Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MUDHARABAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah


Dosen Pengampu: Ahmad Fauzan Mubarok, S.E., M.Sy.

Disusun Oleh:
Aprilia Lisa Isnal Muna (201420000465)
Ulin Fatiatul Janitah (201420000504)
Yuni Safaatin (201420000490)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Mudharabah..........................................................................3
2.2 Jenis-jenis Mudharabah...........................................................................4
2.3 Landasan Syariah Mudharabah.............................................................4
2.4 Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan...............................................6
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mudharabah................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Munculnya bank syari’ah maka propogandanya dikatakan sebagai
bank bagi hasil. Hal ini dilakukan untuk membedakan bank syari’ah dangan
bank konvensional yang beroperasional dengan sistem bunga. Namun praktik
bank syari’ah belum sepenuhnya menggunakan sistem bagi hasil. Karena
selain sistem bagi hasil masih ada sistem jual beli, sewa menyewa. Dengan
demikian, bank syari’ah memiliki ruang gerak produk yang lebih luas
dibandingkan dengan bank konvensional.
Dalam operasional bank Syariah, mudharabah merupakan salah satu
bentuk akad pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari
mudharabah ini merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak. Dalam penentuan kontraknya, harus dilakukan diawal ketika
akan memulai akad mudharabah tersebut.Prinsip bagi hasil merupakan
karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank syari’ah secara
keseluruhan. Secara syari’ah prinsip berdasarkan pada kaidah mudharabah
akan berfungsi sebagai mitra baik dengan penabung demikian juga dengan
pengusaha yang meminjam dana.
Dalam kontrak mudharabah ini, mudharib (si pengelola) harus
menjalankan kewajibannya menjalankan usaha dengan cara sebaik-baiknya.
Dalam menjalankan usaha, harus jelas dan sesuai dengan prisip syariah. Maka
dari itu penulis ingin lebih jauh mengetahui bagaimana jalannya system
pembiayan ini (mudharabah) dalam suatu operasional bank syariah secara
jelas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
permasalahannya yaitu sebagai berikut:

1
1. Bagaimana penjelasan mengenai mudharabah?
2. Apa jenis-jenis mudharabah dalam fiqh muamalah?
3. Bagaimana landasan Syariah tentang mudharabah?
4. Bagaimana penerapan mudharabah dalam perbankan?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi mudharabah?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan
penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penjelasan tentang mudharabah dalam kegiatan muamalah.
2. Mengetahui jenis-jenis mudharabah dalam kegiatan muamalah.
3. Mengetahui landasan Syariah tentang mudharabah yang dilakukan dalam
bermuamalah.
4. Mengetahui bagaimana aplikasi mudharabah dalam perbankan.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mudharabah dalam
bermuamalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mudharabah
Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti
memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan diatas
maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam
menjalankan usahanya.
Sedangkan pengertian mudharabah yang secara teknis adalah suatu
akad kerja sama untuk suatu usaha antara dua belah pihak dimana pihak yang
pertama ( shahibul maal ) menyediakan seluruh modalnya dan sedangkan
pihal yang lain menjadi pengelolanya. Keuntungan dari usahanya tersebut
secara Mudharabah akan dibagi hasilnya menurut kesepakatan yang telah
disepakati pada perjanjian awal, dan apabila usaha tersebut mengalami
kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak pemodal selama
kerugian tersebut bukan disebabkan kelalaian pengelola modal. Dan jika
kerugian tersebut disebabkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola
modal, maka pengelola modal yang harus bertanggung jawab atas kerugian
yang telah dialaminya.
Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan
di mana pemilik modal (shahibul maal) menyetorkan modalnya kepada
seorang pengusaha yang sering disebut dengan (mudharib), untuk diniagakan
dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari
kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik
modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal
maka pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut.
Pada hakikatnya pengertian dari mudharabah adalah suatu bentuk
kerja sama antara shohibul maal dan mudhorib, dimana dana 100% dari
shohibul maal. Sedangkan mudhorib hanya sebagai pengelola yang
keuntungannya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati
di awal.

3
Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan berdasarkan
prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle), dilakukan
sekurang-kurangnya oleh dua pihak, dimana yang pertama memiliki dan
menyediakan modal, disebut shohibul maal, sedang kedua memiliki keahlian
dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana atau manajemen usaha halal
tertentu disebut mudharib.

