Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MULTI AKAD

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


FIQIH MUALAMAH KONTEMPORER

Dosen Pengampu:
Dr. Hasanudin, M.Ag. dan Dr. Muh. Fudhail Rahman, M.A.

Oleh:

Farhatun Najah: 21220433000011


Bambang Mursyid: 21220433000014

PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1444 H/ 2022
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya yang telah berjasa
menyiarkan dan memperjuangkan Agama Islam sehingga umat Islam terbimbing
hidupnya ke jalan yang benar dan jalan yang Allah SWT ridhoi.
Alhamdulillaah, dengan kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT dan
dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sebagai bentuk tanggung jawab untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
dengan judul Multi Akad.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Hasanudin, M.Ag. dan Dr.
Muh. Fudhail Rahman, M.A. yang telah membantu baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyajian, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga makalah ini bisa memberikan wawasan bagi para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk peng embangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 22 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………. : i
KATA PENGANTAR……………………………………………….. : ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. : iii
BAB I : 1
PENDAHULUAN
A. Latar : 1
Belakang…………………………………………………….. : 2
B. Rumusan Masalah…………………………………………......... : 2
C. Tujuan……………………………………………………………...
BAB II : 3
PEMBAHASAN
A. Konsep Multi Akad…………………………………………….. : 3
B. Contoh Penerapan Multi Akad .................................................... : 10
BAB III :
PENUTUP……………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………… : 11
B. Saran……………………………………………………… : 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… : 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama rahmatan lil „alamin. Agama yang mengatur
kehidupan manusia agar dapat menjadi manusia yang baik dan
mendapatkan kebaikan dalam kehidupannya. Semenjak diturunkannya
Nabi Adam sampai ditutupnya penyampaian risalah oleh Nabi
Muhammad, peraturan-peraturan yang dibebankan dan disarankan kepada
manusia terus mengalami pembaharuan sampai akhirnya peraturan-
peraturan tersebut disempurnakan di dalam Al-Qur‟an dan Hadits sebagai
landasan dasar bagi manusia untuk menentukan suatu hukum sampai
tibanya hari kiamat.
Nabi Muhammad selaku penutup para nabi pun sangat
berpengalaman dalam hal mualamah karena beliau pernah menjadi
seorang pedagang yang hebat pada masanya. Beliau tidak hanya
memberikan teori, namun juga memberikan contoh praktek dalam
bermualamah yang benar sehingga memudahkan para sahabat dan kita
sebagai umatnya dalam meneladani contoh yang beliau berikan.
Seiring dengan perkembangan zaman yang bergerak dengan cepat,
para ulama terus berupaya untuk menentukan hukum atas berbagai hal
baru agar masyarakat dapat melaksanakan sesuatu dengan benar sehingga
diharapkan dapat sesuai dengan ketentuan yang ALLAH telah gariskan.
Dalam menentukan suatu hukum, hendaknya para ulama dari
berbagai dispilin ilmu bersinergi agar dapat memutuskan suatu hal dengan
lebih menyeluruh (comprehensive). Alhamdulillah, berkaitan dengan
mualamah, telah ada Dewan Syariah Nasional (DSN) yang memberikan
fatwa yang dapat digunakan oleh seluruh umat Islam di Indonesia.
Salah satu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan pada saat
ini adalah adanya multi akad yang fenomenanya sangat beragam. Oleh
karena itu, penulis telah berupaya mengumpulkan dan menyimpulkan

1
berbagai sumber baik dari hadits maupun padangan para ulama atas
adanya multi akad.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini mencakup pembahasan tentang:
1. Konsep multi akad
2. Contoh penerapan multi akad

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Memberikan pengetahuan mengenai konsep multi akad
2. Memberikan contoh multi akad yang diperbolehkan
3. Menjelaskan bagaimana syarat multi akad yang di perbolehkan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Multi Akad


1. Pengertian Multi Akad

Multi akad dalam bahasa Inggris disebut dengan hybrid contract. Kata
hybrid dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “hibrida”, digunakan
pertama kali sebagai istilah bagi hasil persilangan (hibridasi atau
pembastaran) antara dua individu dengan geneotipe berbeda. Kata “hibrida”
dalam pengertian ini memiliki medan makna yang tumpang tindih dengan
“bastar” atau dalam sehari-hari disebut dengan blaster. Oleh karna itu hybrid
contract secara harfiyah sebgai kontrak yang dibentuk oleh kontrak yang
beragam. Hybrid contract dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan multi
akad. Menurut istilah fikih, multi akad berasal dari kata bahasa Arab yaitu
‫العقىد المر ّكب‬. Kata ‫ المر ّكب‬berasal dari isim maf‟ul ‫ يركب – تركبا‬- ‫ ركب‬yang secara
etimologi adalah al-jam‟u yang berarti mengumpulkan atau menghimpun. 1

