Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK

SISTEM EKONOMI DAN ADMINISTRASI ISLAM

“Sistem Keuangan Pada Bank Syariah Indonesia”

Disusun oleh:

Agama Islam kelas D

Agnes Dwi Krisanti 205110107111012

Andinny Salsabila M. 205110107111017

Cikal Kusuma Indah Sari 205110107111038

Jihan Nur Salzabila 205110107111028

Tazkiyah Amalia 205110107111022

Zulfa Ghefira Azzahra 205110107111033

Program Studi: S1 Sastra Inggris

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Brawijaya
ABSTRAK

Keuangan syariah sendiri merupakan salah satu sistem keuangan yang


diterapkan dengan mengacu pada prinsip islam dan dasar hukum islam sebagai
pedomannya. Hal ini tidak hanya berlaku pada sistemnya saja, tetapi juga bagi
para lembaga penyelenggara keuangan serta produk-produk yang ditawarkan.
Pada intinya, sistem keuangan syariah ini adalah sistem keuangan yang
pengelolaannya, dan segala proses transaksi didalamnya disesuaikan dengan
ajaran agama islam, di mana hukum keuangan yang tercantum pada Al-Qur’an
meniadakan adanya bunga dan menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip sistem
keuangan syariah juga menerapkan akad dan transaksi seperti Akad Tabarru’ di
mana perjanjian tersebut tidak bertujuan untuk laba dan Akad Tijarah yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai rukun dan syaratnya. Alasan
mengapa kelompok kami mengambil topik ini karena kami tertarik mengetahui
lebih dalam tentang bagaimana sistem keuangan syariah yang berlaku di
Indonesia dan bagaimana tata kerja, proses, dan macam-macam hukum yang ada
di dalamnya.

Keyword: syariah, bunga, rukun.


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah
mengkaruniakan nikmat iman dan islam bagi kita semua. Shalawat serta salam
tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membimbing umatnya dari jalan kegelapan ke jalan yang benar.

Penulisan makalah berjudul “Sistem Keuangan pada Bank Syariah Indonesia”


bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Pada makalah ini
dijelaskan berbagai hal mengenai sistem keungan syariah.

Kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang terlah berkenan membantu


dalam penyusunan makalah ini, karena adanya beliau-beliaulah yang membuat
makalah ini tersusun dengan baik.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik
berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 30 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank

2.2 Sejarah dan Definisi Bank Syariah

2.3 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Syariah

2.4 Landasan Hukum Manajemen Keuangan Syariah

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri perbankan di Indonesia mempunyai peranan penting dalam pereko
nomian negara sebagai lembaga perantara keuangan. Perbankan merupakan sa
lah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary, y
aitu suatu lembaga yang berperan untuk menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Pada tahun 1992, bank syariah secara resmi diperkenalkan kepada
masyarakat Indonesia sekaligus sebagai tanda dimulainya industri perbankan s
yariah. Perbankan syariah sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat
dan menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia, pertumbuhan dan perkembanga
n perbankan syariah saat ini mengalami kemajuan yang pesat.
Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) ant
ara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan (surplus units) dengan unit-u
nit yang mengalami kekurangan (definit units) melalui bank. Kelebihan terseb
ut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan sehingga memberik
an manfaat kepada kedua belah pihak. Dalam bank syariah hubungan yang terj
adi ada antara bank dengan nasabah bukan hubungan debitur dengan kreditur,
melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana dengan pengelola dan
a.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan modal dan pembiayaan, bank syari
ah memiliki ketentuan ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Sec
ara umum, piranti-piranti yang digunakan bank syariah terdiri atas tiga kategor
i, yaitu penyaluran dana, produk penghimpunan dana, dan produk jasa. Bank s
yariah dan bank konvensional pada dasarnya memiliki persamaan, terutama da
lam segi teknis penerimaan uang mekanisme transfer, teknologi komputer, dan
sebagainya. Hal mendasar yang membedakan keduanya terletak pada pengem
balian dan pembagian keuntungan yang diberikan nasabah kepada lembaga ke
uangan dan yang diberikan lembaga keuangan kepada nasabah. Kegiatan oper
asional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing).
Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh penda
patan maupun membedakan bunga atas penggunaan dana pinjaman, karena bu
nga merupakan riba yang diharamkan.
Dalam makalah ini akan membahas bagaimana sistem lembaga syariah ya
ng ada di Indonesia dan menjelaskan metode yang ada didalamnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari bank?
2. Bagaimanakah sejarah dan definisi bank syariah?
3. Bagaimanakah ruang lingkup manajemen keuangan syariah?
4. Apakah landasan hukum manajemen keuangan syariah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari bank.
2. Mengetahui sejarah dan definisi bank syariah.
3. Mengetahui ruang lingkup manajemen keuangan syariah.
4. Mengetahuilandasan hukum manajemen keuangan syariah.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Sebagai bahan untuk menambah khasanah keilmuan, pengetahuan, dan wa
wasan tentang sistem keuangan syariah.
2. Sebagai bahan referensi dari dari sumber-sumber yang telah ada sebelumn
ya.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bank
 Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank
sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangan. Mereka menganggap bank
merupakan lembaga keuangan yang aman dalam  melakukan berbagai macam
aktivitas keuangan. Di sisi lain, bank berperan menyalurkan dana kepada
masyarakat. Bank dapat memberikan pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. Masyarakat dapat secara langsung mendapat pinjaman dari
bank sepanjang peminjaman dapat memenuhi persyaratan yang diberikan oleh
bank. Pada dasarnya bank mempunyai peran dalam dua sisi, yaitu menghimpun
dana secara langsung yang berasal dari masyarakat yang sedang kelebihan dana
(surplus unit) dan menyalurkan dana secara langsung kepada masyarakat yang
membutuhkan dana (defisit unit) untuk memenuhi kebutuhan sehingga disebut
sebagai financial depository institution.
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak. Dua fungsi bank yaitu penghimpunan dana masyarakat dan
penyaluran dana kepada masyarakat (financial intermediary).

2.2 Sejarah dan Definisi Bank Syariah


Bank syariah pertama kali didirikan di Indonesia sejak tahun 1992 dengan
nama Bank Muamalat Indonesia.Perkembangan Bank Muamalat Indonesia masih
tergolong stagnan, namun sejak adanya krisis moneter yang melanda Indonesia
pada tahun 1997 dan 1998 maka para bankir melihatbahwa Bank Muamalat
Indonesia atau BMI tidak terkena dampak krisis moneter. Pada tahun 1999
berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari bank Susila Bakti
yang merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara
kemudian dikonversi kembali menjadi Bank Syariah Mandiri yang akhirnya
menjadi Bank Syariah kedua di Indonesia 
Bank syariah merupakan bank yang secara operasional berbeda dengan
bank konvensional. Salah satu ciri khas bank syariah yaitu tidak menerima atau
membebani bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima atau membebankan bagi
hasil serta imbalan lain sesuai dengan akad-akad yang sesuai dengan konsep dasar
bank syariah yang didasarkan pada Al-Qur’an dan hadis. Semua produk dan jasa
yang ditawarkan tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan hadis
Rasulullah SAW. Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan
bank konvensional, bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para
nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan
bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal
sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau
bunga yang dibayarkan kepada penyimpan dana di bank syariah itu sendiri.Bank
syariah juga bisa disebut sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang
menginvestasikan dananya di bank, kemudian selanjutnya bank syariah
menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang
menempatkan dananya akan mendapat imbalan dari bank dalam bentuk bagi hasil
yang diperoleh dalam margin keuntungan, bentuk bagi hasil, dan atau bentuk
lainnya yang disahkan dalam syariat islam.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan unit usaha syariah yang mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah memiliki
fungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi dari
pihak pemilik tanah. Fungsi lainnya adalah menyalurkan dana  kepada pihak lain
yang membutuhkan dana dalam bentuk jual beli maupun kerjasama usaha.

2.3 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Syari’ah


Ekonomi Islam hadir kembali pada masa di mana ekonomi baru sudah mulai
berkembang. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi islam tidak lepas dengan
pola pengembangan ekonomi baru yang ada. Yakni dinamika perubahan yang
cepat, aktivitas yang seolah tanpa batas, pengetahuan dan inovasi dianggap
sebagai pendorong utama bagi pembangunan ekonomi.

Manajemen keuangan Syariah adalah sebuah kegiatan manajerial keuangan


untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan kesesuaiannya pada prinsip-prinsip
syariah dalam agama Islam. Ruang lingkup manajemen keuangan syariah
sesungguhnya sangatlah luas, antara lain mencakup tentang:

1. Lembaga Keuangan Bank


Keuangan bank merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan
yang lengkap, lembaga keuangan bank secara opersioanal dibina atau
diawasi oleh bank indonesia sebagai bank central diindonesia.
Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-
prinsip syariah dilakukan oleh dewan syariah nasional MUI. Lembaga
keuangan bank terdiri dari :
a. Bank Syariah
b. Bank Umum Syariah
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

2. Lembaga Keuangan Non-bank


Lembaga keuangan non-bank merupakan lembaga keuangan ang lebih
banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Pembinaan dan
pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh
dewan syariah nasional MUI. Lembaga keuangan syariah non-bank
antara lain sebagai berikut:

a. Pasar Modal
b. Pasar Uang
c. Perusahaan Asuransi
d. Dana Pensiun
e. Perusahaan Modal Venture
f. Lembaga Pembiayaan

2.4 Landasan Hukum Manajemen Keuangan Syariah

1. Landasan Hukum Berdasarkan Yuridis


a. Perbankan Syariah
Menurut Undang-undang Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008,
bahwa dibentuk suatu komite dalam internal Bank Indonesia untuk
menindak lanjuti implementasi fatwa MUI yaitu, Pembentukan Komite
Perbankan Syariah (PBI No. 10/32/PBI/2008 tanggal 20 November 2008).

2. Landasan Hukum Berdasarkan Filosofis


Dalam rangka menciptakan kemaslahatan bagi para pelaku bisnis,
kegiatan usaha lembaga keuangan yang berlaku harus disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah. Usaha penyesuaian manajemen syariah telah
dilakukan terkait dengan perubahan peraturan perundang-undangan dan/atau
ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan akad-akad operasionalnya.
Perubahan yang dimaksud untuk menciptakan sistem keuangan yang handal,
baik ditinjau dari segi kebutuhan jasmani maupun rohani.
Dalam konsep manajemen syariah yang dirumuskan oleh Dr. KH. Didin
Hafidhuddin, M.Sc. dan Hendri Tanjung, S.Si., MM, dalam bukunya berjudul
“Manajemen Syariah dalam Praktik”, manajemen syariah adalah perilaku yang
terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan, setiap perilaku orang yang
terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid.
Oleh karena itu, diharapkan para pelaku manajemen syariah memiliki
perilaku yang terkendali dan tidak melakukan KKN (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari Allah SWT, yang
mana akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun buruk.
Contoh manajemen yang dicontohkan Rasulullah SAW dengan
menempatkan orang pada posisi yang tepat (The right man on the right place).
Manajemen keuangan dalam organisasi bisnis (perusahaan) merupakan suatu
proses aktivitas penentuan dan pencapaian tujuan bisnis melalui pelaksanaan
empat fungsi dasar manajemen, yaitu planning, organizing, actuating, dan
controlling dalam penggunaan sumber daya keuangan organisasi. Oleh karena
itu, aplikasi manajemen keuangan dalam organisasi bisnis atau perusahaan
hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM organisasi perusahaan yang
bersangkutan.
Islam menggariskan hakikat amal perbuatan manusia harus berorientasi
pada pencapaian ridha Allah. Hal ini seperti dinyatakan oleh Imam Fudhail
bin Iyadh, dalam menafsirkan surat Al-Muluk ayat 2 :

ِ ِ
ُ ‫َح َس ُن َع َماًل ۚ َو ُه َو ٱلْ َع ِز ُيز ٱلْغَ ُف‬
‫ور‬ َ ‫ٱلَّذى َخلَ َق ٱلْ َم ْو‬
ْ ‫ت َوٱحْلََي ٰوةَ ليَْبلَُو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أ‬
“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
yang paling baik amalnya. Dan Dialah Maha Perkasa dan Maha
Pengampun”.
Ayat ini mengisyaratkan dipenuhinya dua syarat sekaligus, yaitu niat yang
ikhlas dan cara yang harus sesuai dengan syariat Islam. Bila perbuatan
manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu tergolong baik
(ahsanul amal), yaitu amal terbaik di sisi Allah.

Prinsip syariah pada aspek keuangan, meliputi :

1. Setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban

‫صٰلِ ًحا‬ ِ َ ‫َو َو َمٓا أ َْم َٰولُ ُك ْم َوٓاَل أ َْوٰلَ ُد ُكم بِٱلَّىِت ُت َقِّربُ ُك ْم ِع‬
َ ‫ندنَا ُزلْ َف ٰ ٓى إِاَّل َم ْن ءَ َام َن َو َعم َل‬
‫ت ءَ ِامنُو َن‬ِ َ‫ف مِب َا ع ِملُو ۟ا وهم ىِف ٱلْغُر ٰف‬ ِ ‫ع‬ ‫ٱلض‬
ِّ ‫ٓاء‬ ‫ز‬‫ج‬ ‫م‬ ‫هَل‬ ‫ك‬ َ ِ‫فَأُ ۟و ٰلَٓئ‬
ُ َُْ َ ْ ُ َ َ ُْ
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang
memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi
(dalam syurga)”.  (QS. As Saba’ : 37)

ِ ِ ِ ۟ ۟ ِ َّ ٓ ٰ
‫يمةُ ٱأْل َْن َٰع ِم إِاَّل َما يُْتلَ ٰى َعلَْي ُك ْم‬ ْ َّ‫ين ءَ َامنُ ٓوا أ َْوفُو ا بِٱلْعُ ُقود ۚ أُحل‬
َ ‫ت لَ ُكم هَب‬ َ ‫يَأَيُّ َها ٱلذ‬

ُ ‫ٱلصْي ِد َوأَنتُ ْم ُحُر ٌم ۗ إِ َّن ٱللَّهَ حَيْ ُك ُم َما يُِر‬


‫يد‬ َّ ‫َغْيَر حُمِ لِّى‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak
dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia
kehendaki”. (QS. Al-Maidah :1)

2. Setiap harta yang diperoleh terdapat hak orang lain


ِ ‫ا اَل تَأْ ُكلُ ٓو ۟ا أَم ٰولَ ُكم بينَ ُكم بِٱلْب‬S۟‫ٰيَٓأَيُّها ٱلَّ ِذين ءامنُو‬
‫ٰط ِل إِٓاَّل أَن تَ ُكو َن جِت ََٰرةً َعن‬َ َْ َ ْ ََ َ َ
ِ ِ َّ ۚ ‫اض ِّمن ُك ْم ۚ َواَل َت ْقُتلُ ٓو ۟ا أَن ُف َس ُك ْم‬
ً ‫إن ٱللَّهَ َكا َن ب ُك ْم َرح‬
‫يما‬ ٍ ‫َتَر‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu”. (QS. An-Nisa’ :29)

ِ ‫لسٓائِ ِل وٱلْمحر‬
‫وم‬ ِّ ِ‫هِل‬ ‫ىِف‬
ُ ْ َ َ َّ ‫َو ٓى أ َْم َٰو ْم َح ٌّق ل‬

