Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Toha
Rianto pada mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Bank Konvesional dan Bank syariah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Toha Rianto, selaku dosen mata kuliah
Bank dan lembaga Keuangan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
1.1 KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
Latar Belakang.........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................6
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :.....................6
1.4 MEKANISME OPERASIONAL DAN PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH...............13
Sistem Operasional................................................................................................................................13
Denda Keterlambatan............................................................................................................................14
Metode Transaksi..................................................................................................................................15
PENUTUPAN..............................................................................................................................................16
Kesimpulan............................................................................................................................................16
3
1.2 BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama
dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer ,teknologi komputer yang digunakan,
syarat-syarat umum untuk memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan
keuangan dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal,
struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Menurut Boeson(2007) dalam
Donna (2007) paling tidak ada 3 prinsip dalam operasional bank syari’ah yang berbeda dengan
4
bank konvensional, terutama dalam pelayanan terhadap nasabah, yang harus dijaga oleh banker :
(1) prinsip keadilan, yakni imbalan atas dasar bagi hasil dan margin keuntungan ditetapkan atas
kesepakatan bersama antara nasabah dan bank, (2) prinsip kesetaraan, yakni nasabah menyimpan
dana penggunaan dana dan bank memiliki hak, kewajiban, beban terhadap resiko, dan
keuntungan yang tertimbang, dan (3) prinsip ketentraman bahwa produk bank Syari’ah
mengikuti prinsip dan kaidah muamalah islam (menerapkan prinsip islam dan menerapkan
zakat). Persamaan kedua sistem perbankan tersebut terletak pada teknis penerimaan uang,
mekanisme transfer, teknologi komputer, syaratsyarat umum untuk memperoleh kredit, misalnya
KTP, NPWP, proposal, laporan keangan dan lainnya (Umar Hamdan dan Andi Wijaya:2005:18).
Adanya persaingan antar bank syariah maupun bank konvensional lainnya yang tidak bisa
dihindarkan.
Jika menilik dari awal pendirian Bank Syariah di Indonesia, secara nasional
perkembangan ekonomi Islam diwarnai oleh perkembangan pemikiran ekonomi syariah dunia
dan permikiran tentang perbankan syariah,pendirian bank syariah diawali dengan berdirinya 3
BPRS di Bandung pada tahun 1991. Selain itu juga berdiri PT BPRS Hareukat di NAD. Prakarsa
pendirian bank syariah di Indonesia oleh MUI melalui lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di
Cisarua, Bogor, 18-20 Agustus 1990. Hasil ini dibahas mendalam dalam Munas IV MUI di
Hotel Sahid Jaya, Jakarta 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat munas IV MUI dibentuk tim
kerja untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia sehingga PT BMI berdiri tahun 1991 dan
beroperasi pada tahun 1992.
5
Diantara manfaat dari pendirian Bank Syariah adalah sebagai pelengkap keberadaan Bank
Konvensional, bank syariah digunakan sebagai alternatif transaksi perbankan konvensional, yang
kedua adalah sebagai pengakomodasi kelompok masyrakat yang antipasti terhadap dunia
perbankan konvensional, dan yang terakhir sebagai salah satu upaya peningkatan mobilisasi dana
masyarakat.
Rumusan Masalah
1. Bagi penulis, Sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang penulis peroleh selama
dibangku kuliah maupun dari hasil membaca literatur – literatur dengan kenyataan praktis
yang ada pada industri perbankan.
2. Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan atau koreksi untuk mempertahankan
dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan
kekurangan.
3. Bagi Bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau
pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha Syariah atau bahkan
mengkonversi menjadi bank syariah.
6
1.3 BAB II
PEMBAHASAN
Bank pertama yang di buat dan dimiliki oleh pemerintah Indonesia adalah Bank BNI
(Bank Negara Indonesia) pada tahun 1946 yang lebih di kenal dengan BNI 46’. Bank Negara
Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah
Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30
Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut
diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya jatuh pada tanggal 5
juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia
diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih
baik dan tuas sebagai sektor usaha nasional.
Kehadiran Bank Syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank Muamalat pada
tahun 1991 dan mulai beroperasi penuh tahun 1992, yang merupakan hasil dari musyawarah
7
Nasional pada tahun 1990 dimana hasil Munas tersebut mengamanatkan untuk membentuk
kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1998 terjadi perubahan Undang-Undang. Perubahan itu semakin
mendorong berkembangnya keberadaan sistem perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan
Undang-Undang ini Bank Umum diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan UUS (Unit Usaha Syariah). Bank umum dapat memilih
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan sistem umum atau berdasarkan prinsip syariah atau
melakukan keduanya.
Pada tahun 2008 ada aturan baru mengenai perbankan syariah, antara lain otoritas fatwa dan
komite perbankan syariah, pembinaan dan pengawasan syariah, pemilihan Dewan Pengawas
Syariah (DPS), masalah pajak, dan konversi Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum
Syariah (BUS), kemudian memberikan keleluasaan dalam pengembangan perkembangan syariah
sehingga memberikan peluang besar ke depannya, kemudian munculnya kegiatan usaha seperti
BUS dan BPRS.
