Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM KONSTITUSI

“PENGERTIAN HUKUM KONSTITUSI”

Dosen Pengampu

Rafiqatul Haniah, M.H.

Kelompok 1

Disusun Oleh :
1. Surya Adi Chandra (1860103221002)
2. Sukma Ayu Rahmawati (1860103221004)
3. Syabilla Divadestia Elena (1860103221005)

HTN C

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTASSYARIAH DAN ILMU HUKUM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala karunia-nya
sehingga penulis makalah ini dapat terselesaikan, Shalawat dan salam semoga
senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini maka kami


mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag. Selaku Rektor UIN SATU Tulungagung.

2. Bapak Nur Effendi, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
UIN SATU Tulungagung.
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. Selaku Kepala Jurusan Hukum Tata
Negara UIN SATU Tulungagung.
4. Ibu Rafiqatul Haniah, M.H. Selaku dosen mata kuliah Hukum Konstitusi, yang
memberikan bimbingan dan arahannya selama proses pembuatan makalah.
5. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allah SWT.
Akhirnya, penulisan makalah ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca,
dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan.

Tulungagung, 5 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Hukum Konstitusi dalam Istilah Kuno dan Istilah Modern ....... 3

1. Pengertian Hukum Konstitusi dalam Istilah Kuno ................................... 4

2. Pengertian Hukum Konstitusi dalam Istilah Modern ............................... 5

B. Pengertian Hukum Konstitusi (Asal Kata, Arti Semantik, dan Arti


Sosiologis, Yuridis, dan Teoritis) ........................................................................ 5

1. Pengertian Hukum Konstitusi (Asal Kata) ............................................... 5

2. Pengertian Hukum Konstitusi (Arti Semantik) ........................................ 6

3. Pengertian Hukum Konstitusi (Arti Sosiologis, Yuridis, dan Teoritis).... 6

BAB III PENUTUP................................................................................................. 8

A. Kesimpulan................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelengaraan suatu negara, konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis
yang lazim disebut undang-undang dasar dan dapat pula tidak tertulis,
undang-undang dasar menempati tata urutan peraturan perundang-undangan
tertinggi dalam negara, dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna
permakluman tertinggi yang menetapkan antara lain pemegang kedaulatan
tertinggi, sturktur negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan kekuasaan
legislatit, kekuasaan peradilan dan berbagai lembaga negara serta hak-hak
rakyat.

Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma dasar


yang hidup dalam masyrakat dan dalam praktek penyelengaraan negara turut
mempengaruhi perumusan pada naskah dengan demikian suasana kebatinan
yang menjadi latar belakang filosofi, sosiologis, politis dan histori perumusan
yuridis suatu ketentuan undang-undang dasar perlu dipahami dengan
seksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya ketentuan yang
terdapat pada pasal –pasal undang-undang dasar.

Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi dan paling fundamental


sifatnya karena merupakan sumber legitimasi atau landasan otoritas bentuk
bentuk hukum atau peraturan perundang-undangan lainya, sesuai dengan
prinsip hukum yang berlaku univeral agar peraturan yang tingkatanya berada
di bawah undang-undang dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan itu
tidak boleh bertantangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut .

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Hukum Konstitusi dalam Istilah Kuno dan Istilah
Modern?
2. Bagaimana Pengertian Hukum Konstitusi dalam Asal Kata, Arti
Semantik, dan Arti Sosiologis, Yuridis, dan Teoritis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian Hukum Konstitusi dalam
Istilah Kuno dan Istilah Modern.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengetian Hukum Konstitusi dalam Asal
Kata, Arti Semantik, dan Arti Sosiologis, Yuridis, dan Teoritis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Konstitusi dalam Istilah Kuno dan Istilah Modern


Dari sisi definisi dapat dikatakan, Hukum Konstitusi adalah himpunan
norma atau kaidah konstitusi suatu negara. Definisi ini menyiratkan bahwa
“hukum konstitusi” merupakan dokumen yang berisi norma atau kaidah-
kaidah hukum untuk mengoperasionalkan penyelenggaraan kekuasaan
negara.
Dari segi konseptual, dapat dirujuk pandangan A.V. Dicey dalam
bukunya berjudul: "An Introduction To The Study of The Law of The
Constitution" membagi, Hukum Tata Negara (HTN) Inggris yakni
Constitutional Law atas 2 (dua) bagian, mencakup :
1. Law of the Constitution dapat diterjemahkan sebagai "Hukum Konstitusi"
2. Convention of the Constitution dapat diterjemahkan sebagai "Konvensi
Ketatanegaraan"
Perbedaan kedua bagian itu terletak pada "karakter hukum" dalam arti
sifat khas menurut aturan hukum. "The Law of The Constitution" benar-benar
memiliki "karakter hukum", artinya apabila aturan hukum dari "The Law of
The Constitution" itu dilanggar, maka kasus itu dapat diajukan ke Pengadilan,
dan jika terbukti sebagai pelanggaran, maka hakim akan menjatuhkan sanksi.
Jadi singkatnya apabila "The Law of The Constitution" dilanggar akan
dikenakan sanksi. Di balik itu betapa pun pentingnya "The Convention of The
Constitution" itu dalam praktek penyelenggaraan negara, tetapi pelanggaran
terhadap "The Convention of The Constitution" tidak dapat dikenai sanksi.
Hal itu disebabkan, dari sudut pandang Pengadilan di Inggris, bahwa "The
Convention of The Constitution" tidak memiliki "karakter hukum", atau
pelanggaran terhadap "konvensi ketatanegaraan" tidak dapat dikenakan
sanksi yuridis, tetapi dapat dikenakan "sanksi politik" (dipecat dari jabatan,
dikucilkan atau "dipersonanongratakan" dari pergaulan politik).
Merujuk pandangan A.V. Dicey itu, dapat dikatakan secara konseptual

3
"Hukum Konstitusi" (HK) adalah norma atau kaidah hukum yang mengkaji
teks yang tersurat dan tersirat di dalam pasal-pasal undang-undang dasar.
Pengertian "Hukum Konstitusi" ini dapat dikatakan pengertian yang sempit.
Di balik itu pengertian yang luas mengenai "Hukum Konstitusi
Indonesia", dianut oleh Soehardjo (Guru Besar Undip). Ia berpendapat bahwa
"Hukum Konstitusi" tidak terbatas pada Undang-Undang Dasar saja, tetapi
termasuk Ketetapan-Ketetapan MPR dan Undang-Undang yang mengatur
fungsi, wewenang, kewajiban, hubungan lembaga-lembaga maupun warga
negara. Jadi hukum dasar tertulis dalam ketatanegaraan Indonesia,
didalamnya termasuk UUD 1945, TAP MPR dan peraturan-peraturan lainnya
yang mengatur susunan Negara Republik Indonesia, bentuknya, tujuannya,
hubungan antara alat- alat perlengkapan yang satu dengan yang lain dan
bagaimana hak dan kewajiban warga negara. Di samping itu masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang timbul dari praktek penyelenggaraan
pemerintahan negara. (Bambang Daroeso, dkk.; 1983: 2).
Bila disimak pandangan ini pengertian "Hukum Konstitusi" dalam arti
luas itu terdiri dari dua bagian mencakup "hukum dasar tertulis" (UUD 1945,
Tap MPR, dan UU yang materi muatan atau isinya mengatur kekuasaan
lembaga-lembaga negara) dan "hukum dasar tidak tertulis" (praktek
ketatanegaraan).

1. Pengertian Hukum Konstitusi dalam Istilah Kuno


Awal muncul istilah konstitusi, dalam catatan sejarah klasik terdapat
dua perkataan yang berkaitan erat dengan pengertian sekarang tentang
konstitusi, yaitu dalam perkataan Yunani kuno 'politeia' dan perkataan
bahasa Latin 'constitutio' yang juga berkaitan dengan kata 'jus'. Dalam
kedua perkataan 'politeia' dan 'constitutio' itulah awal mula gagasan
konstitusionalisme diekspresikan oleh umat manusia beserta hubungan di
antara kedua istilah tersebut dalam sejarah. Jika kedua istilah tersebut
dibandingkan, dapat dikatakan bahwa yang paling tua usianya adalah kata
'politeia' yang berasal dari kebudayaan Yunani.

4
Pada masa Yunani Kuno, pengertian konstitusi masih bersifat
materiil, dalam arti belum berbentuk seperti yang dapat dimengerti di
zaman modern. Namun, perbedaan antara konstitusi dengan hukum biasa
sudah tergambar dalam pembedaan yang dilakukan oleh Aristoteles
terhadap pengertian politeia dan nomoi. Pengertian politeia dapat
disepadankan dengan arti konstitusi, sedangkan nomoi adalah undang-
undang biasa. Politeia cenderung mengandung kekuasaan yang lebih
tinggi daripada nomoi karena politeia mempunyai kekuasaan pembentuk
sedangkan nomoi tidak ada karena ia hanya merupakan materi yang harus
dibentuk. Dalam kebudayaan Yunani, istilah konstitusi berhubungan erat
dengan ucapan Republica Constituere yang melahirkan semboyan,
Prinsep Legibus Solutus Est, Salus Suprema Lex, yang artinya, 'Rajalah
yang berhak menentukan struktur organisasi Negara karena dialah satu-
satunya pembuat undang-undang.

2. Pengertian Hukum Konstitusi dalam Istilah Modern


Penganut paham modern dengan tegas menyamakan pengertian
konstitusi dengan undang-undang dasar yang di pelopori oleh C.F.Srtong
dan James Bryce, dalam bukunya, Modern Political Constitutions.
James menyatakan,pengertian konstitusi sebagai kerangka Negara
yang diorganisir melalui Hukum.

B. Pengertian Hukum Konstitusi (Asal Kata, Arti Semantik, dan Arti Sosiologis,
Yuridis, dan Teoritis)
1. Pengertian Hukum Konstitusi (Asal Kata)
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Prancis (constituer) yang berarti
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksudkan ialah
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara.
Sedangkan istilah Undang-Undang Dasar merupakan terje- mahan
istilah yang dalam bahasa Belandanya Gronwet. Perkataan wet
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia undang-undang, dan grond

5
berarti tanah/dasar.
Di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
nasional, dipakai istilah Constitution yang dalam bahasa Indonesia disebut
konstitusi." Pengertian konstitusi, dalam praktik dapat berarti lebih luas
daripada pengertian Undang-Undang Dasar, tetapi ada juga yang
menyamakan dengan pengertian Undang-Undang Dasar. Bagi para sarjana
ilmu politik istilah Constitution merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu
keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah preposisi yang berarti
"bersama dengan...", sedangkan statuere berasal dari kata sta yang
membentuk kata kerja pokok stare yang berarti berdiri. Atas dasar itu, kata
statuere mempunyai arti "membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan/menetapkan". Dengan demikian, bentuk tunggal (constitutio)
berarti menetapkan sesuatu secara bersama- sama dan bentuk jamak
(constitusiones) berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan.

2. Pengertian Hukum Konstitusi (Arti Semantik)


Konstitusi yang mengandung makna yang ideal sebagaimana di cita-
citakan kaum borjuis-liberal untuk perlindungan hak- hak sipil dan politik
bagi individu. Dalam praktek norma- norma konstitusi tidak
terimplementasikan, tetapi hanya dijadikan jargon atau semboyan saja.
Buktinya kaum borjuis melakukan penjajahan yang melanggar HAM.

3. Pengertian Hukum Konstitusi (Arti Sosiologis, Yuridis, dan Teoritis)


a) Arti Sosiologis.
Pengertian sosiologis atau politis (sosiologische atau politische
begrip). Konstitusi adalah sintesis faktor-faktor kekuatan yang nyata
(dereele machtsfactoren) dalam masyarakat. Jadi konstitusi

6
menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan yang terdapat
dengan nyata dalam suatu negara. Kekuasaan terse- but di antaranya:
raja, parlemen, kabinet, pressure groups, partai politik, dan lain-lain;
itulah yang sesungguhnya konstitusi.
b) Arti Yuridis (yuridische begrip).
Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan
negara dan sendi-sendi pemerintahan.
c) Arti Teoritis.
Kata teori mempunyai makna bahwa untuk memberikan suatu
pertanggungjawaban secara ilmiah harus berdasarkan pada suatu teori.
Oleh karena itu, berbicara tentang teori konstitusi bukanlah suatu yang
serta merta dapat dipraktikkan dan bukan membicarakan nilai-nilai
praktis, melainkan mengenai nilai-nilai teoritis (theoritische waarde).
Teori konstitusi merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda,
karena untuk pertama kali diteliti di suatu universitas di Perancis, yang
memang selalu mengalami permasalahan mengenai konstitusi,
sehingga Perancis disebut sebagai ‘laboratory of constitutional making’
segala macam konstitusi dipelajari, sehingga sudah selayaknya teori
monstitusi dipelajari secara tersendiri.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sisi definisi dapat dikatakan, Hukum Konstitusi adalah himpunan
norma atau kaidah konstitusi suatu negara. Definisi ini menyiratkan bahwa
"hukum konstitusi" merupakan dokumen yang berisi norma atau kaidah-
kaidah hukum untuk mengoperasionalkan penyelenggaraan kekuasaan
negara. Dicey itu, dapat dikatakan secara konseptual "Hukum Konstitusi"
adalah norma atau kaidah hukum yang mengkaji teks yang tersurat dan
tersirat di dalam pasal-pasal undang-undang dasar. Pengertian "Hukum
Konstitusi" ini dapat dikatakan pengertian yang sempit.

Di balik itu pengertian yang luas mengenai "Hukum Konstitusi


Indonesia", dianut oleh Soehardjo . Ia berpendapat bahwa "Hukum
Konstitusi" tidak terbatas pada Undang-Undang Dasar saja, tetapi termasuk
Ketetapan-Ketetapan MPR dan Undang-Undang yang mengatur fungsi,
wewenang, kewajiban, hubungan lembaga-lembaga maupun warga negara.
Jadi hukum dasar tertulis dalam ketatanegaraan Indonesia, didalamnya
termasuk UUD 1945, TAP MPR dan peraturan-peraturan lainnya yang
mengatur susunan Negara Republik Indonesia, bentuknya, tujuannya,
hubungan antara alat- alat perlengkapan yang satu dengan yang lain dan
bagaimana hak dan kewajiban warga negara. Di samping itu masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang timbul dari praktek penyelenggaraan
pemerintahan negara.

Bila disimak pandangan ini pengertian "Hukum Konstitusi" dalam arti


luas itu terdiri dari dua bagian mencakup "hukum dasar tertulis" dan "hukum
dasar tidak tertulis".

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2020). Hukum Konstitusi. Yogyakarta: UII Press.

Atmadja, I. D. (2010). Hukum Konstitusi. Malang: Setara Press.

Suryawati, N. (2020). Hukum dan Teori Konstitusi.

Thaib, D., Hamidi, J., & Huda, N. (2012). Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai