Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI AKAD MUDHARABAH

Paper yang disusun sebagai tugas mata kuliah


Akuntansi Syariah Semester VII

Disusun oleh :
Abby Prakoso

(12121001)

Chairul Saleh

(12121013)

Galuh Dwi Antari

(12121025)

Sugiarti Kiki Handayani

(12121036)

Nur Ain Pratiwi

(12121040)

UNIVERSITAS TRILOGI
Program Pendidikan Studi Strata 1
Jurusan Akuntansi
JAKARTA
2015

PENGERTIAN MUDHARABAH
Kata mudharabah berasal dari kata dharb ( ) yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses seseorang memukulkan
kakinya dalam menjalankan usaha. Suatu kontrak disebut mudharabah, karena pekerja
(mudharib) biasanya membutuhkan suatu perjalanan untuk menjalankan bisnis. Sedangkan
) .
perjalanan dalam bahasa Arab disebut juga dharb fil Ardhi (
Dalam bahasa Iraq (penduduk Iraq) menamakannya mudharabah, sedangkan penduduk Hijaz
menyebutnya qiradh. Qiradh berasal dari kata al-qardhu, yang berarti al-qathu (potongan)
karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh
sebagian keuntungannya.
Mudharabah atau qiradh termasuk dalam kategori syirkah. Di dalam Al-Quran, kata
mudharabah tidak disebutkan secara jelas dengan istilah mudharabah. Al-Quran hanya
menyebutkannya secara musytaq dari kata dharaba yang terdapat sebanyak 58 kali.
Beberapa ulama memberikan pengertian mudharabah atau qiradh sebagai berikut:
Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang) saling menanggung,
salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan
bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan syaratsyarat yang telah ditentukan.
Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta
dan pihak lain pemilik jasa.
Malikiyah berpendapat bahwa mudharabah adalah: Akad perwakilan, di mana pemilik harta
mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang
ditentukan (mas dan perak).
Imam Hanabilah berpendapat bahwa Mudharabah adalah: Ibarat pemilik harta
menyerahakan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan bagian
dari keuntungan yang diketahui.
Ulama Syafiiyah berpendapat bahwa Mudharabah adalah: Akad yang menentukan
seseorang menyerahakan hartanya kepada orang lain untuk ditijarahkan.
Syaikh Syihab al-Din al-Qalyubi dan Umairah berpendapat bahwa mudharabah ialah:
Seseorang menyerahkan harta kepada yang lain untuk ditijarhakan dan keuntungan bersamasama.
Al-Bakri Ibn al-Arif Billah al-Sayyid Muhammad Syata berpendapat bahwa Mudharabah
ialah: Seseorang memberikan masalahnya kepada yang lain dan di dalmnya diterima
penggantian.

Sayyid Sabiq berpendapat, Mudharabah ialah akad antara dua belah pihak untuk salah satu
pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi
dua sesuai dengan perjanjian.
Menurut Imam Taqiyuddin, mudharabah ialah Akad keuangan untuk dikelola dikerjakan
dengan perdagangan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mudharabah adalah akad
kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama adalah pemilik modal (shahibul
maal), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola modal (mudharib), dengan syarat bahwa
hasil keuntungan yang diperoleh akan dibagi untuk kedua belah pihak sesuai dengan
kesepakatan bersama (nisbah yang telah disepakati), namun bila terjadi kerugian akan
ditanggung shahibul maal.
Secara etimologi, kata mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
Dalam literatur lain (fiqh sunnah), mudharabah bisa disebut juga dengan qiradh yang berasal
dari kata qardh yang berarti qathu (potongan) karena pemilik modal memotong sebagian
hartanya untuk diperdagangkan dalam rangka memperoleh keuntungan (laba).
Secara terminologi, merujuk Fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh), mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (malik, shahibul al maal, bank) menyediakan seluruh modal, sedang
pihak kedua (amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha
dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Dalam literatur
lain, Mudharabah adalah Akad antara dua pihak dimana salah satu pihak mengeluarkan
sejumlah uang (sebagai modal) kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan/diusahakan.
Laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.
Dalam literatur lain, (Fiqh Muamalah : Nasroen Haroen) akad mudharabah adalah pemilik
modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan
keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama

JENIS AKAD MUDHARABAH


Dalam PSAK , Mudharabah dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Mudharabah Muthlaqah adalah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tdk
terikat. Dalam mudharabah muthlaqah ini, pengelola dana memiliki kewenangan untuk
melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah ini.
Namun, apabila ternyata pengelolan daan melakukan tindakan kelalaian atau kecurangan,

maka pengelola dana atas bertanggungjawab atas konsekuensi yang ditimbulkanya. Jika,
kerugian yang timbul bukan dari kelalaian pengelola dana maka kerugian ditanggung oleh
pemilik dana.
2. Mudharabah Muqqayadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau
sektor usaha. Mudharabah ini disebut juga investasi terikat. Jika, pengelola dana bertindak
bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan oleh peilik dana, maka pengelola dana
harus bertanggungjawab atas konsekuensi yang ditimbulkannya termasuk masalah
keuangan.
3. Mudharabah Musytarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi. Diawal akad, modal 100% dari pemilik
dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan
dengan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut.
Jenis mudharabah ini merupakan perpadun antara akad mudharabah dan musyarakah.

DASAR SYARIAH
Sumber Hukum Akad Mudharabah
Menurut ulama hukum mudharabah ialah jaiz atau boleh. Jenis bisnis ini sangat
bermanfaat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syariah, oleh karena itu akad ini
diperbolehkan seara syariah. Sumber-sumber hukum akad mudharabah ialah :
1. Al-Quran
Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Allah SWT. (QS 62:10)
... Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian dnegan lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnyadab hendaklah dia bertakwa kepada Allah
Tuhannya ...: (QS 2:283)
2. As-Sunnah \
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah, dan
mencampuradukkan gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk
dijual. (HR Ibnu Majah)
Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(pengelola dana) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan
Abbas didengar Rasululloh SAW, beliau membenarkannya. (HR. Thabrani dari Ibnu
Abbas).

Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah


Rukun mudharabah ada empat, yaitu :
1. Pelaku, terdiri atas : pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek mudharabah, berupa : modal dan kerja
3. Ijab Kabul/serah terima
4. Nisbah Keuntungan

Ketentuan syariah, adalah sebagai berikut.


1. Pelaku (Transaktor )
Investor biasa disebut dengan istilah shahibul maal atau rabhul maal, sedang pengelola
modal biasa disebut dengan istilah mudharib. Memiliki kompetensi beraktivitas antara
lain mampu membedakan yang baik dan yang buruk dan tidak dalam keadaan tercekal
seperti pailit.
a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.
2. Objek mudharabah (Modal dan Kerja)
a. Modal
1. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai sebesar
nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
2. Modal harus tunai dan tidak utang.
3. Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungannya.
4. Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabahnya.
5. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain
kecuali atas seiizin pemilik dana.
6. Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut kebijaksanaan
dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara syariah.

1.
2.
3.
4.
5.

b. Kerja
Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan. Selling skill,
management skill dan lain-lain.
Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik danaa.
Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak.
Dalam hal pemilik dana tidak boleh melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggarang terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan
sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.

Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai
uangnya. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan pada mudharib, baik
secara bertaha maupun tidak sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Sementara itu, kerja

yang diserahkan dapat berbentuk keahlian menghasilkan barang atau jasa, keahlian
mengelola, keahlian menjual, dan keahlian maupun keterampilan lainnya. Tanpa dua objek
mi, mudharabah tidak dibenarkan. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 7 Tahun 2000
tentang Investasi mudharabah menyatakan bahwa kegiatan usaha oleh pengelolaudharib)
sebagai perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan
hal-hal berikut.
a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana,
tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang
dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam
aktivitas itu.
3. Ijab dan Kabul
Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang merupakan
wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddin minkum). Dalam hal ini, kedua belah
pihak harus secara rela bersepakat unutk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
4. Nisbah Keuntungan
Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak
yang terikat akad mudharabah. Syarat pembagian keuntungan dalam investasi mudharabah
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan
yang diperoleh. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah
pihak dan bersifat proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah) dari
keunutngan sesuai kesepakatan, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan
antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
c) Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan nilai
nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
d) Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
satupihak.
e) Penyedia dana menanggung semua kerugian dari mudharabah dan pengelola tidak
boleh menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
f) Sekiranya terjadi kerugian yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, maka mudharib
wajib menanggung segala kerugian tersebut.

Kelalaian antara lain ditunjukkan oleh tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan di
dalam akad; mengalami kerugian tanpa adanya kondisi diluar kemampuan (force majeur)
yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; dan hasil putusan dari badan
arbitrase atau pengadilan.
Apabila pengelola dana diperbolehkan oleh pemilik dana unutk memudharabahkan
kembali modal mudharabah maka pembagian keuntungan untuk kasus seperti ini, pemilik
dana mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan antara dia dan pengelola dana
pertama. Sementara itu bagian keuntungan dai pengelola dana pertama dibagi dengan
pengelola dana yang kedua sesuai dengan porsi bagian yang telah disepakati antara
keduanya.
Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau
pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannnya adalah sebagai berikut.
a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung
modal.
b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal

Skema Mudharabah
(1)

(1)
Akad

Pemilik Dana

mudharabah

Pengelola
Dana

Proyek
Usaha
Porsi

Porsi

Rugi

Laba

Porsi
Laba

(3)

(4)
(5)

Hasil usaha:
Apabila untung akan sesuai
nisbah,
Apabila rugi ditanggung oleh Pemilik
Dana

(4)

Berakhirnya Akad Mudharabah


Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua pihak
berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan memberitahukan
pihak lainnya. Akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut (Sabbiq,
2008).

1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya.


2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai
tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.
5. Modal sudah tidak ada.
2.6.

Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)


Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan
karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugian (loss).
Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti
yang digunakan dalam undang-undang no 10 tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal
kerugian tidak dibagi antara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri
oleh pemilik dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan
penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil
atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui
pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh pengelola
dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari
pendapatan
Contoh perhitungan pembagian hasil usaha:
Data:
Penjualan

Rp 1.000.000

HPP

(Rp 650.000)

Laba Kotor

Rp

350.000

Biaya-biaya

Rp

250.000

Laba (rugi) bersih

a)

Rp

100.000

Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing) dengan nisbah pemilik dana : pengelola
dana = 30:70
Pemilik dana

:30% x Rp 100.000 = Rp 30.000

Pengelola Usaha

:70% x Rp 100.000 = Rp 70.000

Dasar pembagian hasil usaha adalah laba neto/laba bersih yaitu laba kotor dikurangi
beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.
b)

Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana : pengelolaan dana =
10:90
Bank Syariah

:10% x Rp 350.000 = Rp 35.000

Pengelola

:90% x Rp 350.000 = Rp 315.000

Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui
dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati (PSAK 105 par
20)
Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musyarakah (Psak 105 Par 34)

Ketentuan bagi hasil untuk akad jenis ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan

yaitu:

Hasil investasi diantara pengelola dana dana pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati,
selajutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi
antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai porsi modal masingmasing ;atau

Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai
dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi
untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. Contoh: jika terjadi kerugian atas

investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan modal para musytarik. Contoh: Bapak A
menginvestasikan uang sebesar Rp 2 juta untuk usaha siomay yang dimiliki oleh Bapak B
dengan akad mudharabah. Nisbah yang disepakati oleh Bapak A dan Bapak B adalah 1:3.
Setelah usaha berjalan,ternyata dibutuhkan tambahan dana, maka atas persetujuan Bapak
A,Bapak B ikut menginvestasikan uangnya sebesar Rp 500.000. Dengan demikian bentuk
akadnya adalah akad mudharabah musyarakah. Laba yang diperoleh untuk bulan Januari
2008 adalah sebesar Rp 1.000.000

Berdasarkan PSAK 105 par 34 maka bagi hasil jika terdapat keuntungan dapat dilakukan
dengan cara:
Alternative 1:

Pertama,hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati:

Bagian A:1/4 x Rp 1.000.000 = 250.000

Bagian B:3/4 x Rp 1.000.000 = 750.000

Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut (Rp
1.000.000 Rp 750.000) dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik
dana sesuai dengan porsi modal masing-masing;

Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 200.000 Bagian B : Rp 2.000.000/Rp


2.500.000 x Rp 250.000 = Rp 50.000

Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 750.000+Rp 50.000 = Rp 800.000,


dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000 Alternative 2:

Pertama hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana
sesuai dengan porsi modal masing-masing,

Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000 Bagian B : Rp


2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000

Kemudian bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik)
sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000-Rp 200.000) tersebut dibagi antara pengelola dana dengan
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Bagian A:1/4 x Rp 800.000 = 200.000

Bagian B:3/4 x Rp 800.000 = 600.000

Sehingga B sebagai pengelola dana akan memperoleh Rp 200.000+Rp 600.000 = Rp


800.000, dan A sebagai pemilik dana akan memperoleh Rp 200.000
Jika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal para
musytarik.Misal terjadi kerugian sebesar Rp 1.000.000 maka

A akan menaggung rugi sebesar:

Rp 2.000.000/Rp2.500.000xRp 1.000.000=Rp 800.000 B akan menaggung rugi sebesar:

Rp 2.000.000/Rp2.500.000xRp 1.000.000=Rp 200.000

Perlakuan Akuntansi (Psak 105)

Akuntansi Untuk Pemilik Dana

Dana Mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah
pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada pengelola dana.

Pengukuran investasi mudharabah

Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;

Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar nonkas pada saat
penyerahan.

Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas harus disetujui oleh pemilik dana
dan pengelola dana pada saat penyerahan.

Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur asset nonkas,
(siswantoro,2003).

Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk mencapai satu
tujuan akuntansi keuangan.
Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang melakukan kontrak untuk
nilai asset nonkas menuju aplikasi

konsep representational faithfulness dalam pelaporan.

Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar junlah yang dibayarkan.

Jurnal pada saat penyerahan kas:

Dr. Investasi Mudharabah

xxx

Kr. Kas

xxx

Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar asset nonkas
pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:

Jika nilai wajar lebih tinggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka

waktu akad mudharabah.

Jurnal pada saat penyerahaan aset nonkas :

Dr. Investasi Mudharabah

xxx

Kr. Keuntungan Tangguhan xxx

Kr. Aset Nonkas

xxx

Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan :

Dr. Keuntungan Tangguhan xxx

Kr. Keuntungan

xxx

Jika nilai wajar lebih rendah dari pada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui

kerugian dan akui pada saat penyerahan aset nonkas


Jurnal :
Dr. Investasi Mudharabah

xxx

Dr. Kerugian Penurunan Nilai

xxx

Kr. Aset Nonkas Mudharabah

xxx

3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas :


a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebakan rusak, hilang
atau faktor lain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana,
maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo
investasi mudharabah.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah

xxx

Kr. Investasi Mudharabah

xxx

b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai


Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi mudharabah namun
diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
Jurnal :
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah
Dr. Kas

Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah


xxx

Dr. Penyisihan Investasi Mudharabahxxx

xxx
xxx

Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah

xxx

4. Kerugian

Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir Pencatatan
kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelun akad mudharabah berakhir diakui sebagai
kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.

Jurnal :

Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah

xxx

Catatan :

Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jenis nilai investasi awal mudharabah. 5. Hasil usaha

Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai

piutang

Jurnal :

Dr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil

xxx

Kr. Pendapatan bagi Hasil Mudharabah

xxx

Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil

Jurnal

Dr. Kas

xxx

Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil

xxx

6. Akad mudharabah berakhir

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah dikurangi
penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian .

Jurnal :

Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx

Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah

Kr. Investasi Mudharabah

xxx

Kr. Keuntungan Investasi Mudharabah

ATAU

Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx

xxx

xxx

Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah

xxx

Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

Kr. Investasi Mudharabah

xxx

7. Penyajian

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai
tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada)

8. Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi tidak
terbatas pada :

Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas
usaha mudharabah, dan lain-lain ;

Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya ;


c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan ;
d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah

2.9.

Akuntansi untuk Pengelola Dana

1. Dana yang di terima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
2. Pengukuran Dana Syirkah Temporer
Dana Syirkah Temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang

diterima.
Jurnal :
Dr. Kas/Aset Nonkas

xxx

Kr. Dana Syirkah Temporer

xxx

3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer


Jika pengelola dana menyalurkah kembali dana syirkah temporer yang diterima maka
pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi mudharabah). Sama seperti
akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan
mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik
dana.
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari
penyaluran kembali dana syirkah temporer :
Dr. Kas/Piutang

xxx

Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan


xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai
kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana. Jurnal :
Dr. Beban Bagi hasil Mudharabah

xxx

Kr. Untung Bagi Hasil Mudharabah

xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :


Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah

xxx

Kr. Kas

xxx

4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada
pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatanya sama
dengan akuntansi konvensional yaitu :

Saat mencatat pendapatan


Dr. Kas/Piutang

xxx

Kr. Pendapatan

xxx

Saat mencatat beban :


Dr. Beban

xxx

Kr. Kas/Utang

xxx

Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan) :


Dr. Pendapatan

xxx

Kr. Beban

xxx

Kr. Pendapatan yang belum dibagikan


Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :
Dr. Beban bagi hasil mudharabah

xxx

xxx

Kr. Utang bagi hasil mudharabah

xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :


Dr. utang bagi hasil mudharabah

xxx

Kr. Kas

xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian :


Dr. Pendapatan

xxx

Dr. Penyisihan Kerugian

xxx

Kr. Kas/Utang
5.

xxx

Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana


diakui sebagai beban pengelola dana :
Jurnal :
Dr. Beban
Kr. Utang lain-lain/Kas

xxx
xxx

6. Di akhir akad
Jurnal :
Dr. Dana syirkah syariah

xxx

Kr. Kas/asset nonkas

xxx

Jika ada penyisihankerugian sebelumnya


jurnal :
Dr. Dana syirkah temporer

xxx

Kr. Kas/Aset nonkas

xxx

Kr. Penyisihan kerugian


7. Penyajian

xxx

Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:


a. dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis
mudharabah; yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian (jika
ada)
b. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kedapa pemilik dana disajjikan sebagai pos bagi hasil yang

belum dibagikan sebagai kewajiban.


8. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: a. isi
kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian
hasil

usaha,

b. rincian dana
c. penyaluran

aktivitas

usaha

mudharabah,

dan

lain-lain.

syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.


dana yang

berasal

dari mudharabah

muqayadah.

Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian

Contoh Soal Pencatatan Akuntansi Mudharabah dengan Penyerahan Dana Investasi dalam
Bentuk Kas

1.
Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Ibu Yolanda, seorang
pedagang buku di Pasar Buku Shoping Yogyakarta menggunakan akad mudharabah (BJS
sebagai pemilik dana dan Yolanda sebagai pengelola dana). BJS memberikan modal kepada
Yolanda sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1 Januari 2009 dan
berakhir 31 Pebruari 2009 dengan nisbah bagi hasil : Yolanda : BJS = 75%: 25%. Buat jurnal
setelah penyerahan dana

a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah

Investasi Mudharabah

10.000.000

Kas

10.000.000

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah

Kas Mudharabah

10.000.000

Dana Syirkah temporer

2.

10.000.000

Pada Tanggal 31 Januarii 2009, hasil usaha perdagangan buku Ibu yolanda adalah:

Pendapatan

: Rp 1.000.000

Biaya-biaya

: Rp

800.000

Jurnal sebelum bagi laba sesuai nisbah

a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah

Tidak ada

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Pendapatan yang didapat dari penjualan dicatat seperti biasa, menggunakan prinsif cash basis
(karena untuk perhitungan bagi hasil)
Kas

xxx
Pendapatan

xxx

Diakhir bulan atau akhir periode ketika akan dilakukan perhitungan bagi hasil, maka akun
pendapatan harus ditutup dengan melakukan jurnal:
Pendapatan

1.000.000

Biaya

800.000

Pendapatan yang belum dibagikan

200.000

perhitungan bagi laba sesuai nisbah


Yolanda = 75% x (1.000.000-800.000) = 150.000
BJS

= 25% x (1.000.000-800.000) = 50.000

Jurnal untuk mencatat Pembayaran hasil perhitungan bagi hasil dari Yolanda kepada pemilik
dana (BJS)

a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah

Kas

50.000
Pendapatan Bagi hasil

50.000

Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:

Piutang Mudharabah

50.000

Pendapatan bagi hasil

50.000

Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJS

Kas

50.000
Piutang Mudharabah

50.000

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah

Cost bagi hasil

50.000

Kas-Mudharabah

50.000

Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan
pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:

Cost bagi hasil

50.000

Utang Bagi Hasil mudharabah

50.000

Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJS, dengan kata lain,
dibayarkan oleh Yolanda

Utang bagi hasil mudharabah


Kas Mudharabah

50.000
50.000

Jurnal untuk mencatat hasil perhitungan bagi hasil hak Pengelola dana (Ibu Yolanda)

a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah


Tidak ada

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Biaya bagi hasil

150.000

Kas Mudharabah

150.000

Jurnal untuk pembukuan pengelola dana untuk kepentingan sendi:


Kas

150.000
Pendapatan Bagi hasil

150.000

3.
Seperti pada No. 2 diatas. Buatlah ayar jurnal penutup untuk bagi hasi tersebut pada
31 Januari 2009.
a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Tidak ada

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Pendapatan yang belum dibagikan

200.000

Cost Bagi Hasil

200.000

4.
Sajikan laporan keuangan neraca dari data diatas kecuali untuk rekening kas abaikan
dulu. Dengan situasi bagi hasil langsung dibagikan diakhir bulan itu juga.
a.

Neraca untuk pemilik dana

Aset
Piutang Bagi Hasil Mudharabah

Investasi Mudharabah

10.000.000

Penyisihan Kerugian

0)

10.000.000

b.

Neraca untuk Pengelola Dana

Utang
Utang Bagi Hasil Mudharabah

Dana SyirkahTemporer

10.000.000

Penyisihan Kerugian

5.

10.000.000

Selama bulan Pebruari 2009, hasil pengelolaan dana adalah

Pendapatan

Rp

800.000

Biaya-biaya

Rp 1.000.000

Buatlah Jurnal untuk mencatat kerugian tersebut


a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah
Kerugian Mudharabah

200.000

Penyisihan Kerugian Mudharabah

200.000

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Pendapatan

800.000

Penyisihan Kerugian mudharabah

200.000

Biaya-biaya

1.000.000

6.

Buatlah laporan keuangan neraca untuk bulan Pebruari 2009

a.

Neraca untuk pemilik dana

Aset
Piutang Bagi Hasil Mudharabah
Investasi Mudharabah

10.000.000

Penyisihan Kerugian

200.000)

9.800.000

b.

Neraca untuk Pengelola Dana

Utang
Utang Bagi Hasil Mudharabah

Dana SyirkahTemporer
Penyisihan Kerugian

7.

10.000.000
(200.000)

9.800.000

Buatlah Jurnal Untuk menutup pengembalian Investasi mudharabah pada akhir akad.

a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam Rupiah


Kas

9.800.000

Penyisihan kerugian mudharabah

200.000

Investasi mudharabah

10.000.000

b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam Rupiah


Dana Syirkah Temporer
Kas
Penyisihan kerugian

10.000.000
9.800.000
200.000

Anda mungkin juga menyukai