Bank Konvensional ialah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional,
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum
berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan. Contoh : Bank Mandiri, Bank BCA,
Bank BRI, dan lain-lain.
8
Bank Syariah ialah perbankan yang segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Nama Bank Syariah sebenarnya hanya digunakan di
Indonesia saja, Bank Syariah pada internasional disebut sebagai Bank Islam. Contohnya : Bank
BNI Syariah, Bank Mandiri Syariah dan Bank Muamalat.
Bank menghimpun dana dari masyarakat melalui tabungan, deposito berjangka, giro
ataupun bentuk simpanan lainnya. Dengan menghimpun dana ini, bank menjamin keamanan
uang masyarakat tersebut sekaligus memberikan bunga untuk dana tersebut.
Setelah menghimpun dana dari masyarakat, bank akan menyalurkan dana ini kepada
pihak-pihak yang membutuhkan melalui sistem kredit atau pinjaman. Kredit yang di tawarkan
bank akan mengenakan bunga kepada peminjam. Produk kredit ini pun memiliki beberapa jenis
seperti Kredit Tanpa Anggunan (KTA), Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Mobil,
ataupun jenis pinjaman lainnya.
Fungsi lain dari Bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran
mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank
umum adalah jasa-jasa berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat
dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas
pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas fasilitas pembyaran yang mudah dan nyaman, seperti
kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.
9
Fungsi Bank Syariah antara lain :
1. Penghimpun Dana
Mirip dengan bank konvensional, pada bank syariah mempunyai fungsi untuk menghimpun dana
dari masyarakat, perbedaan keduanya jika bank konvensional penanung akan mendapatkan balas
jasa dalam bentuk bunga, sedangkan jika dibank syariah penabung akan mendapatkan balas jasa
dalam bentuk bagi hasil.
Dana yang telah dihimpun atau dikumpulkan oleh bank syariah dari nasabah, selanjutnya
akan disalurkan kembali ke nasabah lain dengan sistem bagi hasil
Dalam kapasitas ini, bank syariah mempunyai fungsi yaitu memberikan layanan seperti jasa
transfer, pemindahan buku, jasa tarik tunai dan juga jasa perbankan lainnya.
10
e. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk memperbesar atau
memperlancar perdagangan.
1. Al-Wadi`ah (simpanan)
al wadi`ah dikenal juga sebagai titipan atau simpanan. Merupakan titipan murni dari
satu pihak lain, bisa perorangan atau badan hukum. Titipan ini harus diaga dan dapat
dikembalikan kapan saja bila nasabah menghendakinya.
2. Pembiayaan dengan bagi hasil
Pada bank konvensional untuk penyaluran dananya dikenal dengan istilah kredit atau
pinjaman. Pada bank syariah untuk penyaluran dananya dikenal dengan istilah
pembiayaan. Pada bank syariah keuntungan diperoleh dari bagi hasil.
3. Bai` Al-Murabahan
Bai` Al-Murabahah adalah kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Penjual harus lebih dahulu memberikan informasi
tentang harga poko yang dibeli dengan ditambah keuntungan yang diinginkan.
Kegiatan ini dilakukan setelah terjadi kesepakatan dengan pembeli.
4. Bai` As Salam
Bai` As Salam adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan
pembayaran diserahkan dimuka. Prinsip yang dianut adalah kondisi barang
pembayaran sudah disepakati.
5. Al-Ijarah
Al-Ijarah merupakan pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikian atas barang tersebut.
Dalam praktiknya, kegiatan jenis usaha ini dilakukanoleh perusahaan leasing baik
untuk kegiatan operating lease maupun finansial lease.
11
6. Al-Wakalah
Al-Wakalah adalah penyerahan atau pendelegasinya atau pemberian mandat dari stau
pihak kepada pihak lain dan harus dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh
pemberi mandat kepada penerima mandat.
12
1.4 MEKANISME OPERASIONAL DAN PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL
DAN BANK SYARIAH
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional yang pertama dapat dilihat dari segi
sistem operasionalnya. Sesuai dengan namanya, bank syariah tentu saja menjalankan setiap
kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah ini tidak lain adalah prinsip hukum
islam berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Dalam hal ini, setiap fatwa yang dikeluarkan
harus dipatuhi oleh setiap lembaga perbankan dan keuangan syariah di Indonesia.
Sistem Operasional
Berbeda dengan bank syariah, bank konvensional memiliki sistem operasional yang
bebas nilai. Maksudnya, dalam menjalankan setiap kegiatannya, bank konvensional berdiri
sendiri dan bebas dari nilai-nilai agama seperti yang dianut bank syariah. Di sini, bank
konvensional dapat menjalankan peranannya dalam perekonomian Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hal penting yang tidak boleh dilupakan, bahwa dalam menjalankan kegiatannya bank
syariah tidak boleh berpartisipasi dalam kegiatan yang melanggar syariah. Seperti membiayai
bisnis perjudian, alkohol, hingga prostitusi. Sedangkan pada bank konvensional, pembatasan ini
tidak berlaku. Di sini, bank konvensional bebas melakukan kegiatan apa saja, selama kegiatan itu
mendatangkan keuntungan dan tidak melanggar hukum yang telah mengatur.
13
Pembagian Bunga atau Keuntungan
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional selanjutnya berasal dari sistem
pembagian bunga atau keuntungan. Seperti diketahui, bank konvensional melakukan berbagai
kegiatan dengan berbasis bunga, sedangkan bank syariah tidak mengenal bunga melainkan lebih
menerapkan prinsip untung dan rugi. Dalam hal ini, keuntungan dan kerugian yang didapatkan
akan ditanggung secara bersama atau kolektif. Selain itu, dalam menjalankan kegiatan
pembiayaan, bank syariah lebih menerapkan prinsip jual beli aset (murabahah). Dari kegiatan
jual beli ini, keuntungan bisa didapatkan. Apabila pembayaran dilakukan dengan sistem cicilan,
maka harga jual barang atau aset tetap sama dan tidak mengalami perubahan sampai akhir.
Berbeda dengan sistem yang dijalankan bank konvensional. Dalam melakukan kegiatan
pembiayaan, bank konvensional menerapkan sistem kredit. Di sini harga barang bisa mengalami
perubahan berdasarkan tingkat suku bunga. Bahkan setiap cicilan yang dibayarkan selalu
mengalami kenaikan. Hal ini pun akan dirasakan masyarakat saat krisis ekonomi sedang terjadi
di negaranya. Namun tidak dengan bank syariah. Meskipun dinilai lebih mahal namun manfaat
dari sistem yang dilakukan bank syariah dapat dirasakan dalam jangka panjang. Tidak heran, jika
kegiatan pembiayaan pada bank syariah lebih stabil sekalipun terjadi krisis ekonomi
Denda Keterlambatan
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional berikutnya dilihat dari sisi denda
keterlambatan. Dalam hal ini, bank syariah tidak mempunyai ketentuan beban uang tambahan
yang harus dibayarkan bagi nasabah yang melakukan keterlambatan pembayaran. Namun
terdapat sanksi yang dikenakan bagi nasabah yang mampu namun sengaja menunda-nunda
pembayaran dan tidak memiliki iktikad baik. Sanksi ini bisa berupa uang dengan jumlah sesuai
dengan akad yang sudah disetujui dan ditandatangani. Di sini, pemberlakuan sanksi bertujuan
agar nasabah bisa disiplin dalam menunaikan kewajibannya.
Berbeda dengan bank syariah, nasabah pada bank konvensional dibebankan uang
tambahan atau bunga apabila terlambat melakukan pembayaran. Besaran bunga ini akan semakin
14
bertambah, jika nasabah tidak mampu membayar pada periode berikutnya. Dengan begitu,
tagihan yang dibebankan nasabah bisa semakin membengkak.
Pemberlakukan dewan pengawas juga bisa menjadi salah satu perbedaan bank syariah
dan bank konvensional. Dalam hal ini, setiap bank syariah wajib mempunyai Dewan Pengawas
Syariah (DPS), sedangkan bank konvensional tidak ada keharusan. Dewan Pengawas Syariah ini
wajib dibentuk oleh bank syariah dan bank konvensional yang memiliki UUS. Di sini, Dewan
Pengawas Syariah berperan memberikan nasihat dan saran kepada direksi dan bertugas
mengawasi segala kegiatan agar sesuai dengan prinsip syariah yang menjadi pedoman.
Terakhir, perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada hukum yang
mendasarinya. Dikatakan, bahwa hukum dari bank syariah diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Kemudian landasan hukum ini diamandemen dengan Undang-Undang No.
10 Tahun 1998. Tahun 2008, UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Undang-
Undang ini menjadi dasar hukum khusus yang mengatur kegiatan perbankan syariah. Di samping
itu, bank syariah juga tunduk pada peraturan yang dikeluarkan oleh BI/OJK serta fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN-MUI. Sementara itu, bank konvensional hanya patuh pada UU Perbankan
dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh BI/OJK saja.
15
Metode Transaksi
Transaksi dalam bank syariah diatur menurut fatwa MUI transaksi yang terjadi dalam bank
syariah akan berbeda dengan bank konvensional pada umumnya secara khusus, beberapa
transaksi ini telah diatur berdasarkan fatwa MUI antara lain akad Al-Mudharabah ( bagi hasil),
al-musyarakah (perkongsian), al-musaqat (kerjasama tani), al- Ba`I (bagi hasil), al-Ijarah (sewa
menyewa), dan al-wakalah (keagenan).
Hal yang sama tidak ditemui oleh bank konvensional. Sebab semua aturan serta
kebijakan transaksi di bank ini telah diatur dan dijalankan berdasarkan hukum yang berlaku di
Indonesia
PENUTUPAN
Kesimpulan
16
1.6 DAFTAR ISI
http://nitawahyono.blogspot.com/2012/05/makalah-operasional-bank-syariah-dan.html
https://www.academia.edu/12596410/MAKALAH_BANK
https://halangrintang.com/makalah-bank-umum-konvensional-dan-bank-umum-syariah/
17