Anda di halaman 1dari 21

BANK & LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

MAKALAH KELOMPOK 2
“ BANK SYARIAH ”
COVER

DISUSUN OLEH :

1. Nurul ‘Ariyfatun ‘Aziyzah ( B1C121062 )


2. Nurwanis ( B1C121063 )
3. Ria Amelia ( B1C121065 )
4. Runa ( B1C121068 )
5. Samsinar ( B1C121069 )
6. Sayed Al Syahaf ( B1C121070 )
7. Sitti Yunanda Resti ( B1C121072 )
8. Muhammad Putra Syawal ( B1C121155 )

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Bank & Lembaga Keuangan Lainnya dengan judul makalah
"Bank Syariah".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu dunia
pendidikan

Kendari, 05 Oktober 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Pengertian Bank Syariah.............................................................................................3

2.2 Sejarah Berdirinya Bank Syariah................................................................................3

2.3 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional................................................4

2.4 Dasar Hukum Bank Syariah........................................................................................6

2.5 Prinsip Bank Syariah...................................................................................................6

2.6 Tujuan Bank Syariah...................................................................................................7

2.7 Karakteristik Bank Syariah..........................................................................................8

2.8 Konsep Dasar Transaksi..............................................................................................8

2.9 Produk Bank Syariah...................................................................................................9

2.10 Keunggulan Dan Kelemahan Bank Syariah..............................................................15

2.11 Contoh Bank Syariah.................................................................................................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

3.1 Simpulan....................................................................................................................17

3.2 Saran..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbankan Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasar
kansistem syariah (hukum islam).Usaha pembentukkan sistem ini berangkat dari larangan
islamuntuk memungut dan meminjam bedasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan
investasiuntuk usaha yang dikategorikan haram,misalnya dalam makanan,minuman,dan
usaha-usaha lainyang tidak islami,yang hal tersebut tidak diatur dalam Bank Konvensional.
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri
tahun1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta
dukungan dariIkatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Bank inisempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga
ekuitasnya hanya tersisasepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana
kepada bank ini dan pada periode 1999- 2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang
yaituUU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Adanya Perbankan syariah di Indonesia bertujuan untuk mewadahi penduduk di Negara
Indonesia yang hampir seluruh penduduknya beragama Islam.Dengan adanya bank tersebut
diharapkan tidak adanya kerancuan dalam prosesmuamalah bagi para pemeluk agama
islam,sehingga mereka terjaga dari keharaman akibat tidakadanya suatu wadah yang
melayani mereka dalam bidang muamalah yang bersifat islami. Namun realitas yang ada,dari
80% penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak lebih dari 10% di antara mereka yang
bertransaksi secara syar’I lebih-lebih dalam hal perbankan.Sampaisaat ini perbankan syariah
di Indonesia belum mampu menunjukan eksistensinya,banyak masyarakat yang tidak
menaruh kepercayaan terhadap perbankkan syariah.Bahkan para ulama-ulama di negeri ini
pun sebagian besar masih menyimpan uangnya di bank konvensional.Haltersebut terjadi
karena kurangnya pemahaman mengenai sisitem operasi perbankan syariahSistem dalam
bank syariah di anggap sama dengan sistem operasi yang ada dalam bankkonvensional.Hal
ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bank syariah dan berakibat
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah.Hal tersebut menjadi landasan
untuk menyadarkan masyarakat akan keurgenan perbankkan islamdi Negara ini.khusunya
1
bagi mereka yang beragama islam.Upaya-upaya pensosialisaianmekanisme dan syariah di
rasa perlu,sehingga masyarakat tidak lagi terjebak dalam transaksi-transaksi yang tidak islami
dan masyarakat kembali manaruh kepercayaan terhadap transaksi syariah seperti pada zaman
Rosulullah dan para sahabat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Bank Syariah?
2. Bagaimanakah Sejarah Berdirinya Bank Syariah?
3. Apa Perbedaan Bank Syariah dengan Bank konvensional ?
4. Bagaimana dasar hukum Bank Syariah?
5. Apa prinsip Bank Syariah ?
6. Apa tujuan hukum Bank Syariah?
7. Bagaimanakah karakteristik Bank Syariah ?
8. Bagaimana Konsep Dasar Transaksi?
9. Apa saja produk Bank Syariah?
10. Apa Keunggulan dan Kelemahan Bank Syariah?
11. Apa saja Contoh-Contoh Bank Syariah?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Bank Syariah
2. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Bank Syariah
3. Untuk Mengetahui Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
4. Untuk Mengetahui Dasar Hukum Bank Syariah
5. Untuk Mengetahui Prinsip Bank Syariah
6. Untuk Mengetahui Tujuan Hukum Bank Syariah
7. Untuk Mengetahui Karakteristik Bank Syariah
8. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Transaksi
9