Dosen Pengampu:
Khoirul Fuad., M.Pd.I
Disusun oleh:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu konsep yang sangat kompleks dalam
kaitanya dengan bagaimana menjadikan suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi
menjadi lebih efektif, efisien dan juga menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif dalam artian menyenangkan. Proses ini melibatkan berbagai unsur yang
termasuk dalam satu lingkungan belajar, baik guru, siswa, media, dan unsur lain
yang menunjang terjadinya interaksi belajar. Pembelajaran yang terjadi atau sering
terjadi selama ini adalah bahwa pembelajaran diartikan oleh sebagian besar unsur
belajar selama ini, baik itu guru maupun siswa adalah pembelajaran konvensional
yang hanya memfokuskan pada komunikasi verbalistik, sentralisasi guru,
pembelajaran yang otoriter dalam arti, gurulah yang berhak menentukan apa yang
akan dipelajari oleh siswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang
kreatifitas baik bagi siswa maupun guru dalam mengembangkan pembelajaran
yang inovatif dan kreatif.
Hal ini menjadi suatu dasar yang membuat suatu jurang pemisah antara
guru dan siswa dalam pembelajaran. Sikap, paham, atau kebiasaan yang terjadi
seperti disebutkan di atas menjadikan suasana belajar yang menyenangkan dan bisa
menciptakan motivasi belajar yang lebih bagi siswa seakan-akan terpasung oleh
beberapa contoh hal diatas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembelajaran inovatif?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran inovatif?
3. Bagaimana model-model pembelajaran inovatif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran inovatif
2. Untuk mengetahui karektiristik pembelajaran inovatif
3. Untuk mengetahui model-model pembelajaran inovatif
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka
Cipta.2010), hal. 67
2
Sumantri Mulyani, Johar Permana.Strategi Belajar Mengajar. (Bandung : CV.
Maulana,2001) hal. 98
2
Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik
membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru.
Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru (Gardner, 1991) yang
merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang
mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau
menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali
ide-ide mereka sebelumnya. Dalam seting kelas konstruktivistik, para siswa
bertanggung jawab terhadap belajarannya, menjadi pemikir yang otonom,
mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang
menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri (Brook & Brook, 1993;
Duit, 1996; Savery & Duffy, 1996). Tujuh nilai utama konstruktivisme, yaitu:
kolaborasi, otonomi individu, generativitas, reflektivitas, keaktifan, relevansi diri,
dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut menyediakan peluang kepada siswa dalam
pencapaian pemahaman secara mendalam.
Setting pengajaran konstruktivistik yang mendorong konstruksi
pengetahuan secara aktif memiliki beberapa ciri:3
a) menyediakan peluang kepada siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan
mengembangkan ide-ide secara lebih luas;
b) endukung kemandirian siswa belajar dan berdiskusi, membuat hubungan,
merumuskan kembali ide-ide, dan menarik kesimpulan sendiri
c) sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia adalah
tempat yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan
kebenaran sering merupakan hasil interpretasi;
d) menempatkan pembelajaran berpusat pada siswa dan penilaian yang mampu
mencerminkan berpikir divergen siswa.
3
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka
Cipta.2010), hal. 90
3
Urutan-urutan mengajar konstruktivistik melibatkan suatu periode di mana
pengetahuan awal para siswa didiskusikan secara eksplisit. Dalam diskusi kelas
yang menyerupai negosiasi, guru memperkenalkan konsepsi untuk dipelajari dan
mengembangkannya. Strategi konflik kognitif cenderung memainkan peranan
utama ketika pengetahuan awal para siswa diperbandingkan dengan konsepsi yang
diperlihatkan oleh guru.Untuk maksud tersebut, pemberdayaan pengetahuan awal
para siswa sebelum pembelajaran adalah salah satu langkah yang efektif dalam
pembelajaran konstruktivistik.
Secara lebih spesifik, peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai
expert learners, sebagai manager, dan sebagai mediator.Sebagai expert learners,
guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran,
menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif
solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa
sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan
psikomotor siswa.
Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa
dan masalahmasalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan
hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam
menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang
memberi keputusan mengenai isi, menseleksi prosesproses kognitif untuk
mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan siswa.4
Sebagai mediator, guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu
para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual
dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap
belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal,
dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan
proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis.
Terkait dengan desain pembelajaran, peran guru adalah mengkreasi dan
memahami model-model pembelajaran inovatif. Gunter et al (1990:67)
4
Darmansyah.Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. (Jakarta: Bumi
Aksara.2010) hal. 39
4
mendefinisikan an instructional model is a step-by-step procedure that leads to
specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang melukiskan5
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif,
yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran.
Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin
dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu
a) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,
b) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam
pembelajaran,
c) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
d) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran,
e) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di
luar yang disasar (nurturant effects).6
Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses
pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori
pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori
belajar konstruktifis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah
barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari
5
Silberman & Fatah Yasin, Dimensi – Dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN –
Malang Pres. 2008) hal. 76
6
Sutiah, Dkk.Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. (Jakarta : Pernada Media Group,2009) hal. 105
5
sebelumya. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung
mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak.
Pebelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil
pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di
samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat
pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk
siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman
konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh
perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa
menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan
subyek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses
pembelajaran, dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.
7
Mulyasa,Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya.2008) hal. 59
6
c) Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
d) Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi
oleh penerima.
e) Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil
inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat
diterima oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat
diamati, diantaranya: manajemen pendidikan, metodologi pengajaran,
media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi
kurikulum,dll.
7
2. Model Picture And Picture
Model pembelajaran inovatif ini merupakan model pembelajaran inovatif
yang menggunakan media-media gambar mengenai kompetensi dasar yang ingin
dicapai oleh seorang guru, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi.
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g. Kesimpulan/rangkuman.
8
4. Cooperative Script
9
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan.8
8
Nurhadi & A. G Senduk. Pembelajaran kontekstual (CTL) Dan Penerapannya dalam
KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang,2004) hal. 90
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student
centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi
oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan
diri pada paradigma konstruktivistik.
Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik
membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau
mentransformasi informasi baru.
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya
guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan
keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar mengenai faktor-faktor
penunjang yang harus digunakan, menggunakan strategi atau metode melaksanakan
perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam
perencanaan,
Model model pembelajaran inovatif diantara nya;
a. Model Examples Non Examples
b. Model picture and picture
c. Model numbered heads together
d. Cooperative script
e. Student Teams-Achievement Divisions / Tim Siswa Kelompok Prestasi
(Slavin, 1995)
11
B. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Silberman & Fatah Yasin, 2008, Dimensi – Dimensi Pendidikan Islam (Malang:
UIN – Malang Pres).
13