Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR-DASAR BANK SYARIAH


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bank Syariah
Dosen Pengampu:
Irfan Harmoko SEI, MM

Kelompok 1

Kelas F
1. Laila Dwi Astuti (931300318)

2. Zuhrotul Aini (931308018)

3. Abdur Rohman Nafi (931326618)

EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “Dasar-Dasar Bank Syariah” yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Bank Syariah”.
Keberhasilan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan semangat berbagai pihak, untuk itu pada
kesempata ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.Bapak Irfan Harmoko SEI, MM selaku dosen mata kuliah Manajemen Bank Syariah yang telah
mencurahkan segalanya demi kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Kediri, 06 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................2
Bab I : Pendahuluan
Latar Belakang..................................................................................................................3
Rumusan Masalah.............................................................................................................3
Tujuan...............................................................................................................................4
Bab II : Pembahasan
Bank Syairiah dan apa tujuan serta fungsi dari bank syariah...........................................5
Sejarah Berdirinya Bank Syariah.....................................................................................7
Perkembangan bank syariah di Indonesia sampai dengan kondisi saat ini......................8
Karakteristik bank syariah..............................................................................................12
Bab III : Penutup
Kesimpulan.....................................................................................................................15
Daftar Pustaka.................................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah,
yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
Syariah.

Bank Syariah, atau biasa disebut Islamic Bank di negara lain, berbeda dengan bank
konvensional pada umumnya. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang
digunakan. Kalau bank konvensional beroperasi berlandaskan bunga, bank syariah beroperasi
berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa. Hal ini didasarkan pada keyakinan
bahwa bunga mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam.

Salah satu persamaan antara bank syariah dengan bank konvensional yaitu keduanya
berusaha mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan tujuan tersebut bank syariah
dituntut untuk mampu berkembang dan menjadi suatu lembaga finansial yang bonafid dan
profesional. Hal inilah yang akan dibahas didalam makalah ini komplektifitas dan dinamika umat
yang masih labil dalam menyikapi bank syariah yang potensial dan usaha bank syariah untuk
mengakomodasikan karena hanya mengandalkan konsep dasar saja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Bank Syairiah dan apa tujuan serta fungsi dari bank syariah ?
2. Apa Sejarah Berdirinya Bank Syariah ?
3. Apa Perkembangan bank syariah di Indonesia sampai dengan kondisi saat ini ?
4. Apa Karakteristik bank syariah ?

3
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian dari Bank Syairiah dan apa tujuan serta fungsi dari
bank syariah ?
2. Untuk mengetahui bagaimana Sejarah Berdirinya Bank Syariah ?
3. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan bank syariah di Indonesia sampai dengan
kondisi saat ini ?
4. Untuk mengetahui bagaimana Karakteristik bank syariah ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Secara Umum
Bank berasal dari kata bangue (bahasa Perancis) dan dari kata banco (bahasa Italia) yang
berarti peti atau lemari. Peti atau lemari menjelaskan fungsi dasar dari bank komersial, yaitu :
pertama, menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function),
kedua, menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function).1
Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi atau penyedia jasa keuangan yang bekerja
berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari
kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak
jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang
halal. Bank Syariah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga
merupakan konsep yang lebih sempit dari bank Syariah, ketika sejumlah instrumen atau
operasinya bebas dari bunga. Bank Syariah, selain menghindari bunga, juga secara aktif turut
berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada
kesejahteraan sosial.

Secara Khusus

Didalam buku karangan Edy Wibobo berjudul Mengapa Kita Memilih Bank Syari’ah?
pengertian Bank Syariah atau bank islam yaitu beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam. Bank ini tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Quran dan
hadits2

Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya adalah bank
yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi
praktikpraktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba, untuk diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik usaha
yang dilakukan di zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi
tidak dilarang oleh beliau

1
Diana Yumanita, Bank Syari’ah: Gambaran Umum
2
Edy Wibowo, dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah,(Bogor: Ghalia Indonesia cet.I, 2005) hlm. 33
5
1. Dasar Hukum Bank Syariah
Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui keberadaannya di Negara
Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif tercatat dalam peraturan perundang- undangan di
Indonesia, Sedangkan secara yuridis empiris, bank syariah diberi kesempatan dan peluang yang
baik untuk berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Upaya intensif pendirian bank syariah di
Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1988, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket
Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia, dan para
ulama waktu itu telah berusaha mendirikan bank bebas bunga.3
Hubungan yang bersifat akomodatif antara masyarakat muslim dengan pemerintah telah
memunculkan lembaga keuangan (bank syariah) yang dapat melayani transaksi kegiatan dengan
bebas bunga. Kehadiran bank syariah pada perkembangannya telah mendapat pengaturan dalam
sistem perbankan nasional. Pada tahun 1990, terdapat rekomendasi dari MUI untuk mendirikan
bank syariah, tahun 1992 dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan yang mengatur bunga dan bagi hasil.

2. Tujuan Bank Syariah


Bank syariah memiliki tujuan yang lebih luas dibandingkan dengan bank konvensional,
berkaitan dengan keberadaannya sebagai institusi komersial dan kewajiban moral yang
disandangnya. Selain bertujuan meraih keuntungan sebagaimana layaknya bank konvensional
pada umumnya, bank syariah juga bertujuan sebagai berikut :
1. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan
sosial ekonomi masyarakat.
2. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan karena keengganan
sebagian masyarakat untuk berhubungan dengan bank yang disebabkan oleh sikap
menghindari bunga telah terjawab oleh bank syariah.
3. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan berperilaku bisnis untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
4. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat beroperasi, tumbuh, dan
berkembang melalui bankbank dengan metode lain.

3
Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2009) Hlm. 64
6
3. Fungsi Bank Syariah
Bank syariah mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai badan usaha (tamwil) dan badan
sosial (maal). Sebagai badan usaha, bank syariah mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai
manajer investasi, investor, dan jasa pelayanan. Sebagai manajer investasi, bank syariah
melakukan penghimpunan dana dari para investor/nasabahnya dengan prinsip wadi'ah yad
dhamanah (titipan), mudharabah (bagi hasil) atau ijarah (sewa). Sebagai investor, bank syariah
melakukan penyaluran dana melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli, atau
sewa. Sebagai penyedia jasa perbankan, bank syariah menyediakan jasa keuangan, jasa
nonkeuangan, dan jasa keagenan. Pelayanan jasa keuangan antara lain dilakukan dengan prinsip
wakalah (pemberian mandat), kafalah (bank garansi), hiwalah (pengalihan utang), rahn (jaminan
utang atau gadai), qardh (pinjaman kebajikan untuk dana talangan), sharf (jual beli valuta asing),
dan lain-lain. Pelayanan jasa nonkeuangan dalam bentuk wadi'ah yad amanah (safe deposit box)
dan pelayanan jasa keagenan dengan prinsip mudharabah muqayyadah. Sementara itu, sebagai
badan sosial, bank syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial.

B. Sejarah Berdirinya Bank Syariah


1. Berdirinya Bank Syariah di Dunia
Pemikir-pemikir Muslim yang menulis tentang gagasan bank yang menggunakan sistem bagi
hasil telah muncul sejak lama, misalnya Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948), dan
Mahmud Ahmad (1952). Begitu juga dengan Mawdudi (1961) dan Muhammad Hamidullah
(1962). Mereka bisa dikategorikan sebagai gagasan pendahulu perbankan Islam. Sejarah
perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940, yaitu
upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non-konvensional. Rintisan bank syariah lainnya
adalah adalah Mit Ghamr Lokal Saving Bank di Mesir pada tahun 1963 yang didirikan oleh Dr.
Ahmad el-Najar. Permodalan bank ini dibantu oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.
Untuk lebih mempermudah berkembangnya bank syariah di negara-negara Muslim, perlu ada
usaha bersama di antara negara Muslim. Maka pada bulan Desember 1970, pada Sidang Menteri
Luar Negeri negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi-Pakistan, delegasi
Mesir mengajukan proposal untuk mendirikan bank syariah. Dan pada Sidang Menteri Luar
Negeri OKI yang selanjutnya yang bertempat di Benghazi-Libya pada bulan Maret 1973
diputuskan agar OKI memiliki bidang yang khusus menangani masalah ekonomi dan keuangan.
Pada bulan Juli 1973, komite ahli yang mewakili negara-negara Islam penghasil minyak bertemu
di Jeddah-Arab Saudi untuk membicarakan pendirian bank syariah.

7
2. Berdirinya Bank Syariah di Indonesia
Di Indonesia, regulasi mengenai bank syari’ah tertuang dalam UUD No.21 Tahun 2008
tentang perbankan syari’ah. Gagasan untuk mendiirkan bank syariah di Indonesia sebenarnya
sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Hal ini dibicarakan pada seminar nasional
Hubungan Indonesia-Timur Tengah pada 1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional
yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan
Bhineka Tunggal Ika dan gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi pada tahun 1988, di
saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi industry
perbankan. Para ulama pada waktu itu berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak
ada satupun perangkat hukum yang dapat dijadikan sebagai rujukan.
Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di
CIsarua-Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990, yang kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya,
Jakarta, 22-25 Agustus 1990, dan dibentuklah suatu kelompok kerja untuk mendirikan bank
syariah di Indonesia. Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja tim perbankan MUI.
Akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November 1991 dan
mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Dalam menjalankan perannya , bank syariah berlandaskan
pada UU Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang bank
berdasarkan prinsip bagi hasil yang kemudian dijabarkan dalam S.E. BI No. 25/4/BPPP tanggal
29 Februari 1993.

C. Perkembangan bank syariah di Indonesia

Kondisi Bank Syariah Nasional

Dalam cetak biru pengembangan perbankan syariah, saat ini perbankan syariah nasional
berada pada fase keempat (2013-2015) yaitu pencapaian pangsa yang signifikan dalam kondisi
mulai terbentuknya integrasi dengan sektor keuangan syariah lainnya. perkembangannya
perbankan syariah di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan target yang
diinginkan. Dalam statistik perbankan Indonesia per Desember 2014 terdapat tidak kurang 12
Bank Umum Syariah dan 22 Unit Usaha Syariah dari suatu bank konvensional dengan total
keseluruhan jaringan kantor 2.151 unit. Selain itu, Total aset bank umum syariah mencapai

8
272.343 (dalam miliar rupiah). Jumlah ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total aset
perbankan nasional secara umum yang mencapai 5.615.150 (dalam miliar rupiah).4

Artinya pangsa pasar perbankan syariah masih sangat kecil hanya 4,85%, padahal target
pangsa pasar perbankan syariah adalah sebesar 15% pada akhir tahun 2015. Hal ini tentunya
mendorong bagi praktisi perbankan syariah agar sesegera mungkin mencari strategi
pengembangan perbankan syariah secara lebih massif. Untuk itu, Bank Indonesia dan
stakeholders perbankan syariah telah membuat cetak biru pengembangan perbankan syariah di
Indonesia demi kemajuan perbankan syariah secara nasional. Pada cetak biru pengembangan
perbankan syariah ini terdapat 6 (enam) pilar pengembangan perbankan syariah yaitu:

1. Pilar I struktur perbankan syariah yang sehat


2. Pilar II Terpenuhinya prinsip kehati-hatian dan kepatuhan syaria
3. Pilar III sistem pengawasan yg independen dan efektif yang dapat diwujudkan
4. Pilar IV industri perbankan syariah yg kuat
5. Pilar V infrastruktur pendukung yang mencukupi
6. Pilar VI perlindungan nasabah

2. Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia dan Posisi Indonesia

Tahun 201l merupakan tahun yang luar biasa bagi pertumbuhan industri jasa keuangan di
dunia. Pada tahun ini industri keuangan syariah menembus angka USD 1.357 triliun. Penerbitan
Suku tumbuh 77% atau senilai USD 85 miliar. Sedangkan pertumbuhan perbankan syariah global
tumbuh 16,04%. Tentunya ini adalah yang menggembirakan bagi industri keuangan syariah
global. Berikut Negara-negara yang mengalami penumbuhan menurut Islamic Finance Index
Country (IFCI) berurutan :

1. Iran

Sejarah sistem perbankan syariah di Iran dimulai sesaat setelah revolusi Islam
di negara tersebut, yang dipimpin Ayatullah Khomeini pada tahun 1979. Sedangkan
perkembangan dalam arti riil baru dimulai sejak Januari 1984.

Langkah pertama yang diambil oleh penguasa baru adalah mengambil alih
semua bank komersial di Iran. Menurut Mehdi Banagan. Perdana Menteri Iran pada
saat itu, proses pengambil alihan tidak dapat dihindarkan, karena bank-bank tersebut

4
Syukron Ali. Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Economic Journal of Economic and Islamic
Law, 2013, 3,2: 28-53.
9
tidak menghasilkan keuntungan dan memperlihatkan tanda-tanda tidak sehat. Hal
tersebut diambil untuk melindungi hak-hak dan kekayaan negara dan untuk kemajuan
ekonomi negara. Sebagai hasil pengambil alihan dan re-organisasi bank-bank tersebut,
sistem perbankan diawali hanya enam bank komersial dan tiga bank khusus.

Sistem perbankan Islam di Iran dilaksanakan secara betahap. Pelaksanaannya


memakan waktu enam tahun agar sietem tersebut dapat terlaksana secara penuh.
Langkah pertama yang diambil setelah pendirian sistem perbankan Islam adalah
memperkenalkan biaya jasa (service charge) ke dalam sistem perbankan di tahun 1981
untuk menggantikan sistem riba. Melalui sistem ini, bank menetapkan 4% biaya jasa
atas pemberian pinjaman. Untuk simpanan, pada sisi lain nasabah penyimpan
diberikan keuntungan minimum yang berjaminan (guaranteed minimum profit).

2. Malaysia

Malaysia merupakan negara pertama yang memperkenalkan sistem perbankan


Islam di Asia Tenggara, yakni ketika beroperasinya Bank Islam Malaysia Berhad pada
1983 setelah disahkannya Undang-Undang Perbankan Islam Nomor 276 tahun 1983.
Setelah 10 tahun, pada tanggal 4 Maret 1993, Bank Negara Malaysia memperkenalkan
skema dikenal sebagai “Skema Perbankan Bebas Bunga" dimana bank konvensional
dapat menawarkan produk perbankan Islam melalui unit usaha syariah. Dengan
kebijakan itu, banyak bank konvensional yang membuka unit usaha syariah dan
beberapa cendekiawan muslim dipilih untuk menjadi anggota komite syariah (dewan
pengawas syariah).

Maka didirikanlah Bank Islam pertama yang beroperasi di Malaysia, yaitu


Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB), yang didirikan pada tanggal l Marel I983 di
bawah Companies Act 1965. Dan pada tanggal l Oktober 1999, berdirilah bank Islam
kedua, yaitu Bank Muamalat Malaysia Berhad. Bank ini didirikan berdasarkan hasil
merger antara Bank Bumiputera Malaysia Berhad dan Bank of Commerce (M)
Berhad.

3. Arab Saudi

Sejarah sistem perbankan dj Arab Saudi dimulai dengan dibentuknya Badan


Moneter Arab Saudi atau Saudi Arabia Monetery Agency (SAMA) pada Oktober
1952. Pendirian badan ini atas usulan dari IMF sebagai program untuk
mengembangkan sistem moneter suatu negara. Pada tahun 1957. Al-Rajhi Bank
10
sebagai bank Islam pertama yang didirikan di Arab Saudi. Saat ini Bank Al-Rajhi
merupakan bank Islam terbesar di dunia dalam hal kapitalisasi pasar dengan total aset
sebesar USS 33 miliar dan kapitalisasi pasar sebesar USS 4 miliar. Setelah itu muncul
bank-bank Islam lainnya seperti Bunk Alinma, Bunk Aljazira dan Bank Albilad.

4. Indonesia

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas pengaruhnya dari


perkembangan perbankan syariah di berbagai negara. Pada awalnya, model bank
syariah ini diterapkan di Pakistan pada akhir tahun I950 an yang tidak membebankan
bunga kepada peminjamnya. Di India, Jamaal e Islami Hindi memulai sistem pinjaman
bebas bunga pada tahun 1868. Di Mesir, pada awalnya didirikan Bank Syariah secara
sederhana pada tahun 1963 di kota Mit Ghamr, yang kemudian dikembangkan pada
tahun 1971 dengan nama Nasser Social Bank.

Perkembangan perbankan syariah sebenarnya mulai terasa sejak lahun 1992


yaitu diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang bank bagi hasil.
Namun demikian, Undang-Undang tersebut belum memberikan landasan hukum yang
cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah, karena belum secara tegas
mencantumkan kata-kata “prinsip syariah“ dalam kegiatan usahanya. Kemudian, pada
tahun 1998 diperkuat oleh Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perbankan.
Dalam UU ini Ierdapat beberapa hal yang memberikan peluang lebih besar bagi
pengembangan perbankan syariah di Indoensia. 5

5
Syukron Ali. Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Economic Journal of Economi and Islamic
Law, 2013, h.42-40
11
Grafik 1: Islamic Finance Country Index (IFCI, 2014)

Hal ini dapat dilihat grafik Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2014,
Indonesia menduduki urutan ketujuh turun tiga peringkat yang sempat menempati urutan
keempat pada tahun 2011. Sebagai negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam
pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia dan Saudi Arabia. Dengan
melihat beberapa aspek dalam penghitungan

D. Karakteristik Bank Syariah

Lembaga keuangan syariah memiliki karakkteristik yang membedakannya dari bank-bank


ribawi. Diantaranya sebagai berikut :

a. Lembaga keuangan syariat harus bersih dari semua bentuk riba dan mu‘amalah yang
dilarangan syariat.

DR Ghorib al Gamal menyatakan: “Karakteristik bersih dari riba dalam


muamalat perbankan syariat adalah karakteristik utamanya dan menjadikan
keberadaannya seiring dengan tatanan yang benar untuk masyarakat Islami.
(Lembaga keuangan syariah) harus mewarnai seluruh aktifitas yang mereka geluti

12
tidak sekedar aktifitas bertujuan untuk merealisasikan keutungan semata, namun
perlu ditambahkan bahwa itu adalah salah satu cara berjihad dalam mengemban beban
risalah dan persiapan menyelamatkan umat dari praktek-praktek yang menyelisihi
norma dasar Islam.

b. Mengarahkan segala kemampuan pada pertambahan dengan pengambangan modal


tidak dengan jalan hutang (al Qardh) yang memberi keuntungan. Lembaga keuangan
syariat harus dapat mengelola hartanya dengan salah satu dari dua hal berikut yang
telah diakui syariat:

1) Investasi Pengemhangan modal Iangsung dalam pengertian Bank melakukan


sendiri pengelolaan harta perniagaan dalam proyek-proyek rill yang
menguntungkan.

2) lnvestasi modal dengan musyarakah dalam pengertian Bank menanam saham


dalam modal sektor rill yang menjadikan bank syariat tersebut sebagai syariek
(sekutu) dalam kepemilikan proyek tersebut dan berperan dalam administrasi,
managemen dan pengawasan Serta menjadi syariek juga dalam semua yang
dihasilkan proyek tersebut baik berupa keuntungan atau kerugian dalam
presentase yang telah disepakati diantara para syariek. Karena bank syariah
dibangun atas asas dan prinsip islam, maka seluruh aktifitas mereka tunduk
kepada standar halal dan haram yang telah ditentukan syariat islam.

c. Mengikat pengembangan ekonomi dengan pertumbuhan sosial.

Lembaga keuangan syariat tidak hanya sekedar mengikat pengembangan


ekonomi dan penumbuhan sosial semata, namun harus berkomitmen terhadap
perbaikan masyarakat dan keadilan. Tidak seperti bank ribawi yang mengarah kepada
proyek proyek yang memiliki prospek dan menjanjikan keuntungan yang lebih
banyak tanpa memperhatikan perkara penumbuhan sosial kemasyarakatan, karena hal
itu adalah kekurangan yang memiliki akibat bahaya dalam masyarakat.

d. Mengumpulkan harta yang menganggur dan menyerahkannya kepada aktifitas


pengembangan modal dan pengelolaan dengan target pembiayaan proyek-proyek
perdagangan, industri dan pertanian, karena kaum muslimin yang tidak ingin
menyimpan hartanya di bank bank ribawi berharap adanya bank syariat untuk
menyimpan harta mereka disana.

13
e. Memudahkan sarana pembayaran dan memperlancar gerakan pertukaran
perdagangan langsung sedunia Islam dan bekerja sama dalam bidang tersebut agar
dapat menunaikan tugasnya dengan sesempurna mungkin.

f. Menghidupkan tatanan zakat dengan membuat lembaga zakat dalam bank sendiri
yang mengumpulkan hasil zakat bank tersebut. Lalu managemen lembaga keuangan
sendiri yang mengelola zakat tersebut. Karena lembaga keuangan syariah tunduk
kepada pengelolaan harta untuk muamalat Islami dan hak-hak wajib pada harta harta
tersebut.

g. Membangun baitul mal kaum muslimin dan mendirikan lembaga untuk itu yang
dikelola langsung manajemennya oleh lembaga keuangan tersebut.

h. Menanamkan keadilan dan kesamaan dalam keberuntungan dan kerugian dan


menjauhkan unsur ihtikar (penimbunan barang agar menaikan harga) dan meratakan
kemashlahatan pada sebanyak mungkin jumlah kaum muslimin setelah sebelumnya
kemashlahatan tersebut hanya milik pemilik harta yang besar yang tidak peduli dari
jalan mana mendapatkannya.6

6
Nurul Ichsan Hasan, Perbankan Syariah (sebuah pengantar), Jakarta: Referensi GP Press Group, 2014. h. 156-159
14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi atau penyedia jasa keuangan yang bekerja
berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan
spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan
meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Bank
Syariah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga merupakan konsep yang
lebih sempit dari bank Syariah, ketika sejumlah instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Bank
Syariah, selain menghindari bunga, juga secara aktif turut berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan
tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial.

Lembaga keuangan syariah memiliki karakkteristik yang membedakannya dari bank-bank


ribawi. Diantaranya sebagai berikut : a) Lembaga keuangan syariat harus bersih dari semua bentuk
riba dan mu‘amalah yang dilarangan syariat. b) Mengarahkan segala kemampuan pada pertambahan
dengan pengambangan modal tidak dengan jalan hutang (al Qardh) yang memberi keuntungan. c)
Mengikat pengembangan ekonomi dengan pertumbuhan sosial. d) Memudahkan sarana pembayaran
dan memperlancar gerakan pertukaran perdagangan langsung sedunia Islam dan bekerja sama dalam
bidang tersebut agar dapat menunaikan tugasnya dengan sesempurna mungkin. e) Menghidupkan
tatanan zakat dengan membuat lembaga zakat dalam bank sendiri yang mengumpulkan hasil zakat
bank tersebut. f) Membangun baitul mal kaum muslimin dan mendirikan lembaga untuk itu yang
dikelola langsung manajemennya oleh lembaga keuangan tersebut. g) Mengumpulkan harta yang
menganggur dan menyerahkannya kepada aktifitas pengembangan modal dan pengelolaan dengan
target pembiayaan proyek-proyek perdagangan, industri dan pertanian, karena kaum muslimin yang
tidak ingin menyimpan hartanya di bank bank ribawi berharap adanya bank syariat untuk menyimpan
harta mereka disana.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Nurul Ichsan. Perbankan Syariah sebuah pengantar. 2014. Jakarta: Referensi GP Press Group

Ali, Syukron. Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. 2013. Economic Journal of
Economi and Islamic Law

Jundiani. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. 2009. Malang: UIN Malang Press

Wibowo, Edy. dkk, Mengapa Memilih Bank Syariah. 2005. Bogor: Ghalia Indonesia cet.I

16

Anda mungkin juga menyukai