Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang


disalurkan oleh perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-
Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut
UUPS). Pasal 19 UUPS menyebutkan, bahwa salah satu akad pembiayaan
yang ada dalam perbankan syari’ah adalah akad mudharabah. Selain itu bank
Indonesisa juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor,
10/16/PBI/2008 Tentang Prinsip Syari’ah Dalam Kegiatan Penghimpunan
Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syari’ah, juga
menyebutkan mudharabah adalah salah satu akad pembiayaan yang ada
didalam perbankan syari’ah.

Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan


pengelola modal, dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah
pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam pembiayaan mudharabah pemilik
dana (Shahibul Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu.
Sedangkan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada
prinsipnya akad mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk
saling membantu antara pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam
mengelola uang. Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang
ada pada perbankan pada umumnya (perbankan konvensional). Perbankan
konvensional pada umumya menawarkan pembiayaan dengan menentukan
suku bunga tertentu dan pengembalian modal yang telah digunakan mudharib
dalam jangka waktu tertentu. Namun Akad mudharabah tidak menentukan
suku bunga tertentu pada mudharib yang menggunakan pembiayaan
mudharabah, melainkan mewajibkan mudharib memberikan bagi hasil dari
keuntungan yang diperoleh mudharib. Pembiayaan mudharabah pada
dasarnya diperuntukan untuk jenis usaha tertentu atau bisnis tertentu. Oleh

1
karena itu, kami sebagai pemakalah akan mencoba membahas tentang
mudharabah ini serta permasalahan yang ada didalamnya.

B. Rumusan Masalah

Didalam Makalah ini akan dibahas meliputi :

1. Pengertian Mudharabah

2. Dasar Hukum Mudharabah

3. Syarat dan Rukun Mudharabah

4. Jenis-jenis Mudharabah

5. Hikmah Mudharabah

6. Asas-asas Perjanjian Mudharabah

7. Sebab-sebab Batalnya Mudharabah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, artinya memukul atau berjalan.


Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha, artinya berjalan
di bumi untuk mencari karunia Allah yaitu rizeki.1

Mudharabah adalah salah satu bentuk kerjasama antara pemilik


modal dengan seorang pakar dalam berdagang, di dalam fiqh Islam di sebut
dengan Mudharabah oleh ulama fiqh Hijaz menyebutkan dengan qirad yang
berarti al-qat’ (potongan).2 Pemilik modal memotong sebagian hartanya
untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya.
Maksudnya, akad antara kedua belah pihak untuk salah seorangnya (salah
satu pihak) mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk
diperdagangkan, dan laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.
Mudharabah berasal dari akar kata dharaba pada kalimat al-dharb fi al ardh,
yaitu bepergian untuk urusan dagang. Abdurrahman al-Jaziri mengatakan,
Mudharabah menurut bahasa berarti ungkapan pemberian harta dari
seseorang kepada orang lain sebagai modal usaha di mana keuntungan yang
diperoleh dibagi diantara mereka berdua, dan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal.

Sedangkan menurut istilah syara’, Mudharabah merupakan akad


antara dua pihak untuk bekerja sama dalam usaha perdagangan dimana salah
satu pihak memberikan dana kepada pihak lain sebagai modal usaha dan
keuntungan dari usaha itu akan dibagi di antara mereka berdua sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.

1
http://m.detik.com/
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Mudharabah

3
Secara teknis, al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan
usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu tidak disebabkan oleh kelalaian si pengelola. Namun,
apabila kerugian itu disebabkan kecurangan atau kelalaian si pengelola,
maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.3

B. Dasar Hukum Mudharabah

1. Al-Qur’an

Akad Mudharabah dibolehkan dalam Islam, karena bertujuan


untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seorang pakar
dalam memutarkan uang. Banyak diantara pemilik modal yang tidak
pakar dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara itu
banyak pula para pakar di bidang perdagangan yang tidak memiliki
modal untuk berdagang. Atas dasar tolong menolong dalam pengelolaan
modal tersebut, Islam memberikan kesempatan untuk saling bekerja sama
antara pemilik modal dengan seseorang yang terampil dalam mengelola
dan memproduktifkan modal tersebut.

