Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Keuangan Syariah Semester 4 Tahun Ajaran 2023
Dosen Pengampu:
Puji syukur ke hadirat Allah swt, karena atas petunjuk, taufik, cahaya ilmu dan
rahmat-Nya sehingga makalah yang disusun dengan mengambil judul “Lembaga
Keuangan Bank Syariah”, dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Lembaga Keuangan Bank Syariah
pada Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis IslamUniversitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada
Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan kepada seluruh umat Islam.
Selesainya makalah ini tidak lain atas dukungan dari Dosen Pengampu Mata
Kuliah Lembaga Keuangan Bank Syariah Bapak Asyraf Mustamin., S.P.d., M.E Kami
berharap bahwa makalah ini dapat membantu menambah wawasan para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu, kami mohon maaf dan mengucapkan terima kasih apabila para
pembaca memberikan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank syariah bukan sekadar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki
orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental ter- dapat beberapa
karaktaristik bank syariah: 1). Penghapusan riba, 2). Pelayanan kepada
kepentingan publik dan merealisasikan sasa- ran sosio-ekonomi Islam, 3). Bank
Syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial dan
bank investasi, 4). Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-
hati terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan
modal, karena bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing
dalam konsinyasi, ventura, bisnis, atau industry. Bagi hasil cenderung
mempererat hubungan antara bank sya- riah dan pengusaha, 6). Kerangka yang
dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan likuiditasnya dengan
memanfaatkan instrumen pasar uang antarbank syariah dan instrumen bank
sentral berbasis syariah.
Oleh karena itu, maka secara struktural dan sistem pengawasannya
berbeda dari bank konvensional. Pengawasan perbankan Islam mencakup dua
hal, yaitu pertama pengawasan dari aspek keuangan, kepatuhan pada perbankan
secara umum, dan prinsip kehati-hatian bank. Kedua pengawasan prinsip
syariah dalam kegiatan operasional bank.1 Secara struktural kepengurusan
bank syariah terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi dan wajib memiliki
Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi kegiatan bank syariah.
1
Wirdyaningsih, dkk; Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005), hlm. 61.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah
Akad merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban
masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah Akad dinyatakan sah
apabila terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun akad ada tiga, yaitu adanya
pernyataan untuk mengikatkan diri, pihak-pihak yang berakad, dan objek akad.
Akad menjadi tidak sah apabila ta'alluq dan terjadi suatu perjanjian di mana
pelaku, objek, dan periodenya sama.
Jenis akad ada dua, yaitu akad tabarru' dan akad tijari. Akad tabarru'
merupakan perjanjian/kontrak yang tidak mencari keuntungan materiil hanya
bersifat kebajikan murni seperti qard al-ha- san, infaq, wakaf, dan infaq.
Sedangkan akad tijari merupakan perjanjian/kontrak yang bertujuan mencari
keuntungan usaha seperti akad yang mengacu pada konsep jual beli yaitu akad
murabahah, salam, istisna'; akad yang mengacu pada konsep bagi hasil, yaitu
mudharabah, musyarakah; akad yang mengacu pada konsep sewa, yaitu ijarah
dan ijarah muntahiyah bittamlik; dan akad yang mengacu pada konsep titipan
yaitu wadi'ah yad ad-dhamanah dan wadi'ah yad al-amanah Semua transaksi
ekonomi yang menghendaki keuntungan, wajib diikuti oleh adanya 'iwadh
berupa risiko, kerja dan usaha serta tanggung jawab. Apabila tidak ada 'iwadh
maka transaksi tersebut dikategorikan riba.2
2
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam; Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali
Pers, 2003), Cetakan 1, hlm. 101. M. Nadratuzzaman Hosen dan AM. Hasan Ali, Kamus Populer
3
Dengan adanya pemahaman yang kuat terhadap bentuk-bentuk akad
(kontrak) akan memberi jalan bagi pada akademisi dan praktisi untuk
membentuk instrumen-intrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam.
Dengan demikian, akan terbuka peluang melakukan penawaran, perbaikan
bahkan inovasi terhadap instrumen-instrumen keuangan yang ada.
Keuangan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) Publishing,
Versi e-book edisi Agustus 2008), hlm. 15
3
Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syaria Berdasar PSAK dan
PAPSI, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2005), hlm. 56 63. Iwan Triyuwono, Perspektif,
Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafibdo Persada,2006).
4
Sesuai dengan karaktaristiknya, maka laporan akuntansi bank Islam
meliputi:
5
5. Investasi mudharabah dan musyarakah disajikan sebesar sisa nilai
modal yang disertakan atau diinvestasikan
6. Aset yang disewakan dicatat sebesar harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan.
7. Pendapatan pada umumnya diakui secara cash basis sedangkan beban
tetap secara accrual basis.
8. Bagi hasil antara mudharib dan sahibul mal dilakukan atas profit loss
sharing atau revenue sharing, sedangkan pendapatan bank yang berasal
dari investasi dana sendiri atau dari dana yang bukan berasal dari
rekening investasi sepenuhnya menjadi pendapatan bank, disamping itu
pendapatan jasa bank sepenuhnya menjadi pendapatan bank yang tidak
dibagi hasilkan.
6
Latar belakang penyempurnaan ketentuan tentang PUAS antara lain
disebabkan:
4
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Syariah.
7
Untuk mendukung kelancaran lalu lintas pembayaran antar bank serta
pelaksanaan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS), transaksi pembayaran
dilakukan melalui mekanisme kliring dengan membebankan rekening giro pada
BI. Bila dalam pelaksanaan kliring saldo bank menjadi kurang dari GWM.5
Maka bank atau kantor cabangnya dikenakan sanksi kewajiban membayar.
Apabila saldo menjadi negatif maka bank yang bersangkutan termasuk
cabangnya akan dikenakan sanksi penghentian peserta kliring ditam- bah
dengan sanksi kewajiban membayar
5
Giro Wajib Minimum, yaitu saldo minimum yang harus dipelihara bank pada rekening
gironya di BI serta ketentuan tersedianya minimum cash.
8
pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi
2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan
citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal,
pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam,
peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan
perbankan syariah lebih dari sekadar bank.
6
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2002-2011.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah
Akad merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban
masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah Akad dinyatakan sah
apabila terpenuhi rukun dan syaratnya.
Dengan prinsip operasi yang berbeda dengan bank konvensional
memberikan implikasi perbedaan pada prinsip akuntansi baik dar segi
penyajian maupun pelaporannya.
B. Saran
Sebagai penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
termasuk jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
Wirdyaningsih, dkk; Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005).
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam; Fiqh Muamalah, Jakarta:
Rajawali Pers, 2003), Cetakan 1, hlm. 101. M. Nadratuzzaman Hosen dan AM.
Hasan Ali, Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Pusat
Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) Publishing, Versi e-book edisi Agustus
2008).
Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syaria Berdasar PSAK
dan PAPSI, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2005), hlm. 56 63. Iwan
Triyuwono, Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah, (Jakarta: PT
Raja Grafibdo Persada, 2006).
Giro Wajib Minimum, yaitu saldo minimum yang harus dipelihara bank pada rekening
gironya di BI serta ketentuan tersedianya minimum cash.
11