Anda di halaman 1dari 20

BANK SYARIAH

Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan

Disusun oleh :
Elisa Siahaan (2232012)
Elen Tania (2231026)
Mila Oktavia Sirait (2231034)
Dolca Panjaitan (2232062)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan atas pimpinan-Nya kepada kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas dari mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Non-
Bank yang berjudul, “BANK SYARIAH” dapat kami selesaikan dengan baik. Kami
kelompok 7 berharap tugas ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.

Pada kesempatan ini, kami ingin berterima kasih kepada dosen pengampu kami,
Bapak Paul E. Sudjiman M.B.A, Ph.D., yang sudah membantu dalam memotivasi kami.
Harapan kami, informasi dari materi ini bisa berguna bagi pembaca. Hanya Tuhan-lah yang
maha sempurna, maka dari itu, kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun untuk
tugas kami selanjutnya.

Demikian tugas ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada tugas ini, kami mohon maaf. Kami
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah
yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

2
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….... 3
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….... 5
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………. 7
2.1PengertianBankSyariah…………………………………………………… 7
2.2 Sumber Pendapatan Bank Syariah……………………………………… 7
2.3 fungsi bank syariah ………………………………………………………. 7
2.4 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional………………… 8
2.5 Dasar Hukum Bank Syariah…………………………………………….. 9
2.6 Prinsip Bank Syariah…………………………………………………….. 9
2.7 Karakteristik Bank Syariah…………………………………………….. 10
2.8 Perbedaan Imbalan yang Berdasarkan Bunga dan Bagi Hasil………. 10
2.9 Konsep Dasar Transaksi……………………………………………….... 11
2.10 Produk PerbankanSyariah……………………………………………... 11
2.10.1 Produk Penyaluran Dana………………………………………... 12
2.10.2 Produk PenghimpunDana……………………………………….. 15
2.10.3 Produk Saja Perbankan………………………………………….. 17
2.11 Keunggulan dan Kelemahan Bank Syariah…………………………… 18
2.12 Contoh Contoh Bank Syariah………………………………………….. 18
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………. 19
3.31 Kesimpulan……………………………………………………………… 19
3.32 saran …………………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

Hal paling umum yang manjadi salah satu penggerak ekonomi konvensional adalah riba
atau interest. Suku bunga yang menjadi mesin penggerak perekonomian konvensional
memang menjadi rancu penggunaanya dalam sistem konvensional sendiri. Menurut
Adiwarman Karim, suku bunga sendiri pada awalnya merupakan rate of return bagi
kepemilikan modal, atau imbal jasa atas modal yang digunakan dalam proses produksi, bukan
merupakan sebuah keuntungan atau uang yang dipinjamkan kepada investor yang
menjalankan perekonomian. Namun seiring berjalannya waktu, riba atau interest akhirnya
lazim digunakan untuk menggerakan perekonomian, terutama institusi perbankan sebagai
sebuah medium of intermesdiary.
Dalam ekonomi islam, riba dapat diartikan sebagai sebuah tambahan atas pinjaman yang
diberikan kepada pihak peminjam terhadap pihak yang dipinjamkan tanpa keikhlasan dari
pihak yang meminjamkan. Ekonomi Islam kini menganggap bahwa interest rate sebagai
perannya dalam menggerakkan perekonomian konvensional sekarang dapat diubah
dengan rate on kapital, yaitu pendapatan atas modal barang dan jasa dalam proses produksi.
Dengan alasan ini, Adiwarman Karim menjelaskan bahwa perbankan Islam dapat
menggerakan perputaran kegiatan atau aktivitasnya dengan ikut masuk ke dalam proses
produksi yaitu dengan ikut atau berperan aktif dalam kegiatan usaha. Oleh karena itu, maka
dua produk perbankan Islam yang sekarang ada terbentuk dari ide dasar
ini. Mudharobah dan musyarokah dapat dikedepankan sebagai dua produk Islam yang
muncul dari ide dasar bahwa perbankan Islam haruslah perbankan yang mengambil untung
dari ikut berperannya mereka dalam proses produksi dengan mendapat bagian dri bagi hasil
pendataan atau dari untung usaha yang didapatkan perusahaan yang menjadi rekan usahanya.
Selain produk Mudharobah dan  Musyarokah, perbankan Islam juga menganut
prinsip dual system. Perbankan Islam selain berperan sebagai partner usaha juga dapat
berperan sebagai penjual dalam akad Mudharobah, ijarah, atau ishtinah. Dengan peran
perbankan Islam sebagai pedagang inilah maka perbankan Islam kini mendapatkan selisih
keuntngan yang sudah ditetapkan di awal dengan barang yang disepakati untuk
diperjualbelikan. Akad jual beli ini lah yang selama ini menjadi produk yang banyak di
gunakan oleh institusi syariah karena perhitungan dan sifat produknya yangg lebih mudah
digunakan dalam buisnis syariah. Dengan digunakannya produk  Mudharobah, ijarah, atau
istisna ini memang membuat banyak orang awam merasa produk syariah menjadi
4
mirip perbankan dengan perbankan konvensional. Apalagi penempatan margin keuntungan
yang jauh beda dengan interest rate. Terlepas dari pembelaan bank syariah terhadap hal
ini,  kritik mengenai produk yang berlandaskan akad jual beli ini patut menjadi perhitungan
sendiri bagi perbankan syariah.

