Anda di halaman 1dari 30

BANK SYARIAH

MAKALAH

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah Yang Diampu Oleh

Dosen Pengampu : Ibu Lely Shofa Imama, M. S. I

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Marli Haryandi (21383021092)

M. Ainor Ridha (21383021091)

Lia Sirotul Mawaddah (21383022088)

Nasywa Putri Nurifani Rahman (21383022106)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.


yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul BANK SYARIAH ini
tepat waktu. Adapun Tujuan dari kepenulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah yang
di ampu oleh Ibu Lely Shofa Imama, M. S. I.

Kelompok kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu


Lely Shofa Imama, M. S. I selaku dosen Mata Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah yang telah memberikan tugas ini, sehingga kami dapat
menambah wawasan dan mendapatkan ilmu baru. Kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua anggota kelompok dan
juga semua pihak yang membantu kami dalam dan membagikan ilmunya,
sehingga kami dapat menyempurnakan makalah kami.

Kelompok kami menyadari bahwa dari makalah yang telah kami


tulis masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, kelompok kami akan dengan senang hati menerima kritikan dan saran
dari para pembaca, sehingga nantinya makalah ini lebih sempurna lagi
serta bermanfaat bagi kita semua.

Pamekasan, 24 September 2023

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Bank Syariah..........................................................3


B. Sistem Operasional Bank Syariah..................................................10
C. Kesehatan Bank Syariah dan Proses Penyelamatan Bank.............14
D. Contoh Bank Syariah.....................................................................19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................25
B. Saran...............................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank Syariah merupakan salah satu aplikasi dalam ekonomi
syariah dalam mewujudkan nilai dan ajaran Islam yang mana mengatur
dalam bidang perekonomin umat yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek
ajaran Islam komprehensif dan universal.
Prinsip Syariah adalah aturan Hukum Islam antara Bank dengan
Pihak lain untuk penyimpanan dana atau kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan dengan syariah, antara lain Pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), Pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan
Pemindahan Kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh
pihak lain.
Pada permulaan perkembangan perbankan syariah menawarkan
produk-produk perbankan yang bebas bunga yaitu mudharabah dan
musyarakah, dua produk yang diasumsikan berdasarkan pada sistem bagi
hasil, atau yang lebih dikenal sebagai Profit and Loss Sharing (Untung
dan Rugi). Dengan dua produk itu bank tidak beroperasi dengan bunga
bank, tetapi berbagi hasil dengan nasabah.
Kinerja perbankan syariah yang meliputi perkembangan aset,
penghimpunan dana, dan pembiayaan dimana perkembangan kinerja bank
syariah berada pada tahap pertumbuhan yang semakin tinggi (increasing
growth) dan minat masyarakat untuk terus dan mau memakai produk
perbankan syariah. Perbankan Syariah dalam melakukan penyaluran dana
kepada masyarakat dapat melalui prinsip bagi hasil, yang salah satunya
adalah akad pembiayaan musyarakah. Dengan menggunakan prinsip bagi
hasil ini, baik bank syariah maupun nasabah secara bersama-sama

1
menanggung risiko usaha dan membagi hasil usaha berdasarkan metode
bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi
pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak, bank syariah
dan nasabahnya berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Dalam melakukan transaksi investasi ini, nasabah perbankan syariah
dapat difasilitasi melalui akad pembiayaan musyarakah.
Selanjutnya pada makalah ini kita akan emngenal Bank Syariah
dan sistem operasionalnya serta kkesehatan dalam bank syariah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat ditentukan
rumusan masalah sebagai berikut :
A. Bagaimana Ruang Lingkup Bank Syariah?
B. Bagaimana Sistem Operasional Bank Syariah?
C. Apa itu Kesehatan Bank Syariah dan Proses Penyelamatan
Bank?
D. Apa Contoh Bank Syariah?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat ditentukan tujuannya
sebagai berikut :
A. Mahasiswa mampu dan dapat memahami tentang Ruang Lingkup
Bank Syariah
B. Mahasiswa mampu dan dapat memahami tentang Sistem Operasional
Bank Syariah
C. Mahasiswa mampu dan dapat memahami tentang Kesehatan Bank
Syariah dan Proses Penyelamatan Bank
D. Mahasiswa mampu dan dapat memahami tentang Contoh Bank
Syariah

2
BAB II

PENBAHASAN

A. Ruang Lingkup Bank Syariah


1. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang beroperasi di sesuaikan dengan prinsip-
prinsip syariah.1
Bank berasal dari kata bangue (bahasa Perancis) dan dari kata
banco (bahasa Italia) yang berarti peti atau lemari atau bangku. Peti/
lemari dan bangku menjelaskan fungsi dasar dari bank komersial, yaitu
: pertama, menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman
(safe keeping function). Kedua, menyediakan alat pembayaran untuk
membeli barang dan jasa (transaction function).2
Bank syariah adalah bank yang tata cara beroperasianya
didasarkan pada tata cara bermu’amalat secara Islam atau berdasarkan
pada prinsip Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-
Qur’an dan al-Hadis.3 Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank
Islam adalah Bank Syariah. Secara akademik, istilah Islam dan Syariah
memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara teknis

1
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah edisi 2 (Yogyakarta : Ekonisia, 2003)
hal. 27
2
M. Syafi’i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Cet. Ke-4 (Jakarta: Pustaka
Alfabeta, 2006) hal. 2.
3
arkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait BMUI & TAKAFUL
di Indonesia (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996) hal. 5

3
untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai pengertian
yang sama.
2. Jenis-jenis Bank Syariah
Adapun jenis bank syariah ada tiga, meliputi bank umum syariah,
usaha umum syariah, bank perkreditan rakyat syariah.
a. Bank Umum Syariah ( BUS )
Merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya memberi jasa
dalam lalu lintas pembayaran , baik berbentuk sebagai bank devisa
maupun bank non devisa.
b. Unit Usaha Syariah ( UUS )
Adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit
kerja kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri.
c. BPR Syariah
Adalah Bank Syariah yang dalam kegiatan usahanya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bnetuk hokum
BPRS perseroan terbatas, yang hanya boleh dimiliki oleh WNI dan
atau badan hokum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan
antara WNI atau dan badan hokum Indonesia dengan pemerintah
daerah.
3. Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvensional
Pada dasarnya bank konvensional dan bank syariah mempunyai
banyak sekali persamaan, dalam hal ini bisa dilihat dari sudut pandang
secara teknis pengiriman uang atau transfer. penerimaan uang. sistem
komputerisasi yang digunakan serta persyaratan untuk membuka
tabungan bahkan untuk mendapatkan pembiayaan misalnya KTP,
NPWP, formulir nasabah, rekening koran/laporan keuangan dan lain
sebagainya. Namun sebenarnya apabila ditelusuri lebih lanjut masih
banyak perbedaan di antara bank syariah dan bank konvensional.

4
Perbedaannya bisa dilihat dalam struktur organisasi, aset hukum/legal,
komdisi lingkungan pekerjaan dan pembiyaan usaha.
a. Struktur Organisasi
Di Indonesia, Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perbankan/institusi keuangan
syariah yaitu:
1) Dewan Pengawas Syariah berkewajiban mengawasi dan
memberikan rekomendasi jika ada inovasi produk-produk baru
dari bank syariah. Dewan inilah yag melakukan pengkajian
awal sebelum produk yang baru dari bank syariah tersebut
diususkan, diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN).
2) Dewan Pengawas Syariah wajib membuat laporan tentang
perkembangan dan aplikasi sistem keuangan syariah di institusi
keuangan syariah khususnya bank syariah yang berada dalam
pengawasannya, sekurang-kurangnya enam bulan sekali.
Laporan tersebut diberikan kepada Bank Indonesia yang berada
di Ibu kota provinsi dan atau Bank Indonesia di Ibu kota negara
Indonesia-Jakarta.
3) Membuat pernyataan secara berkala pada setiap tahun tentang
bank syariah yang berada dalam pengawasannya bahwa bank
yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.
Dalam laporan tahunan (annual report) institusi syariah, maka
laporan dari Dewan Pengawas Syariah mesti dibuat denga jelas.
4) Memberikan masukan (input) bagi pengembangan dan
kemajuan institusi keuangan syariah.
5) Membuat persetujuan garis panduan operasional produk
perbankan syariah tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah
disusun oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
6) Memberikan sosialisasi perbankan/institusi keuangan syariah
kepada masyarakat.

5
Beragamnya DPS di masing-masing lembaga keuangan syariah
adalah suatu hal yang patut disyukuri, tetapi juga harus tetap berhati
hati. Hal ini berkaitan dengan adanya kemungkinan timbulnya fatwa
yag berbeda dari tiap DPS dan hak itu tidak mustahil akan
membingungkan umat maupun nasabah. Oleh karena itu, MUI
sebagai barometer bagi lembaga dan organisasi keislaman di
Indonesia, berfikir bahwa perlunya satu Dewan Syariah yang
bersifat nasional dan membawahi seluruh lembaga keuangan,
termasuk didalamnya bank-bank syariah. Lembaga ini kelak
kemudian dikenal dengan Dewan Syariah Nasional atau DSN. oleh
sebab itu didirikanlah Dewan Syariah Nasional (DSN) yang
mengetuai semua institusi keuangan syariah di Indonesia. Fungsi
Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah:
1) Dewan Syariah Nasional membuat garis panduan yag dipatuhi
oleh semua Dewan Pengawas Syariah yang ada pada setiap
institusi keuangan syariah untuk mengawasi jalannya sistem
syariah di setiap institusi keuangan syariah tersebut.
2) Mengawasi semua produk-produk semua institusi ekonomi dan
keuangan syariah di Indonesia. Tugas dewan ini lebih luas
daripada Dewan Pengawas Syariah yang ada di setiap bank
syariah atau institusi keuangan syariah di Indonesia.
3) Dewan Syariah Nasional tidak hanya mengawasi perbankan
syariah tetapi juga institusi-institusi keuangan syariah lainnya
seperti asuransi syariah, reksadana syariah, dan modal ventura.
4) Dewan Syariah Nasional juga mengesahkan usulan nama- nama
orang yang akan disahkan menjadi Dewan Pengawas Syariah
yang berada di setiap institusi keuangan syariah. Selain itu,
Dewan Syariah Nasional juga memberi cadangan para
ulama/intelektual Muslim yang akan ditugaskan sebagai Dewan
Pengawas Syariah (DPS) di institusi keuangan syariah.

6
5) Dewan Syariah Nasional juga bertugas meneliti ulang dan
memberikan fatwa atas segala bentuk produk yang diusulkan
dan dikembangkan oleh institusi keuangan syariah.4
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan antara bank
konvensional dan bank syariah.
Komponen Bank Konvensional Bank Syariah
Fungsi dan Intermediasi, jasa keuangan Intermediasi, manager
kegiatan bank investasi, investor, sosial, jasa
keuangan
Mekanisme dan Tidak anti riba dan maysir Anti riba dan anti maysir
objek usaha
Prinsip dasar  Bebas nilai (prinsip  Tidak bebas nilai
operasi material) (prinsip syariah Islam)
 Uang sebagai komoditi  Uang sebagai alat
tukar dan bukan
 Bunga komoditi
 Bagi hasil, jual beli,
sewa
Prioritas Kepentingan pribadi Kepentingan publik
pelayanan
Orientasi Keuntungan Tujuan sosial ekonomi Islam,
keuntungan
Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank
pembangunan, bank universal
atau multi-porpose
Evaluasi Kepastian pengembalian pokok Lebih hati-hati karena
nasabah dan bunga berpartisipasi dalam risiko
Hubungan Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha
nasabah
Hubungan Pasar uang, bank sentral terbatas
likuiditas
jangka pendek
Pinjaman yang Komersial dan nonkomersial, Komersial dan nonkomersial,
diberikan berorientasi laba berorientasi laba dan nirlaba

4
Nila Nurochani, Strategi Pengembangan Layanan E-Banking Syariah, (Surabaya: Cipta Media
Nusantara, 2023), h. 15-17

7
Lembaga BANI, PN Pengadilan agama, Badan
penyelesaian Arbitrase Syariah Nasional
sengketa
Risiko usaha  Risiko bank dan debitur  Risiko yang dihadapi
tidak terkait langsung berama antara bank
dan nasabah dengan
 Kemungkinan terjadi prinsip keadilan dan
negative spread kejujuran
 Tidak mungkin terjadi
negative spread
Struktur Dewan komisaris Dewan komisaris, dewan
organisasi pengawas syariah, dewan
pengawas syariah nasional
Investasi Halal atau haram Halal

4. Fungsi dan Peran Bank Syariah


Fungsi dan peran bank syariah telah tercantum dalam pembukaan
standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai
berikut:
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang telah dipercayakan
kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya.
d. Pelaksanaanke giatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan juga mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana
sosial lainnya.
5. Tujuan Bank Syariah

8
Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai
berikut:
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara
Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan,
agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan),
dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju
terciptanya kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang.
e. Untuk menjaga stabilita ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas
bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi di
akibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat
antara lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
non syariah.
6. Prinsip-Prinsip Bank Syariah
Prinsip dasar perbankan syariah berdasarkan pada al-Quran dan
sunnah. Setelah dikaji lebih dalam Falsafah dasar beroperasinya bank
syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya berprinsip pada
tiga hal yaitu efisiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu
pada prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh

9
keuntungan/margin sebesar mungkin. Keadilan mengacu pada
hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang
matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu
pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling
meningkatkan produktivitas.5
Dalam mewujudkan arah kebijakan suatu perbankan yang sehat,
kuat dan efisien, sejauh ini telah didukung oleh enam pilar dalam
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yaitu, struktur perbankan yang
sehat, sistem pengaturan yang efektif, system pengawasan yang
independen dan efektif, industri perbankan yang kuat, infrastruktur
pendukung yang mencukupi, dan perlindungan konsumen.
B. Sistem Operasional Bank Syariah
Sistem perbankan syariah adalah sistem perbankan yang
menerapkan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan bagi bank dan
nasabah. Sistem perbankan syariah yang dalam pelaksanaannya
berlandaskan pada syariah (hukum) Islam, menonjolkan aspek keadilan
dan kejujuran dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan
nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi dan
menghindari kegiatan spekulatif dari berbagai transaksi keuangan.
Sistem ekonomi Islam akan menjadi dasar beroperasinya Bank
Syariah yang paling menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang
dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan komersial Islam tidak
mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraanatau kerjasama
(mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedangkan
peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya
imbalan apapun.
Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip
ekonomi islam dengan karakteristik antara lain sebagai berikut :
1. Pelarangan riba dalam berbagai bentuk.
2. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money).

5
Edy Wibowo, dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah?, (Bogor : Ghalia Indonesia cet.I, 2005)
hal. 33

10
3. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas.
4. Tidak di perkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.
5. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang.
6. Tidak di perkenankan dua transaksi dalam satu akad.

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan


uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam
rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut
kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan dengan
perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional
tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana


Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank
konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang
mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga
kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori
tersebut menyebabkan adanya produk penghimpunan dana disesuaikan
dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.
2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan
dengan tiga model, yaitu:
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini
dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan
murabahah, salam dan istishna’.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi
adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah
sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada
obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.
c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang
ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan

11
prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan
di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah
dan pelayanan mudharabah. Jasa pembiayaan Perbankan, yang
dioperasionalkan dengan pola hiwalah, rahn, al-qardh, wakalah,
dan kafalah.
Prinsip utama operasional bank berdasarkan Prinsip Syariah
adalah hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah dan larangan
kedua sumber tersebut. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan
bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama
antara kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah dengan bank
konvensional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan
atau jasa atas dana. Dalam menjalankan operasionalnya, bank
berdasarkan Prinsip Syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam
menentukan sitem imbalan atas dana yang digunakan atau ditipkan
oleh suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan
maupun dana yang disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi
hasil sesuai dengan hukum Islam.
Dalam bank syariah terdapat pula pokok-pokok operasional bank
syariah. Yaitu :
Landasan Hukum dalam Operasional
1) Dewan Pengawas Syari’ah, setelah menerima laporan dari
Direksi terutama yang menyangkut produk-produk Bank
Syari’ah, segera mengadakan musyawarah dengan pimpinan
ketuanya.
2) Operasional Bank Syari’ah yang dipimpin oleh Direksi
berlandaskan fatwa Agama tersebut.
3) Produk-produk baru baik yang timbul dari Direksi, Komisaris,
DPS maupun dari masyarakat pada umumnya harus melalui
Fatwa Agama dari DPS yang disampaikan kepada direksi
dengan tindakan kepada Komisaris..

12
4) Kebijaksanaan direksi yang tidak sesuai dengan Fatwa Agama,
karena tidak mampu berlandaskan fatwa agama tersebut
ataupun dengan alasan lain, segera diambil oleh Komisaris
untuk diadakan musyawarah bersama antara Direksi, DPS dan
Komisaris.
5) Untuk pertama kali, direksi membuat Rencana
Kerja/operasional dan membuat anggaran yang disampaikan
kepada Departemen Keuangan Jakarta didalam permohonan Ijin
Operasional. Kegiatan operasional bank syariah adalah sebagai
berikut :
a. Bidang Marketing
Sebagai langkah awal bidang marketing membuat
rencana target, baik untuk produk funding maupun
produk financing. Dalam membuat target tersebut
haruslah disesuaikan dengan Rencana Kerja Operasional
Bank Syari’ah yang dibuat oleh Direksi.
b. Kegiatan Operasional Pemasaran produk dengan
melakui bermacam-macam media pemasaran, baik
media elektronik, cetak, pertemuan-pertemuan,
pengajian-pengajian, khutbah jum’ah dan sebagainya.
c. Kegiatan funding officer dan anggotanya terutama
dalam mobilisasi dana, hasilnya :
1. Funding; Saham, deposito, mudhorobah, tabungan,
mudhorobah, titipan wadiahyad dhomamah atau zakat,
infaq, dan shadaqah (ZIS).
2. Setelah diadministrasikan oleh FO, Funding yang
baru diserahkan kepada SA dan bagian jasa nasabah
(Janas), sedangkan funding kelanjutan langsung
diserahkan kepada Teller/ kasir.
3. Operasionalisasi account officer (A/O) atau pembina
pembiayaan.

13
4. Membuat struktur dana dan alokasi dana dari dana
mobilisasi tersebut untuk memenuhi permohonan
pembiayaan yang masuk.
5. Memproses calon debitur yang masuk.
6. Membina debitur agar lancar pengembalian pembiayaan
serta mengurangi risiko (menekan risiko) atas
pembiayaan yang diberikan.

C. Kesehatan Bank Syariah dan Proses Penyelamatan Bank


Tingkat kesehatan perbankan harus selalu diperhatikan untuk menjaga
kepercayaan para nasabahnya karena kesehatan bank merupakan
kemampuan untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan
cara-cara yang sesuai perturan yang berlaku.
Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait,
baik pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan
pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan
perbankan, karena kegagalan dalam industri perbankan akan
berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia. Penilaian tingkat
kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor faktor sebagai
berikut:
1. Permodalan (Capital)
2. Kualitas Aset (Asset Quality)
3. Manajemen (Management)
4. Rentabilitas (Earnings)
5. Likuiditas (Liquidity)
6. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Risk
Market)
Bank Indonesia mengeluarkan surat edaran (Peraturan
No.13/PBI/2011) tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
dengan pendekatan risiko yang mencakup penilaian terhadap empat faktor
yaitu Risk Profile (Profil Resiko) ,Good Corporate Governance (GCG),

14
Earnings (Rentabilitas) dan Capital(Permodalan) yang disebut dengan
Metode RGEC.
Pedoman perhitungan selanjutnya diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 prihal penilaian
Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan RGEC. Metode RGEC
berlaku aktif sejak tanggal 1 Januari 2012 yaitu untuk penilaian tingkat
kesehatan bank. Periode yang terakhir 31 Desember 2011 dan sekaligus
mencabut PBI No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dengan metode CAMELS.
Faktor yang menjadi landasan penilaian tingkat kesehatan bank yaitu
menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings, Capital). Pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan
SE No. 13/ 24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 untuk menghitung tingkat
kesehatan bank diataranya sebagai berikut6:
a. Resiko Profil (Risk Profile)
Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap
inhern dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam
aktivitas operasional bank. Risiko yang wajib terdiri dari:
 Resiko Kredit
 Risiko Pasar
 Risiko Operasional
 Risiko Likuiditas
 Risiko Hukum
 Risiko Strategi
 Risiko Kepatuhan
 Risiko Reputasi
b. Penilaian Good Corporate Governance (GCG) bagi bank
umum syariah merupakan penilaian terhadap kualitas
manajemen bank atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip Good

6
Kusnanto, A. (2018). Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, Capital (Rgec)
Method Sebagai Instrumen Pengukur Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal
Administrasi Bisnis, vol. 6 no. 2, hal. 124.

15
Corporate Governance yaitu transparansi, akuntabilitas,
pertanggung jawaban, profesional, dan kewajaran.
Prinsip-prinsp GCG dan fokus penilaian terhadap
pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
tersebut berpedoman pada ketentuan Good Corporate
Governance yang berlaku bagi bank umum syariah dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
c. Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terdahap kondisi
dan kemampuan bank dan UUS untuk menghasilkan
keuntungan dalam rangka mendukung kegiatan operasional
dan permodalan.
d. Menurut Dwi Nur’aini Ihsan (2013) rasio permodalan ini
berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam
menyerap kerugian- kerugian yang tidak dapat dihindari
lagi serta dapat pula digunakan untuk mengukur besar-
kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang dimiliki oleh
para pemegang saham. Perhitungan aspek permodalan bank
dimaksud untuk mengetahui seberapa besar kemapuan bank
tersebut untuk menanggung risiko kerugian yang mungkin
timbul dari pembiayaan yang diberikan bank kepada pihak
lain.Dalam penelitian ini.
Ciri-ciri bank yang sehat adalah bank yang risiko kreditnya kurang
dari 8%, risiko likuiditasnya kurang dari 100%, memperoleh laba sebelum
pajak diatas 0,50% dan memiliki pendapatan bunga bersih diatas 1,5%.
Manajemen bank yang sehat telah melakukan penerapan Good Corporate
Governance (GCG) yang secara umum cukup baik yang tercermin dari
pemenuhan prinsip-prinsip GCG yang cukup memadai.
Bank yang sehat juga harus mempunyai tingkat kecukupan
permodalan dan pengelolaan permodalan yang baik, dimana rasio
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) lebih dari 8%. Masing-
masing metode penilaian dalam RGEC merupakan alat ukur kinerja
keuangan yang menjelaskan tingkat kesehatan keuangan Bank Muamalat

16
Indonesia pada setiap faktor utama yang mendukung operasionalnya. Hal
tersebut dimaksudkan untuk melihat pergerakan pada setiap indikator
rasionya, supaya dapat terlihat konsistensi maupun perubahan yang terjadi
seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia. Bank Muamalat
Indonesia dipilih sebagai objek penelitian karena bank tersebut merupakan
bank syariah yang tidak terpengaruh oleh krisis moneter yang terjadi di
Indonesia.
Penyelamatan adalah bagaimana cara dan upaya yang ditempuh bank
dalam menyelamatkan pembiayaan bermasalah antara bank dengan nasabah
atau hanya pihak internal bank dengan nasabah, tanpa melibatkan pihak
ketiga seperti mediator, arbiter, atau lembaga penyelesai sengketa lainnya.
Upaya yang ditempuh bank untuk melakukan penyelamatan adalah
restructuring. Yaitu suatu upaya melakukan perubahan syarat-syarat
perjanjian pembiayaan berupa perpanjangan jangka waktu pembiayaan
(rescheduling),penundaan angsuran bahkan penambahan modal sementara.
Tindakan penanganan terhadap suatu bank gagal berdampak sistemik
akan dilakukan oleh LPS setelah adanya penetapan status bank gagal
berdampak sistemik dan setelah dilakukannya penyerahan penanganan
kepada LPS. Tindakan penanganan terhadap bank gagal berdampak
sistemik dapatdilakukan dengan memilih satu di antara dua pilihan (opsi)
yakni :
 Penanganan dengan Mengikutsertakan Pemegang Saham Lama
Berkaitan dengan kedudukan pemegang saham lama dan pengurus
bank gagal berdampak sistemik yang berada dalam penanganan LPS,
Undang-Undang LPS menetapkan ketentuan sebagai berikut,
Pemegang saham dan pengurus bank melepaskan dan menyerahkan
segala hak, kepemilikan, kepengurusan dan kepentingan lain pada
bank dan Pemegang saham beserta pengurus bank tidak dapat
menuntut LPS atau pihak lain yangditunjuk oleh LPS dalam hal
proses penanganan tidak berhasil, sepanjang LPS atau pihak lain
yang ditunjuk oleh LPS telah melaksanakan tugas sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku.

17
Dalam hal itu, terdapat kekurangan biaya penyelamatan bank gagal
berdampak sistemik maka LPS bertanggung jawab atas
kekurangan biaya tersebut setelah pemegang saham lama
melakukan penyetoran saham dalam rangka penyelamatan. Biaya
penanganan bank gagal berdampak sistemik yang dikeluarkan
oleh LPS menjadi penyertaan modal sementara LPS pada bank
gagal tersebut.
 Penanganan tanpa Mengikutsertakan Pemegang Saham Lama
LPS akan melakukan tindakan penanganan dan penyelamatan bank
gagal berdampak sistemik tanpa mengikutsertakan pemegang saham
lama apabila persyaratan dalam rangka tindakan penanganan bank
gagal dengan mengikutsertakan pemegang saham lama tidak dapat di
Tindakan yang dapat dilakukan oleh LPS dalam rangka penanganan
dan penyelamatan bank gagal berdampak sistemik tanpa
mengikutsertakan pemegang saham lama sebagaimana dimaksud,
meliputi, menguasai, mengelola, dan melakukan tindakan
kepemilikan atas aset milik atau yang menjadi hak-hak bank gagal
atau kewajiban bank gagal; melakukan penyertaan modal sementara;
menjual atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan nasabah
debitur atau kewajiban bank tanpa persetujuan nasabah kreditur
(purchase and assumption); mengalihkan manajemen bank pada
pihak lain; melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
melakukan pengalihan kepemilikan bank; Dan meninjau ulang,
membatalkan, mengakhiri atau mengubah kontrak yang mengikat
bank dengan pihak ketiga yang menurut LPS merugikan bank.
Seluruh biaya penanganan bank gagal yang telah dikeluarkan oleh
LPS menjadi penyertaan modal sementara LPS pada bank gagal
yang diselamatkan. Mengingat proses penyelamatan bank gagal
tunduk pada ketentuan mengenai batas waktu tertentu, maka
LPS wajib melakukan penjualan terhadap seluruh saham bank
dalam jangka waktu paling lama 3 tahun dengan memperhatikan
tingkat pengembalian optimal. Jangka waktu tersebut dapat

18
diperpanjang sebanyak-banyaknya 2 kali dengan perpanjangan
selama 1 tahun apabila tingkat pengembalian optimal tidak dapat
terwujud.
Apabila dalam jangka waktu tersebut tingkat pengembalian optimal
tidak dapat diwujudkan, LPS harus menjual saham bank dalam
jangka waktu 1 tahun berikutnya tanpa memperhatikan tingkat
pengembalian optimal terpenuhi.

D. Contoh Bank Syariah


a. Profile Bank Syariah Indonesia (BSI)
Marger adalah suatu proses penggabungan dua perseroan dimana
salah satunya tetap berdiri dan menggunakan nama perseroannya
sementara perseroan yang lain lenyap dan semua kekayaannya
dimasukkan ke dalam perseroan yang tetap berdiri tersebut.
Merger terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Merger horizontal, adalah merger yang dilakukan oleh
usaha sejenis (usahanya sama), misalnya merger antara
dua perusahaan roti, perusahaan sepatu.
2. Merger vertikal, adalah merger yang terjadi antara
perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan,
misalnya dalam alur produksi yang berurutan. Contohnya:
perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan
kain, perusahaan ban merger dengan perusahaan mobil.
3. Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang
menghasilkan berbagai produk yang berbeda-beda dan
tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger
dengan perusahaan elektronik atau perusahaan mobil
merger dengan perusahaan makanan. Tujuan utama
konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan badan
usaha dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih
baik. Caranya ialah dengan saling bertukar saham antara
kedua perusahaan yang disatukan.

19
Tujuan merger antara lain adalah sebagai berikut :
a. Diversifikasi untuk pertumbuhan.
b. Diversifikasi menurut pasar atau pelanggan untuk mengimbangi
faktor-faktor musiman, untuk menetralisir pasar produk yang
menurun
c. Perluasan,penyempurnaan,atau komplementasi lini produk
d. Mendapatkan kemampuan riset dan pengembangan yang
Diperlukan
e. Penciptaan atau perolehan lini produk baru
f. Integrasi, sehingga mendapatkan penawaran yang cukup dari bahan
baku atau suku cadang yang kritis.
g. Perluasan pasar, termasuk pasar di luar negeri yang belum dijamah.
h. Memperbaiki manajemen.
i. Memperoleh fasilitas-fasilitas pengolahan atau riset yang baru.

Berikut ini adalah persyaratan merger perusahaan terbuka dalam peraturan:


1) Direksi dan Komisaris Wajib Membuat Surat Pernyataan Kepada
OJK dan RUPS.
2) Surat Pernyataan Harus Didukung Pendapat Pihak Independen.
3) Memperoleh Persetujuan RUPS.
4) Perusahaan Wajib Menyampaikan Pernyataan Merger kepada OJK
Yang Berisi Rancangan Penggabungan Usaha.

Konsolidasi adalah situasi di mana perusahaan yang terpisah


menjadi satu. Kadang-kadang digambarkan sebagai merger, meskipun
secara teknis ini adalah dua situasi yang berbeda. Dalam merger, baru
bisnis terbentuk ketika satu perusahaan menyerap yang lain, dalam
konsolidasi, perusahaan bergabung pada istilah yang relatif sama untuk
membentuk satu perusahaan baru. Namun, kedua istilah ini sering
digunakan secara bergantian.
Konsolidasi dapat juga dikatakan menyatukan seluruh sumber
daya, peluang dan kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka
panjang, Memenangkan persaingan berarti menjadi yang terbaik dalam

20
melayani kebutuhan konsumen/klien saat ini dan dimasa datang.
Konsolidasi dilakukan dengan mengevaluasi kondisi usaha saat ini,
diteruskan dengan pengembangan strategi usaha jangka panjang, strategi
tersebut dibuat lebih terperinci dalam bentuk perencanaan dengan sasaran
bergerak ke jangka menengah dan panjang yang meliputi pengembangan
sistem manajemen agar perencanaan dan implementasi bisa sejalan,
memberikan perioritas pada pengembangan yang dilakukan secara terus
menerus, pengembangan pasar dilakukan sistimatis dan efisiensi menjadi
acuan prestasi.
Berikut adalah tata cara dalam melakukan konsolidasi antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Direksi PT yang akan meleburkan diri menyusun usulan rencana
Konsolidasi. Usulan rencana konsolidasi wajib disetujui komisaris
masing-masing PT.
2. Usulan rencana konsolidasi dijadikan bahan menyusun rancangan
konsolidasi yang disusun bersama oleh direksi PT yang akan
melakukan peleburan.
3. Ringkasan atas rancangan konsolidasi wajib diumumkan direksi dalam
dua surat kabar harian dan diumumkan secara tertulis kepada
karyawan PT yang akan melakukan peleburan paling lambat 14 hari
sebelum pemanggilan RUPS.
4. Rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi wajib disetujui
RUPS masing-masing. Konsep akta konsolidasi yang telah disetujui
RUPS dituangkan dalam akta konsolidasi yang dibuat dihadapan
notaris dalam bahasa Indonesia. Akta konsolidasi yang sudah disahkan
notaris selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pembuatan akta
pendirian PT hasil peleburan.
5. Direksi PT yang meleburkan diri wajib mengajukan permohonan
pengesahan akta pendirian PT hasil peleburan kepada Menkumham
paling lambat 14 hari sejak tanggal keputusan RUPS.
6. Menkumham memberikan pengesahan paling lama 60 hari setelah
permohonan diterima. PT yang meleburkan diri dianggap bubar

21
terhitung sejak tanggal akta pendirian PT hasil peleburan disahkan
oleh Menkumham.
7. Setelah mendapat pengesahan Menkumham, akta pendirian PT hasil
peleburan wajib dimasukkan dalam daftar perusahaan serta
diumumkan dalam tambahan berita Negara RI.

Akuisisi perusahaan secara sederhana dapat diartikan sebagai


pengambilalihan perusahaan dengan cara membeli saham mayoritas
perusahaan sehingga menjadi pemegang saham pengendali. Dalam
peristiwa akuisisi, baik perusahaan yang mengambil alih (pengakuisisi)
maupun perusahaan yang diambil alih (diakuisisi) tetap hidup sebagai
badan hukum yang terpisah.
Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah
perusahaan melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-
ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang
bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi
didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau
manajemen perusahaan. Motif ekonomi Esensi tujuan perusahaan dalam
perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu
menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang
saham. Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya
adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh
aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai
tujuan ini.
Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas akuisisi
dilakukan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan
keunggulan kompetitif dalam industri. Motif Sinergi Salah satu motivasi
atau alasan utama perusahaan melakukan akuisisi adalah menciptakan
sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah akuisisi

22
yang lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan
sebelum akuisi.

Bank Syariah Indonesia atau biasa disebut BSI adalah sebuah


lembaga perbankan syariah hasil peleburan dari bank-bank syariah
BUMN. Mulai dari PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah Tbk,
dan PT Bank BNI Syariah. Lembaga ini dibuat dengan tujuan menjadi
lokomotif kemajuan industri halal di Indonesia.
BSI adalah bank hasil merger antara PT Bank BRIsyariah Tbk, PT
Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) secara resmi mengeluarkan izin merger tiga usaha bank syariah ini
pada 27 Januari 2021 lalu. Izin ini tertuang dalam surat Nomor SR-
3/PB.1/2021. Kemudian, pada 1 Februari 2021, kehadiran BSI diresmikan
oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo.
Dampak 3 (tiga) merger bank syariah BUMN tersebut dalam hal
bisnis, adalah:
a. Lebih efisien dan kompetitif (skala ekonomi)
b. Perluasan diversifikasi usaha
c. Memiliki kapasitas untuk membiayai proyek-proyek, Besar
kinerja keuangan yang lebih baik.
Dalam hal Reputasi, adalah tingkat kepercayaan nasabah yang lebih
tinggi, diperhitungkan dalam pasar nasional dan global, memiliki
manajemen risiko yang lebih kuat dengan dukungan modal yang lebih
solid.
Secara umum, keuntungan menabung di bank syariah adalah nasabah
akan terjauhkan dari praktik riba. Hal ini karena digantikannya sistem
bunga dengan sistem lain yang lebih sesuai dengan syariat Islam. Jadi,
kamu tidak perlu takut menabung atau meminjam modal di bank syariah
dan terseret praktik riba yang melanggar norma syariah Islam.
Bank Syariah Indonesia sendiri menawarkan berbagai macam
keuntungan bagi nasabahnya, tergantung dari produk yang dipilih.
Misalnya, untuk produk BSI Tabungan Easy Wadiah, nasabah akan

23
terbebas dari biaya administrasi bulanan, gratis tarik tunai di seluruh
ATM Bank Mandiri, dan masih banyak lagi.

24
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Bank Syariah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi di sesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.
Pada dasarnya bank konvensional dan bank syariah mempunyai banyak
sekali persamaan, dalam hal ini bisa dilihat dari sudut pandang secara teknis
pengiriman uang atau transfer. penerimaan uang. sistem komputerisasi yang
digunakan serta persyaratan untuk membuka tabungan bahkan untuk
mendapatkan pembiayaan misalnya KTP, NPWP, formulir nasabah,
rekening koran/laporan keuangan dan lain sebagainya.
Sistem perbankan syariah adalah sistem perbankan yang
menerapkan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan bagi bank dan
nasabah. Sistem perbankan syariah yang dalam pelaksanaannya
berlandaskan pada syariah (hukum) Islam, menonjolkan aspek keadilan
dan kejujuran dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan
nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi dan
menghindari kegiatan spekulatif dari berbagai transaksi keuangan.
Tingkat kesehatan perbankan harus selalu diperhatikan untuk menjaga
kepercayaan para nasabahnya karena kesehatan bank merupakan
kemampuan untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan
cara-cara yang sesuai perturan yang berlaku.
Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua pihak yang
terkait, baik pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan
pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan

25
perbankan, karena kegagalan dalam industri perbankan akan
berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia.

 Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari transaksi untuk
memudahkan kita dalam mendapatkan kebutuhan hidup. Kita juga tidak
pernah lepas dari bank yang mana setiap kita ingin menabung pasti akan
menabung di bank. Bank sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
untuk memudahkan masyarakat dalam penglolaan uang.
Akan tetapi, ada bank konvensonal dan bank syariah dalam dunia
perbankan. Dimana keduanya juga sama-sama membantu masyarakat.
Kita sebagai umat Islam harus bisa memilih bank yang mana yang dalam
proses kegiaatannya berdasarkan prinsip syariah. Karena sebagai umat
Islam kita harus menjauhi yang namanya riba.

26
DAFTAR PUSTAKA

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah edisi 2 (Yogyakarta :


Ekonisia, 2003)
M. Syafi’i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Cet. Ke-4 (Jakarta:
Pustaka Alfabeta, 2006)
Arkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait
BMUI & TAKAFUL di Indonesia (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1996)
Nila Nurochani, Strategi Pengembangan Layanan E-Banking Syariah, (Surabaya:
Cipta Media Nusantara, 2023)
Edy Wibowo, dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah?, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2005)
Kusnanto, A. (2018). Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning,
Capital (Rgec) Method Sebagai Instrumen Pengukur Tingkat Kesehatan
Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis, vol. 6 no.
2

27

Anda mungkin juga menyukai