Disusun oleh :
Abby Prakoso
(12121001)
Chairul Saleh
(12121013)
(12121025)
(12121036)
(12121040)
UNIVERSITAS TRILOGI
Program Pendidikan Studi Strata 1
Jurusan Akuntansi
JAKARTA
2015
PENGERTIAN MUDHARABAH
Kata mudharabah berasal dari kata dharb ( ) yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses seseorang memukulkan
kakinya dalam menjalankan usaha. Suatu kontrak disebut mudharabah, karena pekerja
(mudharib) biasanya membutuhkan suatu perjalanan untuk menjalankan bisnis. Sedangkan
) .
perjalanan dalam bahasa Arab disebut juga dharb fil Ardhi (
Dalam bahasa Iraq (penduduk Iraq) menamakannya mudharabah, sedangkan penduduk Hijaz
menyebutnya qiradh. Qiradh berasal dari kata al-qardhu, yang berarti al-qathu (potongan)
karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh
sebagian keuntungannya.
Mudharabah atau qiradh termasuk dalam kategori syirkah. Di dalam Al-Quran, kata
mudharabah tidak disebutkan secara jelas dengan istilah mudharabah. Al-Quran hanya
menyebutkannya secara musytaq dari kata dharaba yang terdapat sebanyak 58 kali.
Beberapa ulama memberikan pengertian mudharabah atau qiradh sebagai berikut:
Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang) saling menanggung,
salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan
bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan syaratsyarat yang telah ditentukan.
Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta
dan pihak lain pemilik jasa.
Malikiyah berpendapat bahwa mudharabah adalah: Akad perwakilan, di mana pemilik harta
mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang
ditentukan (mas dan perak).
Imam Hanabilah berpendapat bahwa Mudharabah adalah: Ibarat pemilik harta
menyerahakan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan bagian
dari keuntungan yang diketahui.
Ulama Syafiiyah berpendapat bahwa Mudharabah adalah: Akad yang menentukan
seseorang menyerahakan hartanya kepada orang lain untuk ditijarahkan.
Syaikh Syihab al-Din al-Qalyubi dan Umairah berpendapat bahwa mudharabah ialah:
Seseorang menyerahkan harta kepada yang lain untuk ditijarhakan dan keuntungan bersamasama.
Al-Bakri Ibn al-Arif Billah al-Sayyid Muhammad Syata berpendapat bahwa Mudharabah
ialah: Seseorang memberikan masalahnya kepada yang lain dan di dalmnya diterima
penggantian.
Sayyid Sabiq berpendapat, Mudharabah ialah akad antara dua belah pihak untuk salah satu
pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi
dua sesuai dengan perjanjian.
Menurut Imam Taqiyuddin, mudharabah ialah Akad keuangan untuk dikelola dikerjakan
dengan perdagangan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mudharabah adalah akad
kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama adalah pemilik modal (shahibul
maal), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola modal (mudharib), dengan syarat bahwa
hasil keuntungan yang diperoleh akan dibagi untuk kedua belah pihak sesuai dengan
kesepakatan bersama (nisbah yang telah disepakati), namun bila terjadi kerugian akan
ditanggung shahibul maal.
Secara etimologi, kata mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
Dalam literatur lain (fiqh sunnah), mudharabah bisa disebut juga dengan qiradh yang berasal
dari kata qardh yang berarti qathu (potongan) karena pemilik modal memotong sebagian
hartanya untuk diperdagangkan dalam rangka memperoleh keuntungan (laba).
Secara terminologi, merujuk Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh), mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (malik, shahibul al maal, bank) menyediakan seluruh modal, sedang
pihak kedua (amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha
dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Dalam literatur
lain, Mudharabah adalah Akad antara dua pihak dimana salah satu pihak mengeluarkan
sejumlah uang (sebagai modal) kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan/diusahakan.
Laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.
Dalam literatur lain, (Fiqh Muamalah : Nasroen Haroen) akad mudharabah adalah pemilik
modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan
keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama
maka pengelola dana atas bertanggungjawab atas konsekuensi yang ditimbulkanya. Jika,
kerugian yang timbul bukan dari kelalaian pengelola dana maka kerugian ditanggung oleh
pemilik dana.
2. Mudharabah Muqqayadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau
sektor usaha. Mudharabah ini disebut juga investasi terikat. Jika, pengelola dana bertindak
bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan oleh peilik dana, maka pengelola dana
harus bertanggungjawab atas konsekuensi yang ditimbulkannya termasuk masalah
keuangan.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Diawal akad, modal 100% dari pemilik
dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan
dengan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut.
Jenis mudharabah ini merupakan perpadun antara akad mudharabah dan musyarakah.
DASAR SYARIAH
Sumber Hukum Akad Mudharabah
Menurut ulama hukum mudharabah ialah jaiz atau boleh. Jenis bisnis ini sangat
bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu akad ini
diperbolehkan seara syariah. Sumber-sumber hukum akad mudharabah ialah :
1. Al-Quran
Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Allah SWT. (QS 62:10)
... Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian dnegan lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnyadab hendaklah dia bertakwa kepada Allah
Tuhannya ...: (QS 2:283)
2. As-Sunnah \
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah, dan
mencampuradukkan gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk
dijual. (HR Ibnu Majah)
Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(pengelola dana) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan
Abbas didengar Rasululloh SAW, beliau membenarkannya. (HR. Thabrani dari Ibnu
Abbas).
1.
2.
3.
4.
5.
b. Kerja
Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan. Selling skill,
management skill dan lain-lain.
Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik danaa.
Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak.
Dalam hal pemilik dana tidak boleh melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggarang terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan
sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai
uangnya. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan pada mudharib, baik
secara bertaha maupun tidak sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Sementara itu, kerja
yang diserahkan dapat berbentuk keahlian menghasilkan barang atau jasa, keahlian
mengelola, keahlian menjual, dan keahlian maupun keterampilan lainnya. Tanpa dua objek
mi, mudharabah tidak dibenarkan. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 7 Tahun 2000
tentang Investasi mudharabah menyatakan bahwa kegiatan usaha oleh pengelolaudharib)
sebagai perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan
hal-hal berikut.
a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana,
tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang
dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam
aktivitas itu.
3. Ijab dan Kabul
Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang merupakan
wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddin minkum). Dalam hal ini, kedua belah
pihak harus secara rela bersepakat unutk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
4. Nisbah Keuntungan
Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak
yang terikat akad mudharabah. Syarat pembagian keuntungan dalam investasi mudharabah
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan
yang diperoleh. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah
pihak dan bersifat proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari
keunutngan sesuai kesepakatan, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan
antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
c) Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
d) Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
satupihak.
e) Penyedia dana menanggung semua kerugian dari mudharabah dan pengelola tidak
boleh menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
f) Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka mudharib
wajib menanggung segala kerugian tersebut.
Kelalaian antara lain ditunjukkan oleh tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan di
dalam akad; mengalami kerugian tanpa adanya kondisi diluar kemampuan (force majeur)
yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; dan hasil putusan dari badan
arbitrase atau pengadilan.
Apabila pengelola dana diperbolehkan oleh pemilik dana unutk memudharabahkan
kembali modal mudharabah maka pembagian keuntungan untuk kasus seperti ini, pemilik
dana mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan antara dia dan pengelola dana
pertama. Sementara itu bagian keuntungan dai pengelola dana pertama dibagi dengan
pengelola dana yang kedua sesuai dengan porsi bagian yang telah disepakati antara
keduanya.
Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau
pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannnya adalah sebagai berikut.
a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung
modal.
b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal
Skema Mudharabah
(1)
(1)
Akad
Pemilik Dana
mudharabah
Pengelola
Dana
Proyek
Usaha
Porsi
Porsi
Rugi
Laba
Porsi
Laba
(3)
(4)
(5)
Hasil usaha:
Apabila untung akan sesuai
nisbah,
Apabila rugi ditanggung oleh Pemilik
Dana
(4)
Rp 1.000.000
HPP
(Rp 650.000)
Laba Kotor
Rp
350.000
Biaya-biaya
Rp
250.000
a)
Rp
100.000
Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing) dengan nisbah pemilik dana : pengelola
dana = 30:70
Pemilik dana
Pengelola Usaha
Dasar pembagian hasil usaha adalah laba neto/laba bersih yaitu laba kotor dikurangi
beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.
b)
Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana : pengelolaan dana =
10:90
Bank Syariah
Pengelola
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui
dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati (PSAK 105 par
20)
Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musyarakah (Psak 105 Par 34)
Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan
yaitu:
Hasil investasi diantara pengelola dana dana pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati,
selajutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi
antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai porsi modal masingmasing ;atau
Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh: jika terjadi kerugian atas
investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan modal para musytarik. Contoh: Bapak A
menginvestasikan uang sebesar Rp 2 juta untuk usaha siomay yang dimiliki oleh Bapak B
dengan akad mudharabah. Nisbah yang disepakati oleh Bapak A dan Bapak B adalah 1:3.
Setelah usaha berjalan,ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka atas persetujuan Bapak
A,Bapak B ikut menginvestasikan uangnya sebesar Rp 500.000. Dengan demikian bentuk
akadnya adalah akad mudharabah musyarakah. Laba yang diperoleh untuk bulan Januari
2008 adalah sebesar Rp 1.000.000
Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan dapat dilakukan
dengan cara:
Alternative 1:
Pertama,hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati:
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut (Rp
1.000.000 Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing;
Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana
sesuai dengan porsi modal masing-masing,
Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik)
sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000-Rp 200.000) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Dana Mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah
pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada pengelola dana.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;
Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar nonkas pada saat
penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas harus disetujui oleh pemilik dana
dan pengelola dana pada saat penyerahan.
Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur asset nonkas,
(siswantoro,2003).
Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk mencapai satu
tujuan akuntansi keuangan.
Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang melakukan kontrak untuk
nilai asset nonkas menuju aplikasi
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar junlah yang dibayarkan.
xxx
Kr. Kas
xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar asset nonkas
pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:
Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka
xxx
xxx
Kr. Keuntungan
xxx
Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir Pencatatan
kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelun akad mudharabah berakhir diakui sebagai
kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Jurnal :
xxx
Catatan :
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jenis nilai investasi awal mudharabah. 5. Hasil usaha
Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang
Jurnal :
xxx
xxx
Jurnal
Dr. Kas
xxx
xxx
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah dikurangi
penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian .
Jurnal :
xxx
ATAU
xxx
xxx
xxx
xxx
7. Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai
tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada)
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi tidak
terbatas pada :
Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas
usaha mudharabah, dan lain-lain ;
2.9.
1. Dana yang di terima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
2. Pengukuran Dana Syirkah Temporer
Dana Syirkah Temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang
diterima.
Jurnal :
Dr. Kas/Aset Nonkas
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Kr. Kas
xxx
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatanya sama
dengan akuntansi konvensional yaitu :
xxx
Kr. Pendapatan
xxx
xxx
Kr. Kas/Utang
xxx
xxx
Kr. Beban
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Kr. Kas
xxx
xxx
xxx
Kr. Kas/Utang
5.
xxx
xxx
xxx
6. Di akhir akad
Jurnal :
Dr. Dana syirkah syariah
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
usaha,
b. rincian dana
c. penyaluran
aktivitas
usaha
mudharabah,
dan
lain-lain.
berasal
dari mudharabah
muqayadah.
Contoh Soal Pencatatan Akuntansi Mudharabah dengan Penyerahan Dana Investasi dalam
Bentuk Kas
1.
Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Ibu Yolanda, seorang
pedagang buku di Pasar Buku Shoping Yogyakarta menggunakan akad mudharabah (BJS
sebagai pemilik dana dan Yolanda sebagai pengelola dana). BJS memberikan modal kepada
Yolanda sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1 Januari 2009 dan
berakhir 31 Pebruari 2009 dengan nisbah bagi hasil : Yolanda : BJS = 75%: 25%. Buat jurnal
setelah penyerahan dana
Investasi Mudharabah
10.000.000
Kas
10.000.000
Kas Mudharabah
10.000.000
2.
10.000.000
Pada Tanggal 31 Januarii 2009, hasil usaha perdagangan buku Ibu yolanda adalah:
Pendapatan
: Rp 1.000.000
Biaya-biaya
: Rp
800.000
Tidak ada
xxx
Pendapatan
xxx
Diakhir bulan atau akhir periode ketika akan dilakukan perhitungan bagi hasil, maka akun
pendapatan harus ditutup dengan melakukan jurnal:
Pendapatan
1.000.000
Biaya
800.000
200.000
Jurnal untuk mencatat Pembayaran hasil perhitungan bagi hasil dari Yolanda kepada pemilik
dana (BJS)
Kas
50.000
Pendapatan Bagi hasil
50.000
Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:
Piutang Mudharabah
50.000
50.000
Kas
50.000
Piutang Mudharabah
50.000
50.000
Kas-Mudharabah
50.000
Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:
50.000
50.000
Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJS, dengan kata lain,
dibayarkan oleh Yolanda
50.000
50.000
Jurnal untuk mencatat hasil perhitungan bagi hasil hak Pengelola dana (Ibu Yolanda)
150.000
Kas Mudharabah
150.000
150.000
Pendapatan Bagi hasil
150.000
3.
Seperti pada No. 2 diatas. Buatlah ayar jurnal penutup untuk bagi hasi tersebut pada
31 Januari 2009.
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada
200.000
200.000
4.
Sajikan laporan keuangan neraca dari data diatas kecuali untuk rekening kas abaikan
dulu. Dengan situasi bagi hasil langsung dibagikan diakhir bulan itu juga.
a.
Aset
Piutang Bagi Hasil Mudharabah
Investasi Mudharabah
10.000.000
Penyisihan Kerugian
0)
10.000.000
b.
Utang
Utang Bagi Hasil Mudharabah
Dana SyirkahTemporer
10.000.000
Penyisihan Kerugian
5.
10.000.000
Pendapatan
Rp
800.000
Biaya-biaya
Rp 1.000.000
200.000
200.000
800.000
200.000
Biaya-biaya
1.000.000
6.
a.
Aset
Piutang Bagi Hasil Mudharabah
Investasi Mudharabah
10.000.000
Penyisihan Kerugian
200.000)
9.800.000
b.
Utang
Utang Bagi Hasil Mudharabah
Dana SyirkahTemporer
Penyisihan Kerugian
7.
10.000.000
(200.000)
9.800.000
Buatlah Jurnal Untuk menutup pengembalian Investasi mudharabah pada akhir akad.
9.800.000
200.000
Investasi mudharabah
10.000.000
10.000.000
9.800.000
200.000