Disusun oleh :
Junandar (211791)
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang mana telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hadits
tentang Metode Reward dan Punishment “ dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi dari bapak Zulhamdan,
M. Pd. I.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu dan juga wawasan tentang
metode reward dan punishment. Bagaimana Islam memandangnya, dan juga penerapan yang
telah dilakukan oleh Rasulullah SAW melalui sunnah Nya. Selain itu untuk mengetahui
macam-macam, serta tujuan dari metode reward dan punishment ini.
Kami sangat berterima kasih kepada bapak Zulhamdan, M. Pd. I. sebagai dosen
pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membahas materi tentang
hadits tentang reward dan punishment. Serta, ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlakuan yang diberikan kepada seorang anak tentu saja sangat mempengaruhi
keadaan dan juga responnya terhadap perlakukan tersebut. Sering kali, terkadang
perlakuan yang diberikan tidak seimbang bahkan menyebabkan berbagai hal yang
mungkib memicu terjadinya suatu penyimpangan. Sebagai contoh, anak yang terlalu
dimanja selalu dituruti apapun kehendaknya pasti kan membentuk suatu kepribadian
anak yang egois, keras dikarenakan perlakuan dari orang tuanya yang selalu
mengiyakan apapun kehendaknya.
Akan tetapi, anak yang diberikan perlakuan yang buruk bahkan kekerasan juga
menimbulkan efek yang tidak baik terhadap anak itu sendiri. Dari hal itu, dapat
menimbulkan rasa trauma yang tinggi dan juga dapat menimbulkan penyimpangan
yang terus berkesinambungan. Pada hakikatnya ketika memberikan salah satu
perlakuan kepada siswa (baik hadiah maupun hukuman). Ini merupakan suatu
perbuatan untuk memberikan motivasi bagi pelaku ketika siswa menerima hadiah
diharapkan akan mempertahankan prestasi bahkan meningkatkannya serta bagi orang
di sekitarnya akan termotivasi untuk meraih prestasi yang baik pula. Adapun
punishment yang diterima oleh seseorang (siswa) diharapkan memberikan efek jera dan
tidak melakukan kesalah yang sama lagi, dan kepada orang yang melihatnya (di
sekitarnya) juga akan menghindari perbuatan yang akan mendapatkan efek hukuman
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu metode reward dan punishment?
2. Apa tujuan dari metode reward dan punishment?
3. Apa saja bentuk-bentuk reward dan punishment?
4. Bagaimana metode dari reward dan punishment dalam perspektif Islam?
5. Bagaaimana menyeimbangkan antara reward dan punishment?
C. Tujuan
1. Mengetahui metode dari reward dan punishment.
2. Untuk mengetahui tujuan dari reward dan punishment.
3. Dapat memahami bentuk-bentuk dari reward dan punishment.
4. Mengetahui metode dari reward dan punishment dalam perspektif Islam.
1
5. Dapat menyeimbangkan antara reward dan punishment.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berbeda dari punishment, reward ialah penghargaan atau hadiah yang awalnya
berasal dari bahasa inggris. “Ngalim Purwanto juga berpendapat mengenai reward, ia
mengatakan reward adalah alat dari pendidikan yang mana membuat peserta didik
merasa senang karena pekerjaan atau perbuatannya mendapat penghargaan. Umumnya
para peserta didik akan mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu mendapatkan
reward. Berikutna pendidik bertujuan bahwa dengan sebuah reward ini para peserta
didik akan tambah giat dalam belajar.”3
1
Baharudin dan Wahyuni, Toeri Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),hlm. 74
2
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2004),hlm.
186
3
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2004),hlm.
182
3
juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Pemberian penguatan (reward)
apabila dilakukan dengan cara dan prinsip yang tepat dapat mengefektifkan pencapaian
tujuan penggunaannya.
