Anda di halaman 1dari 3

BAB II Ontologi adalah hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai

kenyataan dan kebenaran. Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan yang
PEMBAHASAN paling universal dan paling menyeluruh.
A. ONTOLOGI Dalam rumusan Lorens Bagus, Ontology menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas
Ontologi merupakan satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Maka dalam dalam semua bentuknya. Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu:
bahasa Yunani ontologis merupakan gabungan dari kata “ontos” yang berarti “yang ada”, dan “logos” yang abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat
berarti “penyelidikan tentang”. khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua
sesuatu yang sejenis.
Secara etimologi, Ontologi dapat diartikan sebagai keberadaan (The theory of being qua being) atau
Ilmu tentang yang ada.1 Dan ontologi dalam buku Filsafat Ilmu Pendidikan Agama membicarakan azas-azas Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
rasional dari alam semesta secara teratur, dan ontologi berusaha mengetahui esensi yang terdalam dari yang Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
ada.2 Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara:
Ada yang berbeda dengan pendapat ketika menjelaskan ruang lingkup kajian filsafat bahwa Ontologi a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah.
adalah suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
kejadiannya. c. Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan, tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.
Menurut Bakhtiar, Ontologi secara istilah adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis).
yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani atau kongkret maupun rohani atau abstrak. 3 e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara
Heidegger dalam Junaedi, M (2017) memahami ontologi sebagai analisis konstitusi “yang ada dari multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik).
eksistensi”, ontologi menemukan keterbatasan eksistensi, dan bertujuan menemukan apa yang memungkinkan f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya.
eksistensi. g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

Sedangkan Baumgarten mendifinisikan ontologi sebagai studi tentang predikat-predikat yang paling Berikut contoh ilmpelmentasi aspek ontologi pada ilmu matematika berdasarkan aspek-aspek di atas:
umum atau abstrak dari semua hal pada umumnya. Ia sering menggunakan istilah “metafisika universal” dan” a. Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
filsafat pertama” sebagai sinonim ontologi. b. Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu
Adapun Menurut Jujun, S (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, matematika saling berkaitan antara satu sama lain
seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”, yang ada c. Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan tidak
yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. bertentangan
d. Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
Disamping itu, Ontologi termasuk salah satu dari tiga hal penting bahasan filsafat ilmu, sebagaimana yang e. Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai
dikemukakan oleh Jujun S. (2003) dan Anna Pudjiadi (1987) dalam Sauri, S. Bahkan Titus (1959) dalam Sauri, sudaut pandang)
S menegaskan bahwa Ontologi dianggap sebagai bagian dari cabang-cabang tradisional filsafat. f. Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma
g. Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja
h.
2) ALIRAN ONTOLOGI
B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ONTOLOGI ILMU
1) PENGERTIAN ONTOLOGI Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok atau aliran-aliran
pemikiran, seperti yang dipaparkan oleh Junaedi, M (2017) sebagai berikut:
dikatakan oleh Bakhtiar (2004), adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality yang berbentuk jasmani atau kongkret maupun rohani atau abstrak. 1. Monoisme
Pemahaman ontologi ini ditinjau sebagai analisis konstitusi “yang ada dari eksistensi”, ontologi Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak
menemukan keterbatasan eksistensi, dan bertujuan menemukan apa yang memungkinkan eksistensi. mungkin dua. Paham ini terbagi menjadi dua, yaitu:
Ontologi kaitannya dengan ilmu pengetahuan, merupakan kajian filosofis tentang hakikat keberadaan
ilmu pengetahuan, apa, dan bagaimana ilmu pengetahuan yang “ada” itu.

