Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TAFSIR AYAT TARBAWI

AYAT AL-QURAN TENTANG PUNNISHMENT DAN REWARD

Dosen Pengampuh : M. Yahuda, M.Pd

Disusun Oleh:

Nur Joan Sufilla

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PAUD)

UNIVERSITAS INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUHAMMAD AZIM

JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini denga judul “Ayat Al-Quran Tentang
Punnishment dan Reward”.
Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.
Yahuda, M.Pd yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada saya untuk mengemban
tugas makalah ini, dan tak lupa saya berterimakasi kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam mengerjakan tugas ini.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................................

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................

1. ..............................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................

Kesimpulan.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia hidup di dunia ini mengalami berbagai persoalan kehidupan yang
bermacam-macam. Ada kalanya merasakan kebahagiaan dan ada kalanya juga
merasakan kesedihan. Kebahagiaan dapat diperoleh dari hal-hal kecil seperti
mendapatkan sebuah hadiah dari orang terdekat. Semua orang pada umumnya akan
sangat senang apabila mendapatkan sebuah hadiah tertentu, kalaupun ada yang tidak
senang ketika diberikan sebuah hadiah, itu mungkin karena suatu alasan tertentu.
Sementara itu, kesedihan dapat diperoleh dari hal-hal yang kecil juga seperti
kehilangan suatu barang, atau karena dimarahi oleh orang tuanya karena suatu
kesalahan yang diperbuatnya dan bisa saja orangtua memberikan hukuman kepada
anaknya tersebut.
Mendidik anak memang tidaklah mudah, seorang pendidik tentu harus
mengetahui minat sang anak. Agar mampu memberikan dorongan motivasi kepada
anak. Dalam hal ini, pemberian hadiah (reward) dan pemberian hukuman
(punishment) menjadi sangat penting. Untuk mendidik anak, hukuman hanyalah salah
satu alat atau cara. Orang tua atau guru dapat menggunakan cara lain dalam mendidik
anak, misalnya memberikan teladan, memberikan hadiah atau pujian terhadap
tindakan yang baik, serta menciptakan situasi dan kondisi yang tanpa disadari
mengarahkan anak untuk melakukan sesuatu yang baik.
Reward dan punishment merupakan metode atau cara untuk mendidik seorang
anak agar menimbulkan perilaku yang baik dari si anak. Hukuman menunjukkan apa
yang tak boleh dilakukan murid atau anak, sedangkan reward atau hadiah
menunjukkan apa yang mesti dilakukan anak. Ketika melihat ini maka pemberian
reward dan punishment itu tentunya harus ditempatkan pada situasi dan kondisi yang
benar dan tepat.
Alternatif bentuk hadiah yang terbaik ternyata bukan berupa materi, tetapi
berupa perhatian baik verbal maupun fisik. Perhatian verbal bisa berupa komentar-
komentar pujian seperti, Subhanallah, Alhamdulillah, dll. Sementara hadiah perhatian
fisik berupa pelukan, elusan di kepala, acungan jempol atau sekadar terangkatnya alis
mata karena ekspresi kagum. Terkadang seseorang melihat hadiah atau reward hanya
berupa barang ataupun materi, padahal hadiah dapat berupa hal-hal kecil seperti
diatas.
Hadiah yang baik adalah hadiah yang dapat menumbuhkan motivasi si anak dan
mendorong anak untuk berperilaku baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Punnishment dan Reward
2. Tujuan Punnishment dan Reward
3. Macam – macam Punnishment dan Reward
4. Prinsip Punnishment dan Reward
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian punnishment dan reward
2. Mengetahui tujuan punnishment dan reward
3. Mengetahui macam – macam punnishment dan reward
4. Mengetahui prinsip punnishment dan reward
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PUNNISHMENT DAN REWARD


Reward dalam kamus bahasa Inggris mempunyai arti ganjaran, hadiah.
Menurut Suharsimi Arikunto, hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain
karena sudah bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki yakni peraturan
sekolah dan tata tertib yang telah ditentukan. Dalam bahasa arab, hadiah berasal dari
َ ‫ي َى َج ةَّد‬
kata ‫ي ِى‬ َ ‫ اَدا‬yang berarti hadiah atau pemberian.
Ketika membahas teori-teori pembelajaran dikenal efek yang dirasakan oleh
seseorang sebagai sesuatu yang menyenangkan, maka efek tersebut dikenal sebagai
reward atau hadiah. Sementara itu, Abdurrahman Mas‟ud mendefinisikan reward
adalah suatu pemberian penghargaan dalam arti luas dan fleksibel karena prestasi
seseorang. Dengan begitu maka dapat disimpulkan bahwa reward adalah pemberian
ganjaran atau hadiah kepada seseorang atas prestasinya yang sifatnya menyenangkan.
Punishment dalam bahasa Inggris artinya adalah hukuman atau siksaan
(Echols, Shadily, 2010). Dalam bahasa arab hukuman berasal dari kata ‫ قَاب ٌبَة ِع‬yang
berarti siksa (Yunus, 2010). Hukuman adalah sanksi fisik maupun psikis atas
kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan anak. Hukuman mengajarkan anak
tentang apa yang tidak boleh dilakukan, bukan apa yang harus dilakukan di masa
berikutnya (Susana dkk, 2007). Hukuman diberikan ketika seseorang telah melakukan
kesalahan ataupun melanggar peraturan yang telah ditetapkan.
Punishment banyak digunakan oleh orangtua ataupun guru ketika mendidik
anak. Orangtua terkadang memberi hukuman seperti, mengurangi uang saku,
memukul anak dan hukuman-hukuman lainya yang membuat anak merasa kesakitan
baik fisik maupun psikis. Hal ini sejalan dengan pendapat Ngalim Purwanto, bahwa
hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
seseorang (orangtua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran,
kejahatan atau kesalahan (Purwanto, 2007). Ketika anak menerima hukuman tersebut,
anak akan merasa bahwa dia menyesal ataupun menderita. Harapanya adalah anak
menjadi menurut kepada orangtuanya.
Punishment dalam istilah psikologi, terjadi tatkala muncul situasi deprivation
(kehilangan) atau pengalaman tidak enak yang ditimbulkan oleh satu kelompok atau
individu secara sengaja dengan merugikan kelompok lain yang disebabkan oleh
misdeed, pelanggaran atau kejahatan oleh kelompok pertama .Pada intinya
punishment 14 merupakan salah satu metode dalam pendidikan yang dapat digunakan
sebagai salah satu alat dalam mendidik tanggung jawab anak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa punishment adalah sanksi fisik maupun psikis kepada seseorang,
yang mengakibatkan penderitaan sehingga memunculkan pengalaman yang tidak
mengenakkan.
Hukuman dalam pendidikan menurut Ahmad tafsir memiliki pengertian yang
luas, mulai dari hukuman ringan sampai pada hukuman berat, sejak kerlingan yang
menyengat sampai pukulan yang agak menyakitkan. Sebenarnya, tidak ada ahli
pendidikan yang menghendaki digunakanya hukuman dalam pendidikan kecuali bila
terpaksa. Hadiah atau pujian jauh lebih dipentingkan ketimbang hukuman (Tafsir,
2008)
Ketika menggunakan metode reward perlu dipahami beberapa strategi agar
pemberian reward bisa efektif dan tepat sasaran. Asmaun Sahlan (2010) menjelaskan
beberapa strategi dalam memberikan reward diantaranya yaitu :
a. Menetapkan prosedur pemberian hadiah.
b. Mencari tahu hadiah apa yang menarik.
c. Sesuaikan dengan standar perilaku yang telah dicapai.
d. Mendistribusikan hadiah dengan adil.
e. Berilah hadiah pada waktu yang tepat.
Sementara itu penggunaan punishment juga harus dilakukan dengan hati-hati
dan mempertimbangkan beberapa hal. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika
memberikan hukuman menurut Ahmad Tafsir sebagai berikut :
1) Hukuman itu harus adil sesuai dengan kesalahan.
2) Berikan hukuman yang mendidik, tidak menyakiti badan dan jiwa.
3) Anak harus mengetahui mengapa ia dihukum.
4) Hukuman itu harus membawa anak kepada kesadaran akan kesalahanya.
5) Hukuman jangan sampai meninggalkan dendam pada anak
B. TUJUAN REWARD DAN PUNISHMENT
Reward dan punishment tidak dilakukan sembarangan. Perlu diketahui bahwa
Reward dan punishment memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan digunakanya
metode ini. Reward adalah pemberian hadiah ataupun ganjaran yang diberikan kepada
anak atau siswa karena telah melakukan sesuatu yang baik. Pada dasarnya, tujuan
pemberian hadiah hanyalah untuk pembiasaan semata, ketika pembiasaan telah
dicapai maka pemberian hadiah pun harus dikurangi (Istadi, 2005:).
Menurut Idris dan Marno (2008) ada beberapa tujuan pemberian reward diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar.
b. Membangkitkan, memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Mengarahkan perkembangan berfikir siswa ke arah berfikir divergen.
d. Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif
serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.
Sedangkan tujuan pemberian hukuman adalah seperti yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto (2007) , tujuan orang memberi hukuman itu bermacam-macam. Hal
ini sangat bertalian erat dengan pendapat orang tentang teori-teori hukuman sebagai
berikut :
1) Teori pembalasan. Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, hukuman
diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelainan dan pelanggaran yang
telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam
pendidikan di sekolah.
2) Teori perbaikan. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi
kejahatan. Jadi, tujuan hukuman itu ialah memperbaiki si pelanggar agar
jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi.
3) Teori perlindungan. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi
masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya
hukuman ini, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatanyang telah
dilakukan oleh si pelanggar.
4) Teori ganti kerugian. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti
kerugian-kerugian (boete) yag telah diderita akibat dari kejahatan atau
pelanggaran itu. Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup kuat,
sebab dengan hukuman semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa
bersalah karena kesalahanya itu terbayar denagn hukuman.
5) Teori menakut-nakuti. Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk
menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatanya
yang melanggar itu sehingga ia akan selalau takut melakukan perbuatan itu
dan mau meninggalkanya.

