Anda di halaman 1dari 8

METODE ISTINBATH HUKUM

(TEORI AMAR DAN NAHI)


MATA KULIAH PENERAPAN USHUL FIKIH DALAM MUAMALAH
PENGERTIAN ISTINBATH HUKUM

ISTINBATH

Etimologis Terminologi
Berasal dari kata benda an-
istinbāṭ’ adalah suatu upaya menemukan hukum-hukum
nabṭ’, bentuk masdar dari
syara dari nash al-Qur‟an dan as-Sunnah yang dilakukan
nabaṭa-yanbuṭu-nabṭan,
dengan dengan cara mencurahkan kemampuan nalar dan
yang berarti air yang keluar
pikiran. Menurut Imam Syafie Istinbath hukum adalah
dari dalam sumur yang kali
mengemukakan kaidah dasar dengan menunjukan bukti-
pertama digali.
bukti dari nash kemudian menganalisis secara cermat dan
‫اِستخراج‬
sempurna dengan melihat adanya keterkaitan antara
(mengeluarkan sesuatu yg
kaidah-kaidah dan bukti –bukti yang telah dijadikan kaidah
belum jelas)
METODE ISTINBATH HUKUM
METODE

Pendekatan Bahasa/Lafadz/Bayani Pendekatan Makna


Pola istinbath yang
bertumpuh pada kaidah-
kaidah kebahasan/
makna lafadz

Sisi makna (am, khas Sisi Penggunaan Sisi Kejelasannya Sisi cara pengungkapannya terhadap
dan musytarak) (haqīqah, majāz, (wadih, zahir) makna (ibārah an-naṣ, isyārah an-naṣ,
ṣarīh, dan kināyah) dalālah an-naṣ, dan iqtiḍā’ an-naṣ)
TEORI AMAR DAN NAHI
TEORI

AMAR NAHI
Definisi
ِ ِ
ِ ‫طَلَب‬
ِ ‫الف‬ ‫من االَعلى ايَل األدىَن‬
َ ‫وهو طلب الرَّت ك‬
‫اىل األد ىَن‬
َ ‫عل من األعلَى‬ ُ
Permintaan untuk melakukan Yaitu permintaan untuk meninggalkan
pekerjaan yang berasal dari posisi yang (sesuatu) yang berasal dari yang posisinya
tinggi ke posisi yang lebih rendah yang lebih tinggi kepada yang posisinya
instruksi ( Abdul Hamid Hakim) yang lebih rendah

ِ
‫الناهية‬ ٍ
َ‫خمصوصة هي املضارع املقرو ُن بال‬ ٍ
‫بصيغة‬ ِ
‫اإلستعالء‬ ‫يتضمن طلب الكف على وجه‬ ‫قول‬
ٌ
ِ ‫جه اإلستع‬ ُ
‫الء‬ ْ َ ِ ‫طلب الْ ِف‬
ِ ‫عل علَى و‬
ُ ‫يتضمن‬
ُ ‫قول‬
ُ َ
Perkataan yang mengandung permintaan untuk
Perkataan yang mengandung permintaan untuk menahan diri dari suatu perbuatan dalam bentuk
dilakukannya suatu perbuatan, dalam bentuk al-isti’la (dari isti’la’ (dari atas ke bawah) dengan bentuk khusus
yang lebih tinggi ke yang lebih rendah (Syaikh al-Utsaimin) yaitu fi’il mudhori’ yang didahului dengan ‘la nahiyah
TEORI AMAR DAN NAHI
Perintah tegas dengan Amar memakai kata kerja
menggunakan kata amara perintah secara langsung
dan yang seakar. Contoh QS. Al-Baqoroh [2]: 238
(QS. an-Nahl : 90)

Amar memakai kata kerja


Amar dalam bentuk mudhari yang disertai oleh
pemberitaan bahwa BENTUK lam al amr (huruf yang
perbuatan (kutiba) QS. Al- BENTUK AMAR berarti perintah) Al-Hajj
Baqoroh [2]: 178 [22]: 29.

Amar memakai redaksi Amar dengan


pemberitaan, namun yang menggunakan kata
dimaksud perintah. faradha. . Al-Ahzab [33]: 50
Al-Baqarah : 228
‫‪TEORI AMAR DAN NAHI‬‬
‫‪KAIDAH-KAIDAH‬‬

‫‪AMAR‬‬ ‫‪NAHI‬‬

‫َأألصل يف َألمر ل ْلو ِ‬


‫جوب‬ ‫ْ‬ ‫االصل يف النهي للتحرمي‬
‫ُ ُ‬

‫َّكر َار‬
‫َألمر الَ يَقتضي الت َ‬
‫أَألصل يف ُ‬ ‫بضد‪ِ S‬‬
‫ِّه‬ ‫االنّهي عن الشِّيِئ اَمر ِ‬
‫ٌ‬ ‫ُ َ‬

‫َألمر الَ يَقتضي الْ َف َوَر‬


‫أَألصل يف ُ‬ ‫الفساد ُمطلقاً‬
‫َ‬ ‫اَألصل يف النّ ِ‬
‫هى يَقتضى‬ ‫ُ‬

‫مقاص ِد‬
‫ئله و لِْلوساَ ِئل حكم الْ ِ‬
‫ُ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اَألمر بِ َّ‬
‫الشِئ َْأمٌر بوساَ َ َ‬ ‫ُ‬
‫َأصل يف النّ ِ‬
‫هى يَقتضى التّكر َار مطل ًقا‬ ‫ال ُ‬
‫الشِئ هَن ي عن ضدِّهِ‬‫ِ‬
‫اَألمر ب َّ ٌ َ ْ‬
‫ُ‬

‫باحةَ‬ ‫عد هَن ِي ي ِف ُ ِ‬


‫يد اال َ‬ ‫اَألمر بَ َ ُ‬‫ُ‬

‫اَألم ِر‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ا َذا فُعِل الْماْم ِِ‬


‫ور َع ْن عُ ْه َدة ْ‬
‫ور به َعلى َو ْجهه خَي ُْر ُج الْماْ ُم ُ‬
‫َ َُُ‬
HUBUNGAN DAN CONTOH TEORI AMAR DAN NAHI

• Dalam pembahasan secara umum amr dan nahy terbagi menjadi dua yaitu sharih (jelas) dan ghairu sharih
(tidak jelas). Sedangkan yang sahrih itu dibagi lagi menjadi dua yatu; Pertama, dari segi tidak
diperhitungkannya adanya alasan kemaslahatan, seperti adanya ‫إذا ن وديل لصالة منی وم ا لجمع ة ف ا س ع وا إ ليذكرهللا‬
‫ وذروا ا لبیع‬: ah’Jumu-al surat perintah dan larangan dalam ayat ini tidak diperhitungkan maksudnya, ketika ada
larangan maka harus dilaksanakan dan kalau ada larangan harus juga ditinggalkan. Kedua, Dari sisi
pemahamanya amr dan nahy, bahwa syari’ bermaksud adanya amr karena didalamnya terkadung
kemaslahatan, dan adanya nahy karena didalamnya ada suatu ke-fasad-andari (surat al-jum’ah: 9) diatas bisa
diambil pemahaman bahwa Allah memerintahkan untuk shalat jum’ah agar seorang hamba selalu menjaga
untuk melaksanakan shalat jum’at tanpa mengabaikannya. Sedangkan adanya pelarangan jual beli karena itu
akan menjadi tersibukkan denganya dan lupa akan shalat jum’at.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai