Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MUDHARABAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah
yang diampu oleh Bapak Subairi, S.E., M.E

Disusun oleh:
Kelompok 10
Inayah Wulandari (21383042083)
Endah Dwi Nuriesta (21383042078)
Martini (21383042090)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun materi dari
makalah ini adalah tentang “Mudharabah.”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Fiqh Muamalah yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Makalah ini masih kurang dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat
berguna bagi kami dan pihak yang berkepentingan.

Pamekasan, 27 April 2022

Penulis, Kelompok 10

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Mudharabah ................................................. 2


B. Syarat, Rukun dan Objek Mudharabah ........................................................ 3
C. Macam-macam Mudharabah ....................................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 5
B. Saran ......................................................................................................... 5

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia dalam aktifitasnya baik yang bersifat duniawi
maupun ukhrowi tidak lepas dari pada tujuan (maqosyid) dari apa yang akan ia
peroleh selepas aktifitas tersebut, maka tidak menutup kemungkinan dalam proses
untuk menuju tujuan itu berwarna-warni.
Salah satu contoh dalam aktifitas sosial-ekonomi, banyak dari manusia sendiri
lebih mengedepankan pada pemenuhan hak pribadi dan mengabaikan hak-hak orang
lain. Akan tetapi Islam sebuah agama yang rahmatan lil-alamin mengatur seluruh
tatanan kehidupan manusia, sehingga norma-norma yang diberlakukan Islam dapat
memberikan solusi sebuah keadilan dan kejujuran dalam hal pencapaian manusia pada
tujuan daripada aktifitasnya itu, sehingga tidak akan terjadi ketimpangan sosial antara
mereka. Maka tidak jarang kita sering kali menemukan ayat dalam kitab suci al-Quran
yang mendorong perdagangan dan perniagaan dan Islam sangat menekankan bahwa
tidak boleh ada hambatan bagi perdagangan dan lebih mengutamakan jujur dan halal,
agar setiap orang memperoleh penghasilan, menafkahi keluarga dan memberikan
sedekah.
Dari bahasan singkat diatas, maka kami akan membahas lebih lanjut tentang
konsep transaksi mudharabah. Mudharabah sendiri adalah bentuk kerja sama antara
dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian awal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum Mudharabah?
2. Apa saja syarat, rukun, dan objek Mudharabah?
3. Apa saja macam-macam Mudharabah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum Mudharabah.
2. Untuk mengetahui syarat, rukun, dan objek Mudharabah.
3. Untuk mengetahui macam-macam Mudharabah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Secara etimologi, mudharabah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi (‫)ضارب‬
yang berarti berdagang atau memperdagangkan. Mudharabah disebut juga dengan
mu’amalah karena umat Islam di Irak menyebutkan mudharabah dengan istilah
muamalah. Mudharabah disebut juga dengan qiradh. Ulama Hijaz menyebutkan
dengan Qiradh yang berarti al-Qath’u atau pemotongan. Hal itu karena pemilik
harta memotong dari sebagian hartanya sebagai modal dan menyerahkan hak
kepengurusannya kepada orang yang mengelolanya dan pengelola memotong
untuk pemilik bagian dari keuntungan sebagai hasil dari usaha dan kerjanya.1
Menurut istilah, mudharabah memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:
1. Menurut para fuqaha. Mudharabah adalah akad antara dua pihak (orang) yang
saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain
untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Menurut Sayyid Sabiq, Mudharabah adalah akad antara dua belah pihak untuk
salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan
syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan perjanjian.
3. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh atau 100% modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. 2

2. Dasar Hukum Mudharabah


Dasar hukum mudharabah yaitu; Al-qur an. Dalam Al-qur an tidak disebutkan
dengan jelas tentang mudharabah walaupun demikian ulama, dikalangan kaum
muslimin telah sepakat tentang bolehnya melakukan kerjasama semacam
perniagaan ini. Istilah mudhrabah sesungguhnya muncul pada masa nabi
Muhammad, tapi jauh sebelum Nabi Muhammad lahirpun sudah ada kerjasama
perniagaan ini di zaman jahiliyah telah dikenal kemudian dilestarikan oleh islam
karena membawa kemaslahatan. (Muhammad, 2005; 144). Berdasarkan hal
tersebut diatas, kaum muslimin sepakat bahwa mudharabah itu adalah salah satu
bentuk kerjasama dalam lapangan muamalah yang di perbolehkan. Karena
membawa kemaslahatan, dan bahkan bisa dipandang sebagai satu bentuk
kerjasama yang perlu dilakukan.
Menurut ulama fikih, mudharabah dilandaskan berdasarkan Al-qur an. As-
sunnah, ijma’ dan qiyas. Dalil Al-qur an yang mendasari hukum mudharabah
diantaranya sebagai berikut:

1
Sa’diyah, Mahmudatus. “Mudharabah Dalam Fiqih Dan Perbankan Syari’ah”, Vol.1(2) (2013): 304
2
Masse, Rahman Ambo. “Konsep Mudharabah Antara Kajian Fiqh Dan Penerapan Perbankan”, Jurnal Hukum
Diktum, Vol.8, no.1, 2010, 77-85

2
Firman Allah SWT QS. Al-Muzammil (73;20) yang artinya;
“.....dan dari orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah
SWT.
Sedangkan sumber landasan mudharabah yang berasal dari hadits Nabi
Muhammad SAW, yaitu antara lain:
Hadits Nabi Muhammad SAW diriwayatkan thabrani yang artinya: ” Abbas bin
Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan
kepada mudhoribnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah,
serta tidak membelih hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (Mudhorib)
harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu
didengar Rasulullah, beliau membenarkannya” (HR. Thabrani dari Ibn Abbas).
Hukum mudharabah ini juga dilandaskan pada kaidah fiqih yang berbunyi,
“pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali jika terdapat
dalil yang mengharamkannya”. Kaidah ushul fikih ini menjelaskan bahwa hukum
suatu persyaratan tergantung pada hukum pokok perkaranya, apabila hukum asal
suatu perkara dilarang maka hukum asal menetapkan syarat juga dilarang dan
begitu juga sebaliknya. Dalam perkara muamalah hukum asalnya adalah
diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarang, maka seseorang tidak
diperkenankan untuk melarang suatu persyaratan yang telah disepakati dalam
akad muamalah kecuali jika terdapat dalil yang menunjukkan larangan pada
persyaratan tersebut.
Hukum ijma’ pada akad mudharabah menurut wahbah zuhaili dijelaskan
bahwasanya para sahabat menyerahkan (kepada seseorang sebagai mudhorib)
harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada seorangpun mengingkari
mereka. Ijma’ tersebut termasuk kedalam jenis ijma’ sukuti, karena para sahabat
diam atau menyatakan pendapat serta tidak ada yang mengingkari, sehingga hal
tersebut dapat dipandang sebagai ijma’ yang dapat dijadikan sebagai salah satu
dasar penetapan suatu hukum.
Sedangkan Qiyas pada mudharabah dianalogikan kepada akad al-musakat,
dimana sebagian dari pihak memiliki modal yang cukup tetapi tidal memiliki
keahlian atau kompetensi yang dibutuhkan, dan dipihak lain mempunyai keahlian
atau kompetensi yang baik tetapi tidak mempunyai modal yang memadai untuk
mengelola suatu usaha. Dengan demikian, melalui akad ini akan menjembatani
pihak-pihak yang memiliki modal dan keahlian untuk saling bekerja sama sesuai
kemampuan, sehingga dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan nilai dari
prinsip syariah yang diturunkan oleh Allah SWT. 3

B. Syarat dan Rukun Mudharabah


1. Syarat Mudharabah
Sedangkan syarat sah-nya mudharabah sangat berhubungan dengan rukun-
rukun mudhrabah. Diantara syarat sah-nya adalah;
1) Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila barang itu
berbentuk mas atau perak batangan, perhiasan, dll, maka mudharabah tersebut
batal.

3
Standar Produk Mudharabah. Dikutip 28 April 2022 dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Buku-Standar-Produk-Mudharabah-5.aspx

3
2) Bagi orang yang melakukan akad di syaratkan mampu melakukan tasharruf,
akad yang dilakukan oleh anak-anak kecil, orang gila dan orang yang dibawah
kekuasaan orang lain, akad mudharabahnya batal.
3) Modal harus jelas, agar dapat dibedakan antara modal usaha dengan laba. Sebab
laba atau keuntungan inilah yang akan dibagi hasil sesuai kesepakatan.
4) Presentase keuntungan antara pemodal dengan pengusaha harus jelas.
5) Melafazkan ijab (bagi pemodal) dan qabul (bagi pengusaha).

2. Rukun Mudharabah
Adapun rukun mudharabah menurut ulama Syafi’yah, rukun qiradh ada enam:
1) Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya.
2) Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik barang.
3) Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola.
4) Maal, yaitu harta pokok modal.
5) Amal, yaitu bidang pekerjaan (Proyek) pengelolaan yang dapat menghasilkan
laba.
6) Keuntungan. 4

C. Macam-macam mudharabah
Akad mudharabah dilihat dari segi transaksi yang dilakukan pemilik modal
dengan pekerja, menurut ulama fiqih terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah yaitu penyerahan modal tanpa syarat. Pengusaha atau
mudharib bebas mengelola modal itu dengan usaha apa saja yang menurutnya akan
mendatangkan keuntungan dan di daerah mana saja yang mereka inginkan. Dalam
bank teknik mudharabah mutlaqah adalah kerja sama antara bank dengan mudhorib
atau nasabah yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola suatu
usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana dibagi
bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudaharabah mukayyadah yaitu penyerahan modal dengan syarat-syarat
ketentuan. Dalam akad dicantumkan bahwa modal tersebut hanya untuk usaha
yang telah dilakukan (terikat pada usaha tertentu). Pengusaha atau nasabah harus
mengikuti syara-syarat yang dikemukakan oleh pemilik modal, selain syarat-syarat
yang dikemukakan maka dana sahahibul maal tidak diperkenankan untuk dipakai.
Dalam teknis perbankan yang di maksudkan mudharabah mukayyadah adalah
akad kerjasama antara sahahibul maal dengan bank. Modal yang diterima, dikelola
oleh bank untuk diinvestasikan dalam proyek yang suadah ditentukan oleh
sahabibul maal. Pembagian bagi hasil keuntungan dilakukan sesuai nisbah yang
disepakati bersama, diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut. 5

4
Masse, Rahman Ambo. “Konsep Mudharabah Antara Kajian Fiqh Dan Penerapan Perbankan”, Jurnal Hukum
Diktum, Vol.8, no.1, 2010, 77-85
5
Mansur, seluk Beluk Ekonomi Islam, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2009, hlm. 83.

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mudharabah disebut juga dengan mu’amalah karena umat Islam di Irak
menyebutkan mudharabah dengan istilah muamalah. Mudharabah disebut juga
dengan qiradh. Ulama Hijaz menyebutkan dengan Qiradh yang berarti al-Qath’u atau
pemotongan. Hal itu karena pemilik harta memotong dari sebagian hartanya sebagai
modal dan menyerahkan hak kepengurusannya kepada orang yang mengelolanya dan
pengelola memotong untuk pemilik bagian dari keuntungan sebagai hasil dari usaha
dan kerjanya. Dasar hukum mudharabah yaitu: al-Quran, as-Sunnah, ijma’ dan qiyas.
Macam-macam mudharabah yaitu ada dua. Pertama, mudharabah mutlaqah
yaitu penyerahan modal tanpa syarat. Kedua, mudharabah muqayyadah yaitu
penyerahan modal dengan syarat-syarat ketentuan.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami dapat sampaikan. Kami sebagai pemakalah
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk akhir
kata, pemakalah meminta maaf Apabila terdapat kesalahan baik berupa penulisan
maupun isi dari makalah ini.

5
DAFTAR PUSTAKA
Sa’diyah, Mahmudatus. 2013. “Mudharabah dalam Fiqih dan Perbankan Syari’ah”
Volume 1 (hlm. 304-306).
Masse, Rahman Ambo. “Konsep Mudharabah Antara Kajian Fiqh Dan Penerapan
Perbankan”, dalam Jurnal Hukum Diktum, Vol.8, no.1, 2010, (hlm. 77-85).

Standar Produk Mudharabah. Dikutip 28 April 2022 dari


https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/Buku-Standar-
Produk-Mudharabah-5.aspx
Mansur, seluk Beluk Ekonomi Islam, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2009, hlm. 83.

Anda mungkin juga menyukai