MUDOROBAH
Disusun oleh :
Citra Novianti
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis menyusun Makalah yang berjudul "Mudorobah."
Penulisan Makalah ini disusun untuk memenuti tugas mata kuliah Fiqih
Muamalah yang diampu oleh Bapak Mahbub Khoirurrizal, M.Pd.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah ini masih jauh dari
sempurna karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan Makalah
di masa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang masalah.........................................................................................3
B. Rumusan masalah...................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
A. Pengertian, Sumber Hukum, Rukun, Jenis, dan Sifat Mudharabah........................5
1. Pengertian Mudharabah......................................................................................5
2. Sumber Hukum..................................................................................................5
3. Rukun Mudharabah............................................................................................6
4. Jenis Mudharabah...............................................................................................7
5. Sifat Mudharabah...............................................................................................7
B. Syarat Sah Mudharabah..........................................................................................7
1. Syarat Aqidani....................................................................................................7
2. Syarat Modal......................................................................................................8
3. Syarat-syarat Laba..............................................................................................8
C. Hukum Mudharabah...............................................................................................8
D. Perkara yang Membatalkan Mudharabah...............................................................9
E. Prinsip Pembagian Hasil Usaha Mudharabah.......................................................10
F. Perlakuan Akuntansi dalam Mudharabah.............................................................11
BAB III............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Mudorobah ?
2. Apa Syarat Sah Mudhorobah ?
3. Bagaimana Hukum Mudhorobah ?
4. Apa yang menyebabkan batal mudorobah ?
5. Bagaimana prinsip pembagian hasil usaha mudorobah ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Mudorobah
b. Untuk mengetahui Syarat Sah Mudhorobah
c. Untuk mengetahui Hukum Mudhorobah
d. Untuk mengetahui perkara yang membatalkan mudorobah
e. Untuk mengetahui Bagaimana prinsip pembagian hasil usaha mudorobah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka
bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan).”
(QS 2:198).
b. As-Sunnah
Dari shalih bin suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkatan: Jual beli secara tanngguh,
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur adukan dengan tepung
untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
c. Ijma
Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa
jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk
mudharabah, perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
d. iyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang
untuk mengelola kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada
pula yang kaya, disuatu sisi lain banyak orang kaya yang tidak dapat
mengusahakan hartanya, di sisi lain tidak sedikit orang miskin yang
mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya
mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua
golongan diatas, yakni untuk kemashalatan manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan mereka.
3. Rukun Mudharabah
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun mudharabah adalah
ijab dan qobul, yakni lafad yang menunjukan ijab dan qobul dengan
menggunakan mudharabah, muqaridhah, muamalah, atau kata-kata yang
searti dengannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga,
yaitu dua orang melakukan akad (al-aqidani), modal (ma’qud alaih), dan
7
shiqad (ijab dan qabul), sedanngkan ulama syafi’iyah lebih merici lagi
menjadi lima rukun yaitu: modal, pekerjaan, laba, shighat, dan dua orang
yang akad.
4. Jenis Mudharabah
Jenis Mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu: mudharabah
Muthalaqoh, Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah.
1. Mudharabah Muthalaqoh adalah mudharabah di mana pemilik
dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam
pengelola investasinya. Dan mudharabah ini disebut juga investasi
tidak terikat.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik
dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai
dana, lokasi, cara, atau objek investasi atau sektor usaha.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola
dana menyerahkan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
5. Sifat Mudharabah
Ulama fiqih sepakat bahwa akad dalam mudharabah sebelum dijalankan
oleh pekerja termaksud akad yang tidak lazim. Apabila sudah dijalankan
oleh pekerja, diantara ulama terdapat perbedaan pendapat, ada yang
berpendapat termaksud akad yang lazim, yakni dapat diwariskan seperti
pendapat imam malik, sedangkan menurut ulama syafi’iyah, malikiyah
dan hanabilah akad tersebut tidak lazim, yakni tidak dapat diwariskan.
