Disusun Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………...ii
BAB I Pendahuluan
A. Konsep Dasar
Musyarakah………………………………………………………
B. Landasan Hukum
Musyarakah…………………………………………………..
C. Rukun Dan Syarat
Musyarakah………………………………………………….
D. Macam-Macam Syirkah Dalam
Musyarakah……………………………………
E. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Tentang
Musyarakah……………………..
F. Praktik Musyarakah Dalam Perbankan
Syariah…………………………………
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan………………………………….……………………..……..…....7
B. Saran………….……………………………….………………..…….………..7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...……..............…..8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Mudharabah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata dharaba
ب
َ ض َر
َ yang bermakna memukul, bergerak, pergi, mewajibkan, mengambil bagian,
berpartisipasi. 1Dalam kaitannya dengan pengertian mudharabah maka yang lebih
cocok adalah mengambil bagian dan berpartisipasi. Pengertian memukul atau
berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam
menjalankan usaha. Jadi, disebut kontrak ini disebut mudharabah, karena pekerja
(mudharib) biasanya membutuhkan suatu perjalanan untuk menjalankan bisnis.
Sedangkan perjalanan dalam bahasa Arab disebut juga dharb fil Ardhi.
Adapun menurut istilah ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli
antara lain :
1
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003),
cet. VIII, hlm. 1205-1206
Mudharabah adalah akad antara dua pihak dimana salah satu pihak
mengeluarkan sejumlah uang (sebagai modal) kepada pihak lainnya untuk
diperdagangkan, dan laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan".2
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shabib al-mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain
menjadi pengelola dan keuntungan usaha secara dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola".3
c. Adiwarman A. Karim
Mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak
dengan kerja dari pihak lain, dimana satu pihak berperan sebagai pemilik
modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak
kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung".4
Artinya:
Artinya:
"tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu…" (Q.S. al-Baqarah : 198)
Hadits Nabi :
"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas Ibnu Abd al-Muthalib
jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan
agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya,
atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Kemudian hal tersebut disampaikan kepada
Rasulullah SAW dan beliau membolehkannya." (H.R. Thabrani)
1. Pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu pemilik dana (shahibul maal) dan
pengelola modal (mudharib),
2. Modal (Ra’sul Maal),
3. Usaha yang dijalankan (al-‘amal),
4. Keuntungan (ribh), dan
5. Pernyataan ijab dan kabul (sighat akad)
1. Salah satu pihak memutuskan untuk mengundurkan diri dari perjanjian, baik
dengan alasan diterima maupun tidak diterima. Karena akad ini haruslah
terjadi dengan kesediaan kedua belah pihak tanpa ada paksaan.
2. Dalam hal mudharabah tersebut, dibatasi waktunya atau diberikan waktu
jelasnya
3. Jika salah satu pihak meninggal dunia atau mengalami hilang akal. Sehingga
dianggap sebagai hilangnya kesepakatan.
4. Pengelola tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad tersebut.
5. Modal yang dimiliki sudah habis atau tidak ada.5
5
Tiffany, Akuntansi Syariah "Akad Mudharabah : Pengertian, Skema, Jenis, dan Dasar Hukum", https://dosenakuntansi
com.cdn.ampproject.org/v/s/dosen akuntansi.com/akadmudharabah/amp?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQFUAKwASA%3D#referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fdosenakuntansi.com%2Fakad-
mudharabah, (diakses pada 30 Mei 2017)
3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan
pengusaha).
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati
bersama dan sesuai dengan syariah, dan LKS tidak ikut serta dalam
manajemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak dalam pembinaan
dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
6. LKS sebagai pemilik dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun
agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan
dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan hanya dapat dicairkan apabila
mudharib melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan dan mekanisme pembagian
keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat
ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.
BAB III
Musyarakah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang diambil dari
َ
kata syaraka َش•• َرك yang bermakna bersekutu, meyetujui. Sedangkan menurut
istilah, musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/
expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.7
6
http://www.scribd.com/doc/57195578/Musyarakah-Dan-Mudharabah-Serta-Implement-as-in-Ya-Dalam-Perbankan-Islam,
(diakses pada 02 Maret 2013)
7
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah... op.cit., hlm. 90
mereka untuk merbagi keuntungan, menikmati hak-hak dan tanggung jawab yang
sama.
ت َوقَلِي ٌل َما هُ ْم ۗ َوظَ َّن دَا ُوو ُدِ ْض إِاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا ُ َوإِ َّن َكثِيرًا ِمنَ ْال ُخلَطَا ِء لَيَب ِْغي بَ ْع
ٍ ضهُ ْم َعلَ ٰى بَع
َ أَنَّ َما فَتَنَّاهُ فَا ْستَ ْغفَ َر َربَّهُ َو َخ َّر َرا ِكعًا َوأَن
َاب
Artinya:
Hadits Nabi :
1. Ijab-qabul (sighat). Adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang
bertransaksi.
2. Dua pihak yang berakad ('aqidani) dan memiliki kecakapan melakukan
pengelolaan harta.
3. Objek aqad (mahal), yang disebut juga ma’qud alaihi, yang mencakup modal
atau pekerjaan.
4. Nisbah bagi hasil.
1. Tidak ada bentuk khusus kontrak, berakad dianggap sah jika diucapkan secara
verbal/tertulis, kontrak dicatat dalam tulisan dan disaksikan.
2. Mitra harus kompeten dalam memberikan/diberikan kekuasaan perwalian.
3. Modal harus uang tunai, emas, perak yang nilainya sama, dapat terdiri dari
aset perdagangan, hak yang tidak terlihat (misalnya lisensi, hak paten dan
sebagainya).
4. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan adalah sebuah hukum dasar dan tidak
diperbolehkan bagi salah satu dari mereka untuk mencantumkan tidak ikut
sertanya mitra lainnya. Namun porsi melaksanakan pekerjaan tidak perlu
harus sama, demikian pula dengan bagian keuntungan yang diterima.8
1. Syirkah al-milk terjadi karena warisan, wasiat, dan kondisi lainnya yang
mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam
musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset
nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut.
2. Syirkah uqud (kontrak) tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang
atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal
musyarakah. Merekapun sepakat membagi keuntungan dan kerugian.
Syirkah uqud terbagi menjadi : al-'inan, al-mufawwadhah, al- a'mal dan al-
wujuh. Para ulama berbeda berbeda pendapat tentang al-mudharabah, apakah ia
8
Muchlisin Riadi, Musyarakah "Pengertian, Hukum, Rukun, Syarat, Jenis, Ketentuan Pembiayaan",
https://www.kajianpustaka.com/2020/10/musyarakah. html?m=1, (diakses pada 05 Oktober 2020)
termasuk jenis musyarakah atau bukan. Beberapa ulama menganggap al-
mudharabah termasuk kategori musyarakah karena memenuhi rukun dan syarat
sebuah akad (kontrak) musyarakah. Adapun ulama lain menganggap al-
mudharabah tidak termasuk sebagai musyarakah.
a. Syirkah al-'inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih, dimana setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja, dan kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana
yang disepakati dalam kontrak. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik
dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai
dengan kesepakatan mereka.
b. Syirkah al-mufawwadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau
lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja, dan setiap pihak membagi keuntungan dan
kerugian secara sama. Dalam jenis syirkah ini syarat utamanya adalah
kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi
oleh masing-masing pihak.
c. Syirkah al-a'mal atau syirkah abdan adalah kontrak kerja sama dua orang
seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan
dari pekerjaan itu.
d. Syirkah al-wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis, dimana mereka membeli
barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara
tunai, dan mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan
jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. Jenis syirkah ini
tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada
jaminan tersebut, sehingga syirkah ini biasa disebut dengan musyarakah
piutang.9
9
http://www.scribd.com/doc/57195578/Musyarakah-Dan-Mudharabah-Serta-Implement-as-in-Ya-Dalam-Perbankan-
Islam,
1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan
kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal
berikut :
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan,
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses
bisnis normal.
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola
aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan
aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa
melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan
dana untuk kepentingannya sendiri. mitra melaksanakan kerja sebagai
wakil.
a. Pembiayaan Proyek
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis serta
dapat memberi dorongan atau motivasi agar lebih memahami dan menerapkan
perintah Allah SWT. Penulis sadar akan ketidaksempurnaan pada makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif agar bersifat
membangun untuk menyempurnakan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/57195578/Musyarakah-Dan-Mudharabah-Serta-
Implement-as-in-Ya-Dalam-Perbankan-Islam, (diakses pada 02 Maret 2013)
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), hlm. 95
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid IV, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006),
penerjemah: Nor Hasanuddin, hlm. 218