Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INOVASI PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perencanaan dan Desain Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu:
Khoirul Fuad., M.Pd.I

Disusun oleh:

Alfian Mujayadil Khobir


Muhammad Miftahur Rohim
Laili Tsamrotul Hasanah
Maharani Nubdzah Fithrothy

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK - KERTOSOSNO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas berkat rahmat dan
nikmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentan “Inovasi Perencanaan Pembelajaran PAI”
yang penyusun sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penyusunan
makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Perencanaan dan Desain
Pembelajaran PAI pada semester 5 di Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ula
Nglawak, Kertosono .
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penyusunan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima


kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada dosen kami, Bapak Khoirul Fuad, M.Pd.I,. yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Semoga Allah SWT. selalu meridhoi langkah kita semua.
Amiin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Nganjuk, 6 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Inovatif. ................................................ 2
B. Karakteristik Pembelajaran Inovatif ............................................. 6
C. Model-Model Pembelajaran Inovatif ............................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 11
B. Saran .......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu konsep yang sangat kompleks dalam
kaitanya dengan bagaimana menjadikan suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi
menjadi lebih efektif, efisien dan juga menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif dalam artian menyenangkan. Proses ini melibatkan berbagai unsur yang
termasuk dalam satu lingkungan belajar, baik guru, siswa, media, dan unsur lain
yang menunjang terjadinya interaksi belajar. Pembelajaran yang terjadi atau sering
terjadi selama ini adalah bahwa pembelajaran diartikan oleh sebagian besar unsur
belajar selama ini, baik itu guru maupun siswa adalah pembelajaran konvensional
yang hanya memfokuskan pada komunikasi verbalistik, sentralisasi guru,
pembelajaran yang otoriter dalam arti, gurulah yang berhak menentukan apa yang
akan dipelajari oleh siswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang
kreatifitas baik bagi siswa maupun guru dalam mengembangkan pembelajaran
yang inovatif dan kreatif.
Hal ini menjadi suatu dasar yang membuat suatu jurang pemisah antara
guru dan siswa dalam pembelajaran. Sikap, paham, atau kebiasaan yang terjadi
seperti disebutkan di atas menjadikan suasana belajar yang menyenangkan dan bisa
menciptakan motivasi belajar yang lebih bagi siswa seakan-akan terpasung oleh
beberapa contoh hal diatas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembelajaran inovatif?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran inovatif?
3. Bagaimana model-model pembelajaran inovatif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran inovatif
2. Untuk mengetahui karektiristik pembelajaran inovatif
3. Untuk mengetahui model-model pembelajaran inovatif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Inovatif


Inovasi menurut Suherli Kusmana (2010:2), Inovasi adalah suatu hasil
penciptaan sesuatu yang dianggap baru yang dimaksudkan untuk mengatasi
masalah, baik berupa ide, barang, kejadian, metode dan sebagainya yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok.
Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata
sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan.
Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan
teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam
rangka mengurangi ketidakteraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai
suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk
mencapai tujuan tertentu.
Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,
praktek-praktek baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang
baru oleh individu atau masyarakat sasaran.1
Sehingga dapat disimpulkan inovasi dapat dimaknai sebagai suatu ide,
produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, atau praktek-
praktek baru yang belum banyak diketahui, dan digunakan atau diterapkan oleh
sebagian besar warga masyarakat yang dapat mendorong terjadinya perubahan yang
lebih baik.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student
centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi
oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan
diri pada paradigma konstruktivistik.2

1
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka
Cipta.2010), hal. 67
2
Sumantri Mulyani, Johar Permana.Strategi Belajar Mengajar. (Bandung : CV.
Maulana,2001) hal. 98

2
Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik
membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru.
Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru (Gardner, 1991) yang
merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang
mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau
menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali
ide-ide mereka sebelumnya. Dalam seting kelas konstruktivistik, para siswa
bertanggung jawab terhadap belajarannya, menjadi pemikir yang otonom,
mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang
menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri (Brook & Brook, 1993;
Duit, 1996; Savery & Duffy, 1996). Tujuh nilai utama konstruktivisme, yaitu:
kolaborasi, otonomi individu, generativitas, reflektivitas, keaktifan, relevansi diri,
dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut menyediakan peluang kepada siswa dalam
pencapaian pemahaman secara mendalam.
Setting pengajaran konstruktivistik yang mendorong konstruksi
pengetahuan secara aktif memiliki beberapa ciri:3
a) menyediakan peluang kepada siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan
mengembangkan ide-ide secara lebih luas;
b) endukung kemandirian siswa belajar dan berdiskusi, membuat hubungan,
merumuskan kembali ide-ide, dan menarik kesimpulan sendiri
c) sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia adalah
tempat yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan
kebenaran sering merupakan hasil interpretasi;
d) menempatkan pembelajaran berpusat pada siswa dan penilaian yang mampu
mencerminkan berpikir divergen siswa.

3
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka
Cipta.2010), hal. 90

3
Urutan-urutan mengajar konstruktivistik melibatkan suatu periode di mana
pengetahuan awal para siswa didiskusikan secara eksplisit. Dalam diskusi kelas
yang menyerupai negosiasi, guru memperkenalkan konsepsi untuk dipelajari dan
mengembangkannya. Strategi konflik kognitif cenderung memainkan peranan
utama ketika pengetahuan awal para siswa diperbandingkan dengan konsepsi yang
diperlihatkan oleh guru.Untuk maksud tersebut, pemberdayaan pengetahuan awal
para siswa sebelum pembelajaran adalah salah satu langkah yang efektif dalam
pembelajaran konstruktivistik.
Secara lebih spesifik, peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai
expert learners, sebagai manager, dan sebagai mediator.Sebagai expert learners,
guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran,
menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif
solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa
sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan
psikomotor siswa.
Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa
dan masalahmasalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan
hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam
menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang
memberi keputusan mengenai isi, menseleksi prosesproses kognitif untuk
mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan siswa.4
Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu
para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual
dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap
belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal,
dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan
proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis.
Terkait dengan desain pembelajaran, peran guru adalah mengkreasi dan
memahami model-model pembelajaran inovatif. Gunter et al (1990:67)

4
Darmansyah.Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. (Jakarta: Bumi
Aksara.2010) hal. 39

4
mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to
specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang melukiskan5
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif,
yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin
dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu
a) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,
b) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam
pembelajaran,
c) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
d) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran,
e) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di
luar yang disasar (nurturant effects).6
Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses
pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori
pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori
belajar konstruktifis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah
barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari

5
Silberman & Fatah Yasin, Dimensi – Dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN –
Malang Pres. 2008) hal. 76
6
Sutiah, Dkk.Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. (Jakarta : Pernada Media Group,2009) hal. 105

5
sebelumya. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung
mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak.
Pebelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil
pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di
samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat
pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk
siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman
konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh
perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa
menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan
subyek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses
pembelajaran, dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.

B. Karakteristik Pembelajaran Inovatif


Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya
guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan
keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar mengenai faktor-faktor
penunjang yang harus digunakan, menggunakan strategi atau metode melaksanakan
perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam
perencanaan, karakteristik tersebut meliputi:7
a) Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat
atau keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai
ekonominya, prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya
b) Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.

7
Mulyasa,Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya.2008) hal. 59

6
c) Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
d) Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi
oleh penerima.
e) Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil
inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat
diterima oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat
diamati, diantaranya: manajemen pendidikan, metodologi pengajaran,
media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi
kurikulum,dll.

C. Model-Model Pembelajaran Inovatf


1. Model Examples Non Examples
Model pembelajaran inovativ ini berdasarkan pada contoh dari kasus atau
gambar yang relevan dan juga sesuai dengan kompetensi dasar. Untuk
menggunakan model pembelajaran Examples dan Non Examples dapat
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In
Fokus
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.

7
2. Model Picture And Picture
Model pembelajaran inovatif ini merupakan model pembelajaran inovatif
yang menggunakan media-media gambar mengenai kompetensi dasar yang ingin
dicapai oleh seorang guru, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi.
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g. Kesimpulan/rangkuman.

3. Model Numbered Heads Together


Model pembelajaran inovatif ini adalah model pembelajaran yang
menggunakan atau berkaitan dengan angka yang dengan tujuan agar semua siswa
dapat aktif mengikuti pelajaran tersebut, dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
f. Kesimpulan.

8
4. Cooperative Script

Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara


lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari, dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa untuk berpasangan


b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengaran.
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar
e. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
f. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
g. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya
h. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
i. Penutup

5. Student Teams-Achievement Divisions / Tim Siswa Kelompok Prestasi


(Slavin, 1995)

Metode ini merupakan metode belajar secara berkelompok yang


menggabungkan antara orang yang berprestasi, orang yang biasa saja didalam
kelas, dan orang yang dianggap kurang didalam kelas atau penyusunan
kelompoknya secara heterogen, dengnan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen


(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
b. Guru menyajikan pelajaran

9
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan.8

8
Nurhadi & A. G Senduk. Pembelajaran kontekstual (CTL) Dan Penerapannya dalam
KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang,2004) hal. 90

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student
centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi
oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan
diri pada paradigma konstruktivistik.
Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik
membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru.
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya
guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan
keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar mengenai faktor-faktor
penunjang yang harus digunakan, menggunakan strategi atau metode melaksanakan
perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam
perencanaan,
Model model pembelajaran inovatif diantara nya;
a. Model Examples Non Examples
b. Model picture and picture
c. Model numbered heads together
d. Cooperative script
e. Student Teams-Achievement Divisions / Tim Siswa Kelompok Prestasi
(Slavin, 1995)

11
B. SARAN

Penting sekali bagi calon guru untuk memahami pembelajaran inovatif,


karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Bukan karena itu saja tetapi
juga karena cepat atau lambatnya suatu inovasi dapat diterima akan sangat
tergantung pada karakteristik inovasi itu sendiri dan juga dipengaruhi oleh atribut-
atribut inovasi itu sendiri. Oleh karena itu seorang innovator atau guru harus
senantiasa memperhatikan karakteristik dan atribut inovasinya agar dapat dengan
cepat diterima sasaran inovasi tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta


Bumi Aksara.

Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta

Mulyasa, 2008.. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Nurhadi & A. G Senduk. 2004. Pembelajaran kontekstual (CTL) Dan


Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang,)

Silberman & Fatah Yasin, 2008, Dimensi – Dimensi Pendidikan Islam (Malang:
UIN – Malang Pres).

Sumantri Mulyani, Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :


CV. Maulana

Sutiah, Dkk. 2009.. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan


Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Pernada Media
Group,

13

Anda mungkin juga menyukai