Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDEOLOGI POLITIK

Oleh :
Nisha Gracia Mashadi
Nim: 121109796

UNIVERSITAS AMPTA

D3 PERHOTELAN
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Ideologi Politik ini tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan dan juga menambah wawasan penulis sekaligus
pembaca tentang Materi Perpolitikan Indonesia

Makalah ini berisi tentang Gambaran umum mengenai Perpolitikan Indonesia


Dari Segi Ideologis. Dalam penulisannya penulis melibatkan berbagai sumber
baik Website maupun Buku yang tertulis. Oleh sebabitu penulis mengucapkan
banyak terimakasih atas segala dukungan untuk menyelesaikan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis yang
hanya manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak
kekurangan nya dan jauh dari kata sempurna, karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Besar
harapan penulis makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu
masyarakat dalam menambah wawasan mengenai Ideologi Politik

Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga para pembaca dapat


mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Yogyakarta, 12 October 2022

Nisha Gracia Mashadi

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Politik..........................................................................................2
B. Pengertian Politik Menurut Para Ahli.......................................................2
C. Macam – Macam Ideologi Perpolitikan....................................................3
D. Macam Ideologi Perpolitikan yang Lain...................................................5
E. Fungsi Idelogi dalam Perpolitikan.............................................................6
F. Corak Ideologi Partai Di Indonesia...........................................................7
G. Politik Luar Negeri....................................................................................12
H. Landasan Landasan Politik Di Indonesia..................................................13
I. Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia.......................................................16

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpolitikan di Indonesia semakin hari kian berkembang sehingga dewasa ini banyak
pengembangan ilmu perpolitikan di Indonesia oleh generasi penerus bangsa yaitu kaula muda
lantas masih luruskah perpolitikan di dalam maupun luar negeri Indonesia dengan Ideologi
Negara yaitu Ideologi Pancasila

B. Rumusan Masalah

a. Definisi dari Ideologi Perpolitikan di indonesia


b. Apa corak ideology partai partai di Indonesia
c. Apa Landasan politik Indonesia
d. Apa prinsip politik indonesia

C. Tujuan

a. Dapat mendeskripsikan Ideologi Perpolitikan Di Indonesia


b. Mengetahui corak ideology Partai Partai Indonesia
c. Mendefinisikan Landasan Politik Di Indonesia
d. Mengetahui prinsip Politik Di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ideologi Politik

Politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok untuk mengatur, menguasai, pengambilan
keputusan, dan kepentingan untuk menuju kearah yang lebih baik dari yang sebelumnya yaitu
harmonis dan madani.

Idiologi politik merupakan himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan
yang dimiliki seorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan, keputusan, kekuasaan dan
mengatur untuk menuju kearah yang lebih baik (madani dan harmonis). Ideologi menjadi dasar
sikap terhadap kejadian dan permasalahan politik yang dihadapi serta penentu tingkah laku
politik.

Dasar ideologi politik adalah keyakinan akan keberadaan pola tata tertib sosial politik yang
ideal. Ideologi tidak dapat disamakan dengan filsafat yang hanya merenung, namun memiliki
tujuan bergerak dalam kegiatan dan aksi nyata. Pada perkembangannya, ideologi terpengaruh
oleh kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa dalam masyarakat tempatnya berada.

Didalam ilmu sosial, Ideologi politik merupakan himpunan ide serta prinsip yang memaparkan
bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, serta menawarkan ringkasan order masyarakat
tertentu. Ideologi politik umumnya mengenai dirinya dengan bagiamana mengatur kekuasaan
serta bagaimana seharusnya dilakukan atau dilaksanakan.

Teori komunis Karl Marx, Friedrich Engels serta pengikut mereka, dikenal dengan marxisme,
dianggap sebagai ideologi politik yang paling berpengaruh serta dijelaskan lengkap pada abad
20. Contoh ideologi lainnya termasuk: kapitalisme, anarkisme, komunisme, konservatisme,
komunitarianisme, neoliberalisme, demokrasi kristen, monarkisme, fasisme, nasionalisme,
liberalisme, sosialisme, nazisme, libertarianisme, dan demokrat sosial.

Ideologi merupakan seperangkat tujuan serta ide yang mengarahkan pada satu tujuan, tindakan,
serta harapan. Maka, ideologi politik bisa diartikan sebagai seperangkat tujuan serta ide yang
memaparkan bagaimana suatu rakyat bekerja, serta bagaimana cara mengatur kekuasaan.

B. Pengertian Politik Menurut Para Ahli

Pengertian politik menurut beberapa ahli,antara lain sebagai berikut:

a. Ramlan subakti

politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk menentukan kebaikan
bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

2
b. Paul janet

politik adalah ilmu yang mengatur perkembangan negara begitu juga prinsip-prinsip
pemerintahan.

c. Robson

politik adalah usaha untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat.
Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuiai dengan
kehendak yang mempengaruhi.

d. Miriam Budiardjo

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat di terima baik oleh
sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis.
Pada saat ini politik  tidak lagi di pengertian yang normatif lagi, karena politik yang saat ini
kebanyakan di definisikan adalah politik yang menekankan pada upaya untuk mencapai
masyarakat yang lebih baik, seperti kekuasaan, pembuatan keputusaan,kebijakan kebijakan,
alokasi nilai,dan sebagainya.

e. Rod Hague et al

politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaiman kelompok-kelompok mencapai


keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan
perbedaan-perbedaan di antara  anggota-anggotanya

f. Andrew Heywood

politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan
mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak
dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.

C. Macam – Macam Ideologi Politik

Dalam ilmu politik, dewasa ini berkembang banyak ideologi diantaranya adalah, kapitalisme,
liberalisme, sosialisme, pancasila dan lain sebagainya. Dengan konflik itu melahirkan kemajuan
ilmu sosial yang, terutama ilmu politik yang makin berkembang maju dan melahirkan berbagai
paradigma baru. Berikut ini akan dipaparkan ideoogi-ideologi yang terdapat dalam ilmu politik.

a. Liberal

Liberalisme berasal dari kata liberalis yang mempunyai arti “bebas”. Dalam liberalisme,
kebebasan individu, persaingan pemilik modal (kapital), serta pembatasan kekuasaan raja
(pemerintah). Sebab itu, liberalisme serta kapitalisme teradang dilihat sebagai ideologi yang
sama.

3
Kebebasan sudah muncul sejak adanya manusia di dunia, sebab pada hakekatnya manusia sering
mencari kebebasan bagi dirinya sendiri. Bentuk kebebasan dalam politik pada zaman dahulu
merupakan sebuah penerapan demokrasi di Athena dan Roma. Namun, adanya kemunculan
liberalisme sebagai paham pada akhir abad 17.

Liberalisme ada pda abad ke akhir abad 17, berhubungan dengan runtuhnya feodalisme pada
Eropa serta diawalinya zaman Renaissance, lalu diikuti dengan gerakan politik masa Revolusi
Prancis. Liberalisme pada zaman ini terkait dengan Adam Smith, dikenal sebagai liberalisme
klasik. Di masa ini, kerajaan (pemerintahan) bersifat lepas tangan, yang sesuai dengan konsep
Laissez-Faire. Konsep ini menekankan bahwa kerajaan harus memberi kebebasan berfikir pada
rakyat, tidak menghalang pemilikan harta individu atau kumpulan, kekuasaan kerajaan yang
terbatas serta kebebasan rakyat.

Seruan kebebasan tersebut dikumandangkan sesudah sebelumnya pada abad 16 serta awal abad
17, Reformasi Gereja serta kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan masyarakat yang tertekan
dengan kekuasaan gereja ingin bebas dari bermacam ikatan, baik itu pemerintahan, agama, serta
sosial. Menurut Adam Smith, liberal merupakan kebebasan dari batasan (free from restraint),
sebab liberalisme menawarkan konsep hidup bebas dari pengawasan gereja serta raja.

b. Kapitalisme

Capitalism (Kapitalisme) berasal dari kata kapital (capital), yang berarti modal. Modal disini
adalah alat produksi, seperti tanah serta uang. Jadi, arti kapitalime merupakan ideologi dimana
kekuaasaan ada di tangan kapital atau pemilik modal, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang
didasarkan terhadap keuntungan, dimana masyarakat bersaing dalam betasan-batasan ini.

Menurut pandangan kapitalisme, setiap individu bukanlah bagian dari masyarakat, namun pihak
yang harus berjuang untuk kepentingan sendiri. Dalam perjuangan tersebut, faktor penentunya
ialah produksi. Perodusen lemah akan tersingkir serta produsen unggul akan tetap bertahan.

Thomas Hobbes menyatakan bahwa setiap orang secara alamiah akan mencari pemenuhan
kebutuhan bagi dirinya sendiri. Jhon Locke memiliki pendapat bahwa manusia itu memiliki hak
personal. Adam Smith menganjutkan pasar bebas dengan aturannya sendiri, dengan arti, tidak
ada camput tangan pemerintah di dalam pasar. Teori-teori dari tokoh-tokoh itu semakin
berkembang dengan adanya Revolusi Industri.

c. Sosialisme

Sosialisme merupakan paham yang memiliki tujuan sebagai bentuk mengubah masyarakat
menjadi perangkat peroduksi menjadi milik bersama, serta pembagian hasil secara merata
disamping pembagian lahan kerja dan bahan konsumsi secara kelesuruhan. dalam sosialisme
setiap individu harus berusaha untuk mendapatkan layanan yang layak untuk kebahagiaan
besama, sebab pada hakekatnya, manusia hidup bukan hanya untuk bebas, namun juga saling
tolong menolong.

4
Solsialisme yang kita kenal saat ini Sosialisme sebenarnya sudah lahir sebelum dicetuskan oleh
Karl Marx. Orang yang pertama kali menyuarkan ide sosialisme ialah Francois Noel Baneuf,
pada abad 18. Lalu muncul tokoh lain seperti Saint Simon dan Fourier di Perancis, Robert Owen
di Inggris. Merka mencoba memperbaiki keadaan masyarakat sebab terdorong oleh rasa
perikemanusiaan namun tidak berlandaskan dengan konsep yang jelas serta dianggap hanya
angan-angan belaka, sebab itu mereka disebut kaum sosialis utopis

D. Ideologi politik yang lain

a. Anarkisme

/ anti otoriter, ataupun Anomie, serta nomos: aturan aatau hukum, tanpa norma, tanpa adat,
tanpa budaya, ekadaan yang kacau, tanpa peraturan. Seperti acara tanpa adanya program.
Anomie adalah bentuk penyimpangan masarakat serta penyimpangan sosial sebab ketidak
pedulian terhadap aturan yang berlaku, yang seharusnya mengikat perilaku mereka agar
meyimpang dari aturan. Misalnya:

 Crypto-anarchism
 Collectivist anarchism
 Anarcha-feminism

b. Feminisme

 Anarcha-feminism
 Psychoanalytic feminism
 Socialist feminism
 Separatist feminism

c. Sindikalisme

Anarko-Sindikalisme, percaya kepada motode aksi langsung, instant sindikalisme, candak


langsung (dengan atau tanpa negosiasi rundingan), merupakan aksi yang secara langsung
memperoleh keuntungan, sebagai lawan dari aksi tak langusng, seperti memilih perwakilan
untuk duduk dalam pemerintahan.

d. Ideologi Pancasila

Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara
pandang dan metode bagi seluruh bangsa indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu
masyarakat yang adil dan makmur.

Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan
membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi
tercapainya persatuan dan kesatuan dikalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin
antara warga negara dengan tanah airnya.

5
E. Fungsi Ideologi Politik

ideologi politik berfungsi untuk “memolakan, mengkonsolidasi, menciptakan tertib dalam arus
tindakan manusia”. Hal ini memiliki hubungan yang erat dengan ideologi sebagai pembentuk
identitas sosial (social identity) dan tipe kepribadian.

1. Sebagai sistem keyakinan politis, ideologi yang memberikan suatu struktur kognitif
2. Memberikan suatu formula yang bersifat menentukan—suatu arahan bagi individu dan
tindakan serta pertimbangan kolektif.
3. Sebagai alat untuk mengatasi dan mengintegrasikan konflik.
4. Mengetahui identifikasi diri (self-identification) seseorang.
5. Untuk mengetahui kekuatan dinamis dalam kehidupan individu dan kolektif, memberikan
suatu pengertian mengenai misi dan tujuan, serta suatu komitmen hingga tindakan yang
dihasilkan.

Dari sudut pandang psikologi, sebagaimana pendapat Erich Fromm, bahwa ideologi lahir karena
manusia didorong untuk mencari superioritas, kekuasaan, status, dan kemenangan dalam arena
politik, terutama melalui ideologi dan gerakan otoritarian. Dorongan tersebut muncul sebagai
akibat dari perasaan rendah diri, tidak aman, tidak mumpuni, kesendirian, penghinaan dan
pengkerdilan

F. Corak Ideologi Partai-Partai di Indonesia


Agama adalah satu-satunya isu yang terus menegaskan perbedaan ideologi di antara partai-partai
di Indonesia.
Sepanjang 20 tahun lebih Indonesia mempraktikkan demokrasi, jawaban umum untuk
pertanyaan-pertanyaan di atas adalah tidak, tidak, tidak, dan tidak. Banyak pengamat telah
menunjukkan bahwa dalam hal kebijakan dan ideologi, partai-partai Indonesia nyaris sulit
dibedakan. Satu-satunya keterbelahan (division) yang jelas dalam dunia kepartaian Indonesia
adalah soal sebesar apa partai mendudukkan peran Islam dalam kehidupan publik.
Para peneliti sampai pada kesimpulan tersebut, khususnya dengan mengamati perilaku dan
interaksi antarpartai. Para peneliti ini seringkali pula melontarkan komentar yang jamak
terdengar: perbedaan ideologis antara partai Islam dan non-Islam tidak tak ada kaitannya dengan
perbedaan program dalam ranah-ranah vital seperti kebijakan sosial dan keuangan. Ilmuwan
politik seperti Dan Slater dan Kuskridho Ambardi berpendapat bahwa politik Indonesia
didominasi oleh "kartel" partai yang dicirikan oleh keinginan bersama untuk bagi-bagi jatah
jabatan (spoils of office) alih-alih perbedaan ideologi atau kebijakan. Akibatnya, partai-partai
Indonesia sangat terbuka untuk menjalin "koalisi pelangi" yang sangat luas, beragam secara
ideologis, serta terdiri dari partai Islam dan non-Islam.
Tapi ada cara lain untuk menjajaki perbedaan dan pengerucutan (convergence) ideologis, yakni
dengan memeriksa persepsi para elit politik mengenai kecenderungan ideologis baik partai
mereka sendiri maupun partai saingan. Meskipun survei atas elit politik lazim dilakukan dalam
penelitian komparatif, dalam kasus Indonesia kami tak memiliki data yang komprehensif tentang

6
bagaimana politisi memandang posisi partai mereka dalam isu-isu penting. Itu sebabnya kami
kesulitan mengukur secara akurat pijakan ideologis partai-partai Indonesia dalam pelbagai
dimensinya yang boleh jadi punya peran dalam menata politik negeri ini.
Persepsi ideologis penting adanya. Seandainya pun partai-partai ini mau bekerja sama untuk
berbagi kekuasaan—seperti yang ditekankan oleh tesis tentang kartel partai—masih mungkin
mereka mempromosikan visi ideologis dan kebijakan yang berbeda begitu menjabat.
Ada sejumlah alasan untuk percaya bahwa pandangan ideologis partai di Indonesia beragam,
khususnya mengingat fakta bahwa ada partai-partai dengan latar belakang yang sangat berlainan.
Partai Golkar, misalnya, adalah kendaraan elektoral rezim otoriter Soeharto, sementara Partai
Amanat Nasional (PAN) didirikan oleh Amien Rais, salah satu tokoh gerakan Reformasi yang
mendorong lengsernya rezim Orde Baru. Tepatkah jika kita berekspektasi bahwa politisi dari
kedua partai bakal memiliki pandangan berbeda tentang sistem politik pasca-Reformasi?
Guna menghimpun data sistematis tentang pandangan para elit partai, pada akhir 2017 dan awal
2018 Lembaga Survei Indonesia (LSI) bekerja sama dengan Australian National University
(ANU), melakukan survei terhadap 508 responden yang dipilih secara acak dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Responden-respondennya dipilih dari anggota legislatif
yang berasal dari 31 provinsi di Indonesia (tiga provinsi lainnya, Kalimantan Utara, Papua Barat,
dan Sulawesi Barat tak lolos sebagai sampel), dengan pertimbangan bahwa mereka mewakili
keseluruhan populasi nasional anggota DPRD provinsi. Survei kami meliputi sejumlah besar isu,
termasuk penyikapan para legislator terhadap demokrasi, pandangan keagamaan, latar belakang
keluarga dan profesi, serta apa yang mereka pikirkan tentang isu-isu politik utama saat itu.
Dalam naskah yang bakal diterbitkan kelak, kami akan menganalisis materi yang ada secara
terperinci, lalu membandingkan pandangan para elit partai dengan persepsi penduduk Indonesia
secara keseluruhan. Dalam tulisan ini, kami hanya ingin menyoroti hasil survei tentang
keragaman partai di Indonesia, dan menawarkan sejumlah pemikiran tentang bagaimana temuan-
temuan ini berkontribusi pada perdebatan yang sedang berlangsung tentang struktur dan
keterwakilan sistem kepartaian di Indonesia hari ini.

