Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HADITS TENTANG METODE REWARD DAN PUNISHMENT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu : Zulhamdan, M. Pd. I

Disusun oleh :

Febri Andriani (211985)

Junandar (211791)

Surah Khansa (211797)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPRI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang mana telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hadits
tentang Metode Reward dan Punishment “ dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi dari bapak Zulhamdan,
M. Pd. I.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu dan juga wawasan tentang
metode reward dan punishment. Bagaimana Islam memandangnya, dan juga penerapan yang
telah dilakukan oleh Rasulullah SAW melalui sunnah Nya. Selain itu untuk mengetahui
macam-macam, serta tujuan dari metode reward dan punishment ini.

Kami sangat berterima kasih kepada bapak Zulhamdan, M. Pd. I. sebagai dosen
pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membahas materi tentang
hadits tentang reward dan punishment. Serta, ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.

Bintan, 15 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Pengertian Metode Reward dan Punishment……………….……………………….3

B. Tujuan Reward dan Punishment……………………………….…………………....4

C. Macam-macam Reward dan Punishment…………………………….…………..…5

D. Reward dan Punishment dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam……….……...6

E. Keseimbangan Reward dan Punishment……………………………….…………..10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12


A. Kesimpulan............................................................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perlakuan yang diberikan kepada seorang anak tentu saja sangat mempengaruhi
keadaan dan juga responnya terhadap perlakukan tersebut. Sering kali, terkadang
perlakuan yang diberikan tidak seimbang bahkan menyebabkan berbagai hal yang
mungkib memicu terjadinya suatu penyimpangan. Sebagai contoh, anak yang terlalu
dimanja selalu dituruti apapun kehendaknya pasti kan membentuk suatu kepribadian
anak yang egois, keras dikarenakan perlakuan dari orang tuanya yang selalu
mengiyakan apapun kehendaknya.

Akan tetapi, anak yang diberikan perlakuan yang buruk bahkan kekerasan juga
menimbulkan efek yang tidak baik terhadap anak itu sendiri. Dari hal itu, dapat
menimbulkan rasa trauma yang tinggi dan juga dapat menimbulkan penyimpangan
yang terus berkesinambungan. Pada hakikatnya ketika memberikan salah satu
perlakuan kepada siswa (baik hadiah maupun hukuman). Ini merupakan suatu
perbuatan untuk memberikan motivasi bagi pelaku ketika siswa menerima hadiah
diharapkan akan mempertahankan prestasi bahkan meningkatkannya serta bagi orang
di sekitarnya akan termotivasi untuk meraih prestasi yang baik pula. Adapun
punishment yang diterima oleh seseorang (siswa) diharapkan memberikan efek jera dan
tidak melakukan kesalah yang sama lagi, dan kepada orang yang melihatnya (di
sekitarnya) juga akan menghindari perbuatan yang akan mendapatkan efek hukuman
tersebut.

Oleh karena di zaman sekarang yang tidak adanya penyeimbangan terhadap


kedua hal ini, yang pastinya menimbulkan berbagai hal seperti yang telah disinggung
sebelumnya, maka dari itu penulis mengangkat materi yang berkaitan dengan reward
dan punishment mulai dari pengertian reward dan punishment, tujuan reward dan
punishment, macam-macam reward dan punishment, reward dan punishment dalam
mencapai tujuan pendidikan Islam, serta keseimbangan dari reward dean punishment
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu metode reward dan punishment?
2. Apa tujuan dari metode reward dan punishment?
3. Apa saja bentuk-bentuk reward dan punishment?
4. Bagaimana metode dari reward dan punishment dalam perspektif Islam?
5. Bagaaimana menyeimbangkan antara reward dan punishment?

C. Tujuan
1. Mengetahui metode dari reward dan punishment.
2. Untuk mengetahui tujuan dari reward dan punishment.
3. Dapat memahami bentuk-bentuk dari reward dan punishment.
4. Mengetahui metode dari reward dan punishment dalam perspektif Islam.

1
5. Dapat menyeimbangkan antara reward dan punishment.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Punishment dan Reward


Punisment berasal dari bahasa Inggris yang artinya ialah hukuman. Baharudin
mengatakan bahwa hukuman ini sebenarnya ialah memberikan atau juga menghadirkan
sebuah suasana ataupun situasi yang ingin di hindari untuk menurunkan sebuah tingkah
laku yang berpengaruh prilaku seseorang.1

Ngalim Purwanto juga berpendapat mengenai punisment ataupun hukaman ini,


ia mengatakan bahwa punisment ataupun hukaman merupakan sebuah alat dari
pendidikan. Punisment ataupun hukaman ialah sebuah penderitaan yang diberikan atau
juga di timbulkan dengan sengaja oleh seseorang (guru, orang tua dan sebagainya)
setelah melakukan pelanggaran, kejahatan dan juga kesalahan di dalam sebuah
peraturan.2

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah di paparkan di atas, penulis


menyimpulkan bahwa punisment ini ialah hukuman atau juga penderitaan yang akan di
berikan peserta didik di dalam sebuah pendidikan ketika melanggar sebuah peraturan
agar merasakan efek jara dan agar tidak mengulanginya lagi yang membuat
terganggunya proses pendidikan.

Berbeda dari punishment, reward ialah penghargaan atau hadiah yang awalnya
berasal dari bahasa inggris. “Ngalim Purwanto juga berpendapat mengenai reward, ia
mengatakan reward adalah alat dari pendidikan yang mana membuat peserta didik
merasa senang karena pekerjaan atau perbuatannya mendapat penghargaan. Umumnya
para peserta didik akan mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu mendapatkan
reward. Berikutna pendidik bertujuan bahwa dengan sebuah reward ini para peserta
didik akan tambah giat dalam belajar.”3

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa reward adalah


sebuah penghargaan di dalam keberhasilannya di dalam ruang lingkup pendidikan agar
para peserta didik semakin semangat dan berkembang serta termotivasi selalu dalam
dunia pendidikan.

B. Tujuan Reward dan Punishment


Dalam konsep pendidikan, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan
motivasi para peserta didik. Metode ini bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan
seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka
melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward

1
Baharudin dan Wahyuni, Toeri Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),hlm. 74
2
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2004),hlm.
186
3
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2004),hlm.
182

3
juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Pemberian penguatan (reward)
apabila dilakukan dengan cara dan prinsip yang tepat dapat mengefektifkan pencapaian
tujuan penggunaannya.
Adapun beberapa tujuan penggunaan penguatan atau reward adalah, sebagai
berikut:

1) Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar


2) Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa
3) Mengarahkan pengembangan berpikir siswa ke arah berpikir divergen
4) Mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar
5) Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif
serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.4
Pemberian reward sebenarnya sudah diterapkan sejak generasi terdahulu. Para
pendidik di generasi terdahulu cukup Melalui pemberian reward ini, siswa akan
termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang diajarkan oleh
gurunya. Sehingga hal ini dapat memicu semangat mereka dalam meningkatkan
prestasi demi mencapai tujuan pembelajaran dan cita-cita. Maka sangat penting bagi
seorang pendidik meningkatkan minat belajar anak didiknya, yaitu dengan memberikan
stimulus berupa reward, baik itu bersifat materi seperti memberikan sesuatu benda
berupa uang makanan, atau alat-alat belajar seperti buku, pena, pensil, penggaris dan
lain sebagainya. Juga yang bersifat non materi seperti memberikan perhatian, pujian,
kasih sayang, dan lainnya. Reward yang bersifat non materi adalah jenis reward yang
paling praktis dan sering digunakan oleh seorang pendidik dalam proses pembelajaran.
Adapun tujuan punishment adalah untuk menimbulkan rasa tidak senang pada
seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang
dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah
yang lebih baik. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka
punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Sebenarnya, tidak ada ahli pendidikan yang
menghendaki digunakannya hukuman dalam pendidikan kecuali bila terpaksa. Hadiah
atau pujian jauh lebih diutamakan daripada hukuman. Dalam pendidikan Islam
perlunya hukuman berupa pukulan jika anak sudah berumur 10 tahun tetapi belum mau
mengerjakan kewajiban shalat. Ahli didik Muslim berpendapat bahwa hukuman itu
tidak boleh berupa siksaan, baik badan maupun jiwa. Bila sangat dibutuhkan untuk
memberinya hukuman, maka hukuman itu harus digunakan dengan sangat hati-hati.
Tujuan pemberian Punishment (ganjaran) ada dua macam, yaitu tujuan dalam
jangka pendek dan tujuan dalam jangka panjang. Tujuan dalam jangka pendek adalah
untuk menghentikan tingkah laku yang salah, sedangkan tujuan dalam jangka panjang
adalah untuk mengajar dan mendorong siswa agar dapat menghentikan sendiri tingkah
lakunya yang salah (Scaerfer, 1986: 91). Tujuan merupakan salah satu faktor yang

4
Nursyamsi, Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Pariaman: 2021, vol. XI, No. 2,
hlm. 8.

4
harus ada dalam setiap aktifitas, karna aktivitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai arti
apa-apa, dan akan menimbulkan kerugian serta kesialan. Sehubungan dengan
punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai
sesekali bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehormatan guru atau
sebaliknya agar guru itu ditaati oleh siswa, akan tetapi tujuan punishment (hukuman)
yang sebenarnya dalah agar siswa Yang melanggar merasa jera dan tidak akan
mengulangi lagi.

C. Macam-Macam Reward dan Punishment


Untuk menentukan ganjaran macam apakah yang baik diberikan kepada anak
merupakan suatu hal yang sangat sulit. Ganjaran sebagai alat pendidikan banyak sekali
macamnya. Sebagai contoh kami berikan di sini beberapa macam perbuatan atau sikap
pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi anak didiknya:
1). Guru menggangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban
yang diberikan oleh seorang anak.
2). Guru memberi kata-kata yang menggembiarakan (pujian) seperti, “rupannya
sudah baik pula Tulisanmu, Min, kalau kamu terus berlatih tentu akan lebih
baik lagi.
3). Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh, Engkau akan segera
saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomer 3 ini
ruparupanya agak terlalu baik engkau kerjakan”.
4). Ganjaran yang ditunjukan kepada seluruh kelas sering sangat perlu.
Misalnya, “karena saya liat kalian telah bekerja dengan baik dan lekasselesai,
sekarang saya (bapak guru) akan mengisahkan sebuah cerita yang bagus
sekali”. Ganjaran untuk seluruh kelas dapat juga berupa bernyanyi atau pergi
berdarmawisata.
5). Ganjaran juga bisa berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna
bagi anak-anak. Misalnya, pendil, buku tulis, gula-gula atau makanan yang
lain. Tetapi dalam hal ini guru harus sangat berhati-hati dan bijaksaan sebab
dengan benda-benda itu, mudah benar ganjaran berubah menjadi “upah” bagi
murid-murid.
Macam-macam yang harus dibicarakan berikut ini bukanlah macam macam usaha
atau perlakuan yang dijalankan oleh pendidik dalam menghukumanak-anak. Dimuka
telah dikatakan bahwa dalam hal mnghukum tidak ada “buku resep” tertemtu yang telah
terbukti kemajurannya. Yang dimaksud dengan macam-macam hukuman itu ialah yang
berikut ini. Ada pendapat yang membedakan hukuman itu menjadi dua macam, yaitu:
1). Hukuman Preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar
tidak atau jangan terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukan sebelum
pelanggaran dilakukan. Misalnya orang dimasukan atau ditahan didalam
penjara (selama menantikan keputusan hakim) karena perkara tersebut ia
ditahan preventif dalam penjara.
2). Hukuman represif, yaitu hukuman yang dilakukan karena adanya
pelanggaran oleh adanya dosa yang telah diperbuat.
3). Jadi, hukuman ini dilakukan setelah tejadi pelanggaran atau kesalahan.

5
D. Reward dan Punishment dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam

Seperti yang telah dibahas juga dalam pembahasan sebelumnya, bahwasannya


reward merupakan suatu apresiasi yang diberikan karena perilaku baik ataupun perkara
apapun yang memang positif. Sedangkan untuk punishment sendiri yaitu merupakan
suatu pemberian hukuman yang diberikan untuk seseorang jika melakukan kesalahan.
Sebenarnya, metode pembelajaran reward dan juga punishment ini sudah diterapkan
sejak zaman nabi Adam a.s.5 Dengan seiring berkembangnya zaman maka reward dan
juga punishment ini mengalami perkembangan dengan variasi dan juga inovasi yang
beragam.

