Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Model-Model Pengembangan Evaluasi


Pembelajaran PAI ”

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Dosen Pengampu : Dr. Pasmah Candra, M.Pd.I
Mata Kuliah : Pengembangan Evaluasi PAI

Disusun oleh Kelompok 2:


Eliza Melyasari (2111210061)
Zorian Eldiansyah (2111210051)

Kelas:
PAI 4.C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan banyak sekali rahmat, karunia, dan hidayahnya sehingga kami selaku
mahasiswi UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Prodi Pendidikan Agama Islam
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Model-Model Pengembangan
Evaluasi Pembelajaran PAI” Sholawat serta salam penulis sampaikan pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang
tetap istiqomah di jalan-Nya.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.


Pasmah Candra, M.Pd.I selaku dosen pengampu Pengembangan Evaluasi PAI
yang telah membimbing sehingga dapat terselaikan penyusunan makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini hingga dapat selesai dengan tepat
waktu. Semoga Allah memberikan pahala yang setimpal kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, bimbingan ataupun nasehat-nasehatnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan


karena masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik mengenai penulisan
maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis menerima setiap kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan kedepannya.

Bengkulu, 30 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Evaluasi Pembelajaran PAI....................................... 3
B. Cakupan Evaluasi Program Pembelajaran .............................................. 5
C. Model-Model Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI ................... 7
1. Discrepancy Model ........................................................................... 7
2. Model CIPP ...................................................................................... 10
3. Responsive Evaluasi Model ............................................................. 11
4. Formative-Sumantif Model Evaluasi Model .................................... 12
5. Evaluasi Model Stake ....................................................................... 13
6. Evaluasi Model Kircpatrick .............................................................. 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 17
B. Kritik dan Saran ...................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini Indonesia termasuk negara dengan sumber daya manusia yang
besar, hingga sekarang ini pengembangan sumber daya manusia menjadi topik
utama dalam pembangunan bangsa. Secara potensial juga memiliki sumber
daya alam dan manusia yang sangat kaya, namun dalam hal pemanfaatan dan
peningkatannya masih jauh tertinggal. Dalam peningkatan kualitas sumber
daya tersebut sangat di butuhkan upaya-upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui jalur pendidikan yang digarap dan disusun secara serius.
Pengembangan pendidikan perlu senantiasa dilakukan untuk menciptakan
sumber daya manusia yang handal yang mampu bersaing di era globalisai ini.
Dalam penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari pola atau model
evaluasi pendidikan guna untuk melakukan evaluasi yaang sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan dalam suatu model pendidikan. Model evaluasi
pembelajaran harus senantiasa ditingkatkan kualitasnya, tidak hanya pada
proses belajar mengajar di kelas saja. Model evaluasi pembelajaran akan
meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Proses Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak hanya transfer pemahaman
dan pengetahuan tetapi lebih dari itu namun diharuskan menanamkan nilai-
nilai dan mengawal pengamalan ajaran Agama Islam. Seluruh proses evaluasi
haruslah didesain secara terencana, sistemik, dan berkelanjutan. Untuk
menumbuh-kembangkan fitrah ini, maka PAI harus dapat mengarahkan dan
membimbing peserta didik dengan sebuah pengembangan pembelajaran,
termasuk pada proses evaluasi. Hal yang sangat urgen karena pendidik harus

1
menanamkan, mengukur, dan mengawal akhlakul Islam secara aplikatif (moral
action) dalam kehidupan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan evaluasi pembelajaran
PAI?
2. Apa dan bagaimana cakupan evaluasi program pembelajaran PAI?
3. Apa dan bagaimana model-model pengembangan evaluasi pembelajaran
PAI?

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu model pengembangan Evaluasi Pembelajaran
PAI!
2. Untuk mengetahui dan memahami cakupan evlauasi program pembelajaran
PAI!
3. Untuk mengetahui dan memahami model-model pengembangan evaluasi
pembelajaran PAI!