C. MACAM – MACAM REWARD DAN PUNISHMENT


a. Macam-macam reward
Banyak orang beranggapan bahwa reward identik dengan pemberian sesuatu yang
berbentuk barang. Akan tetapi, sebenarnya reward sangatlah banyak bentuk-
bentuknya. Berikut macam-macam reward yang dapat diberikan kepada anak :
1) Pujian
Pujian memiliki pengaruh yang besar pada seseorang apabila pujian
tersebut memperhatikan porsi yang proporsional. Terlebih pujian kepada
anak dan para pemuda, sebab mereka membutuhkan penghargaan,
penghormatan dan penerimaan sosial
2) Pemberian Hadiah
Suharsimi Arikunto membagi hadiah menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Peringkat dan simbol-simbol lain
Bentuk hadiah yang paling lazim digunakan adalah peringkat huruf
atau angka. Meskipun simbul-simbul lain seperti tanda bintang,
centang, tanda benar, dan lain-lain. Kadang-kadang juga digunakan
untuk siswa-siswi sekolah dasar dan menengah. Pemberian peringkat
dengan cara yang betul dan adil akan merupakan hadiah yang paling
tepat jika dikaitkan langsung dengan usaha siswa, prestasi dan
kemampuan
b) Penghargaan
Hadiah ini dapat berupa berbagai hal yang mempunyai arti adanya
“perhatian” kepada siswa. Misalnya saja siswa berhasil membuat
pekerjaan tangan atau hasil karya yang lain. Karena hasil tersebut
sangat menonjol dibandingkan dengan hasil karya siswa lain, maka
hasil tersebut dipamerkan di depan kelas atau dipertontonkan kepada
siswa-siswa lain. Dengan begitu maka siswa akan merasa bahwa kerja
keranya membuahkan hail yang baik dan dapat dibanggakan. Dan
untuk siswa lain, harapanya adalah mampu termotivasi untuk meraih
hasil yang lebih baik lagi.
c) Hadiah berupa kegiatan Hadiah berupa kegiatan adalah bahwa jika
guru memberikan kegiatan kepada siswa sebagai hadiah, ia harus
memberikan petunjuk secara jelas dan rinci bagaimana siswa telah
diberi “sesuatu yang istimewa” sebagai ganjaran atas keistimewaan
yang telah dilakukan. Sebelum melakukan kegiatan yang dihadiahkan
kepadanya, siswa harus tahu betul apa yang harus diperbuat sehingga
anak-anak lain dapat menghargai apa yang diperbuat sehingga anak-
anak lain dapat menghargai apa yang diperoleh temanya sebagai
keistimewaan
d) Hadiah berupa benda
Dalam memberikan hadiah yang berupa benda ini, guru dituntut
pertimbangan yang lebih cermat dibandingkan dengan pemberian
hadiah dalam bentuk-bentuk lain. Hadiah tersebut antara lain berupa:
makanan, uang, alat-alat tulis, buku-buku dan lain sebagainya.
Reward sangat bermacam-macam bentuknya seperti yang telah
dijelaskan di atas. Namun menurut Irawati Istadi, alternatif bentuk
hadiah yang terbaik ternyata bukan berupa materi, tetapi berupa
perhatian baik verbal maupun fisik. Perhatian verbal bisa berupa
komentar-komentar pujian seperti, Subhanallah, Alhamdulillah, dll.
Sementara hadiah perhatian fisik berupa pelukan, elusan di kepala,
acungan jempol atau sekadar terangkatnya alis mata karena ekspresi
kagum. Pemberian reward yang berbentuk barang tidak mungkin
dilakukan terus menerus, karena akan menimbulkan kebiasaan bagi
anak maupun siswa untuk mengharapkan hadiah. Perhatian dan
menghargai anak akan jauh lebih baik akibatnya.
b. Macam-macam punishment
Punishment atau hukuman sangat banyak bentuk-bentuknya. Orangtua
ataupun pendidik seringkali menggunakan hukuman dengan alasan memperbaiki
anak, tidak jarang mereka menggunakan cara yang sedikit keras. Namun,
Suharsimi Arikunto memberikan beberapa bentuk hukuman yang bisa digunakan
pendidik dalam menghukum anak. Dan berikut diantaranya:
1) Penurunan Skor atau Penurunan Peringkat
Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang paling banyak diterapkan
di sekolah. Terutama ketika diterapkan ketika siswa terlambat datang,
tidak ataupun terlambat mengumpulkan tugas.
2) Pengurangan Hak
Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang paling efektif karena
dapat digunakan sesuai selera siswa. Dengan demikian, guru dituntut
mengamati dengan teliti supaya dapat dengan tepat memilihkan
pengurangan hak yang tepat bagi setiap siswa
3) Hukuman Berupa denda
Jenis hukuman yang berupa denda ini di Indonesia merupakan sesuatu
yang masih kurang atau tidak lazim. Yang dimaksud dengan “denda”
dalam hal ini memnag tidak berupa uang, tetapi lebih banyak mempunyai
makna “pembayaran” dalam bentuk pada umumnya berupa pengulangan
pekerjaan.
4) Pemberian Celaan
Pemberian hukuman ini biasanya digabungkan dengan hukuman
lainya. Siswa yang melanggar peraturan penting yang diperuntukan bagi
siswa akan mendapat celaan. Hukuman ini guru menuliskan kesalahan
siswa dalam buku catatan khusus. Umumnya pemberian hukuman ini
hanya untuk siswa yang melanggar peraturan beberapa kali.
5) Penahanan Sesudah Sekolah
Hukuman ini hanya dapat diberikan apabila siswa disuruh tinggal di
sekolah setelah jam usai dan ditemani oleh guru. Hukuman jenis ini
biasanya diberikan kepada siswa yang terlambat datang, absen yang tidak
dimaafkan atau melanggar peraturan sekolah yang dianggap penting atau
tata tertib kelas.
6) Penyekoresan
Hukuman jenis ini merupakan hukuman yang “berat”, terutama karena
menyangkut aspek administratif siswa. Penyekoresan merupakan
pencabutan hak sebagai siswa untuk sementara kepada siswa sehingga ia
tidak mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana siswa lain.
Penyekoresan ini sifatnya berat, oleh karena itu hukuman ini hanya
dilakukan apabila memang ada kesalahan yang sifatnya berat
7) Referal
Istilah “referal” ini terkenal dalam bidang bimbingan dan penyuluhan.
Apabila pembimbing tidak mampu, atau merasa bahwa ia memerlukan
bantuan dari pihak lain untuk menangani klienya, maka pembimbing
tersebut dapat “mengirim” klien yang sedang ditangani orang lain,
misalnya dokter, polisi dan sebagainya.
Meskipun hukuman bisa saja kehilangan efektifitasnya, pengalaman
dalam penelitian dan dalam pengajaran sama-sama menyatakan bahwa
terkadang bisa saja membantu mengelola beberapa perilaku bermasalah
tertentu. Untuk meminimalisasikan pengaruh negatif dari hukuman, para
guru harus mengikuti beberapa panduan seperti yang dikemukakan oleh
Kelvin Seifert (2010) berikut :
a) Gunakan hukuman dengan hemat. Hukuman akan mengalami
peningkatan efektifitas ketika ia mengalami peningkatan frekuensi,
dan dalam berbagai kasus, tidak selalu bersifat etis.
b) Jelaskan alasan mengapa anda memberikan hukuman. Tanpa
sebuah alasan yang rasional, para siswa sangat mungkin akan
mengarah pada kesimpulan yang salah tentang situasi yang mereka
alami. Sebagai 23 contoh, mereka bisa jadi menyimpulkan bahwa
