MUDHARABAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Fikih Muamalah
Dosen Penampu: Ibu Liana Susana Dewi, M.E.Sy
Disusun oleh
Puja Arum Pratiwi (2103012027)
Ridho Hidayatullah (2103011083)
Kelas A
i
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang telah di berikan
kepada kelompok kami yang berjudul MUDHARABAH.
Shalawat serta salam marilah kita sanjungkan kepada Nabi kita yaitu nabi
Muhammad SAW. Berkat beliau kita masih dapat merasakan nikmat nya Dinul
Islam. Semoga kita mendapatkan syafaat Nya di Yaumul Qiyamah kelak. Amin
Ya Rabbal `Alamin.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Fikih Muamalah pada semester 2 dan menambah wawasan tentang
ilmu fikih tasawuf itu sendiri dan judul makalah ini adalah “MUDHARABAH”
Terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu LIANA SUSANA DEWI
sebagai dosen pembimbing atas bimbingan serta arahan untuk membuat makalah
tersebut sehingga kita dapat menyelesaikan makalah tersebut dengan baik dan
lancar.
Kami selaku penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah dan kami sangat mengharapkan kritik serta saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun demi terwujudnya harapan yang baik dan
akan menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan makalah.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...............................................................................1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syari’ah untuk mobilisasi dana
masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk menyediakan berbagai fasilitas,
antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha. Mudharabah merupakan salah satu akad
kerjasama kemitraan berdasarkan prinsip bagi hasil dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua
pihak, dimana pihak pertama memiliki dan menyediakan modal (shahibul mal), sedangkan
pihak kedua memiliki keahlian (skill) dan bertanggungjawab atas pengelolaan dana atau
manajemen usaha halal tertentu disebut mudharib
Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang diuntungkan
sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik dana dan pengelola dana. Distribusi
pembagian hasil usaha hanya didasarkan pada akad mudharabah, dimana pembagian hasil
usaha didasarkan pada nisbah yang telah disepakati di awal akad. Apabila terjadi kerugian
dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis (bukan penyelewengan atau keluar dari
kesepakatan) maka pihak penyedia dana akan menanggung kerugian manakala mudharib
akan menanggung kerugian managerial skill dan waktu serta nisbah keuntungan bagi hasil
yang akan diperolehnya.
Pihak yang melakukan perhitungan distribusi hasil usaha adalah “selalu mudharib”,
karena salah satu aturan dalam prinsip mudharabah mutlaqah pemilik dana memberi kuasa
penuh kepada mudharib untuk mengelola dana untuk mendapatkan hasil usaha. Kepercayaan
ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh ikut campur di dalam
manajemen proyek yang dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut, kecuali sebatas
memberikan saran-saran dan melakukan pengawasan pada pengelolaan dana.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Mudharabah?
2. Apa Saja Dasar Hukum Mudharabah?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Mudharabah?
4. Bagaimana Hukum Mudharabah?
5. Apa Saja Perkara Yang Membatalkan Mudharabah?
6. Bagaimana Konsep Bagi Hasil?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1
Buku perbankan syari’ah. Drs. Ismail, MBA., Ak
3
menukar kebutuhan hidup. Pemilik modal secara segera memberikan kepada pihak
penerima sejumlah modal yang ia kehendaki untuk diniagakan5.
“Wahai orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
sukarela di antaramu.” (QS. Annisa’:29
B. As-Sunnah
كان العباس بن عبد المطلب إذا نفع ما َل مضاربه اشترط على صاحبه أن َل يسلك به بخرا وَل ينزل: عن ابن عباس قل
به واد ياوَل يسترى به ذات كبد رطبة فإن فعل فهو ضامن فرفع شرطة إلى رسول هللا صلى هللا وسلم فاجازه
”Dari ibnu Abbas bin Abdul Muththalib jika memberikan dana ke mitra usahanya
secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau membeli terna. Jika menyalahi aturan tersebut, maka yang
4
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut
kepada Rasulullah SAW. Pun, membolehkannya.”)HR. Imam Baihaqi)
C. Ijma’
Diantara ijma mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa jemaah dari
sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah, perbuatan tersebut tidak ditentang
oleh sahabat lainnya.
D. Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musyaqoh (menyuruh seorang untuk mengelola
kebun) selain diantara manusia ada yang miskin ada pula yang kaya, disuatu sisi lain banyak
orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya, di sisi lain tidak sedikit orang miskin
yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya mudharabah
ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas. yakni untuk
kemashalatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.
5
b. Pekerjaan.
c. Keuntungan.
d. Dua orang yang melakukan pekerjaan
e. Shighat (Ijab dan Qabul)
Syarat Mudharabah.
Syarat adalah hal yang sangat berpengaruh atas keberadaan sesuatu tapi bukan
merupakan bagian atau unsur pembentuk dari sesuatu tersebut.
Adapun syarat mudharabah yaitu:
1). Modal dibayarkan dengan tunai. Karena itu tidak sah kerjasama perniagaan dengan modal
hutang yang ada ditangan penerima modal.
2). Modal itu diketahui dengan jelas, agar dapat dibedakan dari keuntungan yang akan
dibagikan sesuai dengan kesepakatan.
6
3). Keuntungan antara pekerja dan pemilik modal itu jelas presentasinya, seperti separoh,
sepertiga, seperempat.
4). Mudharabah bersifat mutlak. Maka tidak ada persyaratan si pelaksana (pekerja) untuk
berdagang di negara tertentu atau dalam bentuk barang tertentu, atau diperdagangkan dalam
bentuk barang tertentu.
Syarat modal
a. Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni segala sesuatu yang
memungkinkan dalam perkongsian.
b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran.
c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak harus ada tempat akad. Juga dibolehkan
mengusahakan harta yang dititipkan kepada oranng lain, seperti mengatakan: "Ambil harta
saya di si fulan kemudian jadikan modal usaha".
d. Modal harus diberikan kepada pengusaha, hal itu dimaksudkan agar pengusaha dapat
mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut sebagai amanah.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak yang
mana pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola
dana (mudharib). Shahibul maal menginvestasikan dananya kepada mudarib, dan memberi
batasan atas penggunaan dana yang diinvestasikannya.
3. Mudharabah musytarakah
Adalah mudharabah dimana pengelola dana menyerahkan modal atau dananya dalam
kerja sama investasi.
7
Beberapa hal dalam mudharabah fasid yang mengharuskan pemilik
modalmemberikan upah kepada pengusaha antara lain:
a) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha dalam membeli, menjual, atau
mengambil barang.
b) Pemilik modal mengharuskan pengusaha untuk bermusyawarah sehingga pengusaha tidak
bekerja, kecuali atas seizinnya.
c) Pemilik modal memberikan syarat kepada pengusaha agar mencampurkan harta modal
tersebut dengan harta orang lain atau barang lain miliknya.
Apabila pengusaha berutang ia memiliki hak atas laba secara bersama-sama dengan pemilik
modal. Jika mudharabah rusak karena adanya beberapa sebab yang menjadikannya rusak,
pengusaha menjadi pedagang sehingga ia pun memiliki hak untuk mendapat upah, jika harta
rusak tanpa disengaja ia tidak bertanggung jawab atas rusaknya modal tersebut, dan jika
mengalami kerugian pun ditanggung oleh pengusaha saja.
8
bahwa gila membatalkan mudharabah, sebab gila atau sejenisnya membatalkan keahlian
dalam mudharabah.
2
Syafe’i, rachmad. 2002. Fiqih muamalah. Bandung: pustaka setia. Hal 229-238
3
Buku perbankan syariah. Drs. Ismail, MBA., Ak.
9
penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati
BAB.III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Akad mudharabah merupakan akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh sebab itu, akad mudharabah
merupakan suatu transaksi pembiayaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan.
Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan
dari pemilik dana kepada pengelola dana. Hal ini disebabkan bahwa laba dibagi atas
dasar nishab bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi
kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh pengelola dana.
Tedapat beberapa jenis akad mudharabah, namun seluruh jenis akad mudharabah tersebut
harus memenuhi rukun dan ketentuan syari'ah yang mengacu pada Al-Qur'an, As-Sunah,
Ijma, dan Qiyas.
Kaum Muslimin sudah terbiasa melakukan kerja sama semacam mudharabah hingga
jaman sekarang ini, di berbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang menyalahkannya.
Ini merupakan konsensus yang diyakini umat, karena cara ini sudah digunakan bangsa
Quraisy secara turun-temurun, dari zaman jahiliyah hingga zaman Nabi, kemudian beliau
mengetahui, melakukan dan tidak mengingkarinya. "Allah telah menghalalkan Jual beli
dan mengharamkan riba...(Q.S.Al-Baqarah:275) "Dan orang-orang yang berjalan dimuka
bumi mencari sebagian karunia Allah" (QS.AIMujammil:20). "Tidak ada dosa bagimu
untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. (QS.Al Baqarah: 19)
10
DAFTAR PUSTAKA
11