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (QS. Az-Zariyat :19).
ٌ‫ا مِم َّا َر َز ْقٰنَ ُكم ِّمن َقْب ِل أَن يَأْتِ َى َي ْو ٌم اَّل َبْي ٌع فِ ِيه َواَل ُخلَّة‬S۟‫َنف ُقو‬
ِ ‫ٰيَٓأَيُّها ٱلَّ ِذين ءامن ٓو ۟ا أ‬
َُ َ َ َ
‫َواَل َش َٰف َعةٌ ۗ َوٱلْ َٰك ِف ُرو َن ُه ُم ٱل ٰظَّلِ ُمو َن‬

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian


dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang
pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan
orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim”. (QS.Al Baqarah : 254)

ِ ‫ومثَل ٱلَّ ِذين ي ِنف ُقو َن أَم ٰوهَل م ٱبتِغَٓاء مرض‬


‫ات ٱللَّ ِه َوَتثْبِيتًا ِّم ْن أَن ُف ِس ِه ْم َك َمثَ ِل َجنَّ ۭ ٍة‬ َ ْ َ َ ْ ُُ َ ْ ُ َ ُ ََ
‫صْب َها َوابِ ٌل فَطَلٌّ ۗ َوٱللَّهُ مِب َا‬
ِ ‫ت أُ ُكلَها ِضع َف ِ فَِإن مَّل ي‬ ٍ
ُْ ‫َص َاب َها َوابِ ٌل فََٔٔـَاتَ ْ َ ْ نْي‬
َ ‫بَِر ْب َوة أ‬
ِ
ٌ‫َت ْع َملُو َن بَصري‬

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah[166]  adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS.Al Baqarah :
261)

“Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memiliki” (H.R. Baihaqi dari
Hukaim bin Hizam).
3. Uang sebagai alat tukar bukan sebegai komoditas yang diperdagangkan

‫وم ٱلَّ ِذى َيتَ َخبَّطُهُ ٱلشَّْي ٰطَ ُن ِم َن‬


ُ ‫ومو َن إِاَّل َك َما َي ُق‬
۟
ِّ ‫ين يَأْ ُكلُو َن‬
ُ ‫ٱلر َب ٰوا اَل َي ُق‬
ِ َّ
َ ‫ٱلذ‬
ۚ ‫ٱلر َب ٰ ۟وا‬ ۟ ‫ٱلْمس ۚ َٰذلِك بِأَنَّهم قَالُ ٓو ۟ا إِمَّنَا ٱلْبيع ِمثل‬
ِّ ‫َح َّل ٱللَّهُ ٱلَْبْي َع َو َحَّر َم‬
َ ‫ٱلر َب ٰوا ۗ َوأ‬
ِّ ُ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ ِّ َ
‫ف َوأ َْم ُرهُۥٓ إِىَل ٱللَّ ِه ۖ َو َم ْن َع َاد‬ َ َ‫فَ َمن َجٓاءَهُۥ َم ْو ِعظَةٌ ِّمن َّربِِّۦه ف‬
َ َ‫ٱنت َه ٰى َفلَهُۥ َما َسل‬
‫ب ٱلنَّا ِر ۖ ُه ْم فِ َيها َٰخلِ ُدو َن‬ ‫ح‬ٰ ‫َص‬ ‫أ‬ ‫ك‬َ ِ‫فَأُ ۟و ٰلَٓ ئ‬
ُ َْ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”. (QS.Al Baqarah :275)

‫ند ٱللَّ ِه ۖ َو َمٓا ءَاَتْيتُم ِّمن‬


َ ‫َّاس فَاَل َي ْربُو ا ِع‬
۟ ِ ‫َو َمٓا ءَاَتْيتُم ِّمن ِّربًا لَِّي ْربُ َو ۟ا ىِف ٓى أ َْم َٰو ِل ٱلن‬
ٓ ٰ ۟ ِ َّ
‫ضعِ ُفو َن‬ ْ‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ك‬ ِ
ْ ُ ُ ُ َ ‫يدو َن َو ْجهَ ٱلله فَأُول‬
‫م‬ ‫ئ‬ َ ُ ‫َز َك ٰو ٍة تُِر‬
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.(Qs. Ar Ruum :39).

Prinsip-prinsip manajemen keuangan syariah yang diajarkan Al-Quran


sebagai berikut :
1. Setiap perdagangan harus didasari sikap saling suka sama suka di antara dua
pihak, sehingga para pihak tidak merasa dirugikan atau didzalimi.
2. Penegakan prinsip keadilan, baik dalam takaran, timbangan, ukuran mata
uang (kurs), dan pembagian keuntungan.
3. Kasih sayang, tolong menolong dan persaudaraan universal.
4. Dalam kegiatan perdagangan tidak melakukan investasi pada usaha yang
diharamkan seperti usaha yang merusak mental dan moral misalnya, narkoba
dan pronografi. Demikian pula komoditas perdagangan haruslah produk yang
halal dan baik.
5. Prinsip larangan riba, serta perdagangan harus terhindar dari praktik
spekulasi, gharar, tadlis, dan maysir.
6. Perdagangan tidak boleh melalaikan diri dari beribadah (shalat dan zakat) dan
tetap mengingat Allah SWT.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwasanya bank syari’\ah dengan
manajemen yang ada sebagai lembaga keuangan yang bebas dari bunga, karena
bunga dalam bentuk sekecil apapun dalam islam hukumnya adalah haram, dan
alangkah baiknya jika kita menghindari suatu perbuatan yang dilarang dalam
islam.
3.2 Saran
Alangkah baiknya jika meningkatkan ketaqwaan dengan menghindari
sesuatu yang dilarang dalam agama islam, dan menjadi muslim yang lebih taat
dengan menjalankan seluruh perintah Allah SWT. Salah satunya dengan
menghindari riba dalam bentuk sekecil apapun.

DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin S. 2010. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sutedi, Adrian. 2011. Pasar Modal Syariah. Jakarta Timur: Sinar Grafika.

Adrianto, M. dan Firmansyah, Anang. 2019. Manajemen Bank Syariah. Jawa


Timur: Qiara Media Partner.

Hardja, Susanto. 2008. Perbankan Syariah. Jakarta: pkes publishing.

Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group.

Darmawan dan Iqbal, Muhammad. 2020. Manajemen Lembaga Keuangan


Syariah. Yogyakarta: UNY Press.

Abdullah, Boedi. 2017. Manajemen Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka


Setia.

Arief Budiono. 2017. Penerapan Prinsip Syariah Pada Lembaga Keuangan


Syariah. Vol. 2 No. 1.

Srisusilawati, Popon. dan Eprianti, Nanik. 2017. Penerapan Prinsip Keadilan


Dalam Akad Mudharabah di Lembaga Keuangan Syariah. Vol. 2 No. 1.

Rosiana, Desy. dan Triaryati, Nyoman. 2016. Studi Komparatif Kinerja


Keuangan Pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia. Vol. 5
No. 2.

Faradilla, Cut. dkk. 2017. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Istishna,


Ijarah Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah di Indonesia. Vol. 6 No.3.

https://www.prudential.co.id/id/Informasi-untuk-Anda/artikel-asuransi-
jiwa/syariah/masih-bingung-apa-itu-keuangan-syariah-cari-tahu-di-sini/

http://www.mag.co.id/manajemen-keuangan-syariah/#:~:text=Manajemen
%20keuangan%20Syariah%20adalah%20sebuah,prinsip%20Syariah
%20dalam%20agama%20Islam.&text=Ada%20beberapa%20hal%20yang
%20sebaiknya,pertama%20adalah%20aktivitas%20perolehan%20dana.

Anda mungkin juga menyukai