mereka, dan bukan perilaku mereka yang buruk.
c) Persiapkan. Sebuah cara alternatif dalam meraih penguat motivasi
yang positif. Mengingat penguat motivasi positif memiliki
pengaruh negatif yang lebih sedikit, para siswa harus selalu
mendapatkan kesempatan untuk menerima penguat motivasi yang
demikian.
d) Jika memungkinkan, anjurkan perilaku yang berkebalikan dari
perilaku buruk yang dilakukan para siswa. Misalnya, jika seorang
anak berlari kesana dalam ruang kelas, temukan sebuah alternatif
konstruktif yang lebih berprluang menghalangi perilaku tersebut
(seperti, membaca dengan tenang), ketimbang perilaku yang
mungkin bisa berkombinasi dengan perilaku buruk sebelumnya.
e) Jika memungkinkan, hindari hukuman fisik. Mengingat para guru
hanya memberikan hukuman dengan hemat (poin a diatas), maka
beberapa bentuk hukuman seharusnya tidak perlu digunakan.
Termasuk hukuman secara fisik.
f) Berikan hukuman pada saat sebuah perilaku buruk dimulai dan
bukan pada saat perilaku tersebut selasai. Secara umum, penelitian
terhadap anak-anak menunjukkan fakta bahwa hukuman akan
bekerja lebih efektif pada saat perilaku tersebut sudah dimulai.
Hukuman pada dasarnya bertindak sebagai pencegah perilaku yang
kurang baik dari anak ataupun kesalahan yang dilakukan oleh anak.
Namun tidak jarang hukuman juga dapat menimbulkan efek
negatif atau 24 akibat yang kurang baik dari hukuman tersebut.
Menurut Ngalim Purwanto (2007) ada beberapa efek yang
diakibatkan oleh hukuman, dan berikut diantaranya :
a. Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum.ini adalah
akibat dari hukuman yang sewenang-wenang dan tanpa
tanggung jawab. Akibat semacam inilah yang harus
dihindari oleh pendidik.
b. Menyebabkan anak menjadi lebih pandai menyembunyikan
pelanggaran. Ini pun akibat yang tidak baik, bukan yang
diharapkanoleh pendidik.
c. Memperbaiki tingkah laku si pelanggar. Misalnya yang
suka bercakapcakap di dalam kelas, karena mendapat
hukuman, mungkin pada akhirnya berubah juga
kelakuanya.
d. Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan
salah. Oleh karena kesalahanya dianggap telah dibayar
dengan hukuman yang telah dideritanya.
e. Memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan
kebaikan. Biasanya ini adalah akibat dari hukuman
normatif. Sering hukuman yang demikian tidak
memperlihatkan akibat yang nyata kelihatan.
D. PRINSIP REWARD DAN PUNISHMENT
a. Prinsip-prinsip Pemberian Reward
1) Penilaian didasarkan pada perilaku bukanya pelaku
Bagi yang belum terbiasa, tentunya masih sulit untuk
membedakan antara pelaku dengan perilaku. Perbedaanya adalah.
Perilaku bisa baik dan dan bisa salah, tetapi pelaku senantiasa tetap
baik.
2) Hadiah harus ada batasanya.
Pemberian hadiah tidak bisa menjadi metode yang
dipergunakan selamanya. Proses ini cukup difungsikan hingga tahapan
menumbuhkan kebiasaan saja. Hal terpenting yang harus dilakukan
adalah memberikan pengertian sedini mungkin kepada anak tentang
pembatasan ini. Sampaikan dalam berbagai kesempatan, bahwa tujuan
pemberian hadiah hanyalah untuk menumbuhkan pembiasaan semata.
Pengertian ini harus disampaikan seawal mungkin, untuk menghindari
tumbuhnya harapan anak yang terlalu besar terhadap perolehan hadiah
ini.