1.1 Latar Belakang


Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary.
Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah
uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang
merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan
selalu terkait dengan komoditas, antara lain : 1. Memindahkan uang 2. Menerima dan
membayarkan kembali uang dalam rekening koran 3. Mendiskonto surat wesel, surat order
maupun surat berharga lainnya 4. Membeli dan menjual surat-surat berharga. 5. Membeli dan
menjual cek, surat wesel, kertas dagang 6. Memberi jaminan bank.

Perbankan Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan


sistem syariah (hukum islam).Usaha pembentukkan sistem ini berangkat dari larangan islam
untuk memungut dan meminjam bedasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan investasi
untuk usaha yang dikategorikan haram,misalnya dalam makanan,minuman,dan usaha-usaha
lain yang tidak islami,yang hal tersebut tidak diatur dalam Bank Konvensional. 
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri
tahun1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta
dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga
ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan
dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.

Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Adanya Perbankan syariah di Indonesia bertujuan untuk mewadahi penduduk di Negara
Indonesia yang hampir seluruh penduduknya beragama Islam.
Dengan adanya bank tersebut diharapkan tidak adanya kerancuan dalam proses
muamalah bagi para pemeluk agama islam,sehingga mereka terjaga dari keharaman akibat

5
tidak adanya suatu wadah yang melayani mereka dalam bidang muamalah yang bersifat
islami.
Namun realitas yang ada,dari 80% penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak lebih dari
10% di antara mereka yang bertransaksi secara syar’I lebih-lebih dalam hal
perbankan.Sampai saat ini perbankan syariah di Indonesia belum mampu menunjukan
eksistensinya,banyak masyarakat yang tidak menaruh kepercayaan terhadap perbankkan
syariah.Bahkan para ulama-ulama di negeri ini pun sebagian besar masih menyimpan
uangnya di bank konvensional.Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai
sisitem operasi perbankan syariah Sistem dalam bank syariah di anggap sama dengan sistem
operasi yang ada dalam bank konvensional.
Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bank syariah dan
berakibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.Hal tersebut menjadi
landasan untuk menyadarkan masyarakat akan keurgenan perbankkan islam di Negara ini,
khususnya bagi mereka yang beragama islam.Upaya-upaya pensosialisaian mekanisme dan
syariah di rasa perlu,sehingga masyarakat tidak lagi terjebak dalam transaksi-transaksi yang
tidak islami dan masyarakat kembali manaruh kepercayaan terhadap transaksi syariah.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Syariah


        Bank Syariah adalah Bank baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat yang
beropreasi sesuai dengan prinsip syariah Islam Prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk kegiatan yang dinyatakan
sesuai dengan syariah Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

2.2 Sumber pendapatan bank syariah


Sumber pendapatan bank syariah terdiri dari:
 a.  Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah
  b.  Keuntungan atas kontrak jual-beli (al bai’)
  c.  Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina dan
  d.  Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.

2.3 Fungsi bank syariah


1. Fungsi Manajer Investasi
Fungsi ini dilihat dari segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana
mudharabah yang bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal)
dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyalur yang produktif, sehingga dana
yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank syariah
dan pemilik dana.
2. Fungsi Investor
Dalam penyaluran dana bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana). Penanaman
dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang produktif
dengan resiko minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Produk investasi diantaranya
adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, ijarah.
3. Fungsi Sosial
Dalam menjalankan fungsi sosialnya ada 2 instrumen, yaitu adalah instrumen zakat, infaq,
sedekah dan wakaf (ziswaf) dan instrumen qaradhul hasan yang berfungsi menghimpun dana
dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infaq atau sedekah.
7
4. Fungsi Jasa Keuangan
Memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of guarantee, letter of
credit, dll.