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Evaluasi Pembelajaran PAI


Nurkancana dengan mengutip Wand dan Brown menyatakan bahwa
evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.1
Sedangkan Nana Sujana mendefinisikan evaluasi sebagai proses untuk
menentukan atau memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu
kriteria tertentu.2 Dari berbagai definisi di atas, dapat ditegaskan bahwa
evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan dan atau memberikan nilai
terhadap suatu proses dengan mengunakan kriteria-kriteria tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam pandangan lain, evaluasi tidak hanya berkaitan dengan nilai, tapi
juga berkaitan dengan kemanfaatannya. Dalam pandangan Guba dan Lincol,3
evaluasi adalah ptoses menggambarkan siswa dan mempertimbangkannya dari
sudut pandang nilai dan kemanfaatannya. Dengan demikian, evaluasi tidak
hanya berorientasi pada nilai saja namun juga pada manfaat. Hal ini sangat
penting, agar kemanfaatan yang terkandung dalam evaluasi bisa dijadikan
semangat untuk memberikan arah yang efektif dan efisien dalam proses
memajukan sesuatu. Dengan kata lain evaluasi merupakan proses yang
sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterprestasikan
informasi dalam rangka menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
tujuan pembelajaran.4

1
Ulfajri, “Inovasi Model Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, Jurnal
IndraTech, Vol. 1, No. 2, P-ISSN : 2722-5607 E-ISSN : 2722-5348, (2020), hal 58.
2
Ibid.
3
Darodjat dan W. Wahyudhiana, “Model evaluasi program pendidikan”, Islamadina: Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 24, No.1, (2015), hal 3.
4
Ibid.

3
Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana, strategi, metode, dan pola yang digunakan untuk membentuk
kurikulum, merancang bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran.5
Model pembelajaran dapat dijadikan rencana atau pola pilihan untuk
menentukan model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Model adalah representasi, rencana atau deskripsi yang menjelaskan suatu
konsep, sistem atau objek yang seringkali berupa penyederhanaan atau
idealisasi. Pembelajaran disebut juga sebagai hasil dari memori, kognisi, dan
metakognisi yang memberi pengaruh pada pemahaman. Hal tersebut terjadi
tatkala berlangsungnya kegiatan pembelajaran, bahkan dalam kehidupan
sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang.
Secara umum model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian
sistematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman
proses pembelajaran agar tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Penerapan
strategi pembelajaran yang inovatif dan variatif oleh guru diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena hal tersebut sangat penting
sebagai pendorong atau penggerak aktivitas belajar mereka untuk mencapai
hasil belajar yang maksimal.
Dari penjelasan kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
Model Evaluasi adalah suatu proses untuk menilai suatu rencana, strategi dan
pola pembelajaran yang dilakukan dan diterapkan oleh pendidik tersebut sudah
sesuai atau belum untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mengetahui suatu
pembelajaran tersebut efektif atau tidak.

5
Khoerunnisa. Putri dan Syifa Masyhuril Aqwal, “Analisis Model-model pembelajaran”.
Fondatia : Jurnal Pendiidkan Dasar, Vol. 4, No.1, (2020), hal 2.

4
Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah
program, baik dalam program pendidikan maupun pembelajaran. Dalam
UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada bab XVI pasal 57 sampai dengan 59 tentang
evaluasi, intinya menyatakan dalam hal pengendalian mutu pendidikan secara
nasional, evaluasi merupakan salah satu bentuk penyelenggara pendidikan
yang bertanggung jawab kepada pihak terkait. Selain itu, disebutkan bahwa
evaluasi dilakukan secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematis oleh
lembaga independen untuk mengevaluasi pelaksanaan standar nasional
pendidikan, serta proses evaluasi dan pemantauan harus berkesinambungan.6

B. Cakupan Evaluasi Program Pembelajaran


Tujuan evaluasi memberikan penentuan langkah yang harus dilakukan
dalam kelanjutan dari sebuah program yang telah dilaksanakan, sehingga
program dijalankan yang diharapkan dapat menjadi lebih baik. Evaluasi
program bermanfaat bagi pengambil keputusan untuk menentukan apakah
program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas atau
ditingkatkan.7
Diuraikan oleh Widoyoko dalam penerapan evaluasi program
pembelajaran, sekurang-kurangnya ada tiga komponen yang perlu dijadikan
obyek evaluasi, yaitu 1) desain program pembelajaran, 2) implementasi
program dan 3) hasil yang dicapai.

6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 3003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
7
Pinton Setya Mustafa, “Model Discrepancy Sebagai Evaluasi Program Pendidikan”,
PALAPA : Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. 9, No. 1, (2023), hal 184

5
1. Desain pembelajaran
Pada desain pembelajaran maka hal yang perlu untuk dievaluasi
adalah kompetensi dasar yang akan dikembangkan, strategi
pembelajaran yang akan diterapkan, isi program pembelajaran. Salah
satu aspek dalam kompetensi dasar yang perlu dikaji adalah pencapaian
kompetensi dasar, standar kompetensi maupun kompetensi lulusan. Pada
strategi pembelajaran ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk
menilai strategi pembelajaran yang direncanakan, yaitu antara lain:
kesesuaian dengan kompetensi yang akan dikembangkan, kesesuaian
dengan kondisi belajar mengajar yang diinginkan, dan kejelasan
rumusan, terutama mencakup aktivitas guru maupun siswa dalam proses
pembelajaran.
Isi program pembelajaran yang dimaksud adalah pengalaman belajar
yang akan disiapkan oleh guru maupun yang harus diikuti siswa.
Seperti: relevansi dengan kompetensi yang akan dikembangkan,
relevansi dengan pengalaman murid dan lingkungan, kesesuaian dengan
tingkat perkembangan siswa, kesesuaian dengan alokasi waktu yang
tersedia, keauthentikan pengalaman dengan lingkungan hidup siswa.
2. Implementasi program
Implementasi program pembelajara perlu dijadikan obyek evaluasi,
khususnya proses belajar dan pembelajaran. Sejumlah kriteria yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran yaitu:
a) konsistensi dengan kegiatan yang terdapat dalam program
pembelajaran,
b) keterlaksanaan oleh guru,
c) keterlaksanaan dari segi siswa, perhatian yang diperlihatkan para
siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung,

6
d) keaktifan para siswa dalam proses belajar.
3. Hasil Program Pembelajaran
Komponen ketiga yang perlu dievaluasi adalah hasil yang dicapai
dalam kegiatan pembelajaran. Hasil yang dicapai ini dapat mengacu
pada pencapaian tujuan jangka pendek (ouput) maupun mengacu pada
pencapaian tujuan jangka panjang (outcome).
Dengan melakukan evaluasi pembelajaran seperti yang diuraikan
di atas, maka akan ada gambaran yang utuh mengenai program
pembelajar yang sudah dilaksanakan. Dari hasil evaluasi tersebut, akan
ditemukan hal-hal yang masih kurang dan hal-hal yang perlu
dipertahankan dari program. Dengan demikian evaluasi program
pembelajaran sangat memungkinkan untuk dilaksanakan di sekolah
ataupun di lembaga pendidikan lainnya.

C. Model-Model Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI


Dalam pengembangan Evaluasi Pembelajaran, banyak sekali model-model
evaluasi dengan sistematika dan format yang berbeda-beda yang banyak
dijumpai, walaupun dalam beberapa model ada yang sama. Ada banyak model
evaluasi yang dikembangkan oleh beberapa Ahli yang dapat dikembangkan
dalam mengevaluasi pembelajaran. Model-model tersebut diantaranya :
1. Discrepancy Model
Kata Discrepancy berarti kesenjangan, evaluasi model Discrepancy
(kesenjangan) berfungsi untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara
standard (kriteria) yang sudah ditetapkan dengan program yang
bersangkutan. Selanjutnya evaluasi kesenjangan adalah suatu metode
untuk mengidentifikasikan perbedaan atau kesenjangan antara tujuan

7
khusus yang ditetapkan dengan penampilan aktual yang terjadi
dilapangan.8
Sedangkan kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam program
pendidikan meliputi : 1) Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan
program; 2) Kesenjangan antara yang diprediksi dengan yang benar-benar
direalisasikan; 3) Kesenjangan antara status tujuan pencapaian dengan
standar kemampuan yang ditentukan; 4) Kesenjangan tujuan; 5)
Kesenjangan mengenai bagian program yang dapat diubah; dan 6)
Kesenjangan dalam sistem yang tidak konsisten.
Provus seorang yang mencetuskan evaluasi model discrepancy ini
menjelaskna ketika sebuah program evaluasi dikembangkan terdapat empat
tahap perkembangan, kemudian dia menambahkan sebuah tahap kelima
yang bersifat opsional, lima tahap tersebut meliputi:
a. Tahap Penyusunan Desain.
Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Merumuskan tujuan program
2. Menyiapkan siswa, staf dan kelengkapan lain
3. Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada
suatu yang dapat diukur, biasa di dalam langkah ini evaluator
berkonsultasi dengan bagian pengembangan program (program
developer). Standar yang dimaksud adalah kriteria yang telah
dikembangkan dan ditetapkan dengan menunjuk pada hasil yang
efektif.

8
Muhammad Fathurrohman, “Model-model pembelajaran”, Edukasi : Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, Vol. 9, No.2, (Jogjakarta: Ar-ruzz media. 2015), hal 190.

8
b. Tahap Penetapan Kelengkapan Program.
Tahap ini hendak melihat apakah kelengkapan yang tersedia sudah
sesuai dengan yang diperlukan atau belum. Dalam tahap ini dilakukan
kegiatan.
1. Meninjau kembali penetapan standar
2. Meninjau program yang sedang berjalan
3. Meneliti kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang sudah
dicapai.
c. Tahap Proses (Process)
Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah mengadakan
evaluasi, tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga
disebut tahap “mengumpulkan data dari pelaksanaan program”.
d. Tahap Pengukuran Tujuan (Product)
Yakni tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output
yang diperoleh. Pertanyaan yang diajukan dalam tahap ini adalah,
“apakah program sudah mencapai tujuan terminalnya?”
e. Tahap Pembandingan (Program Comparison)
Yaitu tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini evaluator menuliskan semua
penemuan kesenjangan atau ketidaksesuaian, untuk disajikan kepada
para pengambil keputusan, agar mereka dapat memutuskan kelanjutan
dari program tersebut. Kemungkinan yang dapat dilakukan oleh para
pengambil keputusan adalah:
1. Menghentikan program
2. Mengganti atau merevisi program
3. Meneruskan program

9
4. Memodifikasi tujuan dari program Kunci dari evaluasi discrepancy
atau model Provus ini adalah dalam hal membandingkan penampilan
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dan yang dimaksud dengan
penampilan adalah sumber, prosedur, manajemen dan hasil nyata
yang tampak ketika program dilaksanakan.

2. Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product)


Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product) merupakan
model evaluasi di mana evaluasi dilakukan secara keseluruhan sebagai
suatu sistem. Evaluasi model CIPP merupakan konsep evaluasi bukan
untuk membuktikan tetapi untuk memperbaiki. Keempat kata yang
disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi,
yaitu komponen dan proses sebuah program kegiatan.9
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Banyak rumusan evaluasi konteks yang dinyatakan oleh para ahli
evaluasi, di antaranya adalah Sax (1980: 595). Ia menjelaskan bahwa
evaluasi konteks adalah kegiatan pengumpulan informasi untuk
menentukan tujuan, mendefinisikan lingkungan yang relevan. bahwa
evaluasi konteks berusaha mengevaluasi status objek secara
keseluruhan, mengidentifikasi kekurangan, kekuatan, mendiagnosa
problem, dan memberikan solusinya, menguji apakah tujuan dan
prioritas disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dilaksanakan.
b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)
Evaluasi input adalah menentukan cara bagaimana tujuan program
dicapai. Evaluasi masukan dapat membantu mengatur keputusan,

9
Agustanico Dwi Muryadi, “Model Evaluasi Program dalam Penelitian Evaluasi”, Jurnal
Ilmiah Penjas (Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran), Vol. 3, No.1, (2017), hal 7.

10
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa
rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja
untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: (a) sumber
daya manusia (b) sarana dan peralatan pendukung, (c) dana/anggaran,
dan (d) berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.
c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Esensi dari evaluasi proses adalah: mengecek pelaksanaan suatu
rencana/program. Tujuannya adalah untuk memberikan feedback bagi
manajer dan staf tentang seberapa aktivitas program yang berjalan
sesuai dengan jadwal, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia
secara efisien, memberikan bimbingan untuk memodifikasi rencana
agar sesuai dengan yang dibutuhkan, mengevaluasi secara berkala
seberapa besar yang terlibat dalam aktifitas program dapat menerima
dan melaksanakan peran atau tugasnya.
d. Evaluasi Hasil (Product Evaluation)
Menjelaskan bahwa tujuan dari Product Evaluation adalah: untuk
mengukur, menafsirkan, dan menetapkan pencapaian hasil dari suatu
program, memastikan seberapa besar program telah memenuhi
kebutuhan suatu kelompok program yang dilayani. Jadi, fungsi evaluasi
hasil adalah membantu untuk membuat keputusan yang berkenaan
dengan kelanjutan, akhir dan modifikasi program, apa hasil yang telah
dicapai, serta apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.

3. Responsive Evaluation Model


Model ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik.
Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna
atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang- orang yang

11
terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program. Tujuan evaluasi
adalah untuk memahami semua komponen program melalui berbagai sudut
pandangan yang berbeda. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka
model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat kuantitatif.
Instrumen yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi
langsung maupun tak langsung dengan interpretasi data yang
impresionistik. Langkah-langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi,
merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan
awal (preliminary understanding) dan mengembangkan desain atau model.

4. Formative-Sumatif Evaluation Model


Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat
membantu memperbaiki program. Evaluasi formatif dilaksanakan pada
saat implementasi program sedang berjalan. Fokus evaluasi berkisar pada
kebutuhan yang dirumuskan oleh karyawan atau orang-orang dalam
program. Evaluator sering merupakan bagian dari program dan kerja sama
dengan orang orang dalam program. Strategi pengumpulan informasi
mungkin juga dipakai tetapi penekanan pada usaha memberikan informasi
yang berguna secepatnya bagi perbaikan program. Evaluasi formatif
memberikan umpan balik secara terus-menerus untuk membantu
pengembangan program, dan memberikan perhatian yang banyak terhadap
pertanyaan-pertanyaan seputar isi validitas, tingkat penguasaan kosa kata,
keterbacaan dan berbagai hal lainnya. Secara keseluruhan evaluasi formatif
adalah evaluasi dari dalam yang menyajikan untuk perbaikan atau
meningkatkan hasil yang dikembangkan.
Waktu pelaksanaan evaluasi sumatif terletak pada akhir implementasi
program. Strategi pengumpulan informasi akan memaksimalkan validitas

12
eksternal dan internal yang mungkin dikumpulkan dalam waktu yang
cukup lama. Evaluasi sumatif mengemukakan atau mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti apakah produk tersebut lebih efektif dan
lebih kompetitif. Evaluasi sumatif dilakukan untuk menentukan bagaimana
akhir dari program tersebut bermanfaat dan juga keefektifan program
tersebut.

5. Evaluasi Model Stake (Countenance Model)


Model ini dikembangkan oleh Robert E. Stake dari University of
Illinois. Menurut Worthen & Sanders (1981: 113), Stake menekankan
adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan judgment,
Deskripsi menyangkut dua hal yang menunjukkan posisi sesuatu yang
menjadi sasaran evaluasi, yaitu: apa tujuan yang diharapkan oleh program,
dan apa yang sesungguhnya terjadi. Evaluator menunjukkan langkah
pertimbangan yang mengacu pada standar.
Stufflebeam & Shinkfield (1985: 217-219) menjelaskan tiga tahap
evaluasi program model Stake, yaitu: antecedents, transaction, dan
outcomes.10 Antecedents mengacu pada informasi dasar yang terkait,
kondisi/kejadian apa yang ada sebelum implementasi program. Menurut
Stake, informasi pada tipe ini misalnya, terkait dengan kegiatan belajar
mengajar sebelumnya, dan terkait dengan outcome, seperti: apakah siswa
telah makan pagi sebelum datang ke sekolah, apakah siswa telah
menyelesaikan pekerjaan rumahnya, apakah siswa tidur malam dengan
cukup. Untuk mendeskripsikan secara lengkap dan menetapkan sebuah
program atau pembelajaran pada suatu waktu. Stake mengusulkan bahwa

10
Darojat dan W. Wahyudhiana, Op. Cit, hal 10.

13
evaluator harus mengidentifikasi dan menganalisis kondisi yang
berhubungan dengan antecendent.
Pada tahap transactions, apakah yang sebenarnya terjadi selama
program dilaksanakan, apakah program yang sedang dilaksanakan itu
sesuai dengan rencana program. Termasuk tahap ini adalah informasi yang
dialami oleh peserta didik berkaitan dengan guru, orang tua, konselor, tutor,
dan peserta didik lainnya. Stake menganjurkan kepada evaluator agar
bertindak secara bijak dalam proses pelaksanaan evaluasi, sehingga dapat
melihat aktualisasi program. Sedangkan outcomes, berkaitan dengan apa
yang dicapai dengan program tersebut, apakah program itu dilaksanakan
sesuai dengan yang diharapkan termasuk di dalamnya: kemampuan,
prestasi, sikap dan tujuan.

6. Evaluasi Model Kirkpatrick


Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirkpatrick ini telah
mengalami beberapa penyempurnaan, terakhir diperbarui tahun 1998 yang
dikenal dengan Evaluating Training Programs: the Four Levels atau
Kirkpatrick‟s evaluation model. Evaluasi terhadap program pelatihan
mencakup empat level evaluasi, yaitu: (a) reaction, (b) learning, (c)
behavior, dan (d) result.11
a. Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)
Catalanello & Kirkpatrick menjelaskan bahwa evaluasi terhadap
reaksi peserta pelatihan berarti mengukur kepuasan peserta. Program
pelatihan dianggap efektif apabila proses pelatihan dirasa
menyenangkan peserta, sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk
belajar dan berlatih. Keberhasilan proses kegiatan pelatihan tidak

11
Ibid, hal 12.

14
terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi peserta dalam mengikuti
jalannya kegiatan ini. Orang akan belajar lebih baik manakala mereka
memberi reaksi positif terhadap lingkungan belajar. Kepuasan peserta
dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan; fasilitas
yang tersedia; strategi penyampaian materi yang digunakan, media
pembelajaran; jadwal kegiatan, sampai menu dan penyajian konsumsi
yang disediakan. Evaluasi pada level ini difokuskan pada reaksi peserta
yang terjadi pada saat kegiatan dilakukan, disebut juga sebagai evaluasi
proses pelatihan.
b. Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)
Menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick evaluasi hasil belajar dapat
dilihat pada perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, dan atau
peningkatan keterampilan peserta setelah selesai mengikuti program.
Peserta program dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah
mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun
peningkatan keterampilan. Untuk mengukur efektivitas program maka
ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan
sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan keterampilan pada
peserta training maka program dapat dikatakan gagal. Penilaian ini ada
yang rnenyebut dengan penilaian hasil (output) belajar. Oleh karena itu,
dalam pengukuran hasil belajar harus menentukan: (a) pengetahuan apa
yang telah dipelajari; b) perubahan sikap apa yang telah dilakukan; c)
keterampilan apa yang telah dikembangkan atau diperbaiki.
c. Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)
Penilaian difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta
kembali ke tempat kerja, disebut juga evaluasi terhadap outcomes dan
kegiatan pelatihan. Perubahan apa yang terjadi di tempat kerja setelah

15
peserta mengikuti program tersebut, baik menyangkut pengetahuan,
sikap maupun keterampilannya. Menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick
evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan: (1) membandingkan perilaku
kelompok kontrol dengan perilaku peserta program, (2)
membandingkan perilaku sebelum dan sesudah mengikuti program
maupun, (3) survei/interviu dengan pelatih, atasan maupun bawahan
peserta program setelah kembali ke tempat kerja.
d. Evaluasi Hasil (Result Evaluation)
Evaluasi pada tahap ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi
karena peserta telah mengikuti suatu program. Beberapa contoh dari
hasil akhir dalam konteks perusahaan antara lain, kenaikan produksi,
peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan kecelakaan kerja,
kenaikan keuntungan. Cara melakukan evaluasi hasil akhir menurut
Kirkpatrick & Kirkpatrick adalah dengan: (1) membandingkan
kelompok kontrol dengan kelompok peserta program, (2) mengukur
kinerja sebelum dan setelah mengikuti pelatihan, (3) membandingkan
biaya yang digunakan dengan keuntungan yang didapat setelah
dilakukan pelatihan, dan bagaimana peningkatannya.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara
guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran), sehingga kegiatan
belajar mengajar lebih baik. Dengan menggunakan model evaluasi dalam
pembelajaran maka kita akan tau pembelajran yang telah didesain oleh guru
yang diterapkan ke siswa maka sudah sesuai atau belum, kita akan tahu sifat
siswa dapat diketahui kekurangan dan kelebihan yang telah di desain oleh guru.
Karena guru yang mendesain pembelajaran harus juga mempertimbangkan
peserta didik, karena mereka mempunyai karakteristik yang berbeda – beda.
Berbagai model evaluasi tersebut dapat digunakan tergantung kepada
tujuan evaluasi yang ditetapkan. Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa
keberhasilan suatu evaluasi secara keseluruhan bukan hanya dipengaruhi
penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi melainkan juga
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Apabila berkeinginan melakukan penelitian
evaluasi hendaknya menentukan model evaluasi terlebih dahulu. model
evaluasi yang tepat digunakan dalam program pendidikan dan pembelajaran
yang bertujuan untuk mencari kesenjangan antara standar dan pelaksanaan di
lapangan dalam pengambilan keputusan.

17
B. Kritik dan Saran
Evalutor harus memperhatikan model evaluasi yang tepat dalam
pembelajaran, dengan adanya pemilihan model evaluasi yang tepat yang
digunakan dalam program pendidikan dan pembelajaran sehingga dapat
tercapainya tujuan pembelajaran.
Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin. Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kesuksesan penulisan kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Darodjat, dan W. Wahyudhiana. (2015). Model evaluasi program pendidikan.


Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam. Vol, 24. No,1. https://jurnalnasional.
ump.ac.id/index.php/islamadina/article/view/1665. Akses 1 April 2023.

Devi, Meila Yufriana. Rahma hidayanthi. Dkk. Model-Model Evaluasi Pendidikan


dan Model Sepuluh Langkah dalam Penilaian. Jurnal Basicedu Vol, 6. No,
1. DOI: https://doi.org /10.31004/basicedu.v6i1.1934. Akses 30 Maret
2023.

Fathurrohman, Muhammad. (2015). Model-model pembelajaran. Jogjakarta: Ar-


ruzz media, Edukasi : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 9, No.2,
http://staffnew.uny.ac.id/ upload/132313272/pengabdian/ model- model-
pembelajaran.pdf. Akses 1 April 2023.

Khoerunnisa, Putri dan Syifa Masyhuril Aqwal. (2020). Analisis Model-model


pembelajaran. Fondatia : Jurnal Pendiidkan Dasar, Vol. 4, No.1,
www.ejournal.stitpn.ac.id/index.php/fondatia/article/view/441/422. Akses
30 Maret 2023.

Miftahurrohmah. (2014). Model Evaluasi Pembelajaran Mata Kuliah Strategi


Pembelajaran PAI. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Vol, 9.
No, 2. Jawa Tengah, Indonesia. https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/
Edukasia/article/download/772/740. Akses 1 April 2023.

Munthe, Ashiong P. (2015). Pentingnya Evaluasi Program Di Institusi


Pendidikan: Sebuah Pengantar Pengertian Tujuan dan Manfaat. Jurnal
Scholaria, Vol, 5. No, 2. https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/view
/13/12. Akses 30 Maret 2023.

19
Muryadi, Agustanico Dwi. (2017). Model Evaluasi Program dalam Penelitian
Evaluasi. Jurnal Ilmiah Penjas (Penelitian, Pendidikan dan
Pengajaran), Vol, 3. No,1. http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JIP/article
/view/538. Akses 30 Maret 2023.

Mustafa, Pinton Setya. (2023). Model Discrepancy Sebagai Evaluasi Program


Pendidikan. PALAPA : Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Vol,
9. No, 1. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/palapa. Akses 1 April 2023.

Ulfajri. (2020). Inovasi Model Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Jurnal IndraTech Vol, 1. No, 2. P-ISSN : 2722-5607 E-ISSN : 2722-5348.
https://ojs.stmikindragiri.ac.id/index.php/jit/article/download/72/43.
Akses 31 Maret 2023.

20

Anda mungkin juga menyukai