Dalam buku-buku konteks fikih muamalah kontemporer, istilah multi


akad atau hybrid contract disebutkan dengan beragam istilah, antara lain al-
„uqud al-murakkabah (akad-akad yang bersusun), al-„uqud al-muta‟addidah
(akad-akad yang berbilang), al-„uqud al-mutaqobilah (akad-akad yang
berpasangan), al-„uqud al-mutami‟ah (akad-akad yang berhimpun), al-„uqud
al-mukhtalitah (akad-akad yang bercampur), al-„uqud al-mutakarrirah (akad-
akad yang berulang), al-„uqud al-mutadakhilah (akad-akad yang masuk
kepada akad yang lain). Namun ada 2 istilah yang paling popular yaitu al-
„uqud al-murakkabah dan al-„uqud al-mujtami‟ah, ada juga yang
menggunakan istilah al-„uqud al-mutaannisah (akad-akad yang sejenis).2

1
Nur Wahid, Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah, Cet. 1, (Yogyakarta : CV
BUDI UTAMA, 2019) h. 23
2
Panji Adam, Fikih Muamalah Kontemporer : Perkembangan Akad-Akad Dalam Hukum
Ekonomi Syariah (Malang : Inteligensia Media, 2021) h. 85

3
Menurut Nazih Hammad multi akad atau al-‟uqud al-murakkabah
ialah kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu akad yang
mengandung dua akad atau lebih, seperti jual beli dengan sewa menyewa,
hibah, wakalah, qardh, muzara‟ah, sharf (tukar menukar valuta asing),
syirkah, mudharabah, dst. Sehingga semua akibat hukum akad-akad yang
terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang ditimbulkannya,
dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
sebagaimana akibat hukum dari satu akad. Sedangkan Al-Imrani
mengistilahkan multi akad dengan al-‟uqud al-maliyah al-murakkabah, yaitu
kumpulan akad-akad maliyah yang menjadi satu akad dengan cara
menggabungkan atau saling menerima dimana semua hak dan kewajiban
terangkai seperti akad yang tunggal. 3 Sehingga dapat dipahami multi akad
adalah transaksi yang di dalamnya terdapat lebih dari satu jenis akad sehingga
semua akibat hukum, hak dan kewajiban yang ditimbulkan sudah menjadi
satu-kesatuan dan tidak dapat dipisah-pisahkan.

Multi akad tidak sama seperti saat akad itu berdiri sendiri. Misalnya
musyarakah mutanaqisah, mudharabah musyarakah, bai‟ wafa‟, bai‟
istighlal, bai‟ tawarruq, bai‟ attakhriji, dsb. Meskipun sudah menjadi satu
kesatuan, dalam pembuatan draft kontrak, akad-akad yang tergolong multi
akad tersebut ada yang dapat digabungkan dalam satu title kontrak dan
adapula yang dipisahkan. Untuk musyarakah mutanaqisah, masih ada
pendapat dan praktik yang memisahkannya menjadi dua akad, yakni akad
syirkah dan akad ijarah. Padahal keduanya bisa dibuat satu draft. Sedangkan
bai‟ wafa, bai‟ istighlal, sewa beli, kartu kredit, dapat disatukan dalam satu
dokumen (materai).

