Dosen Pengampu:
Dr. Hasanudin, M.Ag. dan Dr. Muh. Fudhail Rahman, M.A.
Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya yang telah berjasa
menyiarkan dan memperjuangkan Agama Islam sehingga umat Islam terbimbing
hidupnya ke jalan yang benar dan jalan yang Allah SWT ridhoi.
Alhamdulillaah, dengan kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT dan
dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sebagai bentuk tanggung jawab untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
dengan judul Multi Akad.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Hasanudin, M.Ag. dan Dr.
Muh. Fudhail Rahman, M.A. yang telah membantu baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyajian, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga makalah ini bisa memberikan wawasan bagi para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk peng embangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………. : i
KATA PENGANTAR……………………………………………….. : ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. : iii
BAB I : 1
PENDAHULUAN
A. Latar : 1
Belakang…………………………………………………….. : 2
B. Rumusan Masalah…………………………………………......... : 2
C. Tujuan……………………………………………………………...
BAB II : 3
PEMBAHASAN
A. Konsep Multi Akad…………………………………………….. : 3
B. Contoh Penerapan Multi Akad .................................................... : 10
BAB III :
PENUTUP……………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………… : 11
B. Saran……………………………………………………… : 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… : 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama rahmatan lil „alamin. Agama yang mengatur
kehidupan manusia agar dapat menjadi manusia yang baik dan
mendapatkan kebaikan dalam kehidupannya. Semenjak diturunkannya
Nabi Adam sampai ditutupnya penyampaian risalah oleh Nabi
Muhammad, peraturan-peraturan yang dibebankan dan disarankan kepada
manusia terus mengalami pembaharuan sampai akhirnya peraturan-
peraturan tersebut disempurnakan di dalam Al-Qur‟an dan Hadits sebagai
landasan dasar bagi manusia untuk menentukan suatu hukum sampai
tibanya hari kiamat.
Nabi Muhammad selaku penutup para nabi pun sangat
berpengalaman dalam hal mualamah karena beliau pernah menjadi
seorang pedagang yang hebat pada masanya. Beliau tidak hanya
memberikan teori, namun juga memberikan contoh praktek dalam
bermualamah yang benar sehingga memudahkan para sahabat dan kita
sebagai umatnya dalam meneladani contoh yang beliau berikan.
Seiring dengan perkembangan zaman yang bergerak dengan cepat,
para ulama terus berupaya untuk menentukan hukum atas berbagai hal
baru agar masyarakat dapat melaksanakan sesuatu dengan benar sehingga
diharapkan dapat sesuai dengan ketentuan yang ALLAH telah gariskan.
Dalam menentukan suatu hukum, hendaknya para ulama dari
berbagai dispilin ilmu bersinergi agar dapat memutuskan suatu hal dengan
lebih menyeluruh (comprehensive). Alhamdulillah, berkaitan dengan
mualamah, telah ada Dewan Syariah Nasional (DSN) yang memberikan
fatwa yang dapat digunakan oleh seluruh umat Islam di Indonesia.
Salah satu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan pada saat
ini adalah adanya multi akad yang fenomenanya sangat beragam. Oleh
karena itu, penulis telah berupaya mengumpulkan dan menyimpulkan
1
berbagai sumber baik dari hadits maupun padangan para ulama atas
adanya multi akad.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini mencakup pembahasan tentang:
1. Konsep multi akad
2. Contoh penerapan multi akad
2
BAB II
PEMBAHASAN
Multi akad dalam bahasa Inggris disebut dengan hybrid contract. Kata
hybrid dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “hibrida”, digunakan
pertama kali sebagai istilah bagi hasil persilangan (hibridasi atau
pembastaran) antara dua individu dengan geneotipe berbeda. Kata “hibrida”
dalam pengertian ini memiliki medan makna yang tumpang tindih dengan
“bastar” atau dalam sehari-hari disebut dengan blaster. Oleh karna itu hybrid
contract secara harfiyah sebgai kontrak yang dibentuk oleh kontrak yang
beragam. Hybrid contract dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan multi
akad. Menurut istilah fikih, multi akad berasal dari kata bahasa Arab yaitu
العقىد المر ّكب. Kata المر ّكبberasal dari isim maf‟ul يركب – تركبا- ركبyang secara
etimologi adalah al-jam‟u yang berarti mengumpulkan atau menghimpun. 1
1
Nur Wahid, Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah, Cet. 1, (Yogyakarta : CV
BUDI UTAMA, 2019) h. 23
2
Panji Adam, Fikih Muamalah Kontemporer : Perkembangan Akad-Akad Dalam Hukum
Ekonomi Syariah (Malang : Inteligensia Media, 2021) h. 85
3
Menurut Nazih Hammad multi akad atau al-‟uqud al-murakkabah
ialah kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu akad yang
mengandung dua akad atau lebih, seperti jual beli dengan sewa menyewa,
hibah, wakalah, qardh, muzara‟ah, sharf (tukar menukar valuta asing),
syirkah, mudharabah, dst. Sehingga semua akibat hukum akad-akad yang
terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang ditimbulkannya,
dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan
sebagaimana akibat hukum dari satu akad. Sedangkan Al-Imrani
mengistilahkan multi akad dengan al-‟uqud al-maliyah al-murakkabah, yaitu
kumpulan akad-akad maliyah yang menjadi satu akad dengan cara
menggabungkan atau saling menerima dimana semua hak dan kewajiban
terangkai seperti akad yang tunggal. 3 Sehingga dapat dipahami multi akad
adalah transaksi yang di dalamnya terdapat lebih dari satu jenis akad sehingga
semua akibat hukum, hak dan kewajiban yang ditimbulkan sudah menjadi
satu-kesatuan dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Multi akad tidak sama seperti saat akad itu berdiri sendiri. Misalnya
musyarakah mutanaqisah, mudharabah musyarakah, bai‟ wafa‟, bai‟
istighlal, bai‟ tawarruq, bai‟ attakhriji, dsb. Meskipun sudah menjadi satu
kesatuan, dalam pembuatan draft kontrak, akad-akad yang tergolong multi
akad tersebut ada yang dapat digabungkan dalam satu title kontrak dan
adapula yang dipisahkan. Untuk musyarakah mutanaqisah, masih ada
pendapat dan praktik yang memisahkannya menjadi dua akad, yakni akad
syirkah dan akad ijarah. Padahal keduanya bisa dibuat satu draft. Sedangkan
bai‟ wafa, bai‟ istighlal, sewa beli, kartu kredit, dapat disatukan dalam satu
dokumen (materai).
3
Nur Wahid, Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah, Cet. 1, (Yogyakarta : CV
BUDI UTAMA, 2019) h. 23
4
Menurut Al-„Imrani, ada lima macam Multi Akad, yaitu: 1). Al-„Uqud
al-Mutaqobilah, 2). Al- „Uqud al-Mujtami‟ah, 3). Al-„Uqud al-Mutanaqidhah
wa al-Mutadhadah wa al-Mutanafiyah. 4). Al-„Uqud al-Mukhtalifah. 5). Al-
„Uqud alMutajanisah. Dari lima macam multi akad ini, yang lebih banyak
atau biasa dipakai adalah yang jenis pertama dan kedua. 4
Hal ini dilarang karena akad salaf merupakan akad tabarru‟, adanya akad
bai‟ kepada akad salaf berakibat akad salaf menjadi akad mu‟awadhah dan
akan berubah menjadi akad riba. 5
5
seperti Ahmad menjual barang kepada Basyir dengan syarat Basyir menyewa
barang dari Ahmad. Model multi akad ini, para ulama berbeda pendapat : 1).
Ulama Syafi‟i, Hanafi, Hambali dan Ibnu Hazm memandang multi akad ini
tidak sah dengan dalil Hadits Nabi Saw riwayat Imam Malik dari Abu
Hurairah :
2). Madzhab Maliki menyatakan bahwa syarat yang dilarang dalam akad jual
beli adalah syarat akad ja‟alah, sharf, musaqah, syirkah dan qiradh. Akad-
akad ini bertentangan atau meniadakan maksud dari akad bai‟ itu sendiri.
Oleh sebab itu, multi akad (bai‟ dengan bai‟) atau (bai‟ dengan ijarah)
dibolehkan oleh Imam Malik, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim dan sebagaian
dari Ulama Madzhab Hambali dan Maliki. Mereka berargumen dengan
kaidah bahwa hukum asal dalam perkara muamalah adalah boleh, dan hadis
yang menyatakan bahwa umat muslim selalu konsisten dengan syarat mereka.
6
kepada Ahmad dan sebagainya. Para ulama menyatakan bahwa akad jenis ini
dilarang karena terdapat manfaat yang kembali kepada pihak yang memberi
hutang, dan manfaat bagi pemberi hutang adalah termasuk riba yang
diharamkan.Contoh kedua dari multi akad jenis ini adalah akad qardh dengan
syarat akad hibah (qardh-hibah) atau akad tabarru‟ lain selain qardh, seperti
Ahmad memberikan pinjaman kepada Basyir dengan syarat Basyir
memberikan hadiah kepada Ahmad, atau dengan syarat Basyir meminjamkan
barang kepada Ahmad dan sebagainya. Para ulama menyatakan bahwa akad
jenis ini dilarang karena terdapat manfaat yang kembali kepada pihak yang
memberi hutang, dan manfaat bagi pemberi hutang adalah termasuk riba yang
diharamkan.