2.4 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

No Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah


1 Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss sharing

2 Resiko Anti risk Risk sharing

Beroperasi dengan
pendekatan sektor Beroperasi dengan pendekatan sektor
3 Operasional
keuangan, tidak langsung riil
terkait dengan sektor riil
Multi produk (jual beli, bagi hasil,
4 Produk Produk tunggal (kredit)
jasa)
Pendapatan yang diterima
Pendapatan yang diterima deposan
deposan tidak terkait
5 Pendapatan terkait langsung dengan pendapatan
dengan pendapatan yang
yang diperolah bank dari pembiayaan
diperoleh bank dari kredit
6 Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread
Bank Indonesia dan Al Qur’an. Sunnah, fatwa ulama,
7 Dasar Hukum
Pemerintah Bank Indonesia, dan Pemerintah
Tidak berdasarkan bunga(riba),
Berdasarkan atas bunga
8 Falsafah spekulasi (maisir), dan
(riba)
ketidakjelasan(gharar)
9 Operasional           Dana Masyarakat (Dana          Dana Masyarakat (Dana Pihak
Pihak Ketiga/DPK) berupa Ketiga/DPK) berupa titipan
titipan simpanan yang ( wadi’ah) dan
harus dibayar bunganya investasi(mudharabah)yang baru
pada saat jatuh tempo akan mendapat hasil jika
          Penyaluran dan pada “diusahakan“ terlebih dahulu
sektor yang          Penyaluran dana (financing) pada
menguntungkan, aspek
8
halal tidak menjadi
usaha yang halal dan menguntungkan
pertimbangan agama
Tidak diketahui secara Dinyatakan secara eksplisit dan tegas
10 Aspek sosial
tegas yang tertuang dalam visi dan misi
Tidak memiliki Dewan Harus memiliki Dewan Pengawas
11 Organisasi
Pengawas Syariah(DPS) Syariah(DPS)
Uang adalah komoditi
Uang bukan komoditi, tetapi
12 Uang selain sebagai alat
hanyalah alat pembayaran
pembayaran

2.5 Dasar Hukum Bank Syariah


Perbankan syariah menurut undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Pembiayaan Rakyat Syariah.

2.6 Prinsip Bank Syariah


Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Beberapa Prinsip atau hukum yang dianut oleh system perbankan syariah antara lain:
 Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan
 Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjam dana
 Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai
intrinsic
 Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah
pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari
sebuah transaksi
9
 Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan pada
Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan
syariah.

2.7 Kharakteristik Bank Syariah yaitu :


 Berdasarkan prinsip syariah

 Implementasi prinsip ekonomi Islam dg ciri:

o pelarangan riba dalam berbagai bentuknya

o Tidak mengenal konsep “time-value of money”

o Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yg diperdagangkan.

 Beroperasi atas dasar bagi hasil

 Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa

 Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh pendapatan

 Azas utama => kemitraan, keadilan, transparansi dan universal

 Tidak membedakan secara tegas sector moneter dan sector riil (dapat
melakukan transaksi 2 sektor riil.

2.8 Perbedaan imbalan yang berdasarkan Bunga dan bagi Hasil


Bunga Bagi Hasil

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat
tanpa berpedoman pada untung atau rugi ada pwaktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi
Besarnya presentasi berdasarkan pada jumlah Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
uang yang dipinjam jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada keuntungan
dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyek yang dijalankan sekiranya itu terjadi
proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah kerugian maka akan ditanggung bersama
untung atau rugi oleh kedua pihak.

10
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
sekalipun julah keuntungan berlipat dengan peningkatan jumlah pendapatan
Eksistansi bunga diragukan Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi
hasil

2.9 Konsep Dasar Transaksi

1. Efisiensi, mengacu pada prinsip saling menolong untuk berikhtiar, dengan tujuan
mencapai laba sebesar mungkin dan biaya yang dikeluarkan selayaknya.
2. Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya) , saling
ikhlas mengikhlaskan antar pihak – pihak yang terlibat dengan persetujuan yang
adil tentang proporsi bagi hasil, baik untung maupun rugi.
3. Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasehat untuk
saling meningkatkan produktivitas.