2.2 Jenis-jenis Mudharabah


Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara penyedia modal
(shahibul maal) dan pengelola modal (mudharib) yang cakupannya sangat
luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah yang
akan digunakan untuk usahanya.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah atau  specified mydharabah adalah kebalikan dari
mudharabah muthlaqah, yaitu mudharib dibatasi dengan batasan jenis
usaha, waktu, dan tempat usahanya. Dengan adanya pembatasan tersebut
seringkali mencerminkan kecenderungan umum shahibul maal dalam
memasuki jenis dunia usahanya.
2.3 Landasan Syariah Mudharabah
Pada dasarnya landasan dasar syari’ah mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Landasannya tersebut terbagi
menjadi tiga macam, yaitu:
a. Al-Qur’an

... ‫ وءاخرون يضربون فى األرض يبتغون من فضل هللا‬....


“… dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT …” (al-Muzzammil: 20)
‫ فاء ذا قضيت الصلوة فا نتشروا في األرض وابتغوا من فضل هللا‬....

4
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah SWT …” (al-Jumu’ah: 10)
‫ ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم‬...
“Tidak ada dosa ( halangan ) bagi kamu untuk mencari karunia
Tuhanmu ….” (al-Baqarah: 198)
Ayat-ayat yang senada masih banyak yang terdapat dalam al-
Qur’an yang dipandang oleh para fuqoha sebagai basis dari yang
diperbolehkannya mudharabah. Kandungan ayat-ayat di atas mencakup
usaha mudharabah karena mudharabah dilaksanakan dengan berjalan-
jalan di muka bumi dan ia merupakan salah satu bentuk mencari
keutamaan Allah.
b. Al-Hadits
{ ‫ كان سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة‬: ‫روى ابن عباس رضي هللا عنهما انه قال‬
‫اشترط على صاحبه أن اليسلك به بحرا والينزل به واديا وال يشترى به دابة ذات كبد رطبة فإن فعل ذلك‬
‫}ضمن فبلغ شرطه رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فأجازه ن‬
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Mutholib “jika memberikam dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berdahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan
tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.
Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. Dan
Rasulullah pun membolehkannya.” (HR Thabrani)

{ ‫عن صالح بن صهيب عن أبيه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ثالث فيهن البركة البيع إلى أجل‬
‫} والمقارضة وأخالط البر بالشعير للبيت ال للبيع‬
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda,
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-
Tijarah)
c. Ijma’

5
Imam Zailai telah memyatakan bahwa para sahabat telah
berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatin
secara mudharabah.
2.4 Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan
Mudharabah dalam perbankan syari’ah biasanya diterapkan pada
produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Sedangkan pada sisi
penghimpunan dana mudharabah diterapkan pada:
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, yaitu seperti tabungan haji, tabungan kurban dan sebagainya.
b. Deposito biasa dan spesial, deposito special (special investment), dimana
dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya
dalam murabahah ataupun ijarah saja.
Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b.  Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan oleh shahibul maal.
Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau
mencampurkan dana mudharabah. Seperti dalam penjelasan dibawah ini,
yaitu:
a. Dana harta-harta lainnya, pemisahan total antara dana mudharabah
termasuk harta mudharib. Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan,
kelebihan dari teknik ini ialah bahwa pendapatan dan biaya dapat
dipisahkan dari masing-masing dana dan dapat dihitung dengan tepat.
Selain itu, keuntungan atau kerugian dapat dihitung dan dialokasikan
dengan benar. Sedangkan kekurangan teknik ini terutama menyangkut
masalah moral hazard dan preferensi invertasi seorang mudharib.
b. Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana
lainnya.

6
Sistem ini menghilangkan munculnya masalah etika dan moral hazard
seperti di atas, namun dalanm system ini pendapatan dan biaya mudharabah
tercampur dengan pendapatan dan biaya lainnya.
Mudharabah dalam bank syari’ah terdapat manfaat dan risikonya,
manfaat mudharabah tersebut terbagi menjadi lima, yaitu:
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah semakin meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank
sehingga bank tidak pernah mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-
benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret
dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bungan tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan
dari nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Sedangkan resiko dari mudharabah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja;
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabah tidak jujur.
Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari’ah, terdapat pula
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan mudharabah.
Berdasarkan teori perbankan kontemporer, prinsip mudharabah dijadikan
sebagai alternatif penerapan sistem bagi hasil. Meskipun demikian, dalam
praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil dalam memainkan operasional
investasi dana bank peranannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamatan
perbankan syari’ah, hal ini terjadi karena beberapa alasan diantaranya:

