Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MUDOROBAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah


Dosen Pengampu : Mahbub Khoerurrizal, M.Pd

Disusun oleh :
Citra Novianti

SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM (STAI) AL BAROKAH


PROGRAM STUDY S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis menyusun Makalah yang berjudul "Mudorobah."
Penulisan Makalah ini disusun untuk memenuti tugas mata kuliah Fiqih
Muamalah yang diampu oleh Bapak Mahbub Khoirurrizal, M.Pd.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah ini masih jauh dari
sempurna karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan Makalah
di masa mendatang.

Subang, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang masalah.........................................................................................3
B. Rumusan masalah...................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
A. Pengertian, Sumber Hukum, Rukun, Jenis, dan Sifat Mudharabah........................5
1. Pengertian Mudharabah......................................................................................5
2. Sumber Hukum..................................................................................................5
3. Rukun Mudharabah............................................................................................6
4. Jenis Mudharabah...............................................................................................7
5. Sifat Mudharabah...............................................................................................7
B. Syarat Sah Mudharabah..........................................................................................7
1. Syarat Aqidani....................................................................................................7
2. Syarat Modal......................................................................................................8
3. Syarat-syarat Laba..............................................................................................8
C. Hukum Mudharabah...............................................................................................8
D. Perkara yang Membatalkan Mudharabah...............................................................9
E. Prinsip Pembagian Hasil Usaha Mudharabah.......................................................10
F. Perlakuan Akuntansi dalam Mudharabah.............................................................11
BAB III............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat
duniawi maupun ukhrowi tidak lepas dari pada tujuan (maqosyid) dari apa
yang akan ia peroleh selepas aktifitas tersebut, dengan berbagai macam
perbedaan sudut pandang manusia itu sendiri terhadap esensi dari apa yang
hendak ia peroleh, maka tidak jarang dan sangat tidak menutup kemungkinan
sekali proses untuk menuju pada tujuan maqosyidnya pun berwarna-warni.
Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak dari manusia
sendiri yang terjebak dalam hal ini, lebih mengedepankan pada pemenenuhan
hak pribadi dan mengabaikan hak-hak orang lain baik hak itu berupa individu
ataupun masyarakat umum. Akan tetapi Islam sebuah agama yang rahmatan
lil-alamin mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia, sehingga norma-
norma yang diberlakukan islam dapat memberikan solusi sebuah keadilan dan
kejujuran dalam hal pencapaian manusia pada tujuan daripada aktifitasnya itu,
sehingga tidak akan terjadi ketimpangan sosial antara mereka.
Maka tidak jarang diantara kita yang acap kali menemukan ayat dalam
kitab suci Al-Qur'an yang mendorong perdagangan dan perniagaan, dan Islam
sanggat jelas sekali menyatakan sikap bahwa tidak boleh ada hambatan bagi
perdagangan dan bisnis yang jujur dan halal, agar setiap orang memperoleh
penghasilan, menafkahi keluarga, dan memberikan sedekah kepada mereka
yang kurang beruntung.
Melihat pada bahasan singkat diatas penulis berminat untuk
membahasa lebih lanjut tentang konsep transaksi Mudharabah.
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal.

4
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Mudorobah ?
2. Apa Syarat Sah Mudhorobah ?
3. Bagaimana Hukum Mudhorobah ?
4. Apa yang menyebabkan batal mudorobah ?
5. Bagaimana prinsip pembagian hasil usaha mudorobah ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Mudorobah
b. Untuk mengetahui Syarat Sah Mudhorobah
c. Untuk mengetahui Hukum Mudhorobah
d. Untuk mengetahui perkara yang membatalkan mudorobah
e. Untuk mengetahui Bagaimana prinsip pembagian hasil usaha mudorobah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Sumber Hukum, Rukun, Jenis, dan Sifat Mudharabah


1. Pengertian Mudharabah
Secara etimologis, mudharabah berasal dari kata dharaba –
yadhribu – dharban yang artinya memukul. Dengan ditambahnya alif
pada dho’, maka kata ini memiliki konotasi “saling memukul” yang
berarti mengandung subjek lebih dari satu orang. Para fukoha
memandang mudharabah dari akar kata ini dengan merujuk kepada
pemakaiannya dalam al-Qur’an yang selalu disambung dengan kata
depan “fi” kemudian dihubungkan dengan “al-ardh” yang memiliki
pengertian berjalan di muka bumi. Mudharabah merupakan bahasa yang
biasa dipakai oleh penduduk Irak sedangkan penduduk Hijaz lebih suka
menggunakan kata “qirodh” untuk merujuk pola perniagaan yang sama.
Mereka menamakan qiradh yang berarti memotong karena si pemilik
modal memotong dari sebagian hartanya untuk diniagakan dan
memberikan sebagian dari labanya. Kadang-kadang juga
dinamakan dengan muqaradhah yang berarti sama-sama memiliki hak
untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan modalnya
sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi
keuntungan. Dalam istilah fikih muamalah, mudharabah adalah suatu
bentuk perniagaan di mana si pemilik modal menyetorkan modalnya
kepada pengusaha/pengelola, untuk diniagakan dengan keuntungan akan
dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak
sedangkan kerugian, jika ada, akan ditanggung oleh si pemilik modal.
Para ulama sepakat bahwa landasan syariah mudharabah dapat
ditemukan dalam al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ dan qiyas.
2. Sumber Hukum
a. Al-Qur’an

6
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka
bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan).”
(QS 2:198).
b. As-Sunnah
Dari shalih bin suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkatan: Jual beli secara tanngguh,
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur adukan dengan tepung
untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
c. Ijma
Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa
jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk
mudharabah, perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
d. iyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang
untuk mengelola kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada
pula yang kaya, disuatu sisi lain banyak orang kaya yang tidak dapat
mengusahakan hartanya, di sisi lain tidak sedikit orang miskin yang
mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya
mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua
golongan diatas, yakni untuk kemashalatan manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan mereka.

3. Rukun Mudharabah
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun mudharabah adalah
ijab dan qobul, yakni lafad yang menunjukan ijab dan qobul dengan
menggunakan mudharabah, muqaridhah, muamalah, atau kata-kata yang
searti dengannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga,
yaitu dua orang melakukan akad (al-aqidani), modal (ma’qud alaih), dan

7
shiqad (ijab dan qabul), sedanngkan ulama syafi’iyah lebih merici lagi
menjadi lima rukun yaitu: modal, pekerjaan, laba, shighat, dan dua orang
yang akad.

4. Jenis Mudharabah
Jenis Mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu: mudharabah
Muthalaqoh, Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah.
1. Mudharabah Muthalaqoh adalah mudharabah di mana pemilik
dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam
pengelola investasinya. Dan mudharabah ini disebut juga investasi
tidak terikat.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah di mana pemilik
dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai
dana, lokasi, cara, atau objek investasi atau sektor usaha.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah di mana pengelola
dana menyerahkan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

5. Sifat Mudharabah
Ulama fiqih sepakat bahwa akad dalam mudharabah sebelum dijalankan
oleh pekerja termaksud akad yang tidak lazim. Apabila sudah dijalankan
oleh pekerja, diantara ulama terdapat perbedaan pendapat, ada yang
berpendapat termaksud akad yang lazim, yakni dapat diwariskan seperti
pendapat imam malik, sedangkan menurut ulama syafi’iyah, malikiyah
dan hanabilah akad tersebut tidak lazim, yakni tidak dapat diwariskan.

B. Syarat Sah Mudharabah


1. Syarat Aqidani
Di syaratkan bagi orang yang melakukan akad, yakni pemilik modal dan
pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil sebab
mudharib mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.