2. Jenis-jenis Multi Akad

3
Nur Wahid, Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah, Cet. 1, (Yogyakarta : CV
BUDI UTAMA, 2019) h. 23

4
Menurut Al-„Imrani, ada lima macam Multi Akad, yaitu: 1). Al-„Uqud
al-Mutaqobilah, 2). Al- „Uqud al-Mujtami‟ah, 3). Al-„Uqud al-Mutanaqidhah
wa al-Mutadhadah wa al-Mutanafiyah. 4). Al-„Uqud al-Mukhtalifah. 5). Al-
„Uqud alMutajanisah. Dari lima macam multi akad ini, yang lebih banyak
atau biasa dipakai adalah yang jenis pertama dan kedua. 4

1) Al-„Uqud al-Mutaqobilah (Akad bergantung / akad bersyarat)

Artinya kesempurnaan akad pertama bergantung pada kesempurnaan


akad kedua. Dengan kata lain satu akad bergantung dengan akad lainnya.
Akad dalam fikih dibagi menjadi dua kategori, yaitu akad muawwadah yang
bersifat bisnis dan akad tabarru‟ yang bersifat kebaikan atau sukarela. Dari
dua jenis akad ini, ada tiga akad bersyarat yang perlu diketahui hukumnya,
yaitu :

Pertama, akad tabarru‟ dengan syarat akad mu‟awwadah atau


sebaliknya. Sebagai contoh Ahmad meminjamkan uang kepada Andi dengan
syarat Andi membeli barang dagangan Ahmad. Model multi akad seperti ini
tidak sah berdasarkan hadist riwayat Ahmad dari Abu Hurairah:

ٍ َ ‫ وَهَى َع ْه بَيْ ٍع َو ٍ َسل‬: ‫م‬.‫أن ال ّرس ُْى َل هللا ِ َص‬


‫ف‬ َّ
“Nabi SAW melarang menggabungkan jual beli dengan salaf (pinjaman)”

Hal ini dilarang karena akad salaf merupakan akad tabarru‟, adanya akad
bai‟ kepada akad salaf berakibat akad salaf menjadi akad mu‟awadhah dan
akan berubah menjadi akad riba. 5

Kedua, akad mu‟awadhah dengan syarat akad mu‟awadhah. Sebagai


contoh, Ahmad menjual barang kepada Basyir dengan syarat Basyir me njual
barang kepada Ahmad (bai‟- bai‟), atau akad bai‟ dengan syarat akad ijarah
4
Panji Adam, Fikih Muamalah Kontemporer : Perkembangan Akad-Akad Dalam Hukum
Ekonomi Syariah (Malang : Inteligensia Media, 2021) h. 85
5
Harun, “Multi Akad Dalam Tataran Fikih”, SUHUF : Journals UMS, vol. 30, no. 2, (2018) :
178-193

5
seperti Ahmad menjual barang kepada Basyir dengan syarat Basyir menyewa
barang dari Ahmad. Model multi akad ini, para ulama berbeda pendapat : 1).
Ulama Syafi‟i, Hanafi, Hambali dan Ibnu Hazm memandang multi akad ini
tidak sah dengan dalil Hadits Nabi Saw riwayat Imam Malik dari Abu
Hurairah :

ٍ‫م َع ْه بَيْ َعتَيْ ِه ف ِ ْي بَيْ َعة‬.‫وَهَى ال ّرس ُْى ُل هللا ِ ص‬


“Rasulullah Saw melarang dua jual beli dalam satu jual beli”.

2). Madzhab Maliki menyatakan bahwa syarat yang dilarang dalam akad jual
beli adalah syarat akad ja‟alah, sharf, musaqah, syirkah dan qiradh. Akad-
akad ini bertentangan atau meniadakan maksud dari akad bai‟ itu sendiri.
Oleh sebab itu, multi akad (bai‟ dengan bai‟) atau (bai‟ dengan ijarah)
dibolehkan oleh Imam Malik, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim dan sebagaian
dari Ulama Madzhab Hambali dan Maliki. Mereka berargumen dengan
kaidah bahwa hukum asal dalam perkara muamalah adalah boleh, dan hadis
yang menyatakan bahwa umat muslim selalu konsisten dengan syarat mereka.

Ketiga, Akad tabarru‟ dengan syarat akad tabarru‟. Contoh pertama


dari multi akad ini akad qardh menjadi syarat akad qardh pertama (qardh-
qardh). Ada dua bentuk multi akad ini, yaitu: 1) Ahmad meminjamkan uang
kepada Basyir dengan syarat Ahmad meminjamkan uang lagi kepada Basyir
di waktu lain; 2) Ahmad meminjamkan uang kepada Basyir dengan syarat
Basyir meminjamkan uang kepada Ahmad. Para ulama mazhab Syafi‟i
menyatakan bahwa syarat dalam transaksi itu tidak berlaku dan akadnya tetap
sah. Sedangkan pada bentuk kedua, para ulama sepakat mengenai pelarangan
transaksi semacam ini, karena Rasulullah menyatakan bahwa setiap qardh
yang membawa manfaat bagi yang menghutangi adalah termasuk riba.
Contoh kedua dari multi akad jenis ini adalah akad qardh dengan syarat akad
hibah (qardhhibah) atau akad tabarru‟ lain selain qardh, seperti Ahmad
memberikan pinjaman kepada Basyir dengan syarat Basyir memberikan
hadiah kepada Ahmad, atau dengan syarat Basyir memi njamkan barang