Pada masa jahiliyyah qirad telah dilaksanakan, kemudian


dilanjutkan oleh generasi berikutnya yaitu agama Islam. Timbulnya qirad
karena menjadi kenyataan hajat bagi setiap manusia. Qirad ini
memberikan nilai tambah antara keduanya yang mengandung sifat tolong
menolong, karena orang yang mempunyai modal tetapi tidak pandai
berdagang, atau tidak berkesempatan, sedangkan yang lain pandai dan
cakap lagi mempunyai waktu yang cukup, tetapi tidak mempunyai
modal, maka keduanya bisa saling mengisi demi kemajuan bersama.

3
Syafii Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani,Jakarta, 2001, hlm 95

4
Qirad benar-benar diakui keberadaannya di dalam hukum Islam
(Syariat Islam) berdasarkan dalil naqly baik berupa nash maupun
berdasarkan hadis Nabi Muhammad saw. Dalil naqly tersebut sebagai
berikut:

“Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu kepada Allah


dan tinggalkanlah (jangan pungut) apa pun bentuk riba yang masih ada,
jika kamu benar beriman kepada-Nya. Jika kamu tidak mau
meninggalkannya, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rosul-Nya akan
menerangimu. Tapi, jika kamu tobat (kembali kepada ajaran Allah),
maka kamu boleh menerima modalmu, sehingga kamu tidak menganiaya
si peminjam dan kamu tidak pula dianiayanya”. (QS. Al-Baqarah: 278-
279).

Ayat Al-Qur’an lain yang secara umum mengandung kebolehan


akad Mudharabah untuk bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan
Allah di atas bumi adalah:

“Dan yang lain lagi, mereka bepergian di muka bumi mencari


karunia dari Allah”. (QS. Al-Muzammil: 20).

Maksud dari QS. al-muzammil: 20 adalah adanya kata yadhribun yang


sama dengan akar kata Mudharabah yang berarti melakuakn suatu
perjalanan usaha.

“Tidak ada dosa (halangan) bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perdagangan) dari Tuhanmu”. (QS. Al-Baqarah: 198).4

2. Hadis

Sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, Rasulullah pernah


melakukan Mudharabah dengan Khadijah, dengan modal dari Khadijah.
Beliau pergi ke Syam dengan membawa modal tersebut untuk
diperdagangkan.
4
http://infodakwahislam.wordpress.com/

5
Rasulullah saw bersabda: “Tiga hal yang di dalamnya terdapat
keberkahan, yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (bagi hasil) dan
mencampur gandum putih dengan gandum merah untuk keperluan rumah
bukan untuk dijual.”

“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai


Mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan
ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung
resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar
Rasulullah, beliau membenarkannya”(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).5

3. Ijma’

Ibnu Syihab pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Humaid dari


bapaknya dari kakeknya: “Bahwa Umar bin Khattab pernah memberikan
harta anak yatim dengan cara Mudharabah. Kemudian Umar meminta
bagian dari harta tersebut lalu dia mendapatkan (bagian). Kemudian
bagian tadi dibagikan kepadanya oleh Al-Fadhal. ”Ibnu Qadamah dalam
kitab Al-Mughni dari malik bin Ila’ bin Abdurrahman dari bapaknya:
“Bahwa Utsman telah melakukan qirad (Mudharabah)”. Semua riwayat
tadi didengarkan dan dilihat oleh sahabat sementara tidak ada satu orang
pun mengingkari dan menolaknya, maka hal itu merupakan ijma’ mereka
tentang kemubahan Mudharabah ini.

C. Syarat dan Rukun Mudharabah

Syarat yang harus dipenuhi dalam akad Mudharabah adalah:6

1. Harta atau Modal

5
http://arissasminto.blogspot.com/2013/04/mudharabah.html
6
https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/04/26/syarat-dan-rukun-mudharabah/

6
a. Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, seandainya modal
berbentuk barang, maka barang tersebut harus dihargakan dengan
harga semasa dalam uang yang beredar (atau sejenisnya).

b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

c. Modal harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya


melakukan usaha.

2. Keuntungan

a. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam prosentase dari


keuntungan yang mungkin dihasilkan nanti. Keuntungan yang menjadi
milik pekerja dan pemilik modal harus jelas prosentasinya.

b. Kesepakatan rasio prosentase harus dicapai melalui negosiasi dan


dituangkan dalam kontrak.

c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudharib


mengembalikan seluruh atau sebagian modal kepada shahib al-mal.

Menurut madzhab Hanafiyah rukun Mudharabah adalah ucapan


tanda penyerahan dari pihak yang menyerahkan dalam suatu perjanjian
(ijab) dan ucapan tanda setuju (terima) dari pihak yang menerima dalam
suatu akad perjanjian atau kontrak (qabul), jika pemilik modal dengan
pengelola modal telah melafalkan ijab qabul, maka akad itu telah
memenuhi rukunnya dan sah.

Sedangkan menurut jumhur ulama’ ada tiga rukun dari


Mudharabah yaitu:

1. Dua pihak yang berakad (pemilik modal/shahib al-mal dan pengelola


dana/pengusaha/mudharib); Keduanya hendaklah orang berakal dan sudah
baligh (berumur 15 tahun) dan bukan orang yang dipaksa. Keduanya juga
harus memiliki kemampuan untuk diwakili dan mewakili.

7
2. Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan terdiri dari atas
modal (mal), usaha (berdagang dan lainnya yang berhubungan dengan
urusan perdagangan tersebut), keuntungan;

3. Sighat, yakni serah/ungkapan penyerahan modal dari pemilik modal


(ijab) dan terima/ungkapan menerima modal dan persetujuan mengelola
modal dari pemilik modal (qabul).7

D. Jenis-jenis Mudharabah

Mudharabah dibagi menjadi tiga yaitu:8

1. Mudharabah Mutlaqah (URIA)

Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahib


al-mal(penyedia dana) dengan mudharib (pengelola) yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan
daerah bisnis. Penyedia dana melimpahkan kekuasaan yang sebesar-
besarnya kepada mudharib untuk mengelola dananya. Jadi bank
memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke
bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan.Penerapan umum
dalam produk ini adalah:

a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah


dan tata cara pemberitahuan keuntungan atau pembagian keuntungan
secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila
telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan
dalam akad.

b. Untuk tabungan Mudharabah, bank dapat memberikan buku


tabungan. Sebagai bukti penyimpanan serta kartu ATM dan atau alat
penarikan lainnya kepada penabung.

7
Rasjid, sulaiman; Fiqh Islam (hukum fiqh lengkap), cet 51, bandung; sinar baru
algesindo, 2011. Hal. 299
8
https://infodakwahislam.wordpress.com/

8
c. Tabungan Mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung
sesuai dengan perjajian yang disepakati namun tidak diperkenankan
mengalami saldo negatif.

d. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan tetap


berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet

Mudharabah muqayyadah on balance sheet adalah akad


Mudharabah yang disertai pembatasan penggunaan dana dari shahib
al-mal untuk investasi-investasi tertentu. Contoh pengelolaan dana
dapat diperintahkan untuk:

a. Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya.

b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan,


tanpa pinjaman, tanpa jaminan; atau

c. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri


tanpa melalui pihak ketiga.

Jenis Mudharabah ini merupakan simpanan khusus di mana


pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
dipatuhi oleh bank. Karakteristik jenis simpanan ini adalah:

a. Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus


diikuti oleh bank, wajib membuat akad yang mengatur persyaratn
penyaluran dana simpanan khusus.

b. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai


nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan atau pembagian
keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan
dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus
dicantumkan dalam akad.

9
c. Sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan
khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.

3. Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet

Jenis Mudharabah ini merupakan penyaluran dana


Mudharabah langsung kepada pelaksanaan usahanya, dimana bank
bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan
antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat
menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank
dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).

Karakteristik jenis simpanan ini adalah:

a. Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan


khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.
Simpanan khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening
administratif.

b. Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada


pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.

c. Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak.


Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah
bagi hasil.

Dalam lembaga keuangan akad tersebut diterapkan untuk


proyek yang dibiayai langsung oleh dana nasabah, sedangkan
lembaga keuangan hanya bertindak sebagai wakil yang
mengadministrasikan proyek itu.

E. Hikmah Mudharabah

Sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan untuk


memproduktifitaskannya. Terkadang pula ada orang yang tidak memiliki
harta, tetapi ia mempunyai kemampuan memproduktifitaskannya, oleh

10
karena itu syariat membolehkan muamalah ini supaya kedua belah pihak
dapat mengambil manfaatnya.

Pemilik harta mendapatkan manfaat dengan pengalaman mudharib


(orang yang diberi modal), sedangkan mudharib dapat memperoleh manfaat
dengan harta (sebagai modal) dengan demikian tercipta kerjasama antara
pemilik modal dan mudharib. Allah tidak menetapkan segala bentuk akad,
melainkan demi terciptanya kemaslahatan dan terbendungnya kesulitan.

Adapun hikmah dari Mudharabah yang dikehendaki adalah


mengangkat kehinaan, kefakiran dan kemiskinan masyarakat juga
mewujudkan rasa cinta kasih dan saling menyayangi antar sesama manusia.
Seorang yang berharta mau bergabung dengan orang yang pandai
memperdagangkan harta dari harta yang dipinjami oleh orang kaya
tersebut.9

F. Asas-asas Perjanjian Mudharabah

Asas-asas dalam perjanjian Mudharabah adalah;

1. Perjanjian Mudharabah dapat dibuat secara formal maupun informal,


secara tertulis maupun lisan. Namun, sesuai dengan ketentuan al-Qur’an
Surat al-Baqarah ayat 282-283 yang menekankan agar perjanjian-perjanjian
dibuat secara tertulis.

2. Perjanjian Mudharabah dapat pula dilangsungkan diantara shahib al-mal


dan beberapa mudharib, dapat pula dilangsungkan diantara beberapa shahib
al-mal dan beberapa mudharib.

3. Pada hakekatnya kewajiban utama shahib al-mal ialah menyerahkan


modal Mudharabah kepada mudharib. Bila hal itu tidak dilakukan, maka
perjanjian Mudharabah menjadi tidak sah.

9
https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/20/jenis-jenis-mudharabah/

11
4. Shahib al-mal dan mudharib haruslah orang yang cakap bertindak hukum
dan cakap diangkat sebagai wakil.

5. Shahib al-mal menyediakan dana, mudharib menyediakan keahlian,


waktu, pikiran, dan upaya.

6. Mudharib berkewajiban mengembalikan pokok dana investasi kepada


shahib al-mal ditambah bagian dari keuntungan shahib al-mal.

7. Syarat-syarat perjanjian Mudharabah wajib dipatuhi mudharib.

8. Shahib al-mal berhak melakukan pengawasan atas pelaksanaan perjanjian


Mudharabah.

9. Shahib al-mal harus menentukan bagian tertentu dari laba kepada


mudharib dengan nisbah (prosentase).

10. Mudharabah berakhir karena telah tercapainya tujuan dari usaha


tersebut. Sebagaimana dimaksud dalam perjanjian Mudharabah atau pada
saat berakhirnya jangka waktu perjanjian Mudharabah atau karena
meninggalnya salah satu pihak, yaitu shahib al-mal atau mudharib, atau
karena salah satu pihak memberitahukan kepada pihak lainnya mengenai
maksudnya untuk mengakhiri perjanjian Mudharabahitu.10

G. Sebab-sebab Batalnya Mudharabah

Mudharabah menjadi batal karena hal-hal berikut:

1. Tidak terpenuhinya syarat sahnya Mudharabah. Apabila terdapat satu


syarat yang tidak dipenuhi, sedangkan mudharib sudah terlanjur
menggunakan modal Mudharabah untuk bisnis perdagangan, maka dalam
keadaan seperti ini mudharib berhak mendapatkan upah atas kerja yang
dilakukannya, karena usaha yang dilakukannya atas izin pemilik modal dan
mudharib melakukan suatu pekerjaan yang berhak untuk diberi upah.

10
http://infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/21/asas-asas-perjanjian-mudharabah/

12
Semua laba yang dihasilkan dari usaha yang telah dikerjakan adalah
hak pemilik modal. Jika terjadi kerugian maka pemilik modal juga yang
menanggungnya. Karena mudharib dalam hal ini berkedudukan sebagai
buruh dan tidak dapat dibebani kerugian kecuali karena kecerobohannya.

2. Pengelola atau mudharib sengaja tidak melakukan tugas sebagaimana


mestinya dalam memelihara modal, atau melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan tujuan akad. Jika seperti itu dan terjadi kerugian maka,
pengelola berkewajiban untuk menjamin modal karena penyebab dari
kerugian tersebut.

3. Pengelola meninggal dunia atau pemilik modalnya, maka Mudharabah


akan menjadi batal. Jika pemilik modal yang wafat, pihak pengelola
berkewajiban mengembalikan modal kepada ahli waris pemilik modal serta
keuntungan yang diperoleh diberikan kepada ahli warisnya sebesar kadar
prosentase yang disepakati. Tapi jika yang wafat itu pengelola usaha,
pemilik modal dapat menuntut kembali modal itu kepada ahli warisnya
dengan tetap membagi keuntungan yang dihasilkan berdasarkan prosentase
jumlah yang sudah disepakati. Jika Mudharabah telah batal, sedangkan
modal berbentuk ‘urudh (barang dagangan), maka pemilik modal dan
pengelola menjual atau membaginya, karena yang demikian itu merupakan
hak berdua. Dan jika si pengelola setuju dengan penjualan, sedangkan
pemilik modal tidak setuju, maka pemilik modal dipaksa menjualnya,
karena si pengelola mempunyai hak di dalam keuntungan dan dia tidak
dapat memperolehnya kecuali dengan menjualnya. Demikian menurut
madzhab Asy Syafi’i dan Hambali.11

11
http://infodakwahislam.wordpress.com/

13
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini
menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik
modal dan keahlian dari pengelola.

Ayat Al-Qur’an yang secara umum mengandung kebolehan akad


Mudharabah untuk bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah di
atas bumi adalah: “Dan yang lain lagi, mereka bepergian di muka bumi
mencari karunia dari Allah”. (QS. Al-Muzammil: 20).

Menurut jumhur ulama’ ada tiga rukun dari Mudharabah yaitu:

1. Dua pihak yang berakad (pemilik modal/shahib al-mal dan pengelola


dana/pengusaha/mudharib)

2. Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan

3. Sighat (ijab-qabul)

Mudharabah dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Mudharabah Mutlaqah

2. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet

3. Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet

Mudharabah menjadi batal karena hal-hal berikut:

1. Tidak terpenuhinya syarat sahnya Mudharabah

14
2. Pengelola atau mudharib sengaja tidak melakukan tugas sebagaimana
mestinya dalam memelihara modal

3. Pengelola meninggal dunia atau pemilik modalnya

15
DAFTAR PUSTAKA

http://arissasminto.blogspot.com/2013/04/mudharabah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Mudharabah
http://infodakwahislam.wordpress.com/
http://infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/21/asas-asas-perjanjian-
mudharabah/
http://m.detik.com/
http://mugnisulaeman.blogspot.com/2013/11/makalah-mudharabah_10.html
http://muhammad-iwad.blogspot.com/
https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/04/26/syarat-dan-rukun-
mudharabah/
https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/20/jenis-jenis-mudharabah/
Rasjid, sulaiman. (2011) Fiqh Islam (hukum fiqh lengkap), cet 51, bandung; sinar
baru algesindo.
Syafii Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani,Jakarta, 2001,
hlm 95

16

Anda mungkin juga menyukai