Untuk menakar ideologi partai, kami meminta responden mendudukkan posisi partai masing-
masing dalam konteks sembilan pertanyaan kunci tentang ideologi. Jawaban mereka akan diberi
skor 1-10. Kemudian kami menghitung rata-rata skor tiap responden guna menempatkan partai
pada spektrum ideologis berdasarkan isu. Untuk memastikan apakah partai-partai ini punya sikap
berlainan seputar kebijakan ekonomi, misalnya, kami mengajukan pertanyaan seperti: “Jika
diukur melalui skala 1 sampai 10, di mana 1 berarti ‘partai yang mendorong pemerataan
ekonomi’ dan 10 berarti ‘partai yang mendorong pertumbuhan ekonomi’, di mana Ibu/Bapak
menempatkan partai politik Ibu/Bapak sendiri?”
Dalam banyak pertanyaan, kami menemukan bahwa sebagian besar partai mengerucut di sekitar
posisi tengah spektrum—kadang menjorok ke “kanan”, kadang pula condong ke arah “kiri”.
Namun, seolah membenarkan asumsi umum dalam studi-studi yang ada, satu-satunya ranah isu
yang memunculkan diferensiasi ideologi yang tegas dan konsisten adalah agama. Dalam dua
pertanyaan yang kami ajukan seputar peran agama dalam politik, jawaban para responden

7
tersebar di jangkauan skor yang relatif melebar.
Kami menanyakan responden tentang sejauh mana partai mereka berpijak pada Pancasila—
ideologi resmi negara yang menyiratkan posisi pluralis. Skor 1 diberikan untuk Pancasila,
sementara skor 10 untuk Islam. Dengan ukuran ini, partai yang paling Islami dari sudut pandang
kadernya adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dengan skor rata-rata 7,22. Sedangkan
yang paling Pancasilais adalah PDI-P dengan skor rata-rata 1,82.
Dua partai dengan posisi saling berkebalikan ini dipisahkan oleh jurang skor yang cukup
signifikan: 5,4. Jika dua partai ini tidak dihitung, jarak skor antara partai-partai yang mengambil
sikap berbeda ini pun masih cukup besar, yakni 3,4. Posisi rata-rata semua partai (3,27) lebih
condong ke Pancasila daripada Islam.
Sebuah pertanyaan lain tentang agama membenarkan temuan di atas, sekaligus menunjukkan
persebaran posisi yang mencolok namun kurang tajam. Kami menanyakan responden apakah
mereka menilai partainya sendiri sebagai partai yang menghendaki agar Islam punya peran
politik lebih kecil (1) atau lebih besar (10). Pada titik ini, jawaban responden condong secara
signifikan ke kanan—hanya dua partai yang mendapat skor di bawah 5 (lihat tabel di bawah).
Temuan ini menunjukkan bahwa menurut rata-rata politisi daerah, masing-masing partai mereka
menghendaki agar Islam punya peran yang lebih menonjol dalam politik. Meski demikian, ada
keragaman posisi yang signifikan di antara partai-partai tersebut dalam isu Islam dan politik—
ada jarak 3,79 poin antara partai berskor terendah (lagi-lagi PDI-P) dan tertinggi (masih PPP).
Soal apakah mereka menginginkan peran politik yang lebih besar atau kecil untuk Islam, empat
partai berbasis Islam bertemu dalam satu kluster yang condong ke sebelah kanan spektrum. PDI-
P dan Partai Nasdem adalah satu-satunya partai yang rata-rata anggotanya sepakat menginginkan
peran yang lebih sedikit untuk Islam. Sementara itu, empat partai lainnya bertemu di sebelah
kanan tengah. Dalam skala sebelumnya tentang Pancasila vs. Islam, sebaran posisi partai-partai
ini jauh lebih luas.
Perlu diperhatikan bahwa sekalipun ada perbedaan respons yang jelas di antara partai terkait
peran agama dalam politik, keseluruhan partai-partai ini tidak terpolarisasi tajam oleh isu
tersebut. Dengan kata lain, kita tidak menyaksikan pengelompokan partai di ujung-ujung
spektrum yang berlawanan. Dilihat secara keseluruhan, temuan-temuan yang ada menunjukkan
bahwa banyak anggota DPRD provinsi yang kami wawancarai tidak memandang Pancasila
sebagai patokan nilai yang menyiratkan komitmen pelaksanaan kebijakan-kebijakan sekuler.
Jurang antara respons pluralis dan Islam juga muncul ketika kami mengajukan pertanyaan yang
lebih umum kepada responden: apakah mereka sepakat jika “semua partai politik Indonesia
menganut ideologi yang sama”? Rata-rata, kader partai Islam (PPP, PKS, PAN dan PKB) dan
PDI-P—yang dinilai oleh masing-masing responden sebagai alternatif yang paling pluralis—tak
sepakat dengan dengan pernyataan tersebut. Sementara Golkar beserta partai-partai bentukan
mantan elite Golkar (Nasdem, Gerindra, dan Hanura), dan Partai Demokrat yang didirikan
mantan Presiden Yudhoyono, rata-rata sepakat bahwa partai-partai Indonesia memiliki ideologi
serupa.
Bagaimana dengan isu-isu lain yang boleh jadi mengukir corak persaingan partai? Di banyak
negara, terutama di Eropa, Amerika Utara dan Selatan dan Australasia, para pemimpin partai
8
beserta kader-kadernya dengan mudah menempatkan partai mereka dalam spektrum kiri-kanan.
Definisi "kiri" dan "kanan" bisa dan memang bervariasi.
Namun demi tujuan penelitian survei, kita bisa mendefinisikan prinsip ideologi kiri sebagai
dukungan atas campur tangan negara di bidang ekonomi, redistribusi kemakmuran melalui
anggaran kesejahteraan, serta kebijakan-kebijakan sosial progresif yang menyokong hak-hak
perempuan dan minoritas. Kita juga bisa mendefinisikan partai sayap kanan sebagai partai yang
mendukung kebijakan ekonomi berorientasi pasar, menolak program-program kesejahteraan
sosial yang mahal untuk mengurangi ketidaksetaraan ekonomi, serta mendukung posisi
konservatif dalam isu-isu sosial dengan dalih membela nilai-nilai tradisional.
Istilah kiri-kanan jarang digunakan dalam wacana politik sehari-hari di Indonesia, sebagian
karena ide-ide politik kiri yang sifatnya eksplisit dihancurkan oleh rezim Suharto setelah Partai
Komunis Indonesia dibantai habis pada 1965-1966. Meski begitu, kami pikir sangat tepat jika
kami memeriksa apakah elit-elit partai memandang partai mereka sendiri dalam skema kiri-
kanan. Kami bertanya apakah para politisi menilai partainya berorientasi “kiri” atau
“liberal/progresif” (1) versus orientasi “kanan” atau “konservatif” (10). Hasilnya? Hampir semua
partai di Indonesia mengambil posisi kanan-tengah. Penekanannya pada ke “tengah” alih-alih ke
pinggir.
Guna menghindari kerancuan istilah, sebelum responden sampai pada bab kiri-kanan dalam
kuesioner ini, kami mengajukan serangkaian pertanyaan yang menurut kami bisa mewakili bias
kiri dan kanan. Misalnya, kami bertanya apakah mereka melihat partainya sebagai partai yang
“mendorong pembaruan” (skor 1) atau ingin "mempertahankan tradisi" (skor 10). Ada sebaran
titik yang signifikan di sini. Namun semua responden rata-rata menjawab lebih suka pembaruan
(2.71) alih-alih mempertahankan tradisi, mulai dari Golkar (2.18) hingga PPP (4.55).
Kami juga bertanya kepada para politisi apakah partai mereka lebih menghendaki emansipasi
perempuan (1) atau percaya bahwa perempuan harus berperilaku sesuai peran tradisional mereka
(alias “berdasarkan ‘kodrat’”, skor 10). Di sini sebagian besar partai mengklaim mendukung
emansipasi, dengan kisaran skor 2,66 (Nasdem) hingga 5,12 (PPP).
Apakah para politisi percaya bahwa partai mereka memperjuangkan cita-cita gerakan Reformasi
(1), atau apakah mereka ingin kembali ke sistem yang digunakan oleh Orde Baru (10)? Mereka
semua mengklaim mendukung Reformasi, dengan skor rata-rata 1,98. Menariknya, ketika
menjawab pertanyaan ini, pandangan politisi dari Golkar beserta partai-partai pecahannya seperti
Gerindra dan Hanura, tidak berbeda secara tajam dengan partai-partai yang paling diasosiasikan
dengan gerakan Reformasi, khususnya PAN dan PDI-P.
Ketika menyangkut urusan ekonomi, sebagian besar partai ternyata memiliki kecenderungan
statisme (penekanan pada peran negara). Kami bertanya apakah mereka lebih menyukai peran
yang lebih besar untuk negara atau sektor swasta dalam ranah ekonomi. Rata-rata jawaban yang
diberikan bervariasi dari Partai Gerindra dengan skor 3,05 hingga PKS dengan skor 4,88. Ketika
ditanya apakah partai mereka lebih mewadahi kepentingan orang miskin atau investor, semua
responden menyatakan partai mereka lebih membela kepentingan kaum miskin, dengan rata-rata
partai berkumpul di antara skor 2,09 (PKB) dan 3,34 (Golkar).
Masih terkait pertanyaan yang kami ajukan sebelumnya, yakni apakah partai memprioritaskan
9
kesetaraan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi, partai yang paling pro-kesetaraan adalah Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan skor 4,26, sedangkan partai yang paling pro-pertumbuhan
ekonomi adalah Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dengan skor 5,58 (sedikit di atas tengah
deret ukur, yaitu 5,5). Dengan sedikit variasi di sepanjang deret ukur (4,26-5,58), dan skor rata-
rata seluruh partai 4,99, kita dapat menyimpulkan bahwa semua partai Indonesia merasa harus
mengejar keseimbangan antara egalitarianisme dan pertumbuhan ekonomi.

Ada beberapa pola yang nampak dalam data kami: PDI-P cenderung diposisikan condong ke kiri
dalam sebagian besar isu, sementara PPP ada di posisi kanan-jauh, setidaknya dilihat dari
responsnya terhadap isu-isu sosial atau agama.
Kendati demikian, secara keseluruhan temuan kami memberikan gambaran ajeg tentang
pengerucutan ideologis partai di berbagai ranah isu kecuali agama. Bahkan ketika perbedaan
skornya kecil, para politisi menuntut partai mereka mengambil suatu sikap yang mencerminkan
asumsi dasar yang kerap muncul dalam studi-studi politik Indonesia: bahwa partai-partai ini pada
dasarnya berbeda atau hanya bisa bisa dibedakan dari penyikapannya atas peran Islam dalam
kehidupan publik dan politik.
Terlepas dari minimnya perbedaan sikap antar partai di banyak isu, benarkah preferensi
kebijakan para politisi masih selaras dengan publik pemilih? Pertanyaan-pertanyaan seperti
inilah yang bakal kami dalami dalam makalah yang terbit kelak. Dengan secara sistematis
mengukur perspektif elit tentang ranah-ranah kebijakan inti dan membandingkannya dengan
preferensi masyarakat, kita dapat menjajaki seberapa baik sistem politik Indonesia berfungsi
mewakili kepentingan dan ideologi warganya.

G. Politik Luar Negeri

Politik menurut Robert adalah suatu cara atau seni yang dilakukan untuk memerintah kelompok
manusia tertentu agar tujuan yang diinginkan tercapai. Pengertian politik secara umum.
Berdasarkan pengertian poltik secara bahasa dan ciri-ciri sistem politik, maka dapat disimpulkan
bahwa politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan menentukan tujuan
bersama, kegiatan yang melaksanakan tujuan yang disepakati, dan kekuasaan yang mengatur
agar tujuan tercapai.

Politik negara berarti merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan menentukan
tujuan bersama, melaksanakan tujuan, dan kekuasaan yang mengatur kebijakan dan landasan
negara agar tercapainya tujuan nasional. Politik suatu negara dibagi menjadi dua bagian, yaitu
politik luar negeri dan poltik dalam negeri. Sesuai judul artikel ini, maka kita akan membahas
politik luar negeri.

Setelah memahami pengertian politik, selanjutnya kita akan membahs pengertian politik luar
negeri. Beberapa pengertian politik luar negeri yang dapat dijadikan acuan, yaitu:

a. Menurut Buku “Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia”

10
Yang terbit antara tahun 1984 – 1988, politik luar negeri adalah suatu kebijakan yang diambil
oleh pemerintah suatu negara dalam berhubungan dengan negara-negara lain secara internasional
untuk mencapai tujuan nasional negara tersebut. Kebijakan-kebijakan atau politik luar negeri
tersebut meliputi landasan, prinsip, perangkat, nilai, sikap, sampai taktik atau strategi yang harus
dilakukan dalam berhubungan dengan negara lain. Dengan demikian dalam hubungan
internasionalnya, negara tidak dapat dipengaruhi oleh kekuasaan negara lain dalam bidang sosial,
budaya, dan ekonomi. Karena apabila ini terjadi, tujuan dari politik luar negeri yang berdasarkan
kepentingan nasional tidak akan tercapai.

b. Menurut Hudson

Politik luar negeri didefinisikan sebagai bagian dari kebijakan hubungan internasional yang
menjadi panduan bagi negara untuk melakukan hubungan dengan negara lain. Baik itu hubungan
yang baik dan bersahabat, maupun hubungan yang saling bertentangan atau bermusuhan.

c. Menurut Plano dan Olton

Politik luar negeri adalah semua taktik, strategi, dan rencana tindakan yang dibuat oleh lembaga-
lembaga kekuasaan negara dalam berhubungan dengan negara lain untuk mencapai tujuan
nasional negara. Taktik dan strategi tersebut biasanya unik, setiap negara mempunyai cara yang
berbeda dengan negara lain.

Kebijakan politik luar negeri tiap negara unik karena merupakan aspirasi suatu negara yang
harus dipertahankan dan diperjuangkan oleh pemerintahan negara di dunia internasional. Tujuan
nasional yang ingin dicapai tiap negara dalam berhubungan dengan negara lain juga berbeda
sesuai kesepakatan para pendiri negara tersebut yang tertuang dalam konstutusinya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi politik luar negeri suatu negara adalah:

d. Faktor Dalam Negeri

Faktor dalam negeri yang mempengaruhi kebijakan poltik luar negeri suatu negara meliputi
sistem pemerintahan, kondisi geografis suatu negara, ideplogi bangsa konstitusi, kepentingan
negara, dan tujuan nasional negara. Selain itu, partai politik, sistem pemerintahan yang
berlangsung, dan pemimpin pemerintahan yang berkuasa juga berpengaruh kepada kebijakan
politik luar negeri. Umumnya setiap pergantian pemerintahan, akan terjadi perbedaan kebijakan
dan cara tetapi tetap berpedoman pada landasan dan prinsip politik luar negeri yang dimilikinya.

e. Faktor Luar Negeri

Faktor luar negeri yang mempengaruhi kebijakan politik luar negeri suatu negara adalah
globalisasi dan kebijakan / sistem poltik di berbagai negara di dunia.  Globalisasi yang
berpengaruh dengan politik luar negeri adalah komunikasi dan transportasi yang semakin cepat.
Hal ini membuat tiap negara harus membuat strategi politik yang selalu siap dengan perubahan
yang sangat cepat. Sementara sistem poltik negera lain dan kebijakannya terhadap negara
tersebut, akan mempengaruhi sikap yang akan diambil, apakah akan menjalin hubungan baik
atau sebaliknya.

11
H. Landasan-Landasan Dalam Politik Luar Negeri Indonesia

Indonesia mempunyai sejarah politik dalam negeri yang panjang sejak zaman kolonial, merdeka,
sistem pemerintahan orde lama, sistem pemerintahan orde baru, sampai masa reformasi saat ini.
Meskipun baru tujuh kali pergantian pimpinan pemerintahan (Presiden), tapi dinamika yang
terjadi sangat besar. Hal ini berpengaruh  pada politik luar negeri Indonesia. Secara garis besar,
dengan berbagai dinamika politik dalam negeri yang terjadi, ada 3 landasan politik luar negeri
Indonesia dan 4 prinsip yang tetap harus terus dipegang. Landasan dalam politik luar negeri
Indonesia yang digunakan, yaitu :

a. Landasan Idiil

Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari sangat diutamakan. Begitu pula pelaksanaan politik luar negerinya,
Indonesia mempunyai landasan idiil Panasila yang otomatis pedomannya  kelima sila Pancasila.
Penjabaran kelima sila Pancasila sebagai landasan dalam politik luar negeri Indonesia, yaitu :

 Sila Pertama

Ketuhanan yang Maha Esa. Artinya bahwa bangsa Indonesia memandang manusia sebagai
makhluk yang sama sebagai ciptaan tuhan tanpa membedakan ras, suku, dan agama. Oleh karena
itu bangsa Indonesia mengakui bahwa semua manusia dan semua bangsa sama derajanyat. Tidak
ada negara yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada bangsa Indonesia. Sila Kedua

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Setelah mengakui bahwa semua menusia adalah sama
sebagai makhluk ciptaan Tuhan, selanjutnya bangsa Indonesia juga mengakui bahwa manusia /
bangsa lain mempunyai martabat yang sama. Dengan demikian, politik luar negeri Indonesia
menghindari penindasan terhadap negara lain dan menolak negara lain yang akan menindas /
menjajah bangsa Indonesia.

 Sila Ketiga

Persatuan Indonesia. Politik luar negeri Indonesia menempatkan persatuan kesatuan di atas


segalanya. Artinya, segala bentuk kebijakannya akan lebih mementingkan kepentingan negara, di
atas kepentingan golongan / kelompok / pribadi dan kepentingan negara lain. Sila Keempat

Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan


Perwakilan.  Berdasarkan hal ini, segala kebijakan poltik luar negeri Indonessia dihasilkan dari
musyawarah lembaga-lembaga yang terkait atas aspirasi rakyat Indonesia. Begitu pula apabila
terjadi permasalahan terkait politik luar negeri Indonesia, baik itu masalah dengan negara lain
atau masalah dalm negeri Indonesia, maka akan diselesaikan dengan cara musyawarah. Prinsip
dasar prinsip-prinsip dasar demokrasi Pancasila dijunjung tinggi di sini.

