Anda di halaman 1dari 14

LEMBAGA KEUANGAN BANK SYARIAH

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Keuangan Syariah Semester 4 Tahun Ajaran 2023

Disusun Oleh Kelompok 3:

Rizal Zulhisyam 90500121014


Nuristiqomah 90500121047
Muh Ikhwan Salsabila Ahmad 90500121050
Nurizmi Merdekawati 90500121079
Irma 90500121083

Dosen Pengampu:

Asyraf Mustamin., S.P.d., M.E

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERISTAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt, karena atas petunjuk, taufik, cahaya ilmu dan
rahmat-Nya sehingga makalah yang disusun dengan mengambil judul “Lembaga
Keuangan Bank Syariah”, dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Lembaga Keuangan Bank Syariah
pada Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis IslamUniversitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan kepada seluruh umat Islam.

Selesainya makalah ini tidak lain atas dukungan dari Dosen Pengampu Mata
Kuliah Lembaga Keuangan Bank Syariah Bapak Asyraf Mustamin., S.P.d., M.E Kami
berharap bahwa makalah ini dapat membantu menambah wawasan para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu, kami mohon maaf dan mengucapkan terima kasih apabila para
pembaca memberikan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Gowa, 29 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Menjalankan Bisnis dan Aktivitas Perdagangan yang Berbasis pada
Perolehan Keuntungan yang Sah Menurut Syariah ............................................... 3
B. Prinsip Dasar Akuntansi Bank Syariah .......................................................... 4
C. Pasar Uang Antar Bank (PUAS) .................................................................... 6
D. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia .......................... 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank syariah bukan sekadar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki
orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental ter- dapat beberapa
karaktaristik bank syariah: 1). Penghapusan riba, 2). Pelayanan kepada
kepentingan publik dan merealisasikan sasa- ran sosio-ekonomi Islam, 3). Bank
Syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial dan
bank investasi, 4). Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-
hati terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan
modal, karena bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing
dalam konsinyasi, ventura, bisnis, atau industry. Bagi hasil cenderung
mempererat hubungan antara bank sya- riah dan pengusaha, 6). Kerangka yang
dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan likuiditasnya dengan
memanfaatkan instrumen pasar uang antarbank syariah dan instrumen bank
sentral berbasis syariah.
Oleh karena itu, maka secara struktural dan sistem pengawasannya
berbeda dari bank konvensional. Pengawasan perbankan Islam mencakup dua
hal, yaitu pertama pengawasan dari aspek keuangan, kepatuhan pada perbankan
secara umum, dan prinsip kehati-hatian bank. Kedua pengawasan prinsip
syariah dalam kegiatan operasional bank.1 Secara struktural kepengurusan
bank syariah terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi dan wajib memiliki
Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi kegiatan bank syariah.

1
Wirdyaningsih, dkk; Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005), hlm. 61.

1
B. Rumusan Masalah

1. Menjalankan Bisnis dan Aktivitas Perdagangan yang Berbasis pada


Perolehan Keuntungan yang Sah Menurut Syariah
2. Prinsip Dasar Akuntansi Bank Syariah
3. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
4. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Menjalankan Bisnis dan Aktivitas Perdagangan yang


Berbasis pada Perolehan Keuntungan yang Sah Menurut Syariah
2. Untuk Mengetahui Prinsip Dasar Akuntansi Bank Syariah
3. Untuk Mengetahui Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
4. Untuk Mengetahui Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di
Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menjalankan Bisnis dan Aktivitas Perdagangan yang Berbasis pada


Perolehan Keuntungan yang Sah Menurut Syariah

Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah
Akad merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban
masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah Akad dinyatakan sah
apabila terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun akad ada tiga, yaitu adanya
pernyataan untuk mengikatkan diri, pihak-pihak yang berakad, dan objek akad.
Akad menjadi tidak sah apabila ta'alluq dan terjadi suatu perjanjian di mana
pelaku, objek, dan periodenya sama.

Jenis akad ada dua, yaitu akad tabarru' dan akad tijari. Akad tabarru'
merupakan perjanjian/kontrak yang tidak mencari keuntungan materiil hanya
bersifat kebajikan murni seperti qard al-ha- san, infaq, wakaf, dan infaq.
Sedangkan akad tijari merupakan perjanjian/kontrak yang bertujuan mencari
keuntungan usaha seperti akad yang mengacu pada konsep jual beli yaitu akad
murabahah, salam, istisna'; akad yang mengacu pada konsep bagi hasil, yaitu
mudharabah, musyarakah; akad yang mengacu pada konsep sewa, yaitu ijarah
dan ijarah muntahiyah bittamlik; dan akad yang mengacu pada konsep titipan
yaitu wadi'ah yad ad-dhamanah dan wadi'ah yad al-amanah Semua transaksi
ekonomi yang menghendaki keuntungan, wajib diikuti oleh adanya 'iwadh
berupa risiko, kerja dan usaha serta tanggung jawab. Apabila tidak ada 'iwadh
maka transaksi tersebut dikategorikan riba.2

2
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam; Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali
Pers, 2003), Cetakan 1, hlm. 101. M. Nadratuzzaman Hosen dan AM. Hasan Ali, Kamus Populer

3
Dengan adanya pemahaman yang kuat terhadap bentuk-bentuk akad
(kontrak) akan memberi jalan bagi pada akademisi dan praktisi untuk
membentuk instrumen-intrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam.
Dengan demikian, akan terbuka peluang melakukan penawaran, perbaikan
bahkan inovasi terhadap instrumen-instrumen keuangan yang ada.

B. Prinsip Dasar Akuntansi Bank Syariah

Dengan prinsip operasi yang berbeda dengan bank konvensional


memberikan implikasi perbedaan pada prinsip akuntansi baik dar segi
penyajian maupun pelaporannya. Dalam rangka memberikan landasan bagi
pernyataan standar akuntansi keuangan mengenai akuntansi perbankan syariah,
pada tahun 2002 disusun kerangka dasar dan penyajian laporan keuangan bank
syariah di Indonesia dalam bentuk PSAK No. 59 dan pada tahun 2003 disusun
pula Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI).3

Bank syariah dapat menjalankan kegiatan usaha untuk mempe roleh


imbalan atas jasa perbankan lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila memenuhi
syarat-syaratnya, antara lain tidak mengandung unsur MAGHRIB, transaksi
tidak mengandung unsur kezaliman, dan tidak membayarkan pihak sendiri atau
pihak lain.

Keuangan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) Publishing,
Versi e-book edisi Agustus 2008), hlm. 15
3
Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syaria Berdasar PSAK dan
PAPSI, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2005), hlm. 56 63. Iwan Triyuwono, Perspektif,
Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafibdo Persada,2006).

4
Sesuai dengan karaktaristiknya, maka laporan akuntansi bank Islam
meliputi:

1. Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan bank syariah sebagai


investor beserta hak dan kewajibannya yang dilaporkan ke dalam bentuk,
antara lain:
a. Laporan posisi keuangan/neraca
b. Laporan laba-rugi
c. Laporan arus kas
d. Laporan perubahan modal (ekuitas)
2. Laporan keuangan yang mencerminkan perubahan dalam in- vestasi terikat
yang dikelola bank syariah untuk kemanfaatan pihak-pihak lain
berdasarkan akad mudharabah atau agen inves tasi yang dilaporkan dalam
laporan perubahan dana investasi terikat.
3. Laporan keuangan yang mencerminkan peran bank syariah sebagai
pemegang amanah dan kegiatan sosial yang cara terpisah dan dilaporkan ke
dalam bentuk: dikelola secara
a. Laporan sumber dan penggunaan zakat, infak, dan sedekah
b. Laporan sumber dan penggunaan dana qard/qardul hasan

Beberapa hal yang menonjol dalam akuntansi bank Islam adalah:

1. Giro dan tabungan wadiah dicatat/disajikan sebagai utang dalam neraca.


2. Rekening investasi mudharabah bebas/deposito dicatat/disaji- kan
sebagai rekening tersendiri antara utang dan modal (bukan utang).
3. Rekening investasi tidak bebas dicatat terpisah sebagai off bal- ance
sheet account dalam bentuk laporan perubahan posisi investasi tidak
bebas.
4. Piutang murabahah dicatat sebesar sisa harga jual yang belum tertagih
dikurangi dengan margin yang belum diterima

5
5. Investasi mudharabah dan musyarakah disajikan sebesar sisa nilai
modal yang disertakan atau diinvestasikan
6. Aset yang disewakan dicatat sebesar harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan.
7. Pendapatan pada umumnya diakui secara cash basis sedangkan beban
tetap secara accrual basis.
8. Bagi hasil antara mudharib dan sahibul mal dilakukan atas profit loss
sharing atau revenue sharing, sedangkan pendapatan bank yang berasal
dari investasi dana sendiri atau dari dana yang bukan berasal dari
rekening investasi sepenuhnya menjadi pendapatan bank, disamping itu
pendapatan jasa bank sepenuhnya menjadi pendapatan bank yang tidak
dibagi hasilkan.

C. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

Dalam rangka meningkatkan likuiditas dan efisiensi penyelenggaraan


pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah (PUAS) diperlukan
pengembangan instrument PUAS dengan akad lain mudharabah. Dengan
demikian instrumen PUAS yang digunakan dalam pengelolaan likuiditas
perbankan syariah menjadi lebih beragam. Selanjutnya, mengingat pelaku pasar
lebih memahami instrumen PUAS yang sesuai dengan kebutuhannya, maka
diperlukan peran aktif pelaku pasar dalam mengembangkan instrumen PUAS
tersebut. Dalam rangka pengembangan instrumen PUAS dimaksud Bank
Indonesia perlu mengatur dan menetapkan instrumen PUAS yang dapat
digunakan. Sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu untuk
menyempurnakan ketentuan tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Syariah yang ada saat ini. Penyempurnaan ketentuan PUAS adalah
dalam rangka pengembangan pasar keuangan syariah di Indonesia.

6
Latar belakang penyempurnaan ketentuan tentang PUAS antara lain
disebabkan:

a) Perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang semakin


meningkat.
b) Adanya kebutuhan penggunaan akad selain mudharabah dalam
berbagai portofolio pengelolaan dana oleh perbankan syariah.
c) Adanya kebutuhan atas instrumen PUAS selain sertifikat IMA.
d) Adanya kebutuhan atas instrumen PUAS dalam valuta asing.

Pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah yang selanjutnya


disebut PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antarbank
berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing. Instrumen
PUAS adalah instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan
oleh Bank Syariah atau UUS yang digunakan sebagai sarana transaksi di
PUAS.4 Menurut Fatwa NO. 37/DSN-MUI/X/2002 tentang Pasar Uang
Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah peserta pasar uang syariah terdirI dari
bank syariah sebagai pemilik atau penerima dana dan bank konvensional hanya
sebagai pemilik dana.

Pada dasarnya, PUAS dimaksudkan sebagai sarana investasi antarbank


syariah sehingga bank syariah tidak diperkenankan menanamkan dana pada
bank konvensional untuk menghindari pemanfaatan dana yang akan
menghasilkan bunga. Peserta PUAS adalah bank syariah dan bank
konvensional. Bank syariah dapat melakukan penanaman dana dan/atau
pengelolaan dana sedangkan bank konvensional hanya dapat menanamkan
dananya.

4
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Syariah.

7
Untuk mendukung kelancaran lalu lintas pembayaran antar bank serta
pelaksanaan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS), transaksi pembayaran
dilakukan melalui mekanisme kliring dengan membebankan rekening giro pada
BI. Bila dalam pelaksanaan kliring saldo bank menjadi kurang dari GWM.5
Maka bank atau kantor cabangnya dikenakan sanksi kewajiban membayar.
Apabila saldo menjadi negatif maka bank yang bersangkutan termasuk
cabangnya akan dikenakan sanksi penghentian peserta kliring ditam- bah
dengan sanksi kewajiban membayar

D. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Bank Indonesia dalam mengembangkan bank syariah menganut strategi


market driven, fair treatment dan memberlakukan tahapan yang
berkesinambungan (gradual and sustainable approach) yang sesuai dengan
prinsip syariah (comply to Sharia principles). Tahapan-tahapan itu dimulai dari
tahap pertama meletakkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan industri
perbankan syariah (2002-2004). Tahap berikutnya memasuki fase untuk
memperkuat struktur in- dustri perbankan syariah (2005-2009). Tahap ketiga
perbankan. syariah diarahkan untuk dapat memenuhi standar keuangan dan
mutu pelayanan internasional (2010-2012). Pada tahap keempat dibentuknya
integrasi lembaga keuangan syariah (2013-2015). Pada tahun 2015 diharapkan
perbankan syariah di Indonesia telah memiliki pangsa pasar yang signifikan
yang ikut ambil bagian da-lam mengembangkan perekonomian nasional yang
menyejahterakan masyarakat

Sebagai langkah konkret upaya pengembangan perbankan syriah di


Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif

5
Giro Wajib Minimum, yaitu saldo minimum yang harus dipelihara bank pada rekening
gironya di BI serta ketentuan tersedianya minimum cash.

8
pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi
2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan
citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal,
pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam,
peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan
perbankan syariah lebih dari sekadar bank.

Hanya saja, pengembangan perbankan syariah di Indonesia masih saja


menghadapi berbagai problem. Dalam upaya mendorong pertumbuhan industri
perbankan syariah yang masih berada dalam tahap awal pengembangan,
beberapa hal penting yang perlu men- dapatkan perhatian antara lain:

1. Kerangka dan perangkat pengaturan perbankan syariah belum lengkap


2. Cakupan pasar masih terbatas;
3. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai produk dan jasa
perbankan syariah;
4. Institusi pendukung yang belum lengkap dan efektif;
5. Efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal;
6. Porsi skim pembiayaan bagi hasil dalam transaksi bank syariah masih perlu
ditingkatkan;
7. Kemampuan untuk memenuhi standar keuangan syariah internasional.6

6
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2002-2011.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah
Akad merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban
masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah Akad dinyatakan sah
apabila terpenuhi rukun dan syaratnya.
Dengan prinsip operasi yang berbeda dengan bank konvensional
memberikan implikasi perbedaan pada prinsip akuntansi baik dar segi
penyajian maupun pelaporannya.
B. Saran
Sebagai penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
termasuk jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wirdyaningsih, dkk; Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005).

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam; Fiqh Muamalah, Jakarta:
Rajawali Pers, 2003), Cetakan 1, hlm. 101. M. Nadratuzzaman Hosen dan AM.
Hasan Ali, Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Pusat
Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) Publishing, Versi e-book edisi Agustus
2008).

Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syaria Berdasar PSAK
dan PAPSI, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2005), hlm. 56 63. Iwan
Triyuwono, Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta: PT
Raja Grafibdo Persada, 2006).

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank


Berdasarkan Prinsip Syariah.

Giro Wajib Minimum, yaitu saldo minimum yang harus dipelihara bank pada rekening
gironya di BI serta ketentuan tersedianya minimum cash.

Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2002-2011.

11

Anda mungkin juga menyukai