Menurut ahli psikologi, yang dikutip dalam jurnal karya Ahmad Suhaimi, dimana
pemberian hadiah kepada anak ataupun peserta didik dapat menumbuhkan semangat
bagi mereka dalam mengikuti proses pembelajaran. Misalnya, anak yang memiliki
prestasi yang unggul di kelas atapun sekolahnya dan juga anak yang memiliki sifat yang
terpuji dapat diberikan sebuah reward untuk membuat mereka lebih termotivasi. Tentu
saja dalam hal ini, reward dan juga punishment dapat dijadikan sebagai metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Begitu juga dengan punishment
dimana ketika seorang peserta didik melanggar suatu aturan, ataupun membuat suatu
permasalahan maka dapat diberikan berupa hukuman seperti berdiri di depan kelas,
membersihkan wc ataupun berbagai macam tindakan yang dapat membuat efek jera
terhadap peserta didik terebut. Seperti yang dijelaskan oleh Emikle Durkeim bahwa
dalam dunia pendidikan ada ysng dinamakan teori pencegahan. Pada teori ini dijelaskan
bahwa hukuman dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan dari berbagai bentuk
pelanggaran terhadap sebuah peraturan. Dengan dilakukan hal semacam itu, tentu saja
dapat membuat efek jera bagi peserta didik sehingga tercapailah suatu tujuan
pendidikan tersebut dengan baik.6

Adapun hadits tentang reward dan juga punishment dijabarkan sebagai berikut:

Hadis Riwayat Abdullah ibn Haris dalam Kitab Musnad Ibn Hambal Nomor 1766

Artinya: Menceritakan kepada kami Jarir, dari Yazid ibn Abi Ziyad, dari
Abdillah ibn Harits, berkata ia: “adalah Rasul Saw., membariskan

5
Ahmad Suhaimi, Hakikat Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Malang:2014, Vol. 4, No.
2. hlm. 162.
6
Ibid, hlm. 164.

6
Abdullah dan Ubaidillah dan kebanyakan dari bani Abbas, kemudian
bersabda Rasul: barang siapa yang terlebih dahulu sampai
kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu.” Lalu mereka
berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau. Kemudian mereka
merebahkan diri di atas punggung dan dada beliau. Kemudian,
beliau menciumi dan memberi penghargaan.”

1. Hadis Riwayat Kasir ibn Kasir dalam Kitab Al-Mu‟jam Al-Kabir li AtTabrani Nomor
15776.

Artinya: Menceritakan kepada kami Ubaidah Abd al-Warits ibn Ibrahim al-
Askari, menceritakan kepada kami ar-Rabi‟ al-Mazini, menceritakan
kepada kami Hasan ibn Anbasah, menceritakan kepada kami „Ali ibn
Hasyim, dari Shobbah ibn Yahya, dari Yazid ibn Ziyad, dari ‘Abbas
ibn Katsir, dari Katsir ibn „Abbas, berkata ia: “adalah Rasul Saw.,
mengumpulkan kami, saya dan Abdullah dan „Ubaidillah dan Kutsam,
maka ia mengeluarkan tangannnya seperti ini, maka ia memanjangkan
kedua tangannya, dan bersabda beliau: siapa yang terlebih dahulu
sampai kepadaku maka dia akan mendapatkan ini dan itu.”

2. Hadis Riwayat Abdullah ibn Amru ibn ‘Ash dalam Kitab Musnad ibn Hambal Nomor
6514.

Artinya:

Menceritakan kepada kami Waki‟, menceritakan kepada kami Daud


ibn Sawar, dari Amri ibn Syuaib, dari Ayahnya, dari Kakeknya:
“Bersabda Rasul Saw.: “Suruhlah anak-anak kamu salat ketika umur
mereka sampai tujuh tahun, dan pukul mereka ketika telah berumur

7
sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka (laki-laki dan
perempuan).

Reward dalam pandangan Islam, tentunya mempunyai banyak bentuk yang


tentu beragam sebagaimana yang dikemukakan oleh Armai Arif:

1. Berikan pujian yang indah agar anak atau peserta didik dapat semangat
dalam mengerjakan suatu hal seperti beribadah, maupun dalam proses
belajarnya.
2. Imbalan materi ataupun memberikan suatu hal, karena biasanya anak
ataupun peserta didik senang dan lebih termotivasi untuk melakukan suatu
hal jika mendatangkan hadiah.
3. Memberikan doa.
4. Tanda penghargaan yang tentunya sekaligus menjadi kenang-kenangan bagi
anank ataupun peserta didik dari kebaikan yang ia lakukan.
5. Memeberikan wasiat tentang kebaikan anak, sehingga seorang anak itupun
merasakan bahagia karena yang ia lakukan dihargai orang.7

Sedangkan untuk punishment sendiri, bentu-bentuk yang relevan untuk


diterapka dalam metode pendidikan ialah :

1). Dengan teguran secara langsung Diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah
r.a., dia berkata , “Waktu kecil aku berada dalam perawatan Rosulullah,
ketika itu tanganku memegang-megang makanan dalam wadah, maka
rosulullah berkata, Nak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan
kananmu, dan makanlah apa yang ada di hadapanmu!”.
2). Dengan teguran dengan tidak langsung Rosulullah bersabda, “Apa
maksudnya orang-orang berkata begini dan begitu? padahal aku sholat dan
duduk, berpuasa dan buka, serta menikahi wanita. Barang siapa yang tidak
menyukai sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku.
3). Menegur dengan cara mencela Diriwayatkan dari Abu Dzar ra., dia berkata,
“Aku pernah mencela seseoirang dengan mencaci ibunya, maka Nabi
berkata kepadaku, “Wahai Abu Dzar, Apakah engkau telah mencaci
ibunya? sesungguhnya engkau masih memiliki sifat jahiliyah.”
4). Mendidik dengan cara mengisolisir Ketika seorang murid atau anak
melakukan suatu kesalahan, berarti orang tua atau guru harus meluruskan
kesalahan ini. Diantara cara untuk meluruskan kesalahan adalah, dengan
mengisolasi orang yang bersalah sebagaimana hadist yang diriwayatkan
dari Ka’ab bin Malik bahwa ketika dia tertinggal oleh pasukan Nabi dalam
perang Tabuk, maka Rosulullah telah melarang orang-orang untuk
berbicara dengannya. Itu terjadi selama lima puluh malam.
5). Mendidik dengan cara memukul Diriwayatkan dari Umar bin Syuaib, dari
bapaknya, dari kakeknya, sesungguhnya Rosulullah SAW, telah bersabda,

7
Nursyamsi, Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, (2021), vol. XI, No. 2, hlm. 13.

8
suruhlah anak-anak kalian sholat pada usia tujuh tahun, dan pukullah jika
tidak mau sholat pada umur sepuluh tahun, dan pisahkan dari tempat tidur.8

E. Keseimbangan Antara Reward dan Punishment

Kehadiran Nabi SAW. adalah sebagai nadzir, warmer, kehadirannya sebagai


bashir dalam proses pendidikan tampak lebih dominan dan signifikan. Sebagai
Bashir, yakni tokoh yang membawa kabar gembira dan keselamatan lahir bathin,
Nabi tidak menawarkan reward dalam bentuk materi, tetapi merangsang kecerdasan
para murid, memperhalus budi pekerti, dan mempertajam spiritual keagamaan
mereka.

Implikasi status Bashir dalam pendidikan Islam adalah bahwa seorang guru
seperti Muhammad Saw, harus bertindak sebagai promotor of learning, baik di
dalam maupun di luar kelas, serta harus mampu berinteraksi dengan siswa secara
antusias dan penuh kasih sayang. Dengan prinsip ini, hukuman fisik bagi siswa
merupakan hal yang tidak populer dalam kamus pendidikan Islam. Prinsip ini pula
dilakukan oleh Nabi Yusuf terhadap saudara kandungnya meskipun telah
membuangnya di sumur. Merujuk ceritanya Nabi Yusuf as. Muhammad dengan
lapang dada juga mengampuni para musuh tatkala Makkah dikuasai kaum muslimin.
Fath Makkah, dengan ucapannya, saya akan menjawab permohonan kalian(musuh)
dengan jawaban yang diberikan Yusuf a.s. Yakni hari ini tidak akan ada hukuman
bagi kalian. Sebaliknya kalian semua saya maafkan.

Makna lain dari surat Yusuf adalah betapa Allah telah menunjukkan bahwa
proses penyadaran manusia melalui saudara-saudara Yusuf membutuhkan
rentanganyang demikian panjang. Selain Nabi Ya.qub (sang ayah yang penyabar),
waktu dan manis pahitnya drama kehidupan secara langsung telah memberi
pelajaran sehinnga membawa mereka pada kesadaran bahwa mereka sungguh telah
berbuat kesalahan.

Jika punishment, khususnya hukuman fisik, pada umumnya tidak membawa


dampak positif, penumbuha sense of guilty dengan cara yang edukatif dan islami
adalah bagian dari self-discipline yang perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan.
Disiplin adalah tujuan sekaligus proses pendidikan kemandirian. Prinsip ‚mercy‛
kasih sayang merupakan ekspresi dari bashir dan rewardmemang sudah seharusnya
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, terlebih-lebih ketika materialisme telah
mengalahkan prinsip-prisnsip keagamaan. Ternyata, Walisongo yang pengaruh
pendidikannya terlembagakan dalam bentuk pesantren juga menekankan pendidikan
kasih sayang. Pesan mereka adalah, ‚sayangi, hormati, dan jagalah anak didikmu,
hargailah tingkah laku mereka sebagaimana engkau memperlakukan anak

8
Nursyamsi, Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, (2021), vol. XI, No. 2, hlm. 18-
19.

9
turunanmu. Beri mereka makanan dan pakaian sehingga mereka bisa menjalankan
syariat Islam dan memegang teguh ajaran agama tanpa keraguan sedikitpun.

Agaknya sikap lembut, ucapan yang sejuk di telinga siswa (dengan menjauhkan
kata-kata seperti, bodoh), dan konsisten mengajak ke nilai-nilai yang benar adalah
ciri utama metode pendidikan Islam yang perlu dikembangkan lebih lanjut secara
detail kendatipun Tuhan telah Maha Mengetahui kekerasan hati Fir’aun yang tidak
akan bisa dirubah oleh ajakan kebenaran Musa as. Allah tetap memerintahkan Muasa
dan Harun untuk bersikap dan berkata lembut, qaulan layyina, karena selain secara
psikologis akan mengingatkan dan menyadarkan seseorang, sikap yang terakhir ini
sungguh Islami dan paedagogis serta perlu di tegakkan secara konsisten.9

9
Halim Purnomo, S. Pd. I, M. Pd. I, Model Reward Dan Punishment Perspektif Pendidikan Islam,
(Yogyakarta:2012), hlm. 95-97.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam perilaku guru,
dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.
Reward merupakan suatu perlakuan yang biasanya dilakukan dalam dunia pendidikan
yang mana membuat peserta didik merasa senang karena pekerjaan atau perbuatannya
mendapat penghargaan. Sedangkan punishment merupakan suatu perlakuan berupa
hukuman yang dibrikan kepada seseorang jika ia melanggar atau melakukan
penyimpangan.

Tujuan pemberian reward agar anak termotivasi untuk belajar lebih giat lagi
untuk mencapai prestasi terutama bagi anak yang malas dan anak juga terdorong untuk
melakukan perbuatan yang lebih baik lagi. Hukuman atau punishment diartikan sebagai
suatu bentuk sanksi yang diberikan pada anak, baik sanksi fisik maupun psikis apabila
anak melakukan kesalahan atau pelanggaran yang sengaja dilakukan terhadap peraturan
yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.

B. Saran
Dari makalah yang kami buat, kami menyadari bahwa masih ada terdapat
kekurangan baik dari segi penulisannya maupun materinya. Oleh karena itu kami
menyarankan adanya penilaian serta penjelasan lebih mendalam terkait materi yang di
bahas pada makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mardianto, dkk. (2017). Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment terhadap Penguasaan
Pelajaran Qur’an Hadits Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Manar, Medan: UIN
Sumatera Utara.

Mulia, Harpan Reski. (2017). Metode Reward Punishment Konsep Psikologi dan Relevansinya
dengan Islam Perspektif Hadis.

Nursyamsi. (2021). Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Pariaman: STIT
Syekh Burhanuddin.

Purnomo, Halim, dkk. (2012). Model Reward dan Punishment Perspektif Pendidikan Islam,
Yogyakarta: IKAPI.

Rinjani, Cintia. (2020). Metode Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Bukittinggi:
IAIN Bukittinggi.

Sipahutar, M. G. (2018). Implementasi Reward dan Punishment dalam Proses Pembelajaran


Qur’an Hadis, Medan : UIN Sumatera Utara.

Suhaimi, Ahmad. (2014). Hakikat Reward and Punishment dalam Pendidikan Islam, Malang:
UIN Maulana Malik Ibrahim.

12

Anda mungkin juga menyukai