7
a. Standar moral
Terdapat anggapan bahwa standar moral yang berkembang di
kebanyakan komunitas muslim tidak memberi kebebasan penggunaan
bagi hasil sebagai mekanisme investasi.
b. Ketidakefektifan modal pembiayaan bagi hasil
Pembiayaan bagi hasil (mudharabah) tidak menyediakan berbagai
macam kebutuhan pembiayaan dari ekonomi kontemporer.
c. Berkaitan dengan para pengusaha
Keterkaitan bank dengan pembiayaan sistem bagi hasil untuk
membantu perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha
secara langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Bank
syari’ah memerlukan informasi yang lebih rinci tentang aktivitas bisnis
yang dibiayai dan besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi
setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya.
d. Dari segi biaya
Pemberian pembiayaan berdasrkan sistem bagi hasil memerlukan
kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak bank.
e. Segi teknis
Problem teknis menyangkut penggunaan sistem bagi hasil
berkaitan dengan pihak bank, nasabah, perhitungan keuntungan.bank
membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai perilaku aktivitas
ekonomi yang berguna untuk memprediksi keuntungan. Dari sisi nasabah,
kebutahurufan masih menyelimuti dunia muslim.
f. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalm aktivitas bisnis
Dalam dunia bisnis dan industri, biaya yang dikeluarkan dari dana-
dana yang diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil tidak diketahui secara
pasti.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mudharabah
Faktor yang mempengaruhi mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Langsung

8
Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan
bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah
bagi hasil (profit sharing ratio).
a. Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan
dari total dana, jika bank menentukan investment rate sebesar 80 %, hal
ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode
yaitu rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata total saldo harian.
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan.
c. Nisbah (profit sharing ratio), salah satu ciri mudharabah adalah nisbah
yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara
satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat
berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalkan deposito 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda antara
satu akun dengan akun lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh
temponya.
2. Faktor Tidak Langsung
Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil, yaitu:
a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
Bank dan nasabah melakukan share dalam dalam pendapatan dan biaya,
pendapatan yang akan dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang
diterima dikurangi biaya-biaya. Jika semua biaya ditanggung bank,
maka hal ini disebut revenue sharing.
b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas
yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan
dan biaya.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan di
berikan kepada nasabah dalam suatu Bank. secara umum Mudharabah terbagi
kepada dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah
Muqayyadah. Dalam sistem Mudharabah, akadnya adalah kerja sama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Manfaat dari Mudharabah ini
adalah bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat
Akad Mudharabah harus bejalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
syari’ah dimana si pengelola harus menjalankan usahanya dengan rasa
tanggung jawab yang tinggi, sesuai dengan prinsip Syari’ah dan berupaya agar
usahanya tidak terjadi kerugian. Kerugian bisa di akibatkan oleh beberapa hal
diantaranya disebabkan oleh resiko bisnis, musibah atau bencana alam dan
kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh si pengelola. Apabila
kerugian terjadi disebabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka atas
kerugian tersebut ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik modal tetapi kalau
kerugian itu terjadi disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang
sengaja dilakukan oleh si pengelola maka, atas segala kerugian itu harus

10
ditanggung oleh si mudharib sepenuhnya dan modal yang diberikan harus
dikembalikan oleh mudharib sepenuhnya.
Oleh karena itu untuk memperkecil kesempatan terjadinya kerugian
yang disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh
mudharib atau sipengelola maka, shahibul mal harus dapat membuat aturan
atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib untuk
melakukan tindakan yang merugikan. Pembiayaan mudharabah dipengaruhi
oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Adapun tujuan akhir dari
pembiayaan mudharabah adalah memperoleh keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ilmi, makhalul SM. Teori dan praktek lembaga mikro keuangan syari’ah. 2002.
Yogyakarta: UII press.
Drs, Muhammad.M.Ag. Manajemen Bank Syari’ah. 2005. Yogyakarta, (UPP)
AMPYKPN
Muhammad. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. 2005. Yogyakarta: akademi
manajemen perusahaan YKPN
Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syari’ah: dari teori ke praktik.2001  Jakarta :
gema insani press
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia. “Bank
Syari’ah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional bank
syari’ah”. 2002. Jakarta: Djambatan

11
12

Anda mungkin juga menyukai