Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PERBANDINGAN PEMBERIAN KREDIT DAN

AKAD PEMBIAYAAN PADA BANK KONVENSIONAL


MAUPUN SYARIAH
MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS DARI Dr. AGUS PANDOMAN, S.H, MK.n

NAUFAL SAJID RAMADHAN


E2B020030

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Lembaga keungan bank menyalurkan dananya kepada masyarakat berupa
pinjaman produktif dan konsumtif. Bagi bank konvensional pinjaman konsumtif
diberikan pada nasabah yang kekurangan dana dengan cara meminjamkan uang
pada nasabah dan dikembalikan pada waktu tertentu. Sedangkan pada bank
syariah pinjaman diberikan pada nasabah yang kekurangan dana dimana pihak
bank tidak memberikan pinjaman berupa uang melainkan barang yang diberiakan
pada pihak nasabah. Baik bank konvensional maupun bank syariah mempunyai
peraturan masing-masing untuk menetapkan dan mengatur pemberian kredit dan
pembiayaan maupun jasa perbankan lainnya yang dilaksanakan oleh bank-bank
tersebut. Akan tetapi, “peraturan yang ditetapkan harus berpedoman pada
peraturan perbankan yang berlaku secara umum”. Sistem pemberian kredit pada
bank konvensional lebih menekankan pada perolehan bunga yang ditetapkan pada
para debitur dan besarnya jumlah pengembalian pinjaman yang harus dibayarkan
oleh para debitur adalah “sebesar jumlah pinjaman kredit yang diterima beserta
jumlah bunga kredit yang ditetapkan oleh pihak bank”. Sehingga dengan adanya
bunga tersebut dapat dimasukkan dalam pendapatan dan keuntungan bank. Jika
dipandang dari segi syariah, maka apa yang diterapkan pada bank konvensional
tersebut termasuk perbuatan riba.
Sementara itu, sistem pembiayaan yang diterapkan pada bank syariah
memiliki beberapa perbedaan dengan sistem pemberian kredit yang diterapkan
pada bank konvensional. Ketika terdapat debitur yang meminjam dana kepada
bank syariah, maka antara pihak bank maupun pihak debitur akan melakukan
perjanjian di awal pembiayaan yang dianggap sebagai pengikatan kontrak antara
pihak bank dengan calon nasabah atau calon debitur. Perjanjian tersebut antara
lain meliputi tingkat margin keuntungan yang akan didapatkan oleh pihak bank
dan proses pembayaran utang pinjaman oleh pihak nasabah. Dari tingkat
keuntungan margin keuntungan inilah pihak bank mendapatkan profit.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana bentuk akad dalam perjanjian kredit dalam perbankan syariah
akankah lebih condong mudhorobah, murabahah atau musyarokah?
b. Bagaimana perbandingan antara perjanjian kredit dalam perbankan
konvensional dan Syariah terkait dengan nisbat (bunga)?
c. Bagaimana analisis terhadap kasus PT AMN dengan Bank?

3. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui bentuk akad dalam perjanjian kredit dalam perbankan
syariah akankah lebih condong mudhorobah atau musyarokah.
b. Untuk mengetahui perbandingan antara perjanjian kredit dalam perbankan
konvensional dan Syariah terkait dengan nisbat (bunga).
BAB II

PEMBAHASAN

1. BENTUK AKAD DALAM PERJANJIAN KREDIT DALAM


PERBANKAN SYARIAH AKANKAH LEBIH CONDONG
MUDHOROBAH, MURABAHAH ATAU MUSYAROKAH?
A. MUDHARABAH
Mudharabah Mudharabah berasal dari kata adh-dharbu fil ardhi, yaitu berjalan
di muka bumi. Dan berjalan di muka bumi ini pada umumnya dilakukan
dalam rangka menjalankan suatu usaha, berdagang atau berjihad di jalan
Allah, sebagaimana firman Allah di dalam surat Al-Muzzammil, ayat ke-
20.Mudharabah disebut juga qiraadh, berasal dari kata al–qardhu yang
berartial-qath‟u (sepotong), karena pemilik modal mengambil sebagian dari
hartanya untuk diperdagangkan dan ia berhak mendapatkan sebagian dari
keuntungannya.1 Sedangkan menurut istilah fiqih, Mudharabah ialah akad
perjanjian (kerja sama usaha) antara kedua belah pihak, yang salah satu dari
keduanya memberi modal kepada yang lain supaya dikembangkan, sedangkan
keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai dengan ketentuan yang
disepakati.2 Mudharabah hukumnya boleh berdasarkan dalil-dalil berikut:
a. Al-Qur‟an: Firman Allah: “Dia mengetahui bahwa akan ada di antara
kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang
berperang di jalan Allah..”.(QS. alMuzzammil: 20) Dan firman-Nya: “Hai
orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….” (QS. alMa‟idah: 1)
Firman Allah: “Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”. (QS. Al-Baqarah: 283).

1
AFiqhus Sunnah, karya Sayid Sabiq III/220, dan Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil „Aziz,karya
„Abdul „Azhim bin Badawi al-Khalafi,hal.359.
2
Fiqhus Sunnah Karya Sayid Sabiq III/220.
b. Al-Hadits: Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma meriwayatkan bahwa Abbas
bin Abdul Muthallib (paman Nabi) jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib (pengelola)nya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan
ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib/pengelola) harus
menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu
didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.” (HR. AlBaihaqi di dalam
As-Sunan Al-Kubra(6/111)) Shuhaib radhiyallahu anhu berkata:
Rasulullah bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), danmencampur gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR.
Ibnu Majah)
c. Ijma: Para ulama telah berkonsensus atas bolehnya mudharabah.
(Bidayatul Mujtahid, karya Ibnu Rusyd (2/136)) Diriwayatkan, sejumlah
sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai
mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka.karenanya, hal
itu dipandang sebagai ijma‟.3
d. Qiyas. Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.
e. Kaidah fiqih “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Islam mensyariatkan akad
kerja sama Mudharabah untuk memudahkan orang, karena sebagian
mereka memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada
juga orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk
mengelola dan mengembangkannya. Maka Syariat membolehkan kerja
sama ini agar mereka bisa saling mengambil manfaat diantara mereka.
Pemilik modal memanfaatkan keahlian Mudhorib (pengelola) dan
Mudhoribmemanfaatkan harta dan dengan demikian terwujudlah kerja
sama harta dan amal. Allah tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk
mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan.7

3
al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, Wahbah Zuhaily, 4/838
Sebagai sebuah akad, mudharabah memiliki syarat dan
rukun.Imam AnNawawi menyebutkan bahwa Mudharabah memiliki lima
rukun:
1. Modal.
2. Jenis usaha.
3. Keuntungan.
4. Shighot (pelafalan transaksi)
5. Dua pelaku transaksi, yaitu pemilik modal dan pengelola. (Ar-
Raudhahkarya imam Nawawi (5/117))
Sedangkan syarat-syarat dalam Mudharabah ialah sebagaimana
berikut:
1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus
cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut: a.
Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad). b. Penerimaan dari penawaran dilakukan
pada saat kontrak.
Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada pengelola (mudharib) untuk tujuan
usaha dengan syarat sebagai berikut:
a.Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika
modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus
dinilai pada waktu akad.
c.Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib (pengelola modal), baik secara bertahap
maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus
dipenuhi:
a.Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus
diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan
harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan
sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan
kesepakatan.
c.Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung
kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan
disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai
perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif pengelola (mudharib),
tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai
hak untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan
pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi
tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari‟ah Islam
dalam tindakannya yang berhubungan dengan
mudharabah,dan hharus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitas itu
B. MUROBAHAH
Pengertian murabahah secara bahasa adalah mengambil keuntungan yang
disepakati.Bai‟ murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai‟ murabahah penjual harus
memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya.4 Dibawah ini defenisi tentang murabahah
menurut pendapat para ekonom muslim yaitu :

a.Muhammad Syafi‟i Antonio: Murabahah adalah jual beli barang pada


harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam
murabahah, penjual harus memberitahu harga pokok yang ia beli dan
menentukan tingkat keuntungan yang disepakati. 5
b. Menurut Adiwarman A. Karim: Murabahah adalah transaksi jual beli
dimana Bank menyebutkan jumlah keuntungan yang diperoleh. Bank
bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). 6

Murabahah dalam istilah fiqh merupakan suatu bentuk jual beli


tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang (al-tsaman al-
awwal) dan tingkat keuntungan yang diinginkan.15 Murabahah masuk
kategori jual beli muthlaq dan jual beli amanat. Ia disebut jual beli muthlaq
karena obyek akadnya adalah barang dan uang. Sedangkan ia termasuk
kategori jual beli amanat karena dalam proses transaksinya penjual
diharuskan dengan jujur menyampaikan harga perolehan dan keuntungan
yang diambil ketika akad.

Para ulama telah sepakat (ijma‟) akan kebolehan akad


murabahah, tetapi Alquran tidak pernah secara langsung dan tersurat
membicarakan tentang murabahah, walaupun di dalamnya ada sejumlah
acuan tentang jual beli dan perdagangan. Demikian juga tampaknya tidak

4
Harisman, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syari‟ah, (Jakarta : Direktorat Perbankan Syari‟ah,
2006), Hal : 48
5
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori Ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani,
2001),Hal: 101
6
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2004), Hal : 88
ada satu hadis pun yang secara spesifik membicarakan mengenai
murabahah. Oleh karena itu, meskipun Imam Malik dan Imam Syafii
membolehkan jual beli murabahah, tetapi keduanya tidak mempekuat
pendapatnya dengan satu hadis pun. Sedangkan dasar hukum yang dijadikan
sandaran kebolehan jual beli murabahah di buku-buku fikih muamalat
kotemporer lebih bersifat umum karena menyangkut jual beli atau
perdagangan pada umumnya.

Di samping itu, keberadaan model jual beli murabahah sangat


dibutuhkan masyarakat karena ada sebagian mereka ketika akan membeli
barang tidak mengetahui kualitasnya maka ia membutuhkan pertolongan
kepada yang mengetahuinya, kemudian pihak yang dimintai pertolongan
tersebut membelikan barang yang dikehendaki dan menjualnya dengan
keharusan menyebutkan harga perolehan (harga beli) barang dengan
ditambah keuntungan.

C. MUSYAROKAH

Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan


pembagian keuntungan secara bagi hasil.Menurut Dewan Syariah Nasional
MUI dan PSAK Np. 1067 mendefinisikan musyarakah sebagai akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing – masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi
dana. Para mitra bersama – sama menyediakan dana untuk mendanai suatu
usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan
maupun yang baru. Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara
kas atau asset non kas.Jenis akad musyarakah berdasarkan eksistensi terdiri
dari :8

7
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 106. (Jakarta: Salemba Empat,
2009) h. 106.1
8
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.(Jakarta: Gema Insani, 2001) h.92.
a. Syirkah Al Milk atau perkongsian amlak

Mengandung kepemilikan bersama yang keberadaannya muncul apabila


dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama atas suatu
kekayaan.Syirkah ini bersifat memaksa dalam hukum positif. Misalnya :
dua orang atau lebih menerima warisan atau hibah atau wasiat sebidang
tanah.

b. Syirkah Al Uqud

Yaitu kemitraan yang tercipta dengankesepakatan dua orang atau lebih


untuk bekerja sama dlam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra
berkontribusi dana dn atau dengan bekerja, serta berbagai keuntungan
dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap kemitraan yang
sesungguhnya karena pihak yang bersangkutan secara sukarela
berkeinginan untuk membuat kerjasama investasi dan berbagi keuntungn
dan resiko.Syirkah uqud sifatnya ikhtiariyah (pilihan sendiri).

2. PERBANDINGAN ANTARA PERJANJIAN KREDIT DALAM


PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH TERKAIT DENGAN
NISBAT (BUNGA)
A. PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT BANK KONVENSIONAL
Menentukan besaran bunga kredit atas pinjaman pada PT. Bank Mandiri
Cabang Mamuju harus berdasarkan pada Suku Bunga Dasar Kredit (prime
lending rate) yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia ditambah dengan
kebijakankebijakan yang telah ditetapkan oleh Bank Mandiri. Adapun bentuk
pembayaran angsuran pemberian kredit pinjaman pada bank konvensional
sesuai penjelasan yang dilakukan oleh Consumer Bangking PT. Bank
Mandiri menggunakan 3 metode sesuai dengan hasil olahan data peneliti,
yaitu:
1) Motede Flat
Metode ini menjelaskan bahwa besaran cicilan dan bunga selalu
sama setiap bulan sampai kepada periode kredit berakhir tanpa
dipengaruhi oleh perubahan suku bunga. Metode angsuran Flat lebih
cocok digunakan oleh nasabah yang memiliki penghasilan tetap setiap
bulannya, karena besaran bunga yang diberikan oleh bank berjumlah 8% -
10 % pertahunnya. Bentuk rumus perhitungan metode flat, yaitu:
Total Bunga = P x I x N
Besar Angsuran = (P + Total Bunga) / B
P = Pokok Kredit
I = Suku Bunga Per Tahun
N= Jangka Waktu Kredit (Satuan Tahun)
B= Jangka Waktu Kredit (Satuan Bulan)
2) Metode Efektif
Metode ini menghitung bunga yang haris dibayar setiap bulan yang
disesuaikan dengan saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya. Pokok yang
dibayarkan dihitung berdasarkan sisa pokok kredit, besarnya bunga dapat
dipengaruhi fluktuasi pasar, sehingga menyebabkan perubahan pada
besarnya cicilan. Bentuk rumus perhitungan metode efektif, yaitu:
Bunga Per Bulan = SA x I/12
SA = Saldo Akhir Periode
I = Bunga Per Tahun
3) Metode Anuitas
Metode ini merupakan pengembangan yang beradaptasi pada
metode efektif, jumlah cicilan diatur agar bentuk pembeyarannya tetap
setiap bulan sampai pada akhir periode. Perubahan tersebut berlangsung
setiap tahun (annual) meskipun saldo hutang pokok berkurang setiap
bulannya. Selain itu, tingkat perubahan bunga dapat dipengaruhi oleh
fluktuasi pasar. Bentuk rumus perhitungan metode anuitas sama dengan
bentuk rumus perhitungan metode efektif.
B. PEMBAYARAN ANGSURAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BANK
SYARIAH
Aplikasinya produk pembiayaan menggunakan akad murabaḥah ini
biasanya digunakan untuk membiayai pembiayaan berjangka seperti untuk
pembiayaan kepemilikan rumah, kendaraan dan lain sebagainya. Namun
sedikit nasabah yang mengetahui akan hal tersebut melainkan dari pihak bank
sendiri yang memilihkan akad yang sesuai untuk pembiayaan tersebut. Setiap
bank mempunyai aturan tersendiri mengenai hal tersebut, seperti halnya dalam
prosedur pengajuan pembiayaan. Metode perhitungan margin keuntungan
pembiayaan murabaḥah di Bank Syariah Mandiri Cabang Mamuju
menggunakan metode Annuitas dan metode Flat. Besarnya prosentase margin
ditentukan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari tim ALCO Bank
Syariah. Dalam menentukan besarnya prosentase margin, tim ALCO
mempertimbangkan beberapa hal seperti melihat pada Bi ret pada periode
tertentu agar margin dapat bersaing dengan bank syariah dan bank
konvensional lain. Selain itu tim ALCO juga mempertimbangkan biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh bank agar jumlah margin tersebut dapat menutupi
jumlah biaya yang sudah dikeluarkan bank. penetapan harga jual yang
dikeluarkan bank, Selain itu, adanya Biaya pemulihan (Cost Recovery) yang
didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Tentang
Penyelenggaran Pemprosesan Transaksi Pembayaran yang mengatur kepada
lembaga perbankkan yang bersifat syariah, peraturan ini menjelaskan bahwa
biaya pemulihan (Cost Recovery) dikenakan 30% dari jumlah pokok
pembiayaan. Biaya pemulihan dibayarkan di awal ketika akad pembiayaan
telah disepakati. Adapun metode rumus perhitungan untuk mengetahui total
angsuran, pokok pembiayaan dan margin keuntungan yaitu sebagai berikut:
Jumlah Angsuran = pokok + margin
keuntungan pokok = plafon / jangka waktu
Margin keuntungan = plafon x prosentase margin
3. ANALISIS TERHADAP KASUS PT AMN DENGAN BANK

Seseorang ingin membuat 5 kolam dengan harga per kolam 200jt,


sedangkan hanya mempunyai modal 250 jt, lalu dia pergi ke bank untuk
mengajukan kredit untuk melunasi kekurangannya, karena dia haji sehingga dia
tidak mau terikat bunga maka dia tidak jadi kredit danamon, lalu dia mengajukan
permodalan ke bank syariah. Setelah di analisis oleh bank, akhirnya approve 650
jt dengan nisbat (bagi hasil) sebesar 5% dari keuntungan pegelolaan kolam tsb,
kesepatakn PT AMN dengan bank delam jangka waktu 36 bulan, diwajibkan
kepada PT AMN untuk membayar 32jt 500 per tahun selama 3 tahun.

Menurut saya, berkaitan dengan PT AMN telah mengajukan kredit untuk


modal usaha kolam yang sedang ia bangun. Ada 3 macam akad yang dapat
digunakan untuk merealisasikan hal tersebut. Dalam hal ini, akad mudharabah
lebih cocok diterapkan menimbang bahwa didalam mudharabah istilah profit and
loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja
(profit), tidak termasuk kerugiannya (loss). Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola.Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.Dalam mudharabah yang dibagihasilkan adalah pendapatan.Pendapatan
terkecil adalah nol. Maka dimaksudkan kerugian dalam mudharabah adalah
ketidak mampuan nasabah dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan
yang telah diterimanya, atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan
yang telah diterimanya.

4. PENULISAN KOMPARISI DAN PREMISE AKTA


AKTA JUAL BELI

Nomor: 24
Pada hari ini, Rabu, tanggal 7 (tujuh) bulan 07 (Juli) tahun 2021
(dua ribu dua puluh satu). Pukul 13.00 WIB (Tiga belas Waktu
Indonesia Barat). ----------------------------------------------

Hadir dihadapan Saya, NAUFAL SAJID RAMADHAN, Sarjana Hukum,


Magister Kenotariatan, Notaris di Purwokerto, dengan dihadiri
oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada
bagian akhir akta ini:
-----------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------

Tuan WAHID RACHEL, lahir di Jakarta, pada tanggal 16-09-1980


(enam belas september seribu smebilan ratus delapan puluh),
Warga Negara Indonesia, Karyawan Swasta, bertempat tinggal
di Green Garden Blok A-2/4, Rukun Tetangga 002, Rukun Warga
003, Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan Baturaden, Kabupaten
Banyumas, pemegang KTP (Kartu Tanda Penduduk) dengan NIK
(Nomor Induk Kependudukan): 3173051609800002.---------------
BAB III
KESIMPULAN

Akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah merupakan akad


bermuamalah yang diperbolehkan dalam islam. Mudharabah dan musyarakah
menggunakan prinsip bagi hasil, sedangkan murabahah menggunakan prinsip jual
beli.Pada umumnya akad-akad tersebut diterapkan pada perbankan syariah. Akad
mudharabah diterapkan pada penghimpunan dana maupun pembiayaan. Pada
penghimpunan dana misalnya ada tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah. Sedangkan pembiayaan mudharabah sudah umum dilakukan antara
perbankan syariah dengan para nasabahnya. Akad musyarakah tidak ada
penerapan dalam penghimpunan dana, yang ada hanya pembiayaan musyarakah
antara perbankan syariah dengan para nasabahnya. Demikian juga dengan akad
murabahah, tidak digunakan dalam penghimpunan dana melainkan hanya untuk
pembiayaan.

Namun praktik mudharabah, musyarakah, dan murabahah tidaklah


menjadi monopoli perbankan syariah. Akad-akad tersebut dapat juga digunakan
atau diaplikasikan oleh perorangan. Akad mudharabah dan musyarakah bisa
diterapkan dalam bidang perdagangan, pertanian, peternakan, penangkapan ikan,
bahkan industri kecil.Akad murabahah dapat diterapkan pada pembelian barang
dagangan ataupun barang konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), Hal : 88

al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, Wahbah Zuhaily, 4/838

Fiqhus Sunnah, karya Sayid Sabiq III/220, dan Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil
Aziz,karya Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi,hal.359.
Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 106. (Jakarta:
Salemba Empat, 2009) h. 106.1
Harisman, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syari‟ah, (Jakarta : Direktorat
Perbankan Syari‟ah, 2006), Hal : 48

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori Ke Praktik, (Jakarta : Gema
Insani, 2001),Hal: 101

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.(Jakarta: Gema Insani,
2001) h.92.

Anda mungkin juga menyukai