Disusun oleh :
Vinny Rahmawati (11200820000002)
Ardha Aulia (11200820000007)
Ananda Putri Yudhistira (11200820000052)
Annas Rabbani (11200820000055)
Ervita Rahmawati (11200820000061)
Aisyah Eka Savitri (11200820000110)
ABSTRAK
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mendeskripsikan makna
akad Mudharabah, makna bank syariah, dan aplikasi Mudharabah
dalam perbankan syariah di Indonesia. Makalah ini merupakan
analisis kajian teori. Dapat disimpulkan bahwa akad Mudharabah
terjadi jika ada pihak shahibul maal, ada mudharib, ada objek
yang dikerjakan, dan ada kesepakatan nisbah antara pihak pemilik
modal dengan pengelola. Perbankan syariah memiliki ciri-ciri
bebas riba, melakukan pelayanan untuk kepentingan publik dan
merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam, bersifat universal,
dan menganut penerapan bagi hasil tanpa adanya unsur
pemaksaan. Sedangkan aplikasi Mudharabah dalam perbankan
syariah di Indonesia memiliki karakteristik seperti tujuan
transaksinya untuk pembiayaan, pembagian hasil mengacu pada
konsep revenue sharing, dan penentuan nisbah bagi hasil dapat
berubah selama periode perjanjian dan ditetapkan pada akad di
awal periode kontrak.
Kata Kunci : Akad, Mudharabah, Perbankan Syariah
A. PENDAHULUAN
Perbankan syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam yang operasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-
Qur’an dan hadist.1 Awal berdirinya bank syariah di Indonesia diawali dengan
berdirinya Bank Mu’amalat Indonesia pada 1 November 1991. Semakin tahun
perkembangan bank syariah semakin pesat, sebagian bank konvensional di
Indonesia sekarang ini juga membuka bank dengan nama yang sama tetapi
ditambahi dengan sistem syariah karena bank syariah banyak digemari oleh
masyarakat dalam bertansaksi perbankan, contohnya adalah Bank BRI Syariah,
Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank BCA
Syariah, Bank Panin Syariah, dsb.2
____________________________
1
Antonio, M. Syafi’i. 2006. Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka
Alfabeta.
2
Nurrahmi, Shara. 2020. Artikel. Bank Syariah di Indonesia. Dalam
https://www.finansialku.com /bank-syariah-di-indonesia/ diakses pada 26 September 2020.
2
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
Agar bank syariah atau koperasi syariah banyak diminati oleh nasabah,
maka mereka haruslah membuat produk yang beda dari yang lainnya,
memberikan pelayanan yang beda dari yang lainnya, memenuhi kebutuhan
nasabah agar nasabah merasa nyaman dan puas sehingga nasabah tidak berpaling
atau pindah ke bank syariah atau koperasi syariah yang lainnya.
3
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
A. PENGERTIAN MUDHARABAH
4
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
5
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
B. HUKUM MUDHARABAH
“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah.”
(QS. Al-Muzammil: 20)
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”
(QS. Al-Ma’idah: 1)
6
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
“Ada tiga perkara yang diberkati; jual beli yang ditangguhkan, memberi
modal dan mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga bukan untuk
dijual.”
(HR Ibnu Majah)
Transaksi Mudharabah diqiyaskan dengan transaksi musaqah (mengambil
upah untuk menyiram tanaman). Ditinjau dari segi kebutuhan manusia,
karena sebagian orang ada yang kaya dan ada yang miskin, terkadang
sebagian orang memiliki harta tetapi tidak berkemampuan
memproduktifkannya dan ada juga orang yang tidak mempunyai harta
tetapi mempunyai kemampuan memproduktifkannya. Karena itu, syariat
membolehkan muamalah ini supaya kedua belah pihak dapat mengambil
manfaatnya.
7
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
C. PEMBAGIAN MUDHARABAH
8
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
Setiap akad tentulah ada rukunnya, apabila rukun terpenuhi maka sahlah akad
itu namun apabila tidak sesuai atau tidak terpenuhi rukunnya maka batallah akad
tersebut dan dinyatakan tidak sah. Kemudian setiap rukun tersebut umumnya
selalu mempunyai syarat dan juga wajib untuk dipenuhi apabila syarat tidak
terpenuhi maka rukunnya juga tidak sah. Begitu juga halnya dengan Mudharabah
yang memiliki rukun dan syarat wajib untuk dipenuhi sehingga akad Mudharabah
bisa diterima oleh syariat.
Menurut mazhab Hanafi yang menjadi rukun Mudharabah hanyalah ijab dan
qabul saja, sedangkan yang lainnya adalah syarat Mudharabah.
Ada juga yang menolak pekerjaan dan keuntungan dijadikan sebagai rukun,
karena ada akad Mudharabah sedangkan pekerjaannya belum ada, dan kadang
setelah melakukan Mudharabah tidak mendapatkan keuntungan apapun. Akan
tetapi semua perbedaan ini hanya sekedar perbedaan penamaan saja, sedangkan
keberadaanya dalam akad Mudharabah semua sepakat mestilah ada.
Untuk lebih jelasnya penulis akan menjelaskan dengan ringkas masing-masing
rukun tersebut beserta syarat Mudharabah yang harus dipenuhi :
Shighat
Shigat adalah ijab qabul antara pemilik harta dengan pengelola harta. Ijab
qabul ini haruslah dilakukan dengan lafaz yang menunjukkan bahwa
mereka melaksanakan akad Mudharabah tetapi tidak harus dengan zhahir
9
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
10
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
Jenis Usaha
Ada beberapa syarat jenis usaha yang harus dipenuhi :
Jenis usaha tersebut di bidang perniagaan;
Tidak menyusahkan pengelola modal dengan pembatasan yang
menyulitkannya;
Asal dari usaha dalam Mudharabah seperti dari bidang perniagaan
ataupun usaha yang terkait dengannya, serta tidak dilarang syariat.
Pengelola modal dilarang mengadakan transaksi perdagangan barang
yang haram, seperti daging babi, minuman keras dan sebagainya;
Pembatasan waktu penanaman modal.
Menurut pendapat madzhab Hambali, dalam kerja sama penanaman
modal ini, dipebolehkan membatasi waktu usaha, dengan dasar
dianalogikan dengan sistem sponsorship pada satu sisi, dan dengan
berbagai kriteria lain yang dibolehkan, pada sisi lainnya
Keuntungan
Setiap usaha yang dilakukan adalah untuk mendapatkan keuntungan.
Demikian juga dengan Mudharabah. Namun dalam Mudharabah
pendapatan keuntungan itu disyaratkan dengan beberapa syarat :
Keuntungan khusus untuk kedua pihak yang bekerja sama, yaitu
pemilik modal dan pengelola modal. Seandainya sebagian keuntungan
disyaratkan untuk pihak ketiga, misalnya dengan menyatakan
“Mudharabah dengan pembagian 1/3 keuntungan untukmu, 1/3
untukku , dan 1/3 lagi untuk orang lain”, maka tidak sah, kecuali pihak
ketiga yang dimaksudkan ikut mengelola modal tersebut, sehingga
menjadi qiradh bersama dua orang. Seandainya dikatakan “Separuh
keuntungan untukku dan separuhnya untukmu, namun separuh dari
bagianku untuk isteriku”, maka ini sah, karena ini akad janji hadiah
kepada isteri.
11
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
12
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah
Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.
Dalam UU No.21 Tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah mengemukakan
pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah. Perbankan Syariah
yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta tata cara dan proses di
dalam melaksanakan kegiatan usahanya sedangkan Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan pada prinsip syariah.
Muh. Syafe'i Antonio dan Perwataatmadja (1992) membagi pengertian terkait
perbankan syariah dalam dua pengertian :
Bank Islam adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syari’ah Islam.
Bank Islam adalah bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa
pendirian bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990. Penentuan harga bagi bank syariah
didasarkan pada kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai
dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar
kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan.
Berikut ini prinsip prinsip yang berlaku pada bank syariah:
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah);
Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah);
Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Mudharabah).
Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (Ijarah).
Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
13
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
Fungsi dasar bank syariah secara umum sama dengan bank konvensional,
sehingga prinsip umum pengaturan dan pengawasan bank berlaku pula pada bank
syariah. Namun ada perbedaan yang cukup mendasar dalam operasional bank
syariah menuntut perbedaan pengaturan dan pengawasan bagi bank syariah:
Perlunya jaminan pemenuhan ketaatan pada prinsip syariah dalam seluruh
aktivitas bank, terutama larangan praktek riba;
Perbedaan karakteristik operasional khususnya akibat dari pelarangan
bunga yang digantikan dengan skema PLS dengan instrumen nisbah bagi
hasil.
Yang menjadi ciri khas bank syariah sehingga menyebabkan ia berbeda
dengan bank konvensional adalah:
Beban biaya yang telah disepakati pada waktu melakukan akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya fleksibel atau
tidaklah kaku dan dapat ditawar dalam batas-batas yang masih wajar;
Pengarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan sedangkan bagi bank dianggap
sebagai titipan yang diamanatkan sebagai pernyataan dana pada proyek
yang dibiayai oleh bank sesuai dengan prinsip-prinsip syariah sehingga
bagi penyimpan tidaklah dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return);
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran harus selalu dihindarkan karena persentase bersifat melekat
pada sisa hutang meskipun utang hingga batas waktu perjanjian telah jatuh
tempo atau berakhir;
Di dalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan perhitungan
berdasarkan keuntungan yang pasti (fixed return) yang ditetapkan dimuka.
Bank syariah menerapkan sistem berdasarkan atas modal untuk jenis
kontrak al Mudharabah dan al Musyarakah dengan system bagi hasil
(profit and losery) yang tergantung pada besarnya keuntungan;
14
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
Bank syariah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari
mata uang yang sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan
keuntungan. Jadi, mata uang itu dalam memberikan pinjaman pada
umumnya tidak dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk pembiayaan
pengadaan barang selama pembiayaan, barang tersebut milik bank;
Adanya dewan syariah yang bertugas mengawasi bank dari sudut syariah.
Bank syariah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab dimana
istilah tersebut tercantum dalam fiqih Islam;
Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa suatu beban murni yang
bersifat sosial, dimana nasabah tidaklah berkewajiban untuk
mengembalikan pembiayaan (al-qordul hasal);
Fungsi lembaga bank juga mempunyai fungsi amanah, artinya
berkewajiban menjaga dan ikut bertanggung jawab atas keamanan dana
yang sudah dititipkan dan memiliki kesiapan sewaktu-waktu apabila dana
ditarik kembali sesuai dengan perjanjian. Lebih lanjut berkaitan dengan ini
dapat membaca fungsi bank syariah.
15
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
16
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
17
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
18
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
19
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
20
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
Sesuai dengan penjelasan yang penulis paparkan dalam tulisan ini maka bisa
disimpulkan sebagai berikut:
Sistem Mudharabah merupakan sistem yang sudah dipraktekkan sejak zaman
jahiliah kemudian di kuatkan oleh Islam setelah dilakukan penyesuaan dengan
prinsip-prinsip dasar Islam;
Sistem Mudharabah adalah jalan keluar dari praktek riba yang diharamkan
dalam Islam;
Masyarakat sangat menerima dengan adanya sistem Mudharabah yang
dipraktekkan oleh bak-bank syariah;
Namun dalam penerapannya, sistem Mudharabah pada bank syariah di
Indonesia belum bisa 100% keluar dari praktek riba.
Melihat kondisi akad Mudharabah pada bank syariah seperti yang dipaparkan
di atas maka hal itu masih menjadi PR bagi semua praktisi ekonomi Islam
Indonesia khususnya perbankan syariah untuk mencarikan jalan keluar dari
kendala yang ada dan mengonsep dengan serius praktek muḍārabah dalam bank
syariah agar benar-benar terlepas dari riba. Wallahu ‘Alam.
21
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
DAFTAR PUSTAKA
Zainudin, Ali. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syafi’i, Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Perss.
Saeed, Abdullah. 2004. Bank Islam dan Bunga. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yunus, Muhammad. 2000. Kamus Bahasa Arab Indonesia. Jakarta: Victori Inti
Cipta.
Muhamad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank
Syari’ah. Yogyakarta: UII Press.
Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah.
Jakarta: PT. Grasindo.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank and Description and Illustration of Islamic Finance
Institutio. Yogyakarta: Ekonista Press.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2003. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
22
Pengaplikasian Akad Mudharabah pada Perbankan Syariah
23