 Sila Kelima

12
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila ini menyatakan bahwa, landasan politik luar
negeri Indonesia adalah keadilan yang menyeluruh dan tidak mementingkan satu pihak negara
yang berhubungan. Hasilnya, pembangunan yang dicapai (termasuk kebijakan politik luar
negeri) dapat dinikmati seluruh rakyat Indonesia.

b. Landasan Konstusional

Landasan konstitusional poltik luar negeri Indonesia adalah UUD 1945. Undang-Undang Dasar
1945 sebagai sumber hukum tertinggi yang ada di Inodesia memuat jelas bagaimana politik luar
negeri Indonesia seharusnya diatur. Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 yang dijadikan
landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia, yaitu :

 Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan” dan pembukaan UUD 1945 alinea 4, “…. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial..”. Berdasarkan kedua
pernyataan di atas, politik luar negeri Indonesia haruslah poltik yang bertujuan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia dan tidak mendukung penindasan terhadap negara lain.

 UUD 1945 Pasal 11 Ayat 1

“Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perjanjian, dan perdamaian
dengan negara lain”.
Presiden sebagai kepala pemerintahan berhak menentukan kebijakan politik luar negeri
Indonesia dengan tetap berpegang pada tujuan negara dan landasan hukum yang ada. Kebijakan
Presiden tersebut harus disetujui oleh DPR yang mewakili aspirasi rakyat Indonesia.

 UUD 1945 Pasal 13 Ayat 1

“Presiden mengangkat duta dan konsul”, ayat 2 “Dalam hal mengangkat duta, Presiden
mempertimbangkan DPR”,dan ayat 3” Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
mempertimbangkan DPR”.
Duta adalah seorang pejabat diplomatik yang dikirimkan pemerintahan suatu negara ke negara
lain atau badan Internasional untuk mewakili negaranya, mengerjakan segala sesuatu yang terkait
dengan hubungan negara yang diwakilinya dengan negara atau badan internasional
tersebut. Negara atau badan internasional yang dikirimkan duta adalah negara atau badan
internasional yang mempunyai hubungan kerjasama (diplomatik) dengan negara pengirimnya.

Konsul adalah seorang pejabat diplomatik yang dikirimkan pemerintahan suatu negara ke negara
lain untuk mewakili negaranya. Tugas konsul hampir sama dengan seorang duta, namun negara
yang dikirimkan konsul adalah negara yang belum punya hubungan diplomatik atau kerjasama
dengan pengirimnya. Duta dan konsul ini diangkat oleh Presiden sebagai perwakilan Pemerintah
Indonesia di luar negeri dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Biasanya kantor duta dan

13
konsul menjadi satu alamat dengan tempat tinggalnya.  Jabatan ini juga setingkat dengan menteri
di tingkat Pemerintahan Dalam Negeri Indonesia.

c. Landasan Operasional

Selain landasan idiil dan landasan konstitusional, politik luar negeri Indonesia juga mempunyai
landasan operasonal. Landasan ini merincikan secara jelas dan lengkap semua kebijakan politik
luar negeri, aturannya, dan lembaga-lembaga yang terkait. Landasan operasional politik luar
negeri Indonesia saat ini adalah :

 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1990 Tentang Hubungan Luar Negeri. Undang-


Undang ini berisi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kebijakan hubungan
luar negeri, politik luar negeri, dan perjanjian internasional Indonesia. (baca
juga: Pemerintahan Orde Baru)
 Undang-Undang No 24 Tahun 200 Tentang Perjanjian Internasional. Undang undang ini
membahas tentang perjanjian internasional secara detil. Bahasannya mencakup definisi,
pengesahan,  penerimaan dan penyetujuan, surat kepercayaan, persyaratan, pernyataan,
organisasi internasional, dan status perjanjian kerjasama apabila terjadi pergantian kepala
negara (suksesi negara). Dalam UU ini juga menjelaskan penujukkan menteri yang
mengurus urusan luar negeri dan hubungan luar negeri.
 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Di dalam ini tertulis dengan rinci definisi perencanaan, pembangunan, sistem
perencanaan pembangunan, dan semua rencana langkah-langkah pembangunan nasional
Indonesia. Atas dasar landasan operasional UU ini, maka kebijakan politik luar negeri
Indonesia dibuat. (baca juga: Fungsi APBN)
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang,
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tentang Rencana Kerja Pemerintah,  dan Peraturan
Presiden No 5 Tahun 2010 Tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Semua
UU, PP, dan Perpres ini sama dengan landasan operasional sebelumnya, menjadi
landasan membuat kebijakan poltik luar negeri Indonesia. Dengan demikian, kebijakan
poltik luar negeri pada akhirnya mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional.
 Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan RI di Luar
Negeri dan Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004
Tentang Tata Kerja Perwakilan RI di Luar Negeri. Keputusan pemerintah Indonesia ini
menjadi landasan operasional seluruh perwakilan RI di luar negeri.

I. Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia

 Selain landasan yang telah kita bahas di atas, politik luar negeri Indonesia mempunyai 4 prinsip
yang didasari landasan idiil, konstusional, dan operasionalnya. Berdasarkan  surat Menteri Luar
Negeri Indonesia tanggal 19 Mei 1983 dalam Dokumen Rencana Strategi Politik Luar Negeri
Indonesia,keempat prinsip politik luar negeri Indonesia, yaitu :
a. Prinsip Bebas Aktif

Menurut Mukhtar Kusumaatmadja, politik luar negeri Indonesia bebas, artinya poltik yang tidak
memihak negara atau organisasi internasional manapun dan juga tidak berpihak pada pada

14
kekuatan internasional apapun yang tidak sejalan dengan landasan idiil Pancasila dan landasan
konstitusional UUD 1945. Sedangkan politik luar negeri yang aktif adalah poltik yang terus aktif
dalam menjalankan kebijakan internasional dan selalu tanggap dan epat respon terhadap semua
masalah yang terjadi di dunia internasional. Jadi poltik bebas aktif yaitu politik luar negeri yang
tidak memihak pada satu kekuatan negara manapun, namun tetap aktif menjalankan
kebijakannya dan selalu menanggapi dnegan epat semua masalah yang terjadi di dunia
internasional.

b. Prinsip Anti Kolonialisme

Sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, poltik luar negeri Indonesia anti kolonialisme atau anti
penjajahan. Indonesia tidak akan mendukung segala bentuk penjajahan terhadap negara lain dan
menolak kolonialisme kembali ke Indonesia, sebagai berikut:

1. Prinsip mengabdi kepada kepentingan nasional, Segala bentuk kebijakan pemerintah,


termasuk kebijakan politik luar negerinya harus mengabdi kepada kepentingan nasional
bukan kepentingan negara manapun dan atau kepentingan kelompok / golongan tertentu.
2. Prinsip demokrasi, prinsip keempat poltik luar negeri Indonesia adalah
demokrasi. Demokrasi di sini adalah menghormati demokrasi negara lain dengan tetap
memegang teguh demokrasi Indonesia.  Artinya, hubungan Indonesia dengan negara lain,
tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara tersebut, begitu pula sebaliknya.

Bukti bahwa Indonesia menganut prinsip poltik luar negeri bebas aktif, anti kolonialisme,
mengabdi kepada kepentingan nasional, dan demokrasi adalah  adanya peran Indonesia di dunia
internasional. Contoh peran Indonesia di dunia internasional antara lain :

 Gerakan Non Blok. Gerakan ini didasari dengan diselenggarakannya Konfrensi Asia
Afrika tahun 1955 di Bandung dan menghasilkan Deklarasi Bandung.  Gerakan non blok
merupakan gerakan negara-negara Asia Afrika yang tidak akan memihak negara
manapun yang saat itu sedang berkuasa, yaitu Amerika Serikat  (Blok Barat) dan Uni
Sovyet (Blok Timur).  Selain itu gerakan non blok adalah gerakan-gerakan negara asia
afrika yang anti kolonialisme.
 Mengakui kedaulatan negara lain
 Ikut bekerja sama dalam organisasi internasional seperti PBB dan ASEAN
 Sejak tahun 1957 ikut serta mengirimkan pasukan perdamaian, yang disebut Pasukan
Garuda, ke negara-negara yang sedang bersengketa seperti Mesir, Kongo, Vietnam, dan
beberapa negara Timur Tengah Lain.
 Mengadakan hubungan kerjasama bilatateral dengan negara-negara lain dalam berbagai
bidang, seperti hukum, ekonomi, sosial, dan budaya.
 Ikut membantu negara yang sedang terkena musibah dan banana alam.

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Idiologi politik merupakan himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan


dan keyakinan yang dimiliki seorang atau sekelompok orang untuk mencapai
tujuan, keputusan, kekuasaan dan mengatur untuk menuju kearah yang lebih baik
(madani dan harmonis). Ideologi menjadi dasar sikap terhadap kejadian dan
permasalahan politik yang dihadapi serta penentu tingkah laku politik.

2. Persepsi ideologis penting adanya. Seandainya pun partai-partai ini mau bekerja
sama untuk berbagi kekuasaan—seperti yang ditekankan oleh tesis tentang kartel
partai—masih mungkin mereka mempromosikan visi ideologis dan kebijakan
yang berbeda begitu menjabat.

3. Indonesia mempunyai sejarah politik dalam negeri yang panjang sejak zaman
kolonial, merdeka, sistem pemerintahan orde lama, sistem pemerintahan orde
baru, sampai masa reformasi saat ini. Meskipun baru tujuh kali pergantian
pimpinan pemerintahan (Presiden), tapi dinamika yang terjadi sangat besar. Hal
ini berpengaruh  pada politik luar negeri Indonesia. Secara garis besar, dengan
berbagai dinamika politik dalam negeri yang terjadi, ada 3 landasan politik luar
negeri Indonesia dan 4 prinsip yang tetap harus terus dipegang.

4.  Selain landasan yang telah kita bahas di atas, politik luar negeri Indonesia
mempunyai 4 prinsip yang didasari landasan idiil, konstusional, dan
operasionalnya. Berdasarkan  surat Menteri Luar Negeri Indonesia tanggal 19 Mei
1983 dalam Dokumen Rencana Strategi Politik Luar Negeri Indonesia,keempat
prinsip politik luar negeri Indonesia.

16
Daftar Pustaka

Windu, Jusuf (2018) Mapping Indonesian Political Sprectrum, Jakarta : Tirto

Budiardjo,Miriam. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Budiardjo, Miriam (2008) (edisi revisi). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.

Magnis-Suseno, Franz. 1999. Pemikiran Karl Marx: dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme. Jakarta: Gramedia.

Surbakti Ramlan.1999.Memahami ilmu politik. , Jakarta :Gramedia Widia sarana Indonesia

Rodee Clymer, Carlton dkk. 2009. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers

Firmansyah. 2011, Mengelola partai politik, Komunikasi dan positioning idelogi politik di era
demokrasi. Jakarta, Yayasan pustaka obor Indonesia.

Syam, Firdaus, 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara

Faizie,Akhmad dan  Hawaim Machrus.2010. Kepribadian otoritarian dan ideologi politik (studi
kualitatif terhadap fungsionaris dan simpatisan empat partai politik di surabaya). Surabaya.
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Feith, H., & Castle, L. (ed). (1988). Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta: LP3ES.

Sinaga, Rudi Salam . 2013. Pengantar Ilmu Politik (Kerangka Berfikir dalam Dimensi Arts,
Prexis & Policy), Yogyakarta: Graha Ilmu.

UUD 1945 (2012), Surabaya: Anugrah

17

Anda mungkin juga menyukai