TEORI BEHAVIORISME
Disusun oleh :
Kelompok 4
KELAS/SEMESTER : B/2
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
tugas mata kuliah psikologi pendidikan, sholawat serta salam tetap terlimpahkan
keharibaan baginda nabi besar Muhammad SAW yang membawa risalah yang tak
pernah salah dan mengemban amanah yang tak pernah khianat sehingga berkat
perjuangan beliau lah sehingga ala mini menjadi tentram, aman, dan sejahtera.
Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai
pihak dengan memberi dorongan dan semangat.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori dan Pengertian Behaviorisme 2
2.2 Tokoh-tokoh Teori Behaviorisme 4
2.2.1 Edward Lee Thorndike (1874-1949) 4
2.2.2 Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) 5
2.2.3 Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) 6
2.3 Prinsip-prinsip Belajar Behaviorisme 10
2.4 Analisis Tentang Teori Behaviorisme 11
2.5 Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap Pembelajaran Siswa 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 15
Daftar Pustaka 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
penting untuk melihat terjadi atau tidak nya perubahan tingkah laku
tersebut.
Dalam proses pembelajaran input ini bisa berupa alat peraga,
gambar-gambar, atau cara-cara tertentu untuk membantu proses belajar.
Teori belajar Behavioristik memandang individu sebagai makhlukreaktif
yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka.Belajar merupakan perubahan perilaku
dan penge-tahuan yang relatif lama dari hasil praktek maupun penga-
laman. Ada beberapa poin kunci untuk membahas hal tersebut dikutip dari
Kusmintardjo dan Mantja.
Pertama, belajar menghasilkan perubahan. Pengalaman anda
tentang bagaimana melakukan sesuatu di sekolah telah berubah melalui
belajar yang diawali sejak menjadi murid baru. Demikian halnya perilaku
dokter berubah ketika dia mampu menyembuhkan pasien.
Kedua, perubahan dalam pengetahuan atau perilaku terjadi dalam
waktu yang relatif permanenatau cukup lama. Ketika pertama kali anda
mendaftarkan diri ke sekolah, anda menanyakan kepada teman anda
tentang bagaimana cara pengisian borang pendaftaran, maka hal itu bukan
belajar karena tidak ada suatu perubahan permanendalam cara pendaftaran.
Demikian halnya, dokter yang menangani pasien. gawat darurat karena
kecelakaan juga bukan belajar karena tidak ada perubahan yang
permanendalam penanganan tersebut.
Ketiga, belajar merupakan hasil dari praktek atau melalui
pengalaman melihat orang lain. Pikirkan kembali ketika anda belajar cara
mengemudi mobil. Hanya dengan melalui praktek anda akan
menguasainya. Demikian halnya dengan praktek dan pengalaman, seorang
sekretaris belajar bagaimana cara penggunaan software baru, belajar
seorang analis keuangan belajar implikasi hukum pajak yang baru,
insinyur belajar bagaimana cara mendesain kendaraan yang efisien, dan
pramugari belajar bagaimana cara menghidangkan makanan di atas
pesawat. Dengan demikian,dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan
yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya.
3
2.2 Tokoh-tokoh teori Behaviorisme
4
1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah
laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan
semakin kuat.
3. Hukum akibat (law of effect),yaitu hubungan stimulus respon
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
5
menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing
mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
4. .CR (conditioning respons):respons bersyarat, yaitu rerspon yang
muncul dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena
anjing mendengar bel.
6
c. Menolak menggunakan metode statistikal, mendasarkan
pengetahuannya pada subyek tunggal atau subyek yang sedikit namun
dengan manipulasi eksperimental yang terkontrol dan sistematis.
Konsep-konsep utama:
1. Proses operant conditioning:
a. Memilah perilaku menjadi respondent behavior dan operant
behavior. Respondent terjadi pada kondisioning klasik,
dimana reinforcement mendahului UCR/CR. Dalam kondisi
sehari-hari yang lebih sering terjadi adalah operant
behaviordimana reinforcement terjadi setelah respons.
b. Positivedan negative reinforcers(kehadirannya PR
menguatkan perilaku yang muncul, sedangkan justru
ketidakhadiran NR yang akan menguatkan perilaku).
c. Extinction: hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya
reinforcers
d. Schedules of reinforcement, berbagai variasi dalam
penjadwalan pemberian reinforcement dapat meningkatkan
perilaku namun dalam kadar peningkatan dan intensitas yang
berbeda-beda (Lundin, 1991)
e. Discrimination: organisma dapat diajarkan untuk berespon
hanya pada suatu stimulus dan tidak pada stimulus lainnya.
f. Secondary reinforcement, adalah stimulus yang sudah
melalui proses pemasangan/kondisioning dengan
reinforcerasli sehingga akhirnya bisa mendapatkan efek
reinforcementsendiri.
g. Aversive conditioning, proses kondisioning dengan
melibatkan suasana tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan
dengan punishment. Reaksi organisme adalah escape atau
avoidance.
2. Behavior Modification adalah penerapan dari teori Skinner, sering
juga disebut sebagai behavior therapy.Merupakan penerapan dari
shaping(pembentukan TL bertahap), penggunaan positive
7
reinforcementsecara selektif, dan extinction. Pendekatan ini
banyak diterapkan untuk mengatasi gangguan perilaku.Kritik
terhadap Skinner:
a. Pendekatannya yang lebih bersifat deskriptif dan kurang
analitis dianggap kurang valid sebagai sebuah teori.
b. Validitas dari kesimpulan yang diambilnya yang merupakan
generalisasi berlebihan dari satu konteks perilaku kepada
hampir seluruh perilaku umum.
c. Pandangan ‘empty organism’ mengundang kritik dari
pendukung aspek biologis dan psikologi kognitif yang
percaya pada kondisi internal mansuia, entah itu berupa
proses biologis atau proses mental.
Teori Behaviorisme10Manajemen kelas menurut Skinner adalah
berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification)antara
lain dengan proses penguatan (reinforcement)yaitu memberi penghargaan
pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yang tidak tepat.Operant Conditioningatau pengkondisian
operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.Perilaku operan
adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas Skinner
membuat eksperiment sebagai berikut: dalam laboratorium. Skinner
memasukkantikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut
”Skinner box”yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu
tombol, alat pembeli makanan, penampung makanan, lampu yang dapat
diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.Karena dorongan
lapar (hunger drive),tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja
ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan
makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan
si tikus, proses ini disebut shaping.Unsur terpenting adalah penguatan
(reinforcement).Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui
8
ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat
meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan
penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau
menghilang.Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain(Kusmintardjo
dan Mantja, 2011):
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah
dibetulkan, jika benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya
hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio
reinforcer.
g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.Beberapa kekeliruan dalam
penerapan teori, Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah
satu cara untuk mendiskripsikan siswa menurut Skinner hukuman
yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari
perbuatannya misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan
merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verba
maupun fisik seperti : kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru
berakibat buruk pada siswa. Selain itu kesalahan dalam
reinforcement positif juga terjadi di dalam situasi pendidikan seperti
penggunaan rangking juara di kelas yang mengharuskan anak
menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi
penguatan sesuai dengan kemampun yang diperlihatkan sehingga
dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi
yang ditunjukkan para siswa, misalnya: penghargaan di bidang
9
2.3 Prinsip-Prinsip Belajar Behaviorisme
Reinforcement(penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku
disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang
tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan
hukuman (punishment).
1) Penguatan positif dan negative
Pemberian stimulus positif yang diikuti respon disebut
penguatan positif. Sedangkan mengganti peristiwa yang dinilai
negatif untuk memperkuat perilaku disebut penguatan negative.
2) Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan fisik. Sedangkan penguatan sekunder
adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy)
Penguatan hendaknya diberikan segera setelah perilaku
muncul karena akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh
lebih baik dari pada pemberian penguatan yang diulur-ulur
waktunya.
10
4) Pembentukan perilaku (Shapping)
Menurut skinner untuk membentuk perilaku seseorang
diperlukan langkah-langkah berikut :
1. Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-
tahapan yang lebih rinci.
2. Menentukan penguatan yang akan digunakan.
3. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang
semakin dekat dengan perilaku yang akan dibentuk.
5) Kepunahan (Extinction)
Kepunahan akan terjadi apabila respon yang telah terbentuk
tidak mendapatkan penguatan lagi dalam waktu tertentu.
11
memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan
behaviorisme hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat
diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behaviorisme juga cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan
teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping,
yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Padahal banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses
belajar. Jadi teori belajar tidak sesederhana yang dilukiskan teori
behaviorisme. Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori
behaviorisme memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman
dalam kegiatan pembelajaran.
Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative
reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk berpikir dan
berimajinasi. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting
dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak
sependapat dengan Guthrie, yaitu:
a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara.
b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
c. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain
(meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan
kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-
hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang
diperbuatnya. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut
sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan
hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus
diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda
dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
12
stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin
kuat. Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan
kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan,
maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak
mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi
(bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa
untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan
positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk
memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif
menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar
memperkuat respons.
13
merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas
pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti
kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku
dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau
hukuman masih sering dilakukan.Aplikasi teori behaviorisme dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah
obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang
belajar atau siswa. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak
struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan di pilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar
atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara, begitu definisi pendidikan yang terkandung dalam ketentuan
umum di Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).
15
kenyataan dilapangan, untuk mengadakan pendekatan inovatif untuk
diupayakan keterlaksanaannya dalam proses pembelajaran. Namun
kesiapan dari berbagai unsur sistem pendidikan menjadi faktor
penentunya. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan yang relevan dengan
tuntutan perubahan harus didukung oleh semua pelaku pendidikan
termasuk komponen pendidikan yang lain.
16
DAFTAR PUSTAKA
17