8
2. Syarat Modal
a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni
segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian
b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran
c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat
akad. Juga dibolehkan mengusahakan harta yang dititipkan kepada
oranng lain, seperti mengatakan:”Ambil harta saya di si fulan
kemudian jadikan modal usaha”
d. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar
pengusaha dapat mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut
sebagai amanah

3. Syarat-syarat Laba
a. Laba harus memiliki ukuran
Mudharabah yang dimaksudkan untuk mendapatkan laba, dengan
demikian pengusaha dibolehkan menyerahkan laba sebesar
Rp.5000,00 misalnya untuk dibagi diantara keduanya tanpa
menyebutkan ukuran laba yang diterimanya.
b. Laba harus berupa bagian yang umum (Masyhur)
Pembagian laba harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara
umum, seperti kesepakatan diantara orang yang melangsungkan
akad bahwa setengah laba adalah untuk pemilik modal,
sedanngkan setengah lainnya lagi diberikan kepada pengusaha.
Akan tetapi tidak boleh menetapkan jumlah tertentu bagi satu
pihak lain, seperti menetapkan laba Rp.1000 bagi pemilik modal
dan menyerahkan sisanya bagi pengusaha.

C. Hukum Mudharabah
Hukum mudharabah terbagi dua yaitu: Mudharabah Sahih dan Mudharabah
Fasid
1. Hukum mudharabah fasid

9
Beberapa hal dalam mudharabah fasid yang mengharuskan pemilik modal
memberikan upah kepada pengusaha antara lain:
a. Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli,
menjual, atau mengambil barang
b. Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusyawarah
sehingga pengusaha tidak bekerja, kecuali atas seizinnya
c. Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha agar
mencampurkan harta modal tersebut dengan harta orang lain atau
barang lain miliknya

2. Hukum mudharabah shahih


Hukum mudharabah shahih yang tergolong shahih diantaranya:
 Tanggung jawab pengusaha
Apabila pengusaha berutang ia memiliki hak atas laba secara bersama-
sama dengan pemilik modal. Jika mudharabah rusak karena adanya
beberapa sebab yang menjadikannya rusak, pengusaha menjadi pedagang
sehingga ia pun memiliki hak untuk mendapat upah, jika harta rusak tanpa
disengaja ia tidak bertanggung jawab atas rusaknya modal tersebut, dan
jika mengalami kerugian pun ditanggung oleh pengusaha saja

D. Perkara yang Membatalkan Mudharabah


1. Pembatalan, Larangan Berusaha, dan Pemecatan
Mudharabah menjadi batal dengan adanya pembatalan mudharabah,
larangan untuk mengusahakan (tasharuf) dan pemecatan. Semua ini jika
memenuhi syarat pembatalan dan larangan, yakni orang yang melakukan
akad mengetahui pembatalan dan pemecatan tersebut, serta modal telah
diserahkan ketika pembatalan atau larangan.
2. Salah seorang Aqid Meninggal dunia
Jumhur ulama berpendapat bahwa mudharabah batal, jika salah seorang
akad meninggal dunia, baik pemilik modal, maupun pengusaha.
Sedangkan ulama Malikiyah berpendapat bahwa mudharabah tidak batal

10
dengan meninggalnya salah seorang yang melakukan akad, tetapi dapat
diserahkan kepada ahli warisnya, jika dapat dipercaya.
3. Salah seorang Aqid Gila
bahwa gila membatalkan mudharabah, sebab gila atau sejenisnya
membatalkan keahlian dalam mudharabah.
4. Pemilik Modal Rusak
Apabila pemilik modal murtad (keluar dari Islam) atau terbunuh dalam
keadaan murtad, atau tergabung dengan musuh serta karena diputuskan
oleh hakim atas pemberontakan hal itu membatalkan mudharabah sebab
bergabung dengan musuh sama saja dengan mati.
5. Modal rusak ditangan Pengusaha
Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudharabah menjadi batal. Hal ini
karena modal harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal rusak,
mudharabah batal. Begitu pula nudharabah dianggap rusak jika modal
diberikan kepada
orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa untuk diusahakan.

E. Prinsip Pembagian Hasil Usaha Mudharabah


Dalam mudharah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan
karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk
kerugian (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya akan digunakan
istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-Undang No.10
tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi diantara
pemilik dana dan pengelola dana tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik
dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan
pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari
pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi
hasil usaha. Jika mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan

11
usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati.

F. Perlakuan Akuntansi dalam Mudharabah


1. Akuntansi untuk Pemilik Dana
a. Dana yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas
kepada pengelola dana.
b. Pengukuran investasi mudharabah
1) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
yang dibayarkan.
2) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar
nilai wajar aset non-kas pada saat penyerahan.
c. Penyaluran nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas
1) Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha
dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan
karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi
saldo investasi mudharabah.
2) Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagai investasi mudharabah hilang setelah
dimulainya usaha tanpa adaya kelalaian atau kesalahan pengelola
dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah
investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian
bagi hasil.
d. Kerugian
kerugian yang terjadi dalam satu priode sebelun akad mudharabah
berakhir, pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode
sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan
dibentuk penyisihan kerugian investasi.

12
e. Hasil Usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang.
f. Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara
investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian
investasi dan pengembalian investasi mudharabah, diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
g. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporang
keuangan sebesar nilai tercatat yaitu nilai investasi mudharabah
dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
h. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapan hal-hal yang terkait dengan transaksi
mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:
1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah seperti: porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.
2) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
3) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode
berjalan.
4) Pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan
syari’ah.

2. Akuntansi untuk Pengelola


a. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset
nonkas yang diterima.
b. Pengukuran dana syirkah temporer.
Dana syirkah diukur sebesar jumlah kata atau nilai wajar aset nonkas
yang diterima.
c. Penyaluran kembali dana syirkah temporer

13
Jika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer
yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset. Sama
seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan mengakui
pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik
dana.
d. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah
berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama
dengan akuntansi konvensional.
e. Kerugian yang di akibatkan oleh kesalahn atau kelalaian pengelola
dana diakui sebagai beban pegelola dana.
f. Di akhir akad
g. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaski mudharabah dalam laporan
kuangan:
1. dana srirkah temporer dari pemilik dana di sajikan sebesar nilai
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah.
2. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah di perhitungkan tetapi
belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil
yang belum di bagikan sebagai kewajiban.
h. Pengungkapan
pengungkapan dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam
laporan keuangan:
1. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktifitas usaha mudharabah, dan lain lain.
2. Rincian dana syirkah temporer yang di terima berdasarkan
jenisnya.
3. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah, muqayyadah,
pengungkapan yang diperlukan sesuai penyajian laporan keuangan
syariah.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha.
Oleh sebab itu, akad mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan
atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur
terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana
kepada pengelola dana. Hal ini disebabkan bahwa laba dibagi atas dasar
nishab bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila
terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh
pengelola dana.
Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad
mudharabah tersbut harus memenuhi rukun dan ketentuan syari’ah yang
mengacu pada Al-Qur’an, As-Sunah, Ijma, dan Qiyas.
Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah
hingga jaman sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang
menyalahkannya. Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara
ini sudah digunakan bangsa Quraisy secara turun-temurun, dari zaman
jahiliyah hingga zaman Nabi, kemudian beliau mengetahui, melakukan dan
tidak mengingkarinya.
“Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-
Baqarah:275)

15
“Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia
Allah” (QS.Al Mujammil:20)
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu”. (QS.Al Baqarah: 19

16
DAFTAR PUSTAKA

Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia


Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2011. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat
http://www.koperasisyariah.com/definisi-mudharabah/
http://www.canboyz.co.cc/2010/02/makalah-mudharabah.html

17

Anda mungkin juga menyukai