Adapun beberapa tujuan penggunaan penguatan atau reward adalah, sebagai
berikut:
4
Nursyamsi, Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Pariaman: 2021, vol. XI, No. 2,
hlm. 8.
4
harus ada dalam setiap aktifitas, karna aktivitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai arti
apa-apa, dan akan menimbulkan kerugian serta kesialan. Sehubungan dengan
punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai
sesekali bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehormatan guru atau
sebaliknya agar guru itu ditaati oleh siswa, akan tetapi tujuan punishment (hukuman)
yang sebenarnya dalah agar siswa Yang melanggar merasa jera dan tidak akan
mengulangi lagi.
5
D. Reward dan Punishment dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Menurut ahli psikologi, yang dikutip dalam jurnal karya Ahmad Suhaimi, dimana
pemberian hadiah kepada anak ataupun peserta didik dapat menumbuhkan semangat
bagi mereka dalam mengikuti proses pembelajaran. Misalnya, anak yang memiliki
prestasi yang unggul di kelas atapun sekolahnya dan juga anak yang memiliki sifat yang
terpuji dapat diberikan sebuah reward untuk membuat mereka lebih termotivasi. Tentu
saja dalam hal ini, reward dan juga punishment dapat dijadikan sebagai metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Begitu juga dengan punishment
dimana ketika seorang peserta didik melanggar suatu aturan, ataupun membuat suatu
permasalahan maka dapat diberikan berupa hukuman seperti berdiri di depan kelas,
membersihkan wc ataupun berbagai macam tindakan yang dapat membuat efek jera
terhadap peserta didik terebut. Seperti yang dijelaskan oleh Emikle Durkeim bahwa
dalam dunia pendidikan ada ysng dinamakan teori pencegahan. Pada teori ini dijelaskan
bahwa hukuman dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan dari berbagai bentuk
pelanggaran terhadap sebuah peraturan. Dengan dilakukan hal semacam itu, tentu saja
dapat membuat efek jera bagi peserta didik sehingga tercapailah suatu tujuan
pendidikan tersebut dengan baik.6
Adapun hadits tentang reward dan juga punishment dijabarkan sebagai berikut:
Hadis Riwayat Abdullah ibn Haris dalam Kitab Musnad Ibn Hambal Nomor 1766
Artinya: Menceritakan kepada kami Jarir, dari Yazid ibn Abi Ziyad, dari
Abdillah ibn Harits, berkata ia: “adalah Rasul Saw., membariskan
5
Ahmad Suhaimi, Hakikat Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Malang:2014, Vol. 4, No.
2. hlm. 162.
6
Ibid, hlm. 164.
6
Abdullah dan Ubaidillah dan kebanyakan dari bani Abbas, kemudian
bersabda Rasul: barang siapa yang terlebih dahulu sampai
kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu.” Lalu mereka
berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau. Kemudian mereka
merebahkan diri di atas punggung dan dada beliau. Kemudian,
beliau menciumi dan memberi penghargaan.”
1. Hadis Riwayat Kasir ibn Kasir dalam Kitab Al-Mu‟jam Al-Kabir li AtTabrani Nomor
15776.
Artinya: Menceritakan kepada kami Ubaidah Abd al-Warits ibn Ibrahim al-
Askari, menceritakan kepada kami ar-Rabi‟ al-Mazini, menceritakan
kepada kami Hasan ibn Anbasah, menceritakan kepada kami „Ali ibn
Hasyim, dari Shobbah ibn Yahya, dari Yazid ibn Ziyad, dari ‘Abbas
ibn Katsir, dari Katsir ibn „Abbas, berkata ia: “adalah Rasul Saw.,
mengumpulkan kami, saya dan Abdullah dan „Ubaidillah dan Kutsam,
maka ia mengeluarkan tangannnya seperti ini, maka ia memanjangkan
kedua tangannya, dan bersabda beliau: siapa yang terlebih dahulu
sampai kepadaku maka dia akan mendapatkan ini dan itu.”
2. Hadis Riwayat Abdullah ibn Amru ibn ‘Ash dalam Kitab Musnad ibn Hambal Nomor
6514.
Artinya:
7
sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka (laki-laki dan
perempuan).
1. Berikan pujian yang indah agar anak atau peserta didik dapat semangat
dalam mengerjakan suatu hal seperti beribadah, maupun dalam proses
belajarnya.
2. Imbalan materi ataupun memberikan suatu hal, karena biasanya anak
ataupun peserta didik senang dan lebih termotivasi untuk melakukan suatu
hal jika mendatangkan hadiah.
3. Memberikan doa.
4. Tanda penghargaan yang tentunya sekaligus menjadi kenang-kenangan bagi
anank ataupun peserta didik dari kebaikan yang ia lakukan.
5. Memeberikan wasiat tentang kebaikan anak, sehingga seorang anak itupun
merasakan bahagia karena yang ia lakukan dihargai orang.7
1). Dengan teguran secara langsung Diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah
r.a., dia berkata , “Waktu kecil aku berada dalam perawatan Rosulullah,
ketika itu tanganku memegang-megang makanan dalam wadah, maka
rosulullah berkata, Nak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan
kananmu, dan makanlah apa yang ada di hadapanmu!”.
2). Dengan teguran dengan tidak langsung Rosulullah bersabda, “Apa
maksudnya orang-orang berkata begini dan begitu? padahal aku sholat dan
duduk, berpuasa dan buka, serta menikahi wanita. Barang siapa yang tidak
menyukai sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku.
3). Menegur dengan cara mencela Diriwayatkan dari Abu Dzar ra., dia berkata,
“Aku pernah mencela seseoirang dengan mencaci ibunya, maka Nabi
berkata kepadaku, “Wahai Abu Dzar, Apakah engkau telah mencaci
ibunya? sesungguhnya engkau masih memiliki sifat jahiliyah.”
4). Mendidik dengan cara mengisolisir Ketika seorang murid atau anak
melakukan suatu kesalahan, berarti orang tua atau guru harus meluruskan
kesalahan ini. Diantara cara untuk meluruskan kesalahan adalah, dengan
mengisolasi orang yang bersalah sebagaimana hadist yang diriwayatkan
dari Ka’ab bin Malik bahwa ketika dia tertinggal oleh pasukan Nabi dalam
perang Tabuk, maka Rosulullah telah melarang orang-orang untuk
berbicara dengannya. Itu terjadi selama lima puluh malam.
5). Mendidik dengan cara memukul Diriwayatkan dari Umar bin Syuaib, dari
bapaknya, dari kakeknya, sesungguhnya Rosulullah SAW, telah bersabda,
7
Nursyamsi, Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, (2021), vol. XI, No. 2, hlm. 13.
8
suruhlah anak-anak kalian sholat pada usia tujuh tahun, dan pukullah jika
tidak mau sholat pada umur sepuluh tahun, dan pisahkan dari tempat tidur.8
Implikasi status Bashir dalam pendidikan Islam adalah bahwa seorang guru
seperti Muhammad Saw, harus bertindak sebagai promotor of learning, baik di
dalam maupun di luar kelas, serta harus mampu berinteraksi dengan siswa secara
antusias dan penuh kasih sayang. Dengan prinsip ini, hukuman fisik bagi siswa
merupakan hal yang tidak populer dalam kamus pendidikan Islam. Prinsip ini pula
dilakukan oleh Nabi Yusuf terhadap saudara kandungnya meskipun telah
membuangnya di sumur. Merujuk ceritanya Nabi Yusuf as. Muhammad dengan
lapang dada juga mengampuni para musuh tatkala Makkah dikuasai kaum muslimin.
Fath Makkah, dengan ucapannya, saya akan menjawab permohonan kalian(musuh)
dengan jawaban yang diberikan Yusuf a.s. Yakni hari ini tidak akan ada hukuman
bagi kalian. Sebaliknya kalian semua saya maafkan.
Makna lain dari surat Yusuf adalah betapa Allah telah menunjukkan bahwa
proses penyadaran manusia melalui saudara-saudara Yusuf membutuhkan
rentanganyang demikian panjang. Selain Nabi Ya.qub (sang ayah yang penyabar),
waktu dan manis pahitnya drama kehidupan secara langsung telah memberi
pelajaran sehinnga membawa mereka pada kesadaran bahwa mereka sungguh telah
berbuat kesalahan.
8
Nursyamsi, Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, (2021), vol. XI, No. 2, hlm. 18-
19.
9
turunanmu. Beri mereka makanan dan pakaian sehingga mereka bisa menjalankan
syariat Islam dan memegang teguh ajaran agama tanpa keraguan sedikitpun.
Agaknya sikap lembut, ucapan yang sejuk di telinga siswa (dengan menjauhkan
kata-kata seperti, bodoh), dan konsisten mengajak ke nilai-nilai yang benar adalah
ciri utama metode pendidikan Islam yang perlu dikembangkan lebih lanjut secara
detail kendatipun Tuhan telah Maha Mengetahui kekerasan hati Fir’aun yang tidak
akan bisa dirubah oleh ajakan kebenaran Musa as. Allah tetap memerintahkan Muasa
dan Harun untuk bersikap dan berkata lembut, qaulan layyina, karena selain secara
psikologis akan mengingatkan dan menyadarkan seseorang, sikap yang terakhir ini
sungguh Islami dan paedagogis serta perlu di tegakkan secara konsisten.9
9
Halim Purnomo, S. Pd. I, M. Pd. I, Model Reward Dan Punishment Perspektif Pendidikan Islam,
(Yogyakarta:2012), hlm. 95-97.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam perilaku guru,
dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.
Reward merupakan suatu perlakuan yang biasanya dilakukan dalam dunia pendidikan
yang mana membuat peserta didik merasa senang karena pekerjaan atau perbuatannya
mendapat penghargaan. Sedangkan punishment merupakan suatu perlakuan berupa
hukuman yang dibrikan kepada seseorang jika ia melanggar atau melakukan
penyimpangan.
Tujuan pemberian reward agar anak termotivasi untuk belajar lebih giat lagi
untuk mencapai prestasi terutama bagi anak yang malas dan anak juga terdorong untuk
melakukan perbuatan yang lebih baik lagi. Hukuman atau punishment diartikan sebagai
suatu bentuk sanksi yang diberikan pada anak, baik sanksi fisik maupun psikis apabila
anak melakukan kesalahan atau pelanggaran yang sengaja dilakukan terhadap peraturan
yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.
B. Saran
Dari makalah yang kami buat, kami menyadari bahwa masih ada terdapat
kekurangan baik dari segi penulisannya maupun materinya. Oleh karena itu kami
menyarankan adanya penilaian serta penjelasan lebih mendalam terkait materi yang di
bahas pada makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mardianto, dkk. (2017). Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment terhadap Penguasaan
Pelajaran Qur’an Hadits Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Manar, Medan: UIN
Sumatera Utara.
Mulia, Harpan Reski. (2017). Metode Reward Punishment Konsep Psikologi dan Relevansinya
dengan Islam Perspektif Hadis.
Nursyamsi. (2021). Konsep Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Pariaman: STIT
Syekh Burhanuddin.
Purnomo, Halim, dkk. (2012). Model Reward dan Punishment Perspektif Pendidikan Islam,
Yogyakarta: IKAPI.
Rinjani, Cintia. (2020). Metode Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Bukittinggi:
IAIN Bukittinggi.
Suhaimi, Ahmad. (2014). Hakikat Reward and Punishment dalam Pendidikan Islam, Malang:
UIN Maulana Malik Ibrahim.
12