8
2. Syarat Modal
a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni
segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian
b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran
c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat
akad. Juga dibolehkan mengusahakan harta yang dititipkan kepada
oranng lain, seperti mengatakan:”Ambil harta saya di si fulan
kemudian jadikan modal usaha”
d. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar
pengusaha dapat mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut
sebagai amanah
3. Syarat-syarat Laba
a. Laba harus memiliki ukuran
Mudharabah yang dimaksudkan untuk mendapatkan laba, dengan
demikian pengusaha dibolehkan menyerahkan laba sebesar
Rp.5000,00 misalnya untuk dibagi diantara keduanya tanpa
menyebutkan ukuran laba yang diterimanya.
b. Laba harus berupa bagian yang umum (Masyhur)
Pembagian laba harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara
umum, seperti kesepakatan diantara orang yang melangsungkan
akad bahwa setengah laba adalah untuk pemilik modal,
sedanngkan setengah lainnya lagi diberikan kepada pengusaha.
Akan tetapi tidak boleh menetapkan jumlah tertentu bagi satu
pihak lain, seperti menetapkan laba Rp.1000 bagi pemilik modal
dan menyerahkan sisanya bagi pengusaha.
C. Hukum Mudharabah
Hukum mudharabah terbagi dua yaitu: Mudharabah Sahih dan Mudharabah
Fasid
1. Hukum mudharabah fasid
9
Beberapa hal dalam mudharabah fasid yang mengharuskan pemilik modal
memberikan upah kepada pengusaha antara lain:
a. Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli,
menjual, atau mengambil barang
b. Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusyawarah
sehingga pengusaha tidak bekerja, kecuali atas seizinnya
c. Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha agar
mencampurkan harta modal tersebut dengan harta orang lain atau
barang lain miliknya
10
dengan meninggalnya salah seorang yang melakukan akad, tetapi dapat
diserahkan kepada ahli warisnya, jika dapat dipercaya.
3. Salah seorang Aqid Gila
bahwa gila membatalkan mudharabah, sebab gila atau sejenisnya
membatalkan keahlian dalam mudharabah.
4. Pemilik Modal Rusak
Apabila pemilik modal murtad (keluar dari Islam) atau terbunuh dalam
keadaan murtad, atau tergabung dengan musuh serta karena diputuskan
oleh hakim atas pemberontakan hal itu membatalkan mudharabah sebab
bergabung dengan musuh sama saja dengan mati.
5. Modal rusak ditangan Pengusaha
Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudharabah menjadi batal. Hal ini
karena modal harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal rusak,
mudharabah batal. Begitu pula nudharabah dianggap rusak jika modal
diberikan kepada
orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan.
11
usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati.
12
e. Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang.
f. Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara
investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian
investasi dan pengembalian investasi mudharabah, diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
g. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporang
keuangan sebesar nilai tercatat yaitu nilai investasi mudharabah
dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
h. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapan hal-hal yang terkait dengan transaksi
mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:
1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah seperti: porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
2) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
3) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode
berjalan.
4) Pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan
syari’ah.
13
Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer
yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset. Sama
seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan mengakui
pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik
dana.
d. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah
berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama
dengan akuntansi konvensional.
e. Kerugian yang di akibatkan oleh kesalahn atau kelalaian pengelola
dana diakui sebagai beban pegelola dana.
f. Di akhir akad
g. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaski mudharabah dalam laporan
kuangan:
1. dana srirkah temporer dari pemilik dana di sajikan sebesar nilai
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah.
2. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah di perhitungkan tetapi
belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil
yang belum di bagikan sebagai kewajiban.
h. Pengungkapan
pengungkapan dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam
laporan keuangan:
1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktifitas usaha mudharabah, dan lain lain.
2. Rincian dana syirkah temporer yang di terima berdasarkan
jenisnya.
3. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah, muqayyadah,
pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan
syariah.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha.
Oleh sebab itu, akad mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan
atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur
terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana
kepada pengelola dana. Hal ini disebabkan bahwa laba dibagi atas dasar
nishab bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila
terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh
pengelola dana.
Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad
mudharabah tersbut harus memenuhi rukun dan ketentuan syari’ah yang
mengacu pada Al-Qur’an, As-Sunah, Ijma, dan Qiyas.
Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah
hingga jaman sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang
menyalahkannya. Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara
ini sudah digunakan bangsa Quraisy secara turun-temurun, dari zaman
jahiliyah hingga zaman Nabi, kemudian beliau mengetahui, melakukan dan
tidak mengingkarinya.
“Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-
Baqarah:275)
15
“Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia
Allah” (QS.Al Mujammil:20)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu”. (QS.Al Baqarah: 19
16
DAFTAR PUSTAKA
17