Anda di halaman 1dari 13

KOPERASI SYARIAH

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ekonomi Koperasi
Dosen : Fadilla Ulfah, S.Pd, M.Pd.E

OLEH :

1. MARYULIANTI 21201920

2. TITAH HILA SAFITRI 21201838

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) NASIONAL
PADANG PARIAMAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pauh Kambar, 14 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..


ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………


1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………...
1
C. Tujuan ……………………………………………………………….
1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Koperasi Syariah…………………………………………


2
B. Macam-Macam Usaha Koperasi Syariah …………………………...
2
C. Akad-Akad Koperasi Syariah………………………………………..
4
D. Dewan Penasehat Syariah……………………………………………
6
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………….
9
B. Saran ………………………………………………………………...
9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Praktek riba sudah dilakukan sejak zaman dahulu.Maka Allah mengutus para
nabi,salah satu tugasnya untuk memerangi riba.Bahkan Knight of Templar yang
lari dari perang salib II,menurut Harun Yahya seorang intelektual muslim,adalah
orang-orang yang memperkenalkan konsep perbankan dengan pinjaman yang
berbunga.Dalam bermuamalah islam menerapkan kriteria yang ketat,agar
transaksi halal dan saling menguntungkan,tak ada yang teraniaya,atau
maksiat.Jujur dan amanah harus pula menjdi pondasi.Maka bila tawaran dari
bermuamalah dengan hukum islam lebih menggiurkan,mengapa kita masih
tertarik dengan konsep jahiliyah?

Rumusan Masalah

1. Pengertian Koperasi Syariah


2. Macam-Macam usaha Koperasi Syariah
3. Akad-Akad Koperasi Syariah
4. Dewan Penasehat Syariah
Tujuan

1. Agar kita mengetahui apa itu koperasi syariah


2. Agar kita mengetahui macam-macam usaha Koperasi Syariah
3. Agar kita mengetahui Akad-akad Koperasi Syariah
4. Agar kita mengetahui Dewan Penasehat Syariah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Koperasi Syariah

Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip
kegiatan,tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-
quran dan Assunah. Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha
koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsi-prinsip syariah.apabila
koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam,maka seluruh produk dan
operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.Berdasarkan hal tersebut,maka koperasi
syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya
terdapat unsur-unsur riba,maysir,dan gharar.Disamping itu,koperasi syariah juga
tidak diperkenankan melakukan transaksi-transaksi derivatif sebagaimana
lembaga keuangan syariah lainnya.

B. Macam-Macam usaha Koperasi Syariah


Berikut penjelasan tentang 3 jenis kegiatan usaha koperasi syariah beserta
produknya.

1.Penghimpunan Dana

Kegiatan usaha ini berupa jasa simpanan atau tabungan yang terikat dan
tidak terikat atas jangka waktu serta syarat tertentu dalam penyertaan maupun
penarikannya. Sama dengan yang berlaku di koperasi konvensional, produk jasa
ini di koperasi syariah juga ada 3 macam.
-Simpanan Pokok
Simpanan ini merupakan modal awal anggota yang disetorkan secara setara dan
tidak dibedakan antar anggota. Akad Syariah simpanan pokok tersebut adalah
Musyarakah. Akad musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua pihak
atau lebih pemilik dana untuk menjalankan usaha tertentu, serta pembagian hasil

2
usaha dari para pihak berdasarkan pembagian hasil dan kerugian yang disepakati
sesuai porsi penanaman modal.
-Simpanan Wajib
Simpanan ini merupakan modal koperasi seperti Simpanan Pokok yang disetor
secara berlanjut tiap bulannya sampai seseorang dinyatakan keluar dari
keanggotaan koperasi syariah.
-Simpanan Sukarela
Simpanan ini merupakan investasi dari anggota atau calon anggota yang memiliki
kelebihan dana. Simpanan ini bisa bersifat Akad Titipan (Wadi’ah) yang berarti
koperasi dapat mengembalikannya jika si penitip ingin mengambilnya. Bisa juga
bersifat investasi untuk kepentingan usaha dengan mekanisme bagi hasil
(Mudharabah).
2. Penyaluran Dana (Pembiayaan)
Sebagaimana berlaku di koperasi konvensional, dana yang dikumpulkan oleh
koperasi syariah bisa disalurkan kepada para anggota untuk keperluan pembiayaan
bersifat komersial ataupun sosial. Produk pembiayaan koperasi syariah
berdasarkan unit Sektor Riil maupun Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah:
-Transaksi pembiayaan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.
-Transaksi pembiayaan untuk mendapat jasa dilakukan dengan prinsip sewa.
-Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapat
barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
3. Pelayanan Jasa
Untuk kegiatan usaha berupa pelayanan jasa, koperasi syariah di Indonesia
umumnya mempunyai produk yang bisa dibedakan berdasarkan 4 jenis, yakni
sebagai berikut:
-Alih Utang-Piutang (Al-Hiwalah)
Al-Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang-piutang yang dalam praktinya
koperasi mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan utang-piutang tersebut. -
Gadai (Rahn) Dalam gadai di koperasi syariah, anggota memberikan jaminan
pembayaran kembali atas pinjaman atau pembiayaan. Pinjaman rahn
membolehkan penggadaian barang sebagai jaminan utang.

3
-Pinjaman Al-Qardh
Pinjaman ini digunakan untuk membantu keuangan anggota secara cepat dan
berjangka pendek.
-Penyerahan/Pelimpahan Kekuasaan (Wakalah)
Wakalah merupakan pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain
dalam hal yang diwakilkan. Hal ini juga berarti perlindungan, pencukupan, dan
tanggungan. Jasa ini bisa berupa pengurusan suatu hal yang diperlukan anggota
yang kemudian diwakilkan pada koperasi syariah.

C. Akad-Akad Koperasi Syariah


Berdasarkan PERMENKOP Nomor 11 Tahun 2017, ketentuan produk
simpanan pada Koperasi Syariah sebagai berikut :

1. Penerbitan produk Simpanan Koperasi merupakan wewenang Pengurus setelah


mendapat pertimbangan Dewan Pengawas Syariah
2. Simpanan diberikan imbalan berupa bagi hasil dan imbal jasa atau bonus yang
besarnya ditentukan oleh rapat anggota
3. Perhitungan bagi hasil untuk simpanan yang menggunakan akad Mudharabah
berasal dari pendapatan operasional utama KSPPS atau USPPS Koperasi
4. Perhitungan imbal jasa atau bonus yang bersifat sukarela untuk Simpanan yang
menggunakan akad wadiah didasarkan kepada kebijakan operasional KSPPS
atau USPPS Koperasi
5. KSPPS dan USPPS Koperasi wajib menjamin keamanan Simpanan dan
Tabungan Anggota, Calon Anggota, Koperasi lain dan/atau Anggotanya.

Sedangkan berdasarkan jenis akad, akad yang digunakan pada produk simpanan
koperasi syariah dapat menggunakan dua akad yaitu akad wadi'ah dan akad
mudharabah.
Akad wadi'ah
adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau
uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.

4
Ketentuan Umum Simpanan berdasarkan akad Wadi’ah menurut Fatwa DSN-
MUI No. 2 tentang Tabungan :

1. Bersifat simpanan.
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasar-kan kesepakatan.
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya)
yang bersifat sukarela dari pihak koperasi

Akad Mudharabah
adalah akad atau sistem kerjasama dimana seseorang menyerahkan hartanya
kepada pihak lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang
diperoleh (dari hasil pengelolaan tersebut) dibagi antara kedua pihak sesuai
dengan nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian ditanggung oleh shahib al
mal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib.
Ketentuan umum Simpanan berdasarkan akad Mudharabah menurut fatwa DSN-
MUI Nomor 2 :

1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana,
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan
mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.

5
D. Dewan Penasehat Syariah
Dewan Pengawas Syariah adalah badan yang bertugas memberi nasihat dan
saran kepada pimpinan serta memonitor aktivitas dari Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) tersebut agar sesuai dengan Prinsip Syariah.Bank syariah maupun bank
konvensional yang memasarkan produk, layanan/jasa maupun unit usaha dalam
bentuk syariah, wajib hukumnya untuk membentuk Badan Pengawas Syariah.Jika
dilihat dari segi hukumnya, lembaga DPS ini ditunjuk langsung melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan adanya rekomendasi dari MUI (Majelis
Ulama Indonesia).Dalam rapat tersebut akan terpilih anggota-anggota yang
direkomendasi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) setelah melalui berbagai
proses. Anggota inilah yang nantinya akan bertanggung jawab menjamin semua
produk, sistem manajemen, pengelolaan dana dan kebijakan dari Lembaga
Keuangan Syariah agar mampu bekerja sesuai dengan prinsip syariah Islam.

Tugas dan Fungsi DPS

Suatu badan dalam perusahaan pastinya mempunyai tugas dan fungsi tertentu
untuk memastikan kegiatan operasional berjalan dengan semestinya. Begitu pula
dengan DPS, badan ini harus menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang.

Tugas Dewan Pengawas Syariah

Secara garis besar tugas Dewan Pengawas Syariah adalah mengevaluasi dan
memastikan pemenuhan prinsip syariah berdasarkan pedoman operasional dan
produk yang dibuat oleh lembaga keuangan syariah.Selain itu, tugas Dewan
Pengawas Syariah selanjutnya adalah melakukan pengecekan secara berkala
mengenai pemenuhan prinsip syariah tentang proses pengumpulan dana,
penyaluran dana serta pelayanan jasa suatu perusahaan.Berdasarkan fatwa DSN-
MUI No. 2 Tahun 2000, wewenang dan tanggung jawab dari DPS adalah sebagai
berikut:

6
1. Menyampaikan saran dan nasihat kepada pimpinan usaha syariah dan pimpinan
kantor cabang LKS tentang hal-hal yang berhubungan dengan aspek syariah.
2. Mengawasi secara aktif atau pasif dalam implementasi fatwa DSN-MUI serta
mengendalikan produk, jasa layanan, penjualan dan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
3. Sebagai penghubung antara perusahaan syariah dengan DSN dalam
memberikan usul serta saran dalam mengembangkan produk dan jasa di
lembaga keuangan syariah yang membutuhkan tinjauan dan masukan dari
DSN.
4. Menyusun persoalan yang membutuhkan legalisasi dari DSN.
5. Mengabarkan kegiatan usaha dan progres dari Lembaga Keuangan Syariah
kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sekurang-kurangnya satu tahun sekali
dan ke Dewan Syariah Nasional sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun.

Fungsi Dewan Pengawas Syariah

Pada dasarnya, fungsi Dewan Pengawas Syariah yang utama yaitu menjamin
segala kebijakan tentang produk syariah di suatu perusahaan berjalan sesuai
dengan prinsip syariah. Fungsi lainnya adalah melaksanakan pengembangan
produk atau jasa yang akan dilaporkan kepada DSN untuk mengantongi fatwa
DSN.Kendati demikian, lembaga keuangan syariah juga memiliki fungsi untuk
mengawasi audit internal perusahaan. Audit internal ini berfokus untuk
mendukung manajemen perusahaan dalam melaksanakan tugasnya dengan
memberikan ulasan, penilaian, dan masukan perihal kegiatan yang
diawasinya.Selain mengawasi audit internal perusahaan, DPS juga memiliki
fungsi terkait dengan pengawasan audit eksternal. Kegiatan ini dijalankan oleh
eksternal auditor yang berkompeten dalam bidang syariah untuk memberikan
pertimbangan mengenai hal yang berkaitan dengan laporan keuangan yang sudah
dibuat oleh manajemen perusahaan.Itulah pembahasan mengenai Dewan
Pengawas Syariah. Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa setiap
produk syariah perbankan harus diawasi oleh DPS agar sesuai dengan prinsip
syariah. Sama halnya seperti layanan KPR Syariah iB MMQ dari bank OCBC

7
NISP yang juga telah mendapat pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya.

8
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Koperasi syariah dijalankan berpedoman pada hukum-hukum


syariah,sehingga menjamin kemaslahatan dalam kegiatannya. Koperasi syariah
harus dijalankan oleh oranng orang yang mengerti ekonomi syariah dan dapat
menyampaikan ilmu-ilmunya kepada masyarakat sebagai anggota koperasi,
sehingga masyarakat mengerti keunggulan bertransaksi di koperaasi syariah, dan
memilih koperasi syariah dari pada di lembaga ekonomi yang bersistim kapitalis
untuk melakukan kegiatan ekonomi. Ketika koperasi dijalankan sesuai jati dirinya
ia akan tumbuh dan mencapai tujuannya, seperti jika kita analogikan ketika kita
ingin memasak makanan yang kita sukai, kita perlu bumbu dan cara khusus untuk
mendapatkan hasil yang sesuai selera, sesuai dengan apa yang kita inginkan,
begitu pun koperasi.

Saran

Diharapkan masyarakat indonesia pada umumnya dan umat muslim


khususnya bisa lebih bijak mengambil pilihan dalam bergabung atau ikut serta di
keanggotaan koperasi. Karena Allah SWT telah mengatur tata cara berniaga yang
sesuai dengan Al-quran dan Assunah sejak sebelum cara ini digunakan.

Oleh karena itu,mari kita gunakan sistem syariah yang lebih halal serta tidak ada
penzaliman antar kedua belah pihak,dan dengan tegas kita katakan untuk tidak
menggunakan sistem kapitalis yang telah menghancurkan dunia keuangan,baik
lembaga uang non bank,atau perbankan itu sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

 http://ajoagung.blogspot.co.id/2012/11/ini-contoh-makalah-koperasi-
syariah.html
 http://www.teksdrama.com/2013/04/contoh-daftar-isi-makalah-lengkap.html
 https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/09/16/dewan-pengawas-syariah

10

Anda mungkin juga menyukai