Lima transaksi yang lazim dipraktekkan perbankan syariah adalah:


1. Tarnsaksi yang tidak mengandung riba.
2. Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual beli(murabaha)
3. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jaa dengan cara sewa(ijarah)
4. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi hasil
(mudharabah).
5. Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adlah bagi hasil (mudharabah)
dan transaksi titipan(wadi’ah).

2.10 Produk Perbankan Syariah


  Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
 Produk penyaluran dana
 Produk penghimpunan dana
 Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya.

2.10.1 Produk penyaluran dana

11
a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
            Transaksi jual beli dibedakan berdasarakan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahan barang, seperti:
 Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan
dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya
akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran
cicilan (bi tsaman ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad,
sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
 Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan
menjualnya kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara angsuran. Umumnya
transaksi ini diterapkan dalam penbiayaan barang yang belum ada, seperti pembelian
komoditi dijual kembali secara tunai atau secara cicilan.
 Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya
dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim
istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
kontruksi. Ketentuan umum Istishna sebagai berikut :
Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan
jumlah. Harga jual yang disepakati dicantumkan dalam akad Istishna dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan harga setelah akad
ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.

b. Prinsip Sewa (Ijarah)


            Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya terletak pada
objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.

12
            Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada
nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahiya
nittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga
jual disepakati pada awal perjanjian.

c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan pengelola untuk
melakukan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil antara kedua belah
pihak berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.

            Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil adalah:
 Musyarakah
Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih
dimana secara bersama – sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang
berwujud maupun tidak berwujud. Bentuk kontribusi dari pihaki yang bekerja sama
dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan
(entrepreneurship), keahlian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau
intangible asset( seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit
worthiness) dan barang – barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan
merangkum seluruh kombinasi dari bentu kontribusi masing – masing pihak dengan
atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.
 Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik
modal mempercayakan seju7mlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan.Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100%
modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola. Beberapa ketentuan umum
mudharabah adalah;
- Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus
diserahkan tunai;
- Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan
dengan dua cara: perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) dan
perhitungan dari keuntungan proyek (profit loss sharing).
- Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad pada setiap bulan atau
waktu yang disepakati.
13
- Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak berhak
mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.

d. Akad Pelengkap
            Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad
pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembayaran. Meskipun tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta
pengganti biaya – biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang benar – benar timbul.
 Hiwalah ( Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik perbankan
syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk melanjutkan suplier mendapatkan modal tunai
agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa
pemindahan piutang.
 Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank
dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria
sebagai berikut :
-  Milik nasabah sendiri,
- Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar,
- Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Atas izin bank, nasabah dapat menggnakan barang tertentu yang digadaikan dengan
tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang
digadaikan rusak atau cacat, maka nasabah harus bertanggungjawab.
 Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam
empat hal yaitu:
-   Sebagai pinjaman talangan haji, diman nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
- Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu kredit syariah, dimana
nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai melalui8 bank (ATM).
Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.
14
-  Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut perhitungan bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual
beli, ijarah, atau bagi hasil.
- Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas
ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank
akan mengembalikannya secara angsur melalui potongan gajinya.
 Wakalah (Perwakilan )
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa pada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan
L/C (Letter of Credit), inkaso dan transfer uang.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap
hukum. Khusus untuk pembukuan L/C, apabila dana nasabah tidak cukup, maka
penyelesaian L/C (settlement L/C) dapat dilakukan dengan pembiayaan murabahah,
salam, ijarah, mudharabah, atau musyarakah. 
 Kafalah (Garansi Bank)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk mrnjamin suatu kewajiban
pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana
untuk fasilitas ini sebagai rahnb. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan
prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

2.10.2 Produk Penghimpunan Dana


Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.

a. Prinsip Wadi’ah (simpanan)


Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan titipan
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang
harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki.

Ketentuan umum dari produk ini adalah :


 Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung
bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imabalan dan tidak menanggung

15
kerugian. Bank dimungkinkan memberi bonus kapada pemilik dana sebagai suatu
insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan di muka.
 Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat
memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
 Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya
administrasi untuk sekadar menutupi biaya yang benar – benar terjadi.
 Ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan
berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.s

Yang termasuk dalam produk Bank Syariah dalam menghimpun dana yaitu :
1. Giro Syariah
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek/ bilyet giro, atau dengan cara pemindahbukuan.
2. Tabungan Syariah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek/bilyet
giro.
3. Deposito Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.

b. Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si
pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah
yang bertanggung jawab.

Jenis-Jenis Mudharabah
 Mudharabah Mutlaqah

16
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga
terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharaba dan deposito
mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, tidak ada pembatasan bagi bank dalam
menggunakan dana yang dihimpun.
 Mudharabah Muqayyadah
Adalah jenis mudharabah yang pada akadnya dicantumkan persyaratan-persyaratan
tertentu misalnya hanya boleh digunakan untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan
dalam waktu tertentu. Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah menjadi terikat
dan sempit sehingga disebut mudharabah muqayyadah (restricted mudharabah).
Mudharabah Muqayyah terbagi 2 yaitu :

 Mudharabah Muqayyadah on Balance sheet


Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di
mana pemilik dana dapat menetapkan syarat – syarat tertentu yang harus
dipenuhi bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu,
disyaratkan digunakan deangan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan
untuk nasabah tertentu.
 Mudharabah Muqayyadah off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung
kepada usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang
mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana
dapat menetapkan syarat – syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh bank
dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.

2.10.3Produk Jasa Perbankan


a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli
mata uang yang tudak sejenis ini penyerahannya harus dilaksanakan pada waktu
yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

b. Ijarah (sewa)
17
Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jas
tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank dapat imbalan sewa dari jasa tersebut.

2.11 Keunggulan Dan Kelemahan Bank Syariah


Keunggulan Bank Syariah
Bank syariah memiliki beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut :
1.      Bank syariah relatif lebih mudah merespons kebijaksanaan pemerintah.
2.      Terhindar dari praktik moneu laundring. 
3.      Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya.
4.      Tidak mudah dipengaruhi gejolak moneter.
5.      Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan dan
kebersmaan.

Kelemahan Bank Syariah


Bank syariah memiliki beberapa kelemahan diantaranya sebagai berikut :
1.      Jaringan kantor bank syariah belum luas.
2.      SDM bank syariah masih sedikit.
3.      Pemahaman masyarakat tentang bank syariah masih kurang.
4.      Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar daripada bank konvensional.

2.12 Contoh Contoh Bank Syariah


1.Bank Muamalat
2.Bank Syariah Indonesia
3.Permata Bank Syariah
4.Bank Bukopin Syariah
5.Bank Tabungan Pensiunan Negara Syariah (BTPS)
6.BCA Syariah
7.Panin Dubai Syariah
8.Mega Syariah
9.Bank DKI Syari
10.Danamon Syariah
BAB III

18
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian kita sepakati bersama bahwa perbankan islam adalah lembaga keuangan
yang menjalankan aktivitas perbankan konvensional murni yang tidak sama sekali ada
kaitannya dengan kegiatan keagamaan yang akan menimbulkan kontradiksi apabila terjadi
sebuah kesalahan, maka agama islam termasuk di dalamnya umat islam itu akan tersalahkan.
Namun dalam kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari landasan dan
prinsip-prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam adalah untuk
menyempurnakan dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan saja berorientasi pada
profitabilitas tapi juga bagaimana perbankan islam itu sendiri mengedepankan etika dan
moral dalam berbisnis di dunia perbankan yang dapat menciptakan sebuah kegiatan
perbankan yang efisien dan efektip (bebas dari Riba, Gharar, Maysir, dll) sehingga dapat
berimplikasi pada pembangunan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menciptakan pasar ekonomi
yang sehat dan menghilangkan paradigma dzalim.

3.2Saran
Maka tugas kita selaku akademisi adalah bagaimana kita mengembangkan dan
menerapkan kegiatan perbankan islam pada masyarakat dunia, sehingga tidak ada kata alergi
ketika masyarakat mendengar istilah – istilah kegiatan perbankan islam. Harapan kita bahwa
sudah cukup sampai disini saja kegiatan dunia bisnis baik yang basis finansial, Investasi,
perbankan, real, pasar modal, pasar barang dll. Yang hanya menguntungkan sebagian pihak
dan dipihak lain tertidas.
Mari kita jadikan Perbankan islam sebagai sarana untuk menciptakan dunia bisnis baru
yang bernafaskan positif yang dapat memberikan kesejahteraan bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA
19
Buku :
Azwar Karim Adiwarman. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Rajawali Pers.
Jakarta.2013.
Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror. Lembaga Keuangan. Rineka Cipta,
Jakarta 2005
Machmud Amir & Rukmana. 2010. Bank Syariah, Jakarta. Erlangga

Sumber lain :
http://www. Makalahegi.blogspot.com Diakses pada tanggal 01 Mei 2014
http://www. Eramoeslem.com”ekonomi syariah

20

Anda mungkin juga menyukai