Menentukan hukum multi akad jenis ini berbenturan dengan tiga hadis
Nabi saw yang yang secara tekstual melarang multi akad, antara lain:
a. Hadis larangan melakukan dua jual beli dalam satu jual beli Imam Tirmidzi
dengan sanadnya dari Abu Hurairah.
b. Hadis larangan melakukan dua akad dalam satu akad Hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari „Abdullah bin Mas‟ud
6
Moh Mofid, filsafat hukum ekonomi syariah : Kajian Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer, Cet. 1 (Jakarta : Kencana, 2021) h. 195
7
Hukum dari Multi Akad jenis al-mujtami‟ah secara tekstual (harfiyah)
adalah haram berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi dan Ahmad bahwa
Rasulullah Saw melarang dua jual beli dalam satu jual beli dan dua akad
dalam satu akad. Namun dari sisi lain, dalam bisnis modern tidak bisa
dilepaskan dari untung dan rugi, oleh sebab itu, jika para penjual, atau
lembaga-lembaga bisnis dalam menjual barang produknya hanya
menggantungkan satu akad saja, kadang-kadang pihak lembaga bisnis baik
perbankan maupun para penjual (pedagang) tidak dapat memperoleh
keuntungan, untuk dapat mendapatkan keuntungan, maka diperlukan akad
pendukung atau tambahan. Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan bahwa aplikasi
akad Gadai di Pegadaian Syari‟ah bukan Gadai (Rahn) yang bersifat mandiri,
melainkan rahn yang dikonvergensikan dengan akad lain, terutama akad
qardh dan ijarah.7
3) Al-„Uqud al-Mutanaqidhah
4) Al-„Uqud al-Mukhtalifah
7
Harun, “Multi Akad Dalam Tataran Fikih”, SUHUF : Journals UMS, vol. 30, no. 2, (2018) :
178-193
8
al-mukhtalifah memunculkan akad baru dengan tidak meninggalkan akad
sebelumnya, misalnya akad mudharabah musytarakah dalam asuransi
syariah, yang dibentuk dari dua akad yang berbeda yaitu akad mudharabah
dan akad musytarakah.8
5) Al-„Uqud alMutajanisah
8
Moh Mofid, filsafat hukum ekonomi syariah : Kajian Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer, Cet. 1 (Jakarta : Kencana, 2021) h. 196
9
Moh Mofid, filsafat hukum ekonomi syariah : Kajian Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer, Cet. 1 (Jakarta : Kencana, 2021) h. 196
9
B. Contoh Penerapan Multi Akad
1. Go food
ketika kita butuh makanan dan kita sulit untuk keluar rumah atau
ingin mendapatkan kemudahan mendapatkan makanan, kita dapat
mengorder go food atau grab food. Dalam hal ini terjadi 2 akad
(qardh dan bay‟i) dalam 1 traksaksi di mana driver go food
memberikan talangan (qardh) untuk membeli makanan kepada
penyedia/toko makanan dan ketika diantar makanan tersebut,
driver akan menagihkan biaya pembelian dan jasa antar (ijarah)
kepada pembeli makanan. Selama tidak ada unsur tambahan (riba)
pada uang yang dipinjamkan oleh driver go food kepada pengguna
jasa go food, hal ini dibolehkan.
2. Pembelian rumah + jasa sewa keamanan
Ketika kita membeli rumah dan diwajibkan juga untuk langsung
membayar jasa sewa keamanan selama 3 bulan juga diperbolehkan.
Di sini terdapat 2 akad dalam 1 transaksi yaitu akan jual (bay‟i)
dan akad jasa sewa (ijarah)
3. Asuransi syariah
Ketika kita hendak berasuransi syariah, kita juga akan dihadapkan
dalam 2 akad (wakalah dan mudharabah jika dana pemegang polis
ingin dikembangkan)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Multi akad diperbolehkan jika tidak menyalahi kaidah-kaidah fiqih lain
dan sesuai pemahaman ulama terdahulu diantaranya:
a. Tidak ada niatan dari pelaku transaksi untuk melaksanakan riba;
b. Tidak adanya gharar dalam transaksi tersebut
c. Tidak adanya transaksi yang bertolak belakang yaitu jual beli
sekaligus dengan hibah.
B. Saran
Sebaiknya pembaca berupaya menganalisis dan mempelajari
kasus-kasus lain dalam mualamah kontemporer selain yang telah
dipaparkan oleh penulis dan disandingkan dengan kaidah-kaidah fiqih
untuk memperluas wawasan dan pemahaman mengenai multi akad yang
diperbolehkan dalam Islam
11
DAFTAR PUSTAKA
Wahid. Nur, Multi Akad Dalam Lembaga Keuangan Syariah, Cet. 1, (Yogyakarta
: CV BUDI UTAMA, 2019)
Adam. Panji, Fikih Muamalah Kontemporer : Perkembangan Akad-Akad Dalam
Hukum Ekonomi Syariah (Malang : Inteligensia Media, 2021)
Harun, “Multi Akad Dalam Tataran Fikih”, SUHUF : Journals UMS, vol. 30, no.
2, (2018) : 178-193
Mofid. Moh, filsafat hukum ekonomi syariah : Kajian Ontologi, Epistemologi,
dan Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer, Cet. 1 (Jakarta : Kencana,
2021)
12