6
kepada Ahmad dan sebagainya. Para ulama menyatakan bahwa akad jenis ini
dilarang karena terdapat manfaat yang kembali kepada pihak yang memberi
hutang, dan manfaat bagi pemberi hutang adalah termasuk riba yang
diharamkan.Contoh kedua dari multi akad jenis ini adalah akad qardh dengan
syarat akad hibah (qardh-hibah) atau akad tabarru‟ lain selain qardh, seperti
Ahmad memberikan pinjaman kepada Basyir dengan syarat Basyir
memberikan hadiah kepada Ahmad, atau dengan syarat Basyir meminjamkan
barang kepada Ahmad dan sebagainya. Para ulama menyatakan bahwa akad
jenis ini dilarang karena terdapat manfaat yang kembali kepada pihak yang
memberi hutang, dan manfaat bagi pemberi hutang adalah termasuk riba yang
diharamkan.

2) Al- „Uqud al-Mujtami‟ah (akad yang terhimpun dalam satu akad)

Adalah transaksi yang merupakan gabungan dari beberapa akad yang


berbeda yang menjadi satu kesatuan, beberapa akad yang ada bisa terjadi
pada satu objek akad ataupun dua objek akad yang berbeda, dengan harga
yang sama ataupun berbeda, dalam waktu yang sama ataupun waktu yang
berbeda, dengan implikasi hukum yang sama ataupun berbeda. 6

Menentukan hukum multi akad jenis ini berbenturan dengan tiga hadis
Nabi saw yang yang secara tekstual melarang multi akad, antara lain:

a. Hadis larangan melakukan dua jual beli dalam satu jual beli Imam Tirmidzi
dengan sanadnya dari Abu Hurairah.

b. Hadis larangan melakukan dua akad dalam satu akad Hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari „Abdullah bin Mas‟ud

c. Hadits riwayat Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi dan Nasa‟I

6
Moh Mofid, filsafat hukum ekonomi syariah : Kajian Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer, Cet. 1 (Jakarta : Kencana, 2021) h. 195

7
Hukum dari Multi Akad jenis al-mujtami‟ah secara tekstual (harfiyah)
adalah haram berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi dan Ahmad bahwa
Rasulullah Saw melarang dua jual beli dalam satu jual beli dan dua akad
dalam satu akad. Namun dari sisi lain, dalam bisnis modern tidak bisa
dilepaskan dari untung dan rugi, oleh sebab itu, jika para penjual, atau
lembaga-lembaga bisnis dalam menjual barang produknya hanya
menggantungkan satu akad saja, kadang-kadang pihak lembaga bisnis baik
perbankan maupun para penjual (pedagang) tidak dapat memperoleh
keuntungan, untuk dapat mendapatkan keuntungan, maka diperlukan akad
pendukung atau tambahan. Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan bahwa aplikasi
akad Gadai di Pegadaian Syari‟ah bukan Gadai (Rahn) yang bersifat mandiri,
melainkan rahn yang dikonvergensikan dengan akad lain, terutama akad
qardh dan ijarah.7

3) Al-„Uqud al-Mutanaqidhah

Adalah akad yang saling berlawanan dan menafikan satu sama


lainnya. Contoh menggabungkan akad jual beli dengan pinjaman, akad qardh
dengan ijarah. Kedua contoh multi akad ini terlarang, berdasar hadits
Rasulullah yang melarang akad jual beli dengan pinjaman (salaf).

4) Al-„Uqud al-Mukhtalifah

Yaitu multi akad, dimana akad-akad yang membangunnya


mempunyai perbedaan akibat hukum, namun akad-akad yang mempunyai
akibat hukum berbeda saling mendukung pada akad pertama, sehingga
menjadi kesatuan akad.. al-‟uqud al mukhtalifah ini tidak seperti pada multi
akad al-Mutanaqidhah, yang di antara akad-akad yang membangunnya tidak
bisa disatukan bahkan saling mematahkan antara akad satu dengan akad
lainnya, oleh karena itu dilarang oleh Hadits Nabi untuk disatukan. Al-‟uqud

7
Harun, “Multi Akad Dalam Tataran Fikih”, SUHUF : Journals UMS, vol. 30, no. 2, (2018) :
178-193

8
al-mukhtalifah memunculkan akad baru dengan tidak meninggalkan akad
sebelumnya, misalnya akad mudharabah musytarakah dalam asuransi
syariah, yang dibentuk dari dua akad yang berbeda yaitu akad mudharabah
dan akad musytarakah.8

5) Al-„Uqud alMutajanisah

Merupakan penggabungan beberapa akad yang sejenis atau serumpun


dengan tidak mempengaruhi di dalam hukum dan akibat hukumnya.
Misalnya, akad jual beli dengan jual beli dalam praktik jual beli „inah, atau
yang masih serumpun seperti akad jual beli dengan akad sewa menyewa.
Contoh pertama merupakan jenis multi akad yang terbentuk dari dua akad
yang memiliki hukum yang sama, sementara contoh yang kedua jenis multi
akad yang berbentuk dari dua akad yang berbeda. 9

8
Moh Mofid, filsafat hukum ekonomi syariah : Kajian Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer, Cet. 1 (Jakarta : Kencana, 2021) h. 196
9
Moh Mofid, filsafat hukum ekonomi syariah : Kajian Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer, Cet. 1 (Jakarta : Kencana, 2021) h. 196

9
B. Contoh Penerapan Multi Akad
1. Go food
ketika kita butuh makanan dan kita sulit untuk keluar rumah atau
ingin mendapatkan kemudahan mendapatkan makanan, kita dapat
mengorder go food atau grab food. Dalam hal ini terjadi 2 akad
(qardh dan bay‟i) dalam 1 traksaksi di mana driver go food
memberikan talangan (qardh) untuk membeli makanan kepada
penyedia/toko makanan dan ketika diantar makanan tersebut,
driver akan menagihkan biaya pembelian dan jasa antar (ijarah)
kepada pembeli makanan. Selama tidak ada unsur tambahan (riba)
pada uang yang dipinjamkan oleh driver go food kepada pengguna
jasa go food, hal ini dibolehkan.
2. Pembelian rumah + jasa sewa keamanan
Ketika kita membeli rumah dan diwajibkan juga untuk langsung
membayar jasa sewa keamanan selama 3 bulan juga diperbolehkan.
Di sini terdapat 2 akad dalam 1 transaksi yaitu akan jual (bay‟i)
dan akad jasa sewa (ijarah)
3. Asuransi syariah
Ketika kita hendak berasuransi syariah, kita juga akan dihadapkan
dalam 2 akad (wakalah dan mudharabah jika dana pemegang polis
ingin dikembangkan)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Multi akad diperbolehkan jika tidak menyalahi kaidah-kaidah fiqih lain
dan sesuai pemahaman ulama terdahulu diantaranya:
a. Tidak ada niatan dari pelaku transaksi untuk melaksanakan riba;
b. Tidak adanya gharar dalam transaksi tersebut
c. Tidak adanya transaksi yang bertolak belakang yaitu jual beli
sekaligus dengan hibah.

B. Saran
Sebaiknya pembaca berupaya menganalisis dan mempelajari
kasus-kasus lain dalam mualamah kontemporer selain yang telah
dipaparkan oleh penulis dan disandingkan dengan kaidah-kaidah fiqih
untuk memperluas wawasan dan pemahaman mengenai multi akad yang
diperbolehkan dalam Islam

11
DAFTAR PUSTAKA

Wahid. Nur, Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah, Cet. 1, (Yogyakarta
: CV BUDI UTAMA, 2019)
Adam. Panji, Fikih Muamalah Kontemporer : Perkembangan Akad-Akad Dalam
Hukum Ekonomi Syariah (Malang : Inteligensia Media, 2021)
Harun, “Multi Akad Dalam Tataran Fikih”, SUHUF : Journals UMS, vol. 30, no.
2, (2018) : 178-193
Mofid. Moh, filsafat hukum ekonomi syariah : Kajian Ontologi, Epistemologi,
dan Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer, Cet. 1 (Jakarta : Kencana,
2021)

12

Anda mungkin juga menyukai