Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MUDHARABAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Fikih Muamalah
Dosen Penampu: Ibu Liana Susana Dewi, M.E.Sy

Disusun oleh
Puja Arum Pratiwi (2103012027)
Ridho Hidayatullah (2103011083)

Kelas A

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT NEGRI ISLAM (IAIN) METRO
TP.2021/2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang telah di berikan
kepada kelompok kami yang berjudul MUDHARABAH.
Shalawat serta salam marilah kita sanjungkan kepada Nabi kita yaitu nabi
Muhammad SAW. Berkat beliau kita masih dapat merasakan nikmat nya Dinul
Islam. Semoga kita mendapatkan syafaat Nya di Yaumul Qiyamah kelak. Amin
Ya Rabbal `Alamin.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Fikih Muamalah pada semester 2 dan menambah wawasan tentang
ilmu fikih tasawuf itu sendiri dan judul makalah ini adalah “MUDHARABAH”
Terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu LIANA SUSANA DEWI
sebagai dosen pembimbing atas bimbingan serta arahan untuk membuat makalah
tersebut sehingga kita dapat menyelesaikan makalah tersebut dengan baik dan
lancar.
Kami selaku penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah dan kami sangat mengharapkan kritik serta saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun demi terwujudnya harapan yang baik dan
akan menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan makalah.

Metro, 01 maret 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...............................................................................1

1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2


1.3 Tujuan masalah............................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Mudharabah...............................................................................3
2.2 Dasar Hukum Mudharabah..........................................................................4
2.3 Jenis-jenis Mudharabah................................................................................5
2.4 Hukum Mudharabah.....................................................................................6
2.5 perkara yang membatalkan mudharabah......................................................8
2.6Konsebagi hasil............................................................................................9

BAB III. PENUTUP


A. Simpulan......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syari’ah untuk mobilisasi dana
masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk menyediakan berbagai fasilitas,
antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha. Mudharabah merupakan salah satu akad
kerjasama kemitraan berdasarkan prinsip bagi hasil dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua
pihak, dimana pihak pertama memiliki dan menyediakan modal (shahibul mal), sedangkan
pihak kedua memiliki keahlian (skill) dan bertanggungjawab atas pengelolaan dana atau
manajemen usaha halal tertentu disebut mudharib
Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang diuntungkan
sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik dana dan pengelola dana. Distribusi
pembagian hasil usaha hanya didasarkan pada akad mudharabah, dimana pembagian hasil
usaha didasarkan pada nisbah yang telah disepakati di awal akad. Apabila terjadi kerugian
dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis (bukan penyelewengan atau keluar dari
kesepakatan) maka pihak penyedia dana akan menanggung kerugian manakala mudharib
akan menanggung kerugian managerial skill dan waktu serta nisbah keuntungan bagi hasil
yang akan diperolehnya.
Pihak yang melakukan perhitungan distribusi hasil usaha adalah “selalu mudharib”,
karena salah satu aturan dalam prinsip mudharabah mutlaqah pemilik dana memberi kuasa
penuh kepada mudharib untuk mengelola dana untuk mendapatkan hasil usaha. Kepercayaan
ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh ikut campur di dalam
manajemen proyek yang dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut, kecuali sebatas
memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan pada pengelolaan dana.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Mudharabah?
2. Apa Saja Dasar Hukum Mudharabah?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Mudharabah?
4. Bagaimana Hukum Mudharabah?
5. Apa Saja Perkara Yang Membatalkan Mudharabah?
6. Bagaimana Konsep Bagi Hasil?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Menjelaskan Pengertian Mudharabah
2. Untuk Menjelaskan Dasar Hukum Mudharabah
3. Untuk Menjelaskan Jenis-Jenis Mudharabah
4. Untuk Menjelaskan Hukum Mudharabah
5. Untuk Menjelaskan Perkara Apa Saja Yang Membatalkan Mudharabah
6. Untuk Menjelaskan Konsep Bagi Hasil

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian mudharabah


Mudharabah (bahasa arab: ‫ )مضاربة‬adalah bentuk perjanjian kerja sama antara
pemilik harta dengan pengelola harta. Pemilik harta (shahibul amal) menyerahkan
hartanya kepada pihak lain (mudharib) untuk dibisniskan. Jika untung, keuntungannya
dibagi kepada pemilik harta dan pihak pengelola harta, sesuai dengan kesepakatan di
awal. Sementara itu, jika rugi, kerugian hanya dibebankan kepada pemilik harta.
Pengelola harta tidak dibebani dengan kerugian. Kerja sama ini terdiri dari kontribusi
seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelolah.
Al-Mudharabah adalah akad perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan kerja sama usaha. Satu pihak akan menempatkan modal sebesar 100%
yang disebut dengan shahibul maal, dan pihak lainnya sebagai pengelola usaha,
disebut dengan mudharib. Bagi hasil dari usaha yang dikerjasamakan dihitung sesuai
dengan nisbah yang di sepakati antara pihak-pihak yang bekerja sama1.
Secara muamalah, pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada
pedagang atau pengusaha (mudharib) untuk digunakan dalam aktivitas perdagangan
atau usaha. Keuntungan atas usaha perdagangan yang dilakukan oleh mudharib itu
akan dibagi hasilkan dengan shahibul maal, Pembagian hasil usaha ini berdasarkan
kesepakatan yang telah dituangkan dalam akad.
Secara terminologis, ulama fiqih memberikan pengertian yang berbeda-beda
tentang mudharabah. Diantaranya sebagai berikut:
Ulama Mazhab Hanafi
memberikan definisi bahwa mudharabah merupakan akad perjanjian untuk bersama-
sama dalam membagi keuntungan dengan lantaran modal dari satu pihak dan
pekerjaan dari pihak lain.
Ulama Mazhab Maliki
menerangkan bahwa mudharabah atau qiradh menurut syara ialah akad perjanjian
mewakilkan dari pihak pemilik modal kepada lainnya untuk meniagakannya secara
khusus pada emas dan perak yang telah dicetak dengan cetakan yang sah untuk tukar

1
Buku perbankan syari’ah. Drs. Ismail, MBA., Ak

3
menukar kebutuhan hidup. Pemilik modal secara segera memberikan kepada pihak
penerima sejumlah modal yang ia kehendaki untuk diniagakan5.

Ulama Mazhab Hambali


menjelaskan bahwa mudharabah atau kerjasama perniagaan adalah suatu pernyataan
tentang pemilik modal menyerahkan sejumlah modal tertentu dari hartanya kepada
orang yang meniagakannya dengan imbalan bagian tertentu dari keuntungannya6.

Ulama Mazhab Syafi‟i


menerangkan bahwa mudharabah atau qiradhialah suatu perjanjian kerjasama yang
menghendaki agar seseorang menyerahkan modal kepada orang lain agar ia
melakukan niaga dengannya dan masing-masing pihak akan memperoleh keuntungan
dengan beberapa persyaratan yang ditentukan7.

2.2 Dasar Hukum Mudharabah


A. Al-Qur’an.
‫ّللا كثِي ًْرا لَّعلَّكُ ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬
ٰ ‫ّللا واذْكُ ُروا‬ ِ ‫ص ٰلوة ُ فا ْنتث ُِر ْوا فِ ْي ْاْل ْر‬
ْ ‫ض وابْتغُ ْوا م ِْن ف‬
‫ض ِل َّ ه‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فاِذا ق‬
ِ ‫ضي‬
"Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarkanlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Allah SWT." (QS Al-jumu’ah:10)

‫ّٰللا كَا َن بِ ُك ْم َرحِ ْي ًما‬ َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم ۗ َو ََل ت َ ْقتُل ُ ْٰٓوا ا َ ْنف‬


َ ‫س ُك ْم ۗ ا َِّن ه‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل ت َأْكُلُ ْٰٓوا ا َ ْم َوالَكُ ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَاطِ ِل ا ََِّلٰٓ ا َ ْن ت َ ُك ْونَ تِ َج‬
َ ً ‫ارة‬

“Wahai orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
sukarela di antaramu.” (QS. Annisa’:29

B. As-Sunnah
‫ كان العباس بن عبد المطلب إذا نفع ما َل مضاربه اشترط على صاحبه أن َل يسلك به بخرا وَل ينزل‬: ‫عن ابن عباس قل‬
‫به واد ياوَل يسترى به ذات كبد رطبة فإن فعل فهو ضامن فرفع شرطة إلى رسول هللا صلى هللا وسلم فاجازه‬

”Dari ibnu Abbas bin Abdul Muththalib jika memberikan dana ke mitra usahanya
secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau membeli terna. Jika menyalahi aturan tersebut, maka yang

4
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut
kepada Rasulullah SAW. Pun, membolehkannya.”)HR. Imam Baihaqi)

C. Ijma’
Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa jemaah dari
sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah, perbuatan tersebut tidak ditentang
oleh sahabat lainnya.

D. Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang untuk mengelola
kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada pula yang kaya, disuatu sisi lain banyak
orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya, di sisi lain tidak sedikit orang miskin
yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya mudharabah
ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas. yakni untuk
kemashalatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.

2.3 Rukun dan Syarat Mudharabah


Dalam arti bahasa, kata rukun diambil dari bahasa Arab rukun yang dalam bentuk
jamak disebut „arkaan‟ yang berarti the strongest side of something. Dalam kepustakaan
berbahasa Inggris, untuk pengertian rukun dipakai istilah “pillars”, components atau essential
requirements. Disini dapat kita lihat bahwa rukun adalah suatu hal yang sangat menentukan
bagi terbentuknya sesuatu dan merupakan bagian dari sesuatu tersebut.
Rukun mudharabah menurut mazhab Hanafi yaitu ijab dan qabul. Ijab dan qabul
tersebut dinilai sah dengan beberapa lafazh atau ucapan yang menunjukkan kepada tujuan
yang dikehendaki. Seperti Pemilik modal berkata kepada orang yang menerima modal:
ambillah uang ini, dan daya gunakan lah dengan perniagaan atau terimalah uang ini untuk
perniagaan dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi antara kita bersama, separoh atau
sepertiga. Kemudian penerima modal menjawab: aku terima, atau aku rela, atau aku
menerima.
Bila ia berkata: terimalah uang ini dengan separoh keuntungan, atau atas perjanjian
memperoleh separoh keuntungan, dalam pada itu pihak kedua tidak menolak, maka
perjanjian itu merupakan kerjasama perniagaan yang sah.
Adapun menurut mazhab Maliki, rukun mudharabah terbagi menjadi lima yaitu:
a. Modal.

5
b. Pekerjaan.
c. Keuntungan.
d. Dua orang yang melakukan pekerjaan
e. Shighat (Ijab dan Qabul)

Sedangkan menurut mazhab Hambali, rukun dari mudharabah yaitu:


ijab dan qabul. Dan kerjasama mudharabah itu dianggap sah dengan memakai ucapan yang
bisa menyampaikan kepada kerjasama perniagaan (mudharabah, qiradh atau mu’amalah) atau
semisalnya. Oleh karena itu dianggap cukup dalam mudharabah ini suatu cara saling
memberi dan menerima. Jadi kalau pelaku niaga telah menerima modal dan selanjutnya ia
melakukan kerja dengan modal tadi dengan tanpa mengucapkan: aku telah menerima, maka
cara demikian itu dianggap sah.
Mazhab Syafi‟i membagi rukun mudharabah menjadi enam macam yaitu:
a. Pemilik modal.
b. Modal yang diserahkan.
c. Orang yang berniaga.
d. Perniagaan yang dilakukan.
e. Ijab
f. Qabul
Secara garis besar rukun mudharabah yang harus dipenuhi dalam transaksi yaitu:
a). Pelaku akad yaitu shahibul maal (pemodal) adalah pihak yang memiliki modal tetapi tidak
bisa berbisnis, dan mudharib (pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi tidak
memiliki modal.
b). Obyek akad yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh)
c). Shighah yaitu ijab dan qabul.

Syarat Mudharabah.
Syarat adalah hal yang sangat berpengaruh atas keberadaan sesuatu tapi bukan
merupakan bagian atau unsur pembentuk dari sesuatu tersebut.
Adapun syarat mudharabah yaitu:
1). Modal dibayarkan dengan tunai. Karena itu tidak sah kerjasama perniagaan dengan modal
hutang yang ada ditangan penerima modal.
2). Modal itu diketahui dengan jelas, agar dapat dibedakan dari keuntungan yang akan
dibagikan sesuai dengan kesepakatan.

6
3). Keuntungan antara pekerja dan pemilik modal itu jelas presentasinya, seperti separoh,
sepertiga, seperempat.
4). Mudharabah bersifat mutlak. Maka tidak ada persyaratan si pelaksana (pekerja) untuk
berdagang di negara tertentu atau dalam bentuk barang tertentu, atau diperdagangkan dalam
bentuk barang tertentu.
Syarat modal
a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni segala sesuatu yang
memungkinkan dalam perkongsian.
b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran.
c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat akad. Juga dibolehkan
mengusahakan harta yang dititipkan kepada oranng lain, seperti mengatakan: "Ambil harta
saya di si fulan kemudian jadikan modal usaha".
d. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar pengusaha dapat
mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut sebagai amanah.

2.4 Jenis-jenis Mudharabah


1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah merupakan akad perjanjian antara dua pihak yaitu shahibul
maal dan mudharib, yang mana shahibul maal menyerahkan sepenuhnya atas dana yang
diinvestasikan kepada mudharib untuk mengelola usahanya sesuai dengan prinsip syariah.

2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak yang
mana pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola
dana (mudharib). Shahibul maal menginvestasikan dananya kepada mudarib, dan memberi
batasan atas penggunaan dana yang diinvestasikannya.

3. Mudharabah musytarakah
Adalah mudharabah dimana pengelola dana menyerahkan modal atau dananya dalam
kerja sama investasi.

