DOSEN PENGAMPU :
Oleh :
Kelompok 6
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwr.wb
Puji syukur senantiasa Kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan taufiq-
Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “HADIST SUNNAH,
KHABAR DAN ASAR”
Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada ibu DR. Lily
Arliya, M.Si selaku guru mata pelajaran ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN, yang
senantiasa membimbing dan menyumbangkan ilmunya kepada kami. Tak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan juga semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.
Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu Saya sangat mengharapkan kritik dan saran atas penulisan makalah ini
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca .
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I .....................................................................................................................................5
PENDAHULUAN ..................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................5
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................5
BAB II ...................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ....................................................................................................................6
2.1 Epistimologi .................................................................................................................6
2.2 Tahapan Perkembangan Pemikiran Manusia .................................................................7
2.2.1 Tahap Primitif/Mitos ..............................................................................................7
2.2.2 Tahap Metafisik .....................................................................................................7
2.2.3 Tahap Positivistik ...................................................................................................8
2.3 Observasi (Burhani) ......................................................................................................8
2.3.1 Langkah-langlah metode Observasi ........................................................................9
2.4 Eksperimen (Ijbari) .......................................................................................................9
2.4.1 Karakteristik Eksperimen ..................................................................................... 10
2.4.2 Langkah-Langkah Metode Eksperimen ................................................................ 10
2.5 Rasional (Jadali) ......................................................................................................... 12
2.5 Debat ...................................................................................................................... 13
2.5 Kritik ...................................................................................................................... 13
2.5 Komparasi............................................................................................................... 14 4
2.5 Analogi...............................................................................................................
2.6 Epistimologi menurut barat dan islam .......................................................................
2.6.1 Epistimologi barat
2.6.2 Epistimologi islam
BAB II ...................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................ 26
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 26
3.2 Saran .......................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Keilmuan adanya yang namanya metode penelitian. Metode penilitian inilah yang
digunakan ilmuan-ilmuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuaannya. Dibarat sendiri metode
penelitiannya Atau secara umum atau garis besarnya menggunakan metode penelitian Observasi,
Eksperimen, dan Rasional atau dalam bahasa arab secara berurutan yaitu : Burhani, Ijbari dan
Jadali.
Metode penelitian itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil
yang Baik atau tepat diperlukan orang-orang yang mahir dibidangnya untuk melakukan
penelitian itu. Lalu bagaimana pandangan Islam terkait metode penelitian yang digunakan oleh
barat ? apakah sesuai dengan Islam atau bertentangan ?. maka dari itu kami selaku kolompok
yang menyusun makalah ini akan menjelaskan metode penetilian di barat dan Islam sesuai
dengan pendapat-pendapat ahli yang kami rangkum dalam makalah ini
1.3 Tujuan
3. Mengetahui dan mengerti dan membedakan pendapat barat dan Islam tentang
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Epistimologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme, yang berarti pengetahuan
(knowledge) dan logos yang berarti ilmu. Jadi menurut arti katanya, epistemologi ialah ilmu
yang membahas masalah-masalah pengetahuan. Pengertian epistemlogi dari segi istilah tidak
disinggung secara langsung. Dalam hal epistemologi ini ia hanya mengatakan sebagai
berikut:
Dari penjelasan itu, Abuddin nata dalam bukunya menjelaskan bahwa Epistimologi
itu membahan tentang bagaimana ilmu itu dibentuk, disusun, dengan mengamati berbagai
faktor yang menyebabkannya, yakni dengan mempelajari faktor penyebabnya kemudian
disusun dengan sistematis dan kmprehensif
Sementara itu dalam buku “Epistimologi Islam : Telaah Bidang Fiqih dan Ushul
Fiqh ” yangditulis Nirwan Hamid menjelaskan buku ini bukan tentang epistimologi ilmu
namun pada ushul fiqhnya yang merupkan salah satu disiplin ilmu Islam yang telah berjasa
meletakkan dasar episte metodologi pemikiran Islam. Ia telah memberikan konstruksi final
bagi epis temologi Islam. Dalam ilmu ini, kekuatan wahyu dan akal digabungkan menjadi
satu, sehingga membentuk satu bagunan yang dinamakan epis temologi Islam.
Lebih lanjut Abuddin Natta dalam bukunya Islam dan Ilmu Pengetahuan, 2018
menyimpulakan berbagai pendapat itu menjadi, bahwa epistimologi ilmu itu adalah asal-
usul terbentuk nya ilmu, cara-cara yang ditempuh dalam mengontruksi ilmu , dan cara
meneliti dan mengembangkan ilmu.
Masyarakat primitive menjelaskan tentang asal usul segala sesuatu yang terjadi di
dunia ini sebagai berasal dari kekuatan gaib yang misterus dan menguasainya, yang
membuat manusia tidak berdaya dan lemah dihadapannya; dan menerima dengan pasrah
5
atas cerita mitologi yang menjelaskan penguasan alam oleh makhluk gaib itu. Pancaindra
dan akal manusia pada tahap primitive ini belum difungsikan; semuanya dikembalikan pada
keyakinan hati nurani yangsulit dibuktikan secara empiris dan rasional.
Jujun S. Suriasumantri mengatakan bahwa epistemology atau cara mendapatkan
pengetahuan masyarakat primitive cukup dengan mempercayai adanya kekuatan gaib yang
menguasai alam jagat raya ini melalui keyakinan hati nuraninya. Mereka membiarkan atau
melestarikan alam semesta dengan sungguh-sungguh. Namun pada saat yang bersamaan
hidup mereka sangat sederhana, kekayaan alam yang melimpah ruah tidak dapat menolong
menyejahterakan mereka (Suriasumantri, 1998).
Pada tahap metafisis ditandai oleh usaha manusia untuk mencoba menafsirkan
dunia ini terlepas dari belenggu mitos. Berkembanglah lalu pengetahuan yang berakar
pada pengalaman yang berdasarkan pada akal sehat (common sense) yang didukung
oleh metode mencoba-coba (trial and error). Perkembangan ini menyebabkan
tumbuhnya pengetahuan yang disebut “seni terapan” (applied arts) yang mempunyai
kegunaan langsung dalam kehidupan badani sehari-hari disamping “seni halus” (fine
arts) yang bertujuan untuk memperkaya spiritual (Suriasumantri, 1998).
Pada tahap ini, hal-hal yang berbau mistik, mitologi atau keyakinan apapun sudah
digeser; “Tuhan sudah tidak diperlukan lagi”. Dengan metode observasi dan
eksperimennya, masyarakat ilmiah sudah menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diyakini dapat mengatasi, menjawab, dan memenuhi kehidupannya. Dengan
adanya penelitian observasi dan eksperimen, maka rahisa alam jagat raya dimulai dari
benda-benda padat, benda-benda cair, gas, udara, atmosfer, ruang angkasa, tumbuh-
tumbuhan dan binatang serta manusia dapat diketahui, dikenali, diidentifikasi,
dikategorisasi, diberi label, nama, teori, dan seterusnya.
6
2.3 Observasi (Burhani)
Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan.
Secara luas observasi ditujukan pada kegiatan memperhatikan fenomena secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut (Poerwandari, 2001). Pengalaman harus larut dalam situasi realistis dan
alami yang sedang terjadi (Kerlinger, 2003). Dan dengan memperhatikan kejadian, gejala
atau sesuatu secara pokus (Emzir, 2010). Sementara orang yang melakukan pengalaman
tersebut sebagai observer.
7
memprediksi kemungkinan, kelebihan dan kekurangan dari observasi yang
dilakukan.
5. Melakukan penngulangan observasi agar memperoleh validitas dan reabilitas hasil
observasi yang didapat.
6. Membuat fieldnotes dari perilaku yang diobservasi untuk mencari keterkaitan
antara perilaku satu dengan perilaku lainnya agar dapat menarik benang merah dari
keterkaitan antara perilaku yang satu dengan yang lainnya.
7. Membuat gambaran apa saja yang akan diobservasi, kemudian melakukan
penggabungan antara perilaku lingkungan dan informasi agar dapat memperoleh
gambaran secara lebih komprehensif.
8. Melakukan pencatatan deskriptif fieldnotes dan reflektif fieldnotes.
Setelah obsrvasi selesai peneliti tidak boleh meninggalakan lokasi begitu saja. Secara etika,
kita sudah banyak dibantu oleh orang yang ada disekitar lokasi penelitian. Oleh sebab itu,
izin untuk pamit dan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu kita melakukan
observasi (Nasution, 2003)
Percobaan atau disebut juga eksperimen diambil dari bahasa latin ex-periri yang
berarti menguji coba, yang berarti menguji coba seuatu teori atau hipotesa untuk
mengetahui kebenarannya.
Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri
khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-
penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih
dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol
secara ketat
Wiersma (1991) dalam Emzir (2010) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi
penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel
eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Arikunto (2006) mendefinisikan
eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal)
antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Berdasarkan pendapat
ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa metodologi eksperimen merupakan suatu
8
metode atau cara yang digunakan dalam penelitian untuk mencari hubungan sebab akibat
antara dua faktor yang sengaja di manipulasi oleh penelit
9. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk
menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain
dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh
perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
10. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami
kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke
dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari
variabel.
10
2.5 Rasional (Jadali)
Metode ini dipakai dalam mencapai pengetahuan pendidikan Islam, terutama yang
bersifat apriori. Akal memberi penjelasan-penjelasan yang logis terhadap suatu masalah,
sedangkan indera membuktikan penjelasan-penjelasan itu.
(Mujamil, 2005)
2.5 Debat
Debat atau yang disebut dengan sawala adalah kegiatan adu argumentasi antara dua
pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok dalam mendiskusikan serta
memutuskan masalah dan perbedaan yang timbul. Dalam Islam debat disebut jadal/jidal.
2.5 Kritik
2.5 Komparasi
1. Definisikan masalah.
2. Lakukan penelaahan kepustakaan.
3. Rumuskan hipotesis-hipotesis.
4. Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-
prosedur yang akan digunakan.
5. Rancang cara pendekatannya:
Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang
relevan.
Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data
Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasikan data yang jelas, sesuai
dengan tujuan studi, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling
hubungan..
6. Validasikan teknik untuk mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya
dalamcarayangjelasdancermat
2.5 Analogi
12
a) persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan; kias:
b) Ling kesepadanan antara bentuk bahasa yang menjadi dasar terjadinya bentuk lain;
c) Mik sesuatu yang sama dalam bentuk, susunan, atau fungsi, tetapi berlainan asal-
usulnya sehingga tidak ada hubungan kekerabatan;
d) Sas kesamaan sebagian ciri antara dua benda atau hal yang dapat dipakai untuk
dasar perbandingan;
Sehingga dapat disimpulkan bahwa analogi merupakan suatu proses penalaran dengan
menggunakan perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat persamaan dari dua
hal yang di perbandingkan tersebut sehingga dapat digunakan untuk memperjelas suatu
konsep.
3. Ruang lingkup ajaran agama Islam bukan hanya mengatur urusan manusia
dengan Tuhan, urusan akidah, ibadah, dan akhlak, atau urusan agama,
kerohanian dan keakhiratan semata, melainkan juga mengatur urusan
keduniaan dan kemasyarakatan seperti social, ekonomi, politik, budaya, ilmu
pengetahuan dan sebagainya
4. Seajalan dengan pemikiran tersebut, maka jika Islam sebagai agama yang
memperhatikkan, mendorong, dan mengembangkan ilmu pengetahuan baik
secara normative maupun empiris, maka sudah dapat dipastikan bahwa di
dalam Islam juga terdapat hal-hal yang berkaitan dengan epistemologi ilmu
pengetahuan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami sebagai pemakalah mengetahui bahwa makalah yang kami buat masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami sebagai pemakalah meminta maaf dan
meminta pembaca memberikan saran untuk kami agar kami dapat memperbaiki
kukarangan- kekurangan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Adian, Donny Gahral dan Muhammad Iqbal. 2003. Menyoal Objektivisme Ilmu
Pengetahuan:
Cohen, Ronald and Mark E. Swerdlik. 2010. Psychology Tenting and Assessment. Mc Graw
Hill Higher Education: United State
15
Kerlinger, Fred N. 2003. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta :Universitas Gajah
Mada Press
Listyono Santoso. 2010. “Kritik Hassan Hanafi Atas Epistemologi Rasionalitas Modern.”
In Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Muslih, Mohammad, and Mansur Zahri. 2010. Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar,
Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar
mediagroup
Ni‟matuzahroh & Susanti. 2018. Observasi : Teori dan Aplikasi dalam Psikologi. Malang :
UMMPress
Payadnya, I Putu A & Jayantika, I Gusti A. 2018. Panduan Penelitian Eksperimen Beserta
Analisis Statistik dengan SPPS. Yogyakarta : Deepublish.
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1