar, 2018.
16
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk
memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung. Dengan Kata Lain, Tempat
penelitian yang peneliti tetapkan adalah lokasi peneliti menjalankan Kegatan
Pengenalan Lapangan Pendidikan (PLP). Penelitian Ini dilakukan guna mengetahui
gambaran umum mengenai keadaan Lembaga yang sesuai dengan sasaran penelitian.
Dengan diadakannya penelitian dilapangan, maka akan memperoleh gambaran umum
mengenai sesuatu yang berhubungan dengan sasaran penelitian. Sehingga, sesuai
dengan kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan tempat
penelitian yaitu di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember tepatnya di sub
bagian Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) yang terletak di Jl. KH Wachid
Hasyim No.1, Kebondalem, Kepatihan, Kec. Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa
Timur 68131 Dan di harapkan akan memperoleh informasi yang sesuai dengan
kebutuhan peneliti.
C. Sumber Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Ada 3 Tehnik Analisa yang digunakan peneliti yaitu: Pemeriksaan data Yaitu
memeriksa kembali dengan cermat data yang telah dikumpulkan. Klasifikasi data yaitu
17
pemisahan atau pemilihan data mana yang di anggap penting dan relevan. Tafsiran dan
pemberian kesimpulan.
F. Instrumen Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.Penentuan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Sugiyono menjelaskan pengertian tehnik Purposive sampling yaitu teknik
sampling yang satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik atau kriteria
yang dikehendakinya dalam pengambilan sampel. Dalam hal ini sampel yang diambil
dengan maksud dan tujuan yang diinginkan peeneliti atau sesuatu diambil sebagai
sampel karena peneliti. Dalam penelitian ini, sampel yang di tentukan oleh peneliti
adalah 4 orang yaitu: 1 orang kepala seksi PAIS Kementerian Agama Kabupaten
Jember, 1 Orang staf Seksi Pais Kementerian Agama Kabupaten Jember 1 Kepala
Pokjawas Kementerian Agama Kabupaten Jember, dan 1 orang Pengawas PAI
Kecamatan Gumukmas.
18
data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif
peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu,
peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau,
peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk
mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan
diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini
dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian
diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa
teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan.
Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.27
27
M Rahardjo, ‘Trianggulasi Metode’, Sunday Independent1 80 (2010): 339–44.
19
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Temuan Umum Penelitian
28
Kemenagjember.id tentang profil dan sejarah
Seksi Pendidikan Madrasah;
Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren;
Seksi Pendidikan Agama Islam;
Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah;
Seksi Bimbingan Masyarakat Islam;
Penyelenggara Syariah;
Penyelenggara Katholik;
Penyelenggara Kristen dan
Kelompok Jabat Fungsional Tertentu
Adapun Pada Seksi Pendidikan Agama Islam (PAIS) Lokasi Spesifik yang diteliti
oleh peneliti terdapat 1 Orang Kepala seksi dan 3 orang staff yang terdiri dari :
Visi dan Misi merupakan gambaran visual yang dinyatakan dalam kata-kata.
Visi merpakan gambaran kemana sebuah organisasi hendak pergi. Visi dan Misi
juga merupakan hal yang penting untuk menyatukan persepsi, pandangan, cita-
cita, harapan-harapan semua pihak yang terlibat. Keberhasilan sebuah Visi dan
misi yang diemban yang dapat diwujudkan. Adapun visi dan Misi Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Jember yang menjadi fokus orientasi terhadap
seluruh sistem dan program pendidikan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Jember adalah sebagai berikut:
Visi : “Kementerian Agama yang profesional dan andal dalam membangun
masyarakat yang saleh, moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia
maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong”.
Misi :
meningkatkan kualitas kesalehan umat beragama;
memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama;
meningkatkan layanan keagamaan yang adil, mudah dan merata;
meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan bermutu;
meningkatkan produktivitas dan daya saing pendidikan;
memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).
21
2. Temuan Khusus Penelitian
Temuan khusus deskripsi ini yang berkenaan dengan hasil penelitian, disusun
berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian melalui
wawancara, dan pengamatan langsung dilapangan. Untuk Efektivitas Keberhasilan
Manajemen Kepemimpinan Kepala Seksi Pendidikan Islam Kementerian Agama
Kabupaten Jember Dalam Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Guru PAI
Melalui Kegiatan Workshop Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar (IKMB)
berikut ini disajikan hasil wawancara dalam penelitian, selain itu juga akan
mendeskripsikan data dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi: Pada
proses Manajemen Kepemimpinan Kepala Seksi Pendidikan Islam Kementerian
Agama Kabupaten Jember Dalam Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme
Guru PAI Melalui Kegiatan Workshop Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar
(IKMB) merupakan langkah yang sistematis yang dilakukan dengan menata,
mengelola, mengatur dan mengembangkan. Kepala Seksi Pais memiliki kedudukan
yang strategis menggerakkan serta memotivasi bawahan, mengelola sumber daya
manusia dan sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh Karena itu
keberadaanya mutlak diperlukan karena tidak mungkin digantikan oleh fungsi dan
peran lain. Diantara tugas dan tanggung jawab yang dilakukan Kasi Pais ialah dalam
upayanya meningkatkan kompetensi guru PAI Melalui Kegiatan Workshop IKM
sehingga dapat menunjukkan bahwa ia berfungsi sebagai pimpinan adalah sebagai
berikut :
3. Pembahasan Penelitian
22
sebagai salah satu upaya meningkatkan kompetensi Guru PAI Maupun Kelompok
Kerja Guru (KKG) antara lain yaitu:29
Landasan Filosofis : Landasan filosofis memiliki peran dalam memberikan
batasan-batasan terkait pendidikan yang akan dilaksanakan. Batasan atau
rambu tersebut bertolak pada konsep epistemologi dan aksiologi pendidikan
sebagaimana tercantum pada filsafat pendidikan. Konsep landasan filosofis
bukanlah konsep tunggal yang dipandang dalam satu sudut pandang. Konsep
ini membawahi banyak ragam seperti aliran filsafat. Oleh karena itu, banyak
dikenal aliran filosofis dalam pendidikan seperti pendidikan idealisme,
pragmatisme, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga berlaku pada
pengembangan Kurikulum Merdeka. Pengembangan kurikulum ini juga harus
sesuai dengan landasan filosofis yang ada. Pengembangan yang ada tidak bisa
lepas dari konsep awal Kurikulum Merdeka yang memberikan keluasan bagi
tenaga pendidik seperti guru dan peserta didik. Pengembangan kurikulum
yang dilakukan harus memastikan peserta didik agar dapat belajar sesuai
dengan konsep Kurikulum Merdeka. Pengembangan kurikulum yang ada juga
harus memastikan guru mendapat porsi yang sama dari jam pelajaran maupun
tugas pokok yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka yang berjalan saat ini.
Landasan Psikologi: Psikologi tidak pernah lekang dari perkembangan
kurikulum yang terjadi selama ini. Ilmu ini memiliki kajian yang berpusat
pada memahami dan mempelajari tingkah laku manusia. Sejalan dengan hal
tersebut, kurikulum pada dasarnya merupakan pedoman yang digunakan
dalam dunia pendidikan agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
Psikologi masuk pada ranah ini sebagai bahan pertimbangan apakah
kurikulum dapat direalisasikan atau tidak. Unsur dari psikologi yang terkait
yaitu psikologi perkembangan, psikologi belajar, dan psikologi sosial.
Dengan hal tersebut, pengembangan kurikulum yang dibuat hendaknya dapat
lebih m mperhatikan banyak aspek, terutama potensi anak dalam menghadapi
perubahan tersebut. Pertimbangan psikologi memiliki nilai penting dalam
pengembangan kurikulum yang dilaksanakan. Pertimbangan psikologi
diperlukan dalam memilih dan menentukan isi dari mata pelajaran yang
hendak disampaikan kepada peserta didik agar kedalaman materi sesuai
dengan perkembangan peserta didik.
Adapun disampaikan kepada peserta didik, serta bagaimana langkah
peserta didik dalam mempelajari materi agar tujuan pembelajaran dapat
berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya, pengembangan
kurikulum yang dilakukan harus mempertimbangkan pengetahuan dan
29
Wawancara Dengan Bapak Munip Hadi Sona, A.Ma Selaku Staf Penata Muda Seksi Pendidikan Agama Islam
(PAIS) Kemenetrian Agama Kabupaten Jember Rabu 09 November 2022 Pukul 09.00 WIB
23
psikologi dari peserta didik. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik tidak
mejadi korban dari kurikulum yang diajarkan. Berlaku pula pada
pengembangan Kurikulum Merdeka yang akan dilakukan. Pengembangan
kurikulum yang dilakukan harus mempertimbangkan psikologi dari peserta
didik sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Sikap egois dan
tidak mempertimbangkan peserta didik dalam pengembangan kurikulum pada
akhirnya akan berdampak buruk terhadap proses belajar mengajar yang
terjadi.
Landasan Tekhnologi: Perkembangan teknologi terjadi secara dinamis.
Pendidikan pada awalnya dilakukan dengan pembelajaran berbasis teks.
Namun demikian, pendidikan dewasa ini dapat dilakukan secara online
melalui beberapa platform atau aplikasi yang mendukung proses belajar
mengajar. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang ada, teknologi
memiliki ruang yang luas untuk mengakomodir hal tersebut sehingga
menjadikan perkembangan terjadi begitu pesat. Permasalahan yang ada dapat
cepat diatasi dengan kemajuan teknologi yang ada. Dengan perkembangan
IPTEK yang pesat, pendidikan dalam segala aspeknya harus mengakomodasi
perkembangan tersebut. Penataan kelembagaan, pemantapan struktur
organisasi dan mekanisme kerja, pemantapan pengelolaan, serta lainnya
haruslah dilakukan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Begitu pula dengan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dari berbagai bidang harus diimplementasikan dalam proses pendidikan
sebagai kebutuhan utama. Lembaga pendidikan haruslah mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Demikian juga dengan pengembangan Kurikulum Merdeka.
Pengembangan yang dilakukan harus disesuaikan dengan teknologi yang ada.
Pemanfaatan teknologi harus dilakukan guna tercapainya tujuan pengem-
bangan kurikulum yang ada. Meskipun demikian, sebenarnya kurikulum-
kurikulum sebelumnya sudah banyak yang menjadikan teknologi sebagai
daya tarik, terutama dalam instansi pendidikan. Namun, banyak teknologi
tersebut yang tidak mampu dimanfaatkan dengan maksimal. Pada
kenyataannya banyak peserta didik yang masih gagap terkait teknologi. Oleh
karena itu, pengembangan Kurikulum Merdeka yang dilakukan harusnya
dapat menyesuaikan dengan teknologi yang ada. Pemanfaatan teknologi yang
optimal akan memberikan dampak positif dalam perkembangan kurikulum
yang ada. Selain dapat meringankan biaya yang ada, perhatian lebih
pengembangan kurikulum pada teknologi juga akan mempermudah
implementasi yang akan dilakukan.
24
Landasan Sosiologi: Sosiologi memiliki peran penting dalam
mendeskripsikan dan menjelaskan institusi, kelompok sosial, dan proses
sosial yang merupakan hubungan sosial. Di dalamnya, individu dapat
memperoleh pengalaman yang terorganisasi. Sosiologi pendidikan
menjalankan fungsinya untuk menelaah berbagai macam hubungan antara
pendidikan dengan masyarakat. Hal ini harus memperhatikan sejumlah
konsep-konsep umum Dalam pendidikan di sekolah terdapat interaksi dan
komunikasi antarpeserta didik serta antara guru dengan peserta didik.
Interaksi sosial dan komunikasi tersebut merupakan bagian dari proses sosial.
Bentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antaranya ialah : Kerja sama,
misalnya kerja sama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerja sama
antarguru, guru dengan para orangtua peserta didik, dan sebagainya. Selain
itu juga ada Akomodasi yakni usaha untuk meredakan pertentangan, mencari
kestabilan, serta kondisi berimbang di antara para anggota. Misalnya,
interaksi orangtua yang tidak setuju kenaikan SPP akhirnya melahirkan
kesepakatan tertentu, serta kompromi antarpeserta didik dalam menentukan
daerah karyawisata. Lalu ada juga Asimilasi atau akulturasi yaitu usaha
mengurangi perbedaan pendapat antar-anggota serta usaha meningkatkan
persatuan pikiran, sikap, dan tindakan dengan memperhatikan tujuan-tujuan
bersama. Misalnya, pakaian seragam dan perlakuan yang sama di sekolah.
Jadi, Landasan sosiologi juga menjadi topik penting yang perlu dipertim-
bangkan dalam pengembangan kurikulum yang ada, khususnya pada
pengembangan Kurikulum Merdeka. 30
30
Wawancara Dengan Bapak Nur Sholeh, S.Pd,. M.Pd .I Selaku Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama Kabupaten Jember Pada kamis 20 oktober 2022 pukul 13.00 WIB
25
merdeka belajar, diharapkan hal tersebut mampu membentuk kultur lembaga
pendidikan yang otonom, tidak birokratis, serta semakin berkembangnya inovasi
sistem pembelajaran. Kurikulum tersebut tentu tidak mudah untuk dilaksanakan,
terdapat banyak penyesuaian yang harus dilakukan dalam pelaksanaannya.
Merdeka belajar ditujukan untuk proses pembelajaran secara alami guna mencapai
pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan belajar merdeka terlebih
dahulu karena bisa jadi masih ada hal-hal yang membelenggu rasa kemerdekaan,
rasa belum merdeka, dan ruang gerak yang sempit untuk merdeka.
Dalam pelaksanaanya, terdapat tahapan yang harus dilakukan dalam
implementasi pengembangan kurikulum. Berikut adalah beberapa langkah yang
dapat dilakukan dalam implementasi pengembangan Kurikulum Merdeka.
Orientasi/kebutuhan: Fase yang berisikan kesadaran atas kebutuhan (needs
phase) untuk melakukan perbaikan masalah pendidikan di sekolah. Kaitannya
dengan implementasi pengembangan kurikulum yang ada adalah warga
sekolah harus sadar akan pentingya pengembangan kurikulum yang ada.
Inisiasi : Inisiasi merupakan langkah permulaan pelaksanaan perubahan yang
berasal dari luar sekolah atau dari dalam sekolah. Inisiasi bisa dilakukan juga
oleh sekolah sebagai masyarakat belajar bagi pendalaman pemahaman warga
sekolah atas berbagai hal yang harus dipahami dan dilakukan sesuai ide
inovasi.
Implementasi: Impelementasi merupakan perubahan yang diadopsi sekolah
sebagai kebijaksanaan sekolah. Pengembangan kurikulum lebih baik apabila
diadopsi dari kebijakan sekolah terkait.
Institusionalisasi atau keberlanjutan: Ketika perubahan dilanjutkan, fase ini
hanya bisa terlaksana dengan baik melalui keberlanjutan komitmen,
komunikasi, kerja sama, dan respek antarwarga sekolah. Sejalan dengan hal
tersebut, keberlanjutan dari pengembangan kurikulum yang diajukan juga
bergantung pada hal di atas. Pengembangan kurikulum yang ada harus dijaga
sehingga program tersebut dapat berjalan dengan secara terus-menerus.
Keberlanjutan juga merupakan kunci utama dalam berhasil atau tidaknya
kurikulum yang diusulkan. Hal tersebut menjadi lebih masuk akal, mengingat
perkembangan kurikulum yang sering terjadi pada dunia pendidikan yang ada
di Indonesia.
Pemeliharaan: Fase ini bisa diperkuat atau diperlemah, tergantung komitmen
staf atas keberlanjutan implementasi kurikulum.Keberlangsungan pengem-
bangan kurikulum ditentukan dengan pemeliharaan yang dilakukan. Dalam
praktiknya, pemeliharaan ini dapat dilakukan dalam pengawasan yang baik
terhadap implementasi pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.
26
Oleh karena itu, implementasi kurikulum yang dibentuk perlu diujikan secara
langsung guna melihat efektivitas kurikulum yang telah dirancang. Dalam
pelaksanaannya, perguruan tinggi perlu melibatkan pihak eksternal dalam
merumuskan kurikulum sehingga hasil lulusannya memiliki kesempatan lebih
untuk bersaing di dunia kerja.31
31
Wawancara Dengan Bapak Nur Sholeh, S.Pd,. M.Pd .I Selaku Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama Kabupaten Jember Pada Rabu 02 oktober 2022 pukul 10.00 WIB
27
dan Teknologi (Permendikbudristek) No. 5 Tahun 2022 tentang Standar
Kompetensi Lulusan bahwa kriteria kelulusan peserta didik pada Kurikulum
Merdeka yaitu karakter (profil pelajar Pancasila) dan kompetensi, sehingga proses
belajar mengajar bukan lagi berbasis materi tetapi berbasis aktivitas.“Harapan
saya ke depan melalui kegiatan workshop Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar ini Dapat menciptakan tenaga pendidik yang kompeten dan profesional
sehingga mampu memperbaiki mutu pembelajaran dan mutu pendidikan dan tidak
terjadi lagi school without learning, peserta didik lama di sekolah tetapi tidak
banyak belajar, Karena, menurut saya kualitas dari peserta didik dan kegiatan
belajar mengajar di suatu sekolah itu dimulai dari tenaga pendidik yang kompeten
dan profesional sehingga dapat mencetak karakter anak bangsa yang unggul
dalam bidang intelektual maupun religius.32
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil data yang peneliti dapatkan melalui
wawancara dengan seorang kepala pokjawas kementerian agama kabupaten
jember yang ikut andil dalam program kegiatan workshop yang didukung penuh
oleh Bapak Nur Sholeh Selaku Kasi Pais Kementerian Agama Kabupaten Jember.
Beliau menyatakan bahwasannya Guru sebagai tokoh utama yang memiliki status
sebagai pendidik professional yang bertugas mengajar , mendidik, mengarahkan ,
serta membimbing juga mengevaluasi dan menilai anak didiknya dalam berbagai
jenjang mulai tingkat dasar sampai atas. Selain mendapat tugas tersebut dalam
melaksanakan merdeka belajar guru juga berperan sebagai fasilitator
pembelajaran yang didukung oleh kepribadian, pedagogic, sosial, dan
professional. Pengertian profesionalisme Profesionalisme ialah sifat-sifat
(kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana
yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Maka
dari itu, peningkatan kualitas dalam penunjangan kompetensi guru diperlukan
pada program merdeka belajar. Profesionalitas seorang pendidik menjamin
kebehasilan dari tuntutan atas kebijakan baru yang diberlakukan. Guru diharapkan
dapat berinovasi dan kreatif dalam menyampaikan pembelajaran dan dapat
mengemasnya dengan menarik, hal tersebut membuat siswa lebih fokus pada apa
yang sedang diajarkan. Guru perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki ciri
khas dan potensi masing-masing dalam bidangnya. Sehingga pembelajaran yang
dilakukan dapat bervariasi menyesuaikan kondisi pada setiap peserta didik. Oleh
karena itu, Bapak Kasi Pais memberikan dukungan dan apresiasi penuh bagi
Kelompok Kerja guru (KKG) Untuk mengadakan kegiatan workshop
implementasi kurikulum merdeka belajar dalam rangka meningkatkan kompetensi
dan profesionalisme agar tercipta lingkungan mutu pembelajaran yang efektif dan
32
Wawancara Dengan Bapak Nur Sholeh, S.Pd,. M.Pd .I Selaku Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama Kabupaten Jember Pada Rabu 02 oktober 2022 pukul 13.00 WIB
28
efisien. Selain itu, saya juga sangat mendukung penuh berdasarkan tanggung
jawab sebagai kepala pokjawas untuk senantiasa selalu membimbing serta
mengevaluasi para guru-guru PAI Kami dalam perannya untuk
mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar dan melakukan layanan
supervisi/pembinaan kepada semua warga sekolah (kepala sekolah dan guru)
dalam menyusun KTSP berbasis Merdeka Belajar. Bentuk supervisi/pembinaan
dapat mengarah kepada aspek yang bersifat administrasi maupun
akademik/pembelajaran. Perhatian Dinas Pendidikan. Kegiatan yang dapat
diberikan dinas pendidikan adalah memfasilitas para guru dengan menyusun
program dan implementasinya serta dengan menyediakan anggaran secara khusus
untuk mengadakan kegiatan pembinaan menyusun KTSP berbasis “Merdeka
Belajar” bagi para guru di semua jenjang sekolah. agar prosesnya berjalan sesuai
dengan output yang diharapkan.33
33
Wawancara Dengan Bapak Badrus Sholeh Selaku Kepala Pokjawas Kementerian Agama Kabupaten Jember
Pada Kamis 10 oktober 2022 pukul .08.30 WIB
29
30
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
31
DAFTAR PUSTAKA
Khoirurrijal, Fadriati, Sofia, Anisa Dwi Makrufi, Sunaryo Gandi, Abdul Muin, Tajeri, dan
Suprapno Ali Fakhrudin, Hamdani. Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar, 2018.
Annisa Alfath, Fara Nur Azizah, dan Dede Indra Setiabudi. ‘Pengembangan Kompetensi
Guru Dalam Menyongsong Kurikulum Merdeka Belajar’. Jurnal Riset sosial
humaniora, dan pendidikan 1, no. 2 (2022): 42–50.
https://doi.org/10.56444/soshumdik.v1i2.73.
E.Mulyasa. ‘Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru’. Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru 3 (2008): 75.
Ineu, Sumarsih, Marliyani Teni, Hadiyansah Yadi, Herry Hernawan Asep, dan Prihantini.
‘Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak’. Jurnal
basicedu 6, no. 5 (2022): 8248–58. https://media.neliti.com/media/publications/444639-
none-ee780f83.pdf.
Madhakomala, Layli Aisyah, Fathiyah Nur Rizqiqa Rizqiqa, Fransiska Desiana Putri, dan
Sidiq Nulhaq. ‘Kurikulum Merdeka dalam Perspektif Pemikiran Pendidikan Paulo
Freire’. At- Ta’lim : Jurnal Pendidikan 8, no. 2 (2022): 162–72.
https://doi.org/10.55210/attalim.v8i2.819.
Marlina, Tuti. ‘Urgensi dan Implikasi Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Pada Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah’. Jurnal SNPE FKIP Universitas MuhammadiyahMetro 1,
no. 1 (2022): 67–72.
Marisa, M. 2021. “Inovasi Kurikulum Merdeka Belajar Di Era Society 5.0”. Santhet: Jurnal
Sejarah, Pendidikan, Dan Humaniora, 5(1).
Naufal, H., Irkhamni I., & Yuliyani M. 2020. “Penelitian Penerapan Program Sistem Kredit
Semester Menunjang Terealisasinya Merdeka Belajar di SMA Negeri 1 Pekalongan”.
Jurnal Konferensi Ilmiah Pendidikan, 1(1).
32
Ningrum, A. S. 2022. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar
(Metode Belajar)”. PROSIDING PENDIDIKAN DASAR, h. 166−177.
Ruhaliah S, dkk. 2020. “Pelatihan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Merdeka Belajar
Bagi Guru Bahasa Sunda Di Kota Sukabumi”. Dimasatra: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(1).
Sudarto, Abd. H., & Muhammad A. 2021. “Analisis Implementasi Program Merdeka Belajar
Di SDN 24 Macanang Dalam Kaitannya Dengan Pembelajaran IPA/TemaIPA”.
Seminar Nasional Hasil Penelitian 2021, 1(1).
Nurhayani Siregar, Rafidatun Sahirah, dan Arsikal Amsal Harahap, “Konsep Kampus
Merdeka Belajar Di Era Revolusi Industri 4.0”, Fitrah: Journal of Islamic Education,
Vol.1 No.1 (2020).
Azmil Abidah, dkk., “The Impact of Covid-19 to Indonesian Education and Its Relation to
the Philosophy of Merdeka Belajar”, Studies in Philosophy of Science and Education,
Vol.1 No.1 (2020)
33
LAMPIRAN-LAMPIRAN
34
MISI
35
36
37
38
39
40
41