2.5 Hukum Mudharabah


Hukum mudharabah terbagi dua yaitu: Mudharabah Sahih dan Mudharabah Fasid
1. Hukum mudharabah fasid

7
Beberapa hal dalam mudharabah fasid yang mengharuskan pemilik
modalmemberikan upah kepada pengusaha antara lain:
a) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli, menjual, atau
mengambil barang.
b) Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusyawarah sehingga pengusaha tidak
bekerja, kecuali atas seizinnya.
c) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha agar mencampurkan harta modal
tersebut dengan harta orang lain atau barang lain miliknya.

2. Hukum mudharabah shahih


Hukum mudharabah shahih yang tergolong shahih diantaranya:
 Tanggung jawab pengusaha

Apabila pengusaha berutang ia memiliki hak atas laba secara bersama-sama dengan pemilik
modal. Jika mudharabah rusak karena adanya beberapa sebab yang menjadikannya rusak,
pengusaha menjadi pedagang sehingga ia pun memiliki hak untuk mendapat upah, jika harta
rusak tanpa disengaja ia tidak bertanggung jawab atas rusaknya modal tersebut, dan jika
mengalami kerugian pun ditanggung oleh pengusaha saja.

2.6 Perkara Yang Membatalkan Mudharabah


1. Pembatalan
Larangan Berusaha, dan Pemecatan Mudharabah menjadi batal dengan adanya pembatalan
mudharabah, larangan untuk mengusahakan (tasharuf) dan pemecatan. Semua ini jika
memenuhi syarat pembatalan dan larangan, yakni orang yang melakukan akad mengetahui
pembatalan dan pemecatan tersebut, serta modal telah diserahkan ketika pembatalan atau
larangan.

2. Salah seorang Aqid Meninggal dunia


Jumhur ulama berpendapat bahwa mudharabah batal, jika salah seorang akad meninggal
dunia, baik pemilik modal, maupun pengusaha. Sedangkan ulama Malikiyah berpendapat
bahwa mudharabah tidak batal dengan meninggalnya salah seorang yang melakukan akad,
tetapi dapat diserahkan kepada ahli warisnya, jika dapat dipercaya.

3. Salah seorang Gila

8
bahwa gila membatalkan mudharabah, sebab gila atau sejenisnya membatalkan keahlian
dalam mudharabah.

4. Pemilik Modal Rusak


Apabila pemilik modal murtad (keluar dari Islam) atau terbunuh dalam keadaan murtad, atau
tergabung dengan musuh serta karena diputuskan oleh hakim atas pemberontakan hal itu
membatalkan mudharabah sebab bergabung dengan musuh sama saja dengan mati.

5. Modal rusak ditangan Pengusaha


Jika harta rusak sebelum dibelanjakan, mudharabah menjadi batal. Hal ini karena modal
harus dipegang oleh pengusaha. Jika modal rusak, mudharabah batal. Begitu pula nudharabah
dianggap rusak jika modal diberikan kepada orang lain atau dihabiskan sehingga tidak tersisa
untuk diusahakan2.

2.7 Konsep Bagi Hasil


Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak
yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal terdapat
dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka hasil atas usaha yang dilakukan oleh
kedua pihak atau salah satu pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing masing pihak yang
melakukan akad perjanjian. Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan
dengan menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam
menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan3.
Dalam mudharah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang
dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugian (loss). Sehingga untuk
pembahasan selanjutnya akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan
dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak
dibagi diantara pemilik dana dan pengelola dana tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik
dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan
penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil
atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui
pendapatan dari proyeksi hasil usaha. Jika mudharabah melebihi satu periode pelaporan,

2
Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih muamalah. Bandung: pustaka setia. Hal 229-238
3
Buku perbankan syariah. Drs. Ismail, MBA., Ak.

9
penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati

BAB.III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh sebab itu, akad mudharabah
merupakan suatu transaksi pembiayaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan.
Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan
dari pemilik dana kepada pengelola dana. Hal ini disebabkan bahwa laba dibagi atas
dasar nishab bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi
kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh pengelola dana.
Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad mudharabah tersebut
harus memenuhi rukun dan ketentuan syari'ah yang mengacu pada Al-Qur'an, As-Sunah,
Ijma, dan Qiyas.

Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah hingga
jaman sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang menyalahkannya.
Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah digunakan bangsa
Quraisy secara turun-temurun, dari zaman jahiliyah hingga zaman Nabi, kemudian beliau
mengetahui, melakukan dan tidak mengingkarinya. "Allah telah menghalalkan Jual beli
dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-Baqarah:275) "Dan orang-orang yang berjalan dimuka
bumi mencari sebagian karunia Allah" (QS.AIMujammil:20). "Tidak ada dosa bagimu
untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. (QS.Al Baqarah: 19)

10
DAFTAR PUSTAKA

Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih muamalah. Bandung: pustaka setia


Buku perbankan syari’ah. Drs. Ismail, MBA., Ak

11

Anda mungkin juga menyukai