1 3
Junaedi, Mahfud. (2017). Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Ilmu. Depok: PT Kharisma Putra Bakhtiar, A. (2008). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Utama
2
Sauri, Sofyan. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan Agama. Bandung: Pustaka Arfino Jaya. 23
a. Materialisme, aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran yang menciptakan dan yang diciptakan. Hukum sebab akibat bisa bersifat fisik,mekanis, berdimensi material,
pemikiran ini dipelopori oleh Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM), Anaximander (585-525 sementara pencipta dan ciptaan didalamnya selalu terkandung dimensi ideal, yang bersifat spiritual.
SM),
b. Idealisme, aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal b. Yang nyata (realitas)
dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati Masalah realitas dapat dipahami dengan pernyataan bahwa nyata da nada mempunyai pengertian
ruang. Aliran ini dipelopori oleh Plato (428 -348 SM), Aristoteles (384-322 SM), George Barkeley serupa. Kata ada dipandang sebagai keragaman yang spesifik dan prosedur ontology yang pertama digunakan
(1685-1753 M), Immanuel Kant (1724-1804 M), Fichte (1762-1814 M), Hegel (1770-1831 M), untuk membedakan apa yang sebenarnya nyata.
dan Schelling (1775-1854 M).
c. Esensi dan eksistensi
2. Dualisme
Dalam setiap yang ada, baik yang nyata maupun tidak nyata selalu ada dua sisi didalamnya,
Memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. yaitu sisi esensi dan sisi eksistensi. Bagi yang ghaib, sisi yang nampak adalah eksistensi, sedangkan bagi yang
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia ada yang konkret, sisi yang nanolak bias kedua-duanya, yaitu esensi dan eksistensi. Eksistensi berada pada
menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan). hubungan-hubungan yang bersifat konkret, baik vertikal maupun horizontal dan bersifat aktual dan eksistensi
Tokoh yang lain: Benedictus De spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm Von Leibniz (1646-1716 juga berorientasi pada masa kini dan masa depan, sedangkan esensi adalah kemasalaluan.
M).
BAB III
3. Pluralisme
PENUTUP
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Tokoh aliran ini
pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan A. KESIMPULAN
1. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan realiti yang
Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, berbentuk jasmani atau kongkret, maupun rohani atau abstrak. Sedangkan kaitannya dengan ilmu
api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang pengetahuan, maka Ontologi merupakan kajian filosofis tentang hakikat keberadaan ilmu
psikolog dan filosof Amerika. pengetahuan, apa, dan bagaimana ilmu pengetahuan yang “ada” itu.
2. Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknyadiuraikan/ditelaah secara: Metodis,
4. Nihilisme Sistematis, Koheren, Rasional, Komprehensif, Radikal, Universal.
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin tentang nihilisme 3. Aliran atau pemikiran ontologi diantaranya: monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan
sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi agnotisisme.
tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak dapat 4. Ruang lingkup ilmu pengetahuan meliputi pada yang ada, yang nyata, dan esensi dan eksistensi.
diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada
orang lain. Tokoh modern aliran ini diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia dan Friedrich Nietzsche B. SARAN
(1844-1900 M), ia dilahirkan di Rocken di Prusia dari keluarga pendeta. Tiada gading yang tak retak, itulah peribahasa yang pantas untuk mediskripsikan makalah yang kami
5. Agnotisisme susun. Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami perlukan untuk
perbaikan selanjutnya, agar kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah yang kami susun
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang budiman.
maupun ruhani. Kata Agnoticisme berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown A artinya
not Gno artinya know. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti:
Soren Kierkegaar (1813-1855M), yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme dan
Martin Heidegger (1889-1976 M) seorang filosof Jerman, serta Jean Paul Sartre (1905-1980 M), seorang filosof
dan sastrawan Prancis yang atheis, Bagus (1996).

3) RUANG LINGKUP ONTOLOGI


Abdul khobir (2009) menjelaskan ruang kajian ontologi, sebagai berikut:
a. Yang ada (being)
Pada prinsipnya ada itu ada dua, ada yang menciptakan da nada yang diciptakan, ada yang
menyebabkan da nada yang diakibatkan. Ada yang menciptakan tidak sepenuhnya tepat untuk disebut sebagai
sebab yang ada, karena hukum sebab akibat berlainan dengan hukum
DAFTAR PUSTAKA

Junaedi, Mahfud. (2017). Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Ilmu. Depok: PT Kharisma Putra
Utama.
Sauri, Sofyan. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan Agama. Bandung: Pustaka Arfino Jaya. 23
Bakhtiar, A. (2008). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai