Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI MUDHARABAH

RESUME

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampu :

Yulia Maris Herdianti, SE., ME

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Kelas ES 6F

1. Moch. Jordan Firmansyah (12402173241)

2. Dina Binti Nur Khasanah (12402173250)

3. Alwachid Dina Fadila (12402173252)

4. Tsaniyatul Mashfufah (12402173269)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

MARET 2020
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Mudharabah dan Jenis Akad Mudharabah


1. Pengertian Akad Mudharabah
Mudharabah merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih
dimana pihak pertama (shahibul maal) akan menyediakan seluruh
modalnya, sedangkan untuk pihak lainnya yang akan bertugas sebagai
pengelola dana. Keuntungan dalam kerjasama Mudharabah ini akan dibagi
menurut kesepakatan yang sudah disetujui dalam kontrak, sedangkan
untuk masalah kerugiannya akan ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian tersebut bukan diakibatkan dari kelalaian dari pengelola modal. 1
PSAK 105 mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama
usaha anatara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana/ shahibul
maal) menyediakan suluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola
dana/mudharib) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi
diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana.
Dalam akad mudharabah kepercayaan merupakan hal yang paling
mendasar dalam melakukan transaksi. Sehingga, para pelaku mudharabah
khususnya pengelola dana (mudharib) harus bisa mengimplementasikan
sifat Rasul yaitu STAF : (Shidiq, Tabligh, Amanah dan Fatanah).2
2. Jenis Akad Mudharabah
Menurut PSAK 105, kontrak Mudharabah dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu antara lain :
a. Mudharabah Muqayyaddah
Mudharabah Muqayyaddah merupakan bentuk kerjasama
antara dua orang atau lebih yaitu pemilik dana dan pengelola dana,
dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana

1
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer Edisi 2,
(Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm. 116.
2
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, (Jakarta : Ikatan Akuntansi Indonesia, 2011), hlm. 325.
dalam beberapa hal seperti tempat, cara, serta objek investasi. Dalam
transaksi mudharabah muqayyaddah memiliki agen yaitu bank
syariah, yang berfungsi menghubungkan shahibul maal dengan
mudharib.
b. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah merupakan bentuk kerjasama anatara
dua orang atau lebih antara pemilik dana dan pengelola dana tanpa
adanya pembatasan. Pemilik dana memberikan kewenangan yang
sangat luas kepada pengelola dana (mudharib) untuk menggunakan
dana yang diinvestasikan tersebut.
c. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah merupakan bentuk kerjasama
dimana pengelola dana akan menyertakan dananya dalam kerjasama
investasi.3 Akad musytarakah merupakan perpaduan dari akad
mudharabah dan akad musyarakah.

B. Dasar Syariah
1. Sumber Hukum Akad Mudharabah
Mudharabah hukumnya jaiz (boleh), hal tersebut berdasarkan
Ijmak para ulama. Hal tersebut dapat diambil dari kisah Rasulullah yang
pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah. Orang-orang
sebelum Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW telah
mempraktikkan kegiatan menggunakan akad mudharabah ini. Jenis bisnis
ini sangat bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dan ajaran syariah,
oleh karena itulah akad ini diperbolehkan secara syariah.
a. Al-Qur’an
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
b. As-Sunah

3
Ibid., hlm. 117.
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampurkan gandum dengan
jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR.
Ibnu Majah)4.
2. Rukun Akad Mudharabah ada 4 yaitu :
a. Pelaku (pemilik dana dan pengelola dana)
1) Pelaku harus baligh dan paham hokum
2) Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan oleh sesame muslim
maupun non muslim
3) Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha
tetapi diperbolehkan untuk mengawsi usaha tersebut.
b. Objek mudharabah (modal dan kerja )
Objek mudharabah merupakan suatu konsekuensi logis dengan
dilakukannya akad mudharabah.
1) Modal
a) Modal yang diserahkan dapat berupa uang atau asset lainya
(harus jelas jumlah dan jenisnya ).
b) Modal harus tunai dan tidak hutang, tanpa adanya setoran
modal berarti pemilik dana tidak memberikan kontribusi
apapun padahal pengelola dana harus bekerja.
c) Modal harus diketahui secara jelas jumlahnya agar dapat
dibedakan dari keuntungan.
d) Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan
modal kepada orang lain dan apabila terjadi maka dianggap
telah melakukan pelanggaran kecuali atas izin pemilik dana.
e) Pengelola dana juga memiliki kebebasan untuk mengatur
modal menurut kebijakan dan pemikiranya sendiri, selama
tidak melanggar ketentuan syariah.

4
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta : Salemba Empat, 2015), hlm.
132.
2) Kerja
a) Kontribusi pengelola dana bisa berbentuk ketrampilan,
keahlian, skill, management skill, selling, dan lain-lainnya.
b) Kerja adalah hak pengelola dana sehingga tidak boleh
diintervensi oleh pemilik dana.
c) Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan
syariah.
d) Pengelola dana mematuhi semua ketetapan yang sudah ada
di dalam kontrak.
e) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kwajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola
dana sudah menerima modal dan sudah bekerja maka
pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti
rugi/upah.
c. Ijab qabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela antara pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui korespondensi atau
menggunakan cara komunikasi modern.
d. Nisbah keuntungan
1) Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian
keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
kedua belah pihak yang melakukan akad mudharabah atas suatu
keuntungan yang diperoleh.
2) Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan
terjadinya riba.
3. Berakhirnya Akad Mudharabah
Lamanya kerja sama dalam akad mudharabah tidak tentu dan tidak
terbatas, tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu
kontrak kerja sama dengan memberitahukan pihak lainya. Namun akad
mudharabah dapat beraakhir karena hal-hal sebagai berikut :
a. Mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan.
b. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
c. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola
usaha untuk mencapai tujuan.
e. Modal sudah tidak ada.5

C. Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah dan Alur Transaksi


Mudharabah
1. Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) melakukan pengawasan syariah
secara periodik guna memastikan kesesuaian syariah pada praktik
transaksi mudharabah yang dilakukan oleh bank. Pengawasan yang
dilakukan oleh DPS ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).
2. Alur Transaksi Mudharabah

Bank Syariah 1. Negoisasi dan Nasabah


(Shahibul Maal) Akad (Mudharib)
Mudharabah

4 a.Menerima porsi
2. pelaksanaan 4b. menerima
laba
Usaha porsi laba
5. Menerima
kembalian modal Produktif

3. Membagi
hasil usaha

 Keunt

5
Ibid., hlm. 134.
Pertama, alur transaksi mudharabah dimulai dengan pengajuan
permohonan pembiayaan oleh nasabah dengan cara mengisi formulir
permohonan pembiayaan.
Kedua, nasabah mulai mengelola dana yang telah dikontribusikan oleh
bank yang telah disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan
terbaiknya.
Ketiga, diadakannya evaluasi dari hasil usaha pada waktu yang ditentukan
berdasarkan kesepakatan. Keuntungan yang telah diperoleh akan dibagi
antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) sesuai
dengan porsi yang telah disepakati diawal. Seandainya terjadi kerugian
bukan disebabkan oleh kelalaian pengelola dana, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh pemilik dana.
Keempat, bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing
berdasarkan metode perhitungan yang telah disepakati.
Kelima, bank menerima kembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah
telah mengembalikan semua modal pemilik bank, selanjutnya adalah
usaha menjadi milik nasabah sepenuhnya.

D. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)


Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat apabila
digunakan sebab yang dibagi hanyalah keuntungannya saja (profit), dan tidak
termasuk kerugiannya (loss). Sehingga pada pembahasan selanjutnya, akan
digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-
Undang No 10 Tahun 1998, karena apabila usaha tesebut gagal kerugian tidak
dibagi di antara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung
sendiri oleh pemilik dana.
Untuk menghindari perselisihan biaya yang dikeluarkan oleh pengelola
dana, maka di dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang bisa
dikurangkan dari pendapatan.
Contoh perhitungan pembagian hasil usaha :
Data :
Penjualan Rp 2.000.000
HPP (Rp 1.300.000)
Laba kotor Rp 700.000
Biaya-biaya (Rp 500.000)
Laba (rugi) bersih Rp 200.000
1. Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing), maka nisbah pemilik dana
: pengelola dana = 30 : 70
Pemilik dana : 30% x Rp 200.000 = Rp 60.000
Pengelola dana : 70% x Rp 200.000 = Rp 140.000
Dasar di dalam pembagian hasil usaha adalah laba bersih yang
dipereoleh dari laba kotor dikurangi beban yang berkaitan dengan
pengelolaan modal mudharabah.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar dari pembagian hasil usaha
adalah laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana :
pengelola dana = 10 : 90
Bank Syariah : 10% x Rp 700.000 = Rp 70.000
Pengelola : 90% x Rp 700.000 = Rp 630.000
Apabila akad mudharabah melebihi dari satu periode pelaporan, maka
penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati (PSAK 105 par 20).6

E. Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musytarakah (Psak 105 Par 34)
Ketentuan bagi hasil untuk akad Mudharabah Musyarakah dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1. Hasil investasi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati, selajutnya bagian hasil investasi setelah
dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana
(sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal
masing-masing.

6
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2015),
hlm. 134.
2. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modalnya, selanjutnya bagian hasil
investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik)
dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati. Misalnya jika terjadi kerugian atas investasi, maka
kerugian dibagi sesuai dengan modal para musytarik.
Contoh Kasus:
Bapak Ahmad menginvestasikan uang sebesar Rp 4 juta untuk usaha
bakso yang dimiliki oleh Bapak Burdin dengan akad mudharabah. Nisbah yang
telah disepakati oleh Bapak Ahmad dan Bapak Burdin adalah 1:3. Setelah
usaha berjalan, ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka atas persetujuan
Bapak Ahmad, Bapak Burdin ikut menginvestasikan uangnya sebesar Rp
1.000.000. Dengan demikian bentuk akadnya adalah akad mudharabah
musytarakah. Laba yang diperoleh untuk bulan Januari 2019 adalah sebesar Rp
2.000.000
Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat
keuntungan dapat dilakukan dengan cara:
Alternative 1:
Pertama,hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai
nisbah yang disepakati:
Bagian A : 1⁄4x Rp 2.000.000 = 500.000

Bagian B: 3⁄4x Rp 2.000.000 = 1.500.000


Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola
dana tersebut (Rp 2.000.000 – Rp 1.500.000) dibagi antara pengelola dana
(sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-
masing;
Bagian A : Rp 4.000.000/Rp 5.000.000 x Rp 500.000 = Rp 400.000
Bagian B : Rp 1.000.000/Rp 5.000.000 x Rp 500.000 = Rp 100.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp
1.500.000+Rp 100.000 = Rp 1.600.000, dan A sebagai pemilik dana akan
memperoleh Rp 400.000
Alternative 2:
Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan
pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing,
Bagian A : Rp 4.000.000/Rp 5.000.000 x Rp 2.000.000 = Rp 1.600.000
Bagian B : Rp 1.000.000/Rp 5.000.000 x Rp 2.000.000 = Rp 400.000
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola
dana (sebagai musytarik) sebesar Rp 1.600.000 (Rp 2.000.000-Rp 400.000)
tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan
nisbah yang disepakati.
Bagian A: 1⁄4 x Rp 1.600.000 = 400.000

Bagian B: 3⁄4 x Rp 1.600.000 = 1.200.000


Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 400.000 + Rp
1.200.000 = Rp 1.600.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp
400.000.
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan
porsi modal para musytarik. Misal terjadi kerugian sebesar Rp 2.000.000 maka
A akan menaggung rugi sebesar:
Rp 4.000.000/Rp 5.000.000 x Rp 2.000.000 = Rp 1.600.000
B akan menaggung rugi sebesar:
Rp 1.000.000/Rp 5.000.000xRp 2.000.000 = Rp 400.000

F. Perlakuan Akuntansi (Psak 105)


1. Akuntansi Untuk Pemilik Dana
a. Dana Mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah saat pembayaran kas atau penyerahan asset
non-kas kepada pengelola dana.
b. Pengukuran investasi mudharabah
1) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
yang dibayarkan;
2) Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar
nilai wajar nonkas pada saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk asset non-kas
harus disetujui oleh pemilik dana dan pengelola dana saat penyerahan.
Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk
mengukur asset non-kas (Siswantoro, 2003).
1) Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan
kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
2) Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang
melakukan kontrak untuk nilai asset nonkas menuju aplikasi
konsep representational faithfulness dalam pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar junlah yang
dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk asset non-kas diukur sebesar nilai
wajar asset non-kas pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:
1) Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
sesuai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahaan aset nonkas :
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Aset Nonkas xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan :
Dr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Keuntungan xxx
2) Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui kerugian dan akui pada saat penyerahan aset
nonkas
Jurnal :
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Penurunan Nilai xxx
Kr. Aset Nonkas Mudharabah xxx
c. Penurunan nilai apabila investasi mudharabah dalam bentuk aset
nonkas :
1) Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai
disebakan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan karena
kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan
nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo
investasi mudharabah.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
2) Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya
usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana,
maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah
investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat
pembagian bagi hasil.
Jurnal pada saat terjadi kerugian :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Jurnal pada saat bagi hasil:
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
d. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelun
akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk
penyisihan kerugian investasi.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jenis nilai investasi awal
mudharabah penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontra dari
investasi mudharabah.
e. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang
Jurnal :
Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx
Kr. Pendapatan bagi Hasil Mudharabah xxx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil
Jurnal
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx
f. Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi
mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan
pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau
kerugian .
Jurnal :
Dr. Kas/Piutang/Aset Non-kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Investasi Mudharabah xxx
atau
Dr. Kas/Piutang/Aset Non-kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
g. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan
keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah
dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
h. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
mudharabah, tetapi tidak terbatas pada :
1) Isi kesepakatan utama usah mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-
lain.
2) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.
3) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode
berjalan.
4) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
2. Akuntansi untuk Pengelola Dana
a. Dana yang di terima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset
nonkas yang diterima.
b. Pengukuran Dana Syirkah Temporer
Dana Syirkah Temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar
aset nonkas yang diterima.
Jurnal :
Dr. Kas/Aset Nonkas xxx
Kr. Dana Syirkah Temporer xxx
c. Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkah kembali dana syirkah temporer yang
diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi
mudharabah). Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan
mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian
hak pemilik dana.
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari
penyaluran kembali dana syirkah temporer :
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui
sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik
dana.
Jurnal :
Dr. Beban Bagi hasil Mudharabah xxx
Kr. Untung Bagi Hasil Mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :
Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
d. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana
mudharabah berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan
pencatatanya sama dengan akuntansi konvensional yaitu :
Saat mencatat pendapatan
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan xxx
Saat mencatat beban :
Dr. Beban xxx
Kr. Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh
keuntungan) :
Dr. Pendapatan xxx
Kr. Beban xxx
Kr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :
Dr. Beban bagi hasil mudharabah xxx
Kr. Utang bagi hasil mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :
Dr. utang bagi hasil mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian :
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Kr. Kas/Utang xxx
Catatan: penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontrak dari
Dana Syirkah Temporer.
e. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola
dana diakui sebagai beban pengelola dana :
Jurnal :
Dr. Beban xxx
Kr. Utang lain-lain/Kas xxx
f. Di akhir akad Jurnal :
Dr. Dana syirkah syariah xxx
Kr. Kas/asset nonkas xxx
Jika ada penyisihankerugian sebelumnya jurnal :
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Kr. Kas/Aset nonkas xxx
Kr. Penyisihan kerugian xxx
g. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan:
1) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah; yaitu sebesar dana
syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian (jika ada)
2) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan
tetapi belum diserahkan kedapa pemilik dana disajjikan sebagai
pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban.
h. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan:
1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-
lain.
2) Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan
jenisnya.
3) Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah
Asumsi pencatatan untuk pengelola dana yang telah dibahas di atas
menggunakan akad mudharabah muthlaqah, apabila akadnya mudharabah
muqayyadah, di mana dana dari pemilik dana langsung disalurkan kepada
pengelola dana lain (kedua) dan pengelola dana pertama hanya bertindak
sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan
pengelola dana lain (kedua); maka dana untuk jenis seperti ini akan
dilaporkan Off Balance Sheet. Sehingga pengelola dana pertama akan
menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan
antara pemilik dana dan pengelola dana lain (kedua) berlaku nisbah bagi
hasil.7

G. Ilustrasi Akuntansi Akad Mudharabah


1. Penyerahan dana investasi dalam bentuk kas (asumsi: pengelola dana tidak
memudharabahkan kembali).
2. Penyerahan dana investasi dalam bentuk aset non-kas.

7
Ibid., hlm. 140.
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Mal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
1 Januari 2012
Setelah melakukan akad, pemilik dana menyerahkan Investasi Mudharabah 100.000 Kas 100.000
dana sebesar Rp 100.000. Periode akad: 2 tahun. Kas 100.000 Dana Syirkah Temporer 100.000
Nisbah Bagi Hasil pengelola : pemilik dana = 3: 1
31 Desember 2012 Pengelola dana akan mencatat pendapatan dan beban
Jika hasil pengolahan dana selama tahun 2012 kemudian di akhir periode akan dibuat jurnal
adalah: penutup:
 Memeperoleh Pendapatan Rp 20.000 Kas/Piutang 20.000
 Menanggung Beban Rp 12.000 Pendapatan 20.000
Beban 12.000
Kas/Piutang 12.000
Pendapatan 20.000
Beban 12.000
Pendapatan yang Belum Dibagikan
(kewajiban) 8.000

Membagi laba sesuai nisbah:


Pengelola Dana : 3⁄4 x 8.000 = 6.000
Pemilik Dana : 1⁄4 x 8.000 = 2.000

Pembayaran kepada Pemilik Dana Kas 2.000 Pendapatan yang Belum Dibagikan 8.000
Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah 2.000 Kas 8.000
Jika tidak dibagi langsung: Piutang Bagi Hasil 2.000
Pendapatan Bagi Hasil 2.000
Saat penerimaan uang:
Kas 2.000
Piutang Bagi Hasil 2.000
31 Desember 2012
Melakukan ayat jurnal penutup untuk bagi hasil
tersebut
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca Aset: Utang:
Investasi Mudharabah 100.000 Utang Bagi Hasil Mudharabah 0
Penyisihan Kerugian 0 100.000 Dana Syirkah Temporer 100.000
Penyisihan Kerugian 0
100.000
Tahun 2013
31 Desember 2013
Jika hasil pengelolaan dana selama tahun 2013 Pengelola dana akan mencatat pendapatan dan beban,
adalah: kemudian akan ditutup:
 Memperoleh pendapatan Rp 20.000 Kerugian Mudharabah 8.000 Kas/Piutang 20.000
 Menanggung beban Rp 12.000 Penyisihan Kerugian Mudharabah 8.000 Pendapatan 20.000
Beban 12.000
Kas/Piutang 12.000
Pendapatan 20.000
Penyisihan Kerugian 8.000
Beban 12.000
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca (31/12/2013) Aset: Utang:
Investasi Mudharabah 100.000 Utang Bagi Hasil Mudharabah 0
Penyisihan Kerugian 8.000 Dana Syirkah Temporer 100.000
92.000
Penyisihan Kerugian 8.000
92.000
1 Januari 2014
Pengembalian investasi mudharabah pada akhir akad Kas 92.000 Dana Syirkah Temporer 100.000
dan menerima Rp 92.000 Penyisihan Kerugian Kas 92.000
Mudharabah 8.000 Penyisihan Kerugian 8.000
Investasi Mudharabah 100.000
1 januari 2012
Setelah melakukan akad, pemilik dana menyerahkan Investasi Mudharabah 100.000 Aset Non-kas 100.000
aset non-kas dengan: Aset Non-kas 60.000 Dana Syirkah Temporer 100.000
Nilai Buku Rp 60.000 Keuntungan Tangguhan 40.000
Nilai Pasar Rp 100.000
Periode Akad: 2 tahun, namun mengingat dana
kebutuhan bahan baku, operasional usaha akan
dimulai 1 Maret 2012.
Nisbah bagi hasil pengelola : pemilik dana = 2 : 2
28 Februari 2012
Terjadi penurunan nilai sebelum usaha dimulai Kerugian Investasi 10.000 Dana Syirkah Temporer 10.000
sebesar Rp 10.000 Investasi Mudharabah 10.000 Aset Nonkas 10.000
31 Desember 2012 Pengelola dana akan mencatat pendapatan dan beban,
Jika hasil pengolahan dana selama periode tertentu kemudian akan ditutup:
adalah: Kas/Piutang 20.000
 Memperoleh pendapatan Rp 20.000 Pendapatan 20.000
 Menanggung beban Rp 6.000 Beban 6.000
Kas Utang 6.000
Pendapatan 20.000
Beban 6.000
Pendapatan yang Belum Dibagikan
(kewajiban) 14.000

 Pemilik dana mengamortisasi keuntungan Keuntungan Tangguhan 20.000


tangguhan Keuntungan 20.000

Membagi laba sesuai nisbah:


Mudharb : 1⁄2 x 14.000 = 7.000
Shahibul Maal : 1⁄2 x 12.000 = 7.000

Pembayaran kepada Shahibul Maal:


Kas 7.000 Pendapatan yang Belum Dibagikan 14.000
Pendapatan Bagi Hasil 7.000 Kas 14.000

Jika tidak dibagi langsung:


Piutang Bagi Hasil 7.000
Pendapatan Bagi Hasil 7.000
Saat uang diterima:
Kas 7.000
Piutang Bagi Hasil 7.000
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca Aset: Utang:
Investasi Mudharabah 90.000 Utang Bagi Hasil Mudharabah 0
Penyisihan Kerugian 0 90.000 Dana Syirkah Temporer 90.000
Penyisihan Kerugian 0
90.000
31 Desember 2013 Pengelola dana akan mencatat pendapatan dan beban,
Jika hasil pengolahan dana selama periode tertentu kemudian ditutup:
adalah: Kas/Piutang 8.000
 Memperoleh pendapatan Rp 8.000 Kerugian Mudharabah 4.000 Pendapatan 8.000
 Menanggung Beban Rp 12.000 Penyisihan Kerugian Mudharabah 4.000 Beban 12.000
Kas/Utang 12.000
Pendapatan 8.000
Penyisihan Kerugian 4.000
Beban 12.000
Pemilik dana mengamortisasi keuntungan tangguhan Keuntungan yang ditangguhkan 20.000
Keuntungan 20.000
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca Aset: Utang:
Investasi Mudharabah 90.000 Utang Bagi Hasil Mudharabah 0
Penyisihan Kerugian
Mudharabah 4.000 86.000
Dana Syirkah Temporer 90.000
Penyisihan Kerugian 4.000 86.000
1 Januari 2014
Pengembalian investasi mudharabah pada akhir akad, Aset Non-kas Mudharabah 86.000 Dana Syirkah Temporer 90.000
jika nilai aset non-kas Rp 95.000 Penyisihan Ruhi Mudharabah 4.000 Aset Non-kas 86.000
Investasi Mudharabah 90.000 Penyisihan Kerugian 4.000
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta :
Salemba Empat.
Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Jakarta : Ikatan Akuntansi Indonesia.
Yaya, Rizal. dkk. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai