“Perbankan Syariah”
Di Susun Oleh :
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, yang diampu oleh bpk Eko
Bahtiar.M.E.I, dengan judul Perbankan Syariah.
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa Program Studi Perbankan Syari’ah, agar dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya tentang Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah .Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi
perbaikan dan pengoptimalan pembuatan makalah selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Pengertian Perbankan Syariah............................................................................2
B. Dasar Hukum Bank Syariah...............................................................................3
C. Prinsip Bank Syariah..........................................................................................4
D. Jasa-jasa Bank Syariah.......................................................................................6
E. Keunggulan dan kelemahan Bank Syariah.........................................................8
BAB III..........................................................................................................................9
KESIMPULAN.............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Bagi Hasil sering disebut Bank Syariah (Bank Islam) merupakan lembaga
perbankan yang menggunakan sistem dan operasi berdasarkan prinsip‐prinsip hukum
atau syariah Islam, seperti diatur dalam Al Qurʹan dan Al Hadist. Perbankan Syariah
merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan sistem syariah
(hukum islam)
.Usaha pembentukan sistem ini berangkat dari larangan islam untuk memungut
dan meminjam bedasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan investasi untuk
usaha yang dikategorikan haram,misalnya dalam makanan,minuman,dan usaha-usaha
lain yang tidak islami,yang hal tersebut tidak diatur dalam Bank Konvensional.Di
Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri
tahun1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah
serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun
90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian
memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat
bangkit dan menghasilkan laba.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perbankan syariah
2. Apa dasar hukum bank syariah
3. Apa saja prinsip bank syariah
4. Apa saja jasa-jasa Bank Syariah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Bank Syariah adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU No. 7 Tahun
1992 tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha
syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah.Sedangkan yang dimaksud dengan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah menurut Pasal 1 angka 13 Undang –undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan yang saat ini telah diubah dengan Undang –undang Nomor 10
Tahun 1998 adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain :
Abdul Gani Abdullah mengemukakan dalam analisis dan evaluasi hukum yang
dilakukannya terhadap perbankan syariah, menemukan sedikitnya empat hal yang
menjadi tujuan pengembangan perbankan berdasarkan prinsip syariah, yaitu :
1
M. Syafi’I Antonio, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (jakarta: Pustaka Alfabeta,2006) hal-2.
2
a) Untuk memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak
dapat menerima konsep bunga.
b) Terciptanya dual banking sistem di Indonesia yang mengakomodasi
terlaksananya sistem perbankan konvensional dan perbankan syariah dengan
baik dalam proses kompetisi yang sehat, dimana didukung oleh pola perilaku
bisnis yang bernilai dan bermoral.
c) Mengurangi risiko kegagalan sistem keuangan Indonesia.
d) Mendorong peran perbankan dalam menggerakkan sector riil dan membatasi
segala bentuk eksploitasi yang tidak produktif serta mengabaikan nilai-nilai
moral.2
.
2
Kasmir, manajemen perbankan , (jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2003. Hal-22
3
(Pakto) yang mengaturderegulasi industri perbankan di Indonesia, dan para ulama
waktu itu telahberusaha mendirikan bank bebas bunga.
4
b. Prinsip Kafalah
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul anhu ashil)
c. Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang (muhil) kepada orang lain
yang menanggungnya (munhal’ alaih)
d. Prinsip Sharf
Prinsip Sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata uang, baik
antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.
e. Prinsip Ijarah
Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa, apabila dikaitkan
dengan penggunaan barang maka diistilahkan dengan sewa – menyewa sedangkan
apabila dikaitkan dengan penggunaan jasa maka diistilahkan dengan upah –
mengupah.
1. Keadilan
Pengaturan bagi hasil atas kegiatan usaha danpenentuan marjin keuntungan
5
Produk dan layanan yang ditawarkan oleh banksyariah telah didasarkan atas
rekomendasi DPSdan Bank Indonesia4
D. Jasa-jasa Bank Syariah
1. Al-Wakalah
Al –Wakalahsecara harfiah berarti penyerahan, pendelegasian, ataupemberian
mandat. Dalam aplikasi perbankan, al-wakalahterjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan
atau jasa tertentu, seperti pembukaan L/C, inkaso, dan transfer uang. Bank dan
nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.
Khusus untuk pembukaan L/C, apabila dana nasabah ternyata tidak cukup,
maka penyelesaian L/C ( settlementL/C ) dapat dilakukan dengan pembiayaan
murabahah, mudharabah, atau musyarakah. Kelalaian dalam menjalankan
kuasa menjadi tanggung jawab bank, kecuali kegagalan karena force majeure
yang menjadi tanggung jawab nasabah. Apabila bank yang ditunjuk lebih dari
satu,masing –masing bank tidak boleh bertindak sendiri –sendiri tanpa
musyawarah dengan bank yang lain, kecuali dengan seizin nasabah. Tugas,
wewenang, dan tanggung jawab bank harus jelas, sesuai kehendak nasabah.
Setiap tugas yang dilakukan harus mengatasnamakan nasabah dan harus
mampu dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan tugasnya tersebut, bank
mendapatkan imbalan (fee) berdasarkan kesepakatan bersama. Pemberian
kuasa berakhir setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara
nasabah dengan bank.
2. Al-Hawalah
Al –Hawalahadalah pengalihan utang dari orang yang berutang ( debitur)
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Transaksi ini pada dasarnya
merupakan pemindahan beban utang dari debitur menjadi tanggungan pihak
4
Sutan Remy Sjahdeini, perbankan islam, (jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti, 2007) hal21
6
lain yang berkewajiban menanggung pembayaran utang. Transaksi ini dalam
praktek perbankan bisa diterapkan dalam rangka factoring atau anjak piutang.
3. Al-Kafalah
Al –Kafalahadalah garansi atau jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk menanggung kewajiban pihak kedua
( tertanggung ) apabila tertanggung tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Sebagaimana halnya dalam praktik bank konvensional, perbankan
syariahpada dasarnya dapat memberikan jaminan berupa garansi bank kepada
nasabahnya, antara lain misalnya jaminan bank ( bank garansi ) dalam rangka
pelaksanaan proyek, jaminan mengikuti tender, jaminanuntuk mengeluarkan
barang impor di wilayah kepabean ( misalnya di pelabuhan ) sebelum
dokumen impor dilengkapi. Untuk mendapatkan garansi bank, bank dapat
mempersyarakat nasabah untuk menempatkan atau menyetor sejumlah dana
untuk mendapatkan jasa ini, dan bank menerima dana tersebut dengan prinsip
al –wadi’ah. Untuk itu bank mendapatkan imbalan atau feeatas jasa yang
diberikan kepada nasabah tersebut.
4. Al-Rahn
Al –Rahanadalah harta atau aset yang harus diserahkan oleh peminjam
( debitur ) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya dari bank.Tujuan
pemberian fasilitas al –rahnoleh bank adalah untuk membantu nasabah dalam
pembiayaan usahanya. Atas izin bank, nasabah dapat menggunakan barang
tertentu yang digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan merusak barang
yang digadaikan. Apabila barang yang digadaikan usak atau cacat, maka
nasabah harus bertanggung jawab.Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat
melakukan penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim /qadhi.
7
Nasabah mempunyai hak untuk menjual barang tersebut dengan izin bank.
Apabila hasil penjualan melebihi kewajibannya, maka kelebihan tersebut
menjadi milik nasabah. Jika penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya,
nasabah wajib menutupi kekurangannya.5
Keunggulan :
1) Bank syariah relatif lebih mudah merespons kebijaksanaan pemerintah;
2) Terhindar dari praktik money laundring;
3) Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya;
4) Tidak mudah dipengaruhi gejolak moneter;
5) Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan dan kebersmaan.
Kelemahan :
1) Jaringan kantor bank syariah belum luas;
2) SDM bank syariah masih sedikit;
3) Pemahaman masyarakat tentang bank syariah masih kurang;
4) Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar daripada bank konvensional.6
5
Andri Soemitra, Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana, 2009. Hal-80
6
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah. Jakarta : Indeks, 2012.
Hal 75
8
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian kita sepakati bersama bahwa perbankan islam adalah lembaga
keuangan yang menjalankan aktivitas perbankan konvensional murni yang tidak sama
sekali ada kaitannya dengan kegiatan keagamaan yang akan menimbulkan kontradiksi
apabila terjadi sebuah kesalahan, maka agama islam termasuk di dalamnya umat
islam itu akan tersalahkan.
Namun dalam kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari
landasan dan prinsip-prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam
adalah untuk menyempurnakan dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan
saja berorientasi pada profitabilitas tapi juga bagaimana perbankan islam itu sendiri
mengedepankan etika dan moral dalam berbisnis di dunia perbankan yang dapat
menciptakan sebuah kegiatan perbankan yang efisien dan efektip (bebas dari Riba,
Gharar, Maysir, dll) sehingga dapat berimplikasi pada pembangunan ekonomi,
kesejahteraan rakyat, menciptakan pasar ekonomi yang sehat dan menghilangkan
paradigma dzalim.
9
DAFTAR PUSTAKA
Sutan Remy Sjahdeini, perbankan islam, (jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti, 2007)
Andri Soemitra, Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana, 2009
10