3) Distandarkan pada proses bukan hasil


Begitu banyak orang lupa, bahwa proses jauh lebih penting
daripada hasil. Proses pembelajaran, yaitu usaha yang dilakukan anak,
adalah merupakan lahan perjuangan yang sebenernya. Sedangkan hasil
yang akan diperoleh nantinya tidak bisa dijadikan patokan
keberhasilanya, karena ada banyak faktor lain yang mempengaruhi
selain dari pengaruh proses atau usaha anak saja. Jadi, ketika
memberikan hadiah harus memperhatikan proses anak dalam
mendapatkan hasil tersebut.
4) Dimusyawarahkan kesepakatanya
Jangan takut untuk bermusyawarah dengan anak, karena sesungguhnya
anak memiliki kemampuan berdialog yang baik. Tetapi yang lebih
penting dari semua itu, jika pendidik berhasil melibatkan anak dalam
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan diri mereka, maka mereka
akan lebih termotivasi untuk melakukanya, dan lebih mudah menjaga
serta mematuhinya.
b. Prinsip-prinsip Pemberian Punishment
1) Menjaga kesetimbangan antara hukuman dan hadiah
Orang tua atupun pendidik terkadang hanya terfokus untuk
memperbaiki perilaku anak yang salah dengan cara memberikan
hukuman. Sebaliknya perbuatan baik anak dibiarkan saja, tidak
diperhatikan, tidak diberikan perhatian positif maupun hadiah, pujian
ataupun yang lainya. Hal inilah yang harus jadi bahan pertimbangan
dan diperhatikan. Bahwasanya, hadiah dan hukuman haruslah
seimbang penggunaanya dan disesuaikan penggunaanya.
2) Menghukum tanpa emosi
Kesalahan yang paling sering dilakukan orangtua dan pendidik adalah
ketika mereka menghukum anak disertai dengan emosi kemarahan,
atau bahkan emosi kemarahan itulah yang menjadi penyebab
timbulnya keinginan untuk menghukum. Dalam kondisi ini, tujuan
sebenarnya dari pemberian hukuman yang menginginkan adanya
penyadaran agar anak tak lagi melakukan kesalahan, menjadi tidak lagi
efektif.

3) Menyepakati hukuman
Sama seperti metode pemberian hadiah yang harus dimusyawarahkan
dan didialogkan terlebih dahulu, maka begitu pula yang harus
dilakukan sebelum memberikan hukuman. Inisiatif orangtua dan
pendidik utuk mendialogkan hal ini demi memperoleh kesepakatan,
merupakan tindakan yang menghargai anak sebagai seorang pribadi.
Ketika telah ada kesepakan sebelumnya dengan anak, maka harapanya
adalah sang anak sadar akan konsekuensi yang harus diterima apabila
melakukan kesalahan sesuai dengan kesepakatan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Reward dan punishment dalam pendidikan Islam diperbolehkan, terbukti
dengan adanya hadits yang menjelaskan bahwa memukul anak yang tidak
melaksanakan shalat ketika sudah berumur sepuluh tahun. Lebih dari itu,
dilihat dari fakta sejarah yang telah penulis dapatkan, dalam lembaga
pendidikan Islam dahulu juga sudah ada yang mencantumkan hukuman dalam
kurikulum pembelajaranya, dengan catatan hukuman tersebut bukanlah
hukuman yang berupa hukuman fisik yang berlebihan.
2. Meskipun menghukum anak diperbolehkan dalam pendidikan Islam dan masih
relevan penggunaanya, namun pendidik maupun orang tua juga harus
memperhatikan dan memahami bahwa memberi hukuman kepada anak tidak
boleh bertentangan dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia saat ini
yaitu undang-undang perlindungan anak. Ini artinya hukuman yang diberikan
tidak boleh bersinggungan dengan hukuman fisik, akan tetapi tujuan daripada
hukuman tersebut adalah tetap memotivasi anak untuk berbuat baik.
B. Saran
Sebagai bahan pertimbangan bagi pendidik, orang tua ataupun guru, terlebih
bagi anak ataupun siswa. Penulis ingin memberikan sumbang saran untuk lebih
memahami bagaimana proses pembelajaran yang baik menggunakan metode reward
dan punishment sebagaimana berikut :
1. Pemberian reward kepada anak harus ada batasnya, karena semakin sering
digunakan maka akan berkurang efek pemberian reward tersebut. Pendidik
juga haruslah lebih berhati-hati dalam memberikan hukuman kepada anak.
Jangan sampai hukuman yang diberikan menjadikan anak benci kepada kita
karena rasa sakit atau trauma yang mendalam terhadap hukuman tersebut.
2. Untuk menunjang proses pembelajaran antara pendidik dengan anak harus ada
tanggung jawab dari masing-masing pihak mengenai hak dan kewajibanya.
Hal ini menjadi penting, agar masing-masing pihak memahami apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sehingga baik pendidik
ataupun murid menjadi berhati-hati dalam bertindak karena mengetahui batas-
batas yang harus dipatuhi.
3. Sebaiknya dalam pendidikan Islam digunakan cara-cara yang lebih islami
dalam mendidik karena Islam memiliki sumber hukum utama yaitu Al-Qur‟an
dan Hadits. Kalaupun menghukum anak, maka cara menghukumnya harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan ajaran Rasulullah dan sesuai syari‟at
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Yogyakarta :
Rieneka Cipta.
Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta
Istadi, Irawati. 2005. Agar Hadiah dan Hukuman Efektif, Jakarta : Pustaka Inti.
Idris, M dan Marno. 2008. Strategi dan Meode Pengajaran. Yogyakarta : Ar-ruzz Media
Susana, Tjipta dkk.2007. Mempertimbangkan Hukuman Pada Anak, Yogyakarta :Kanisius.
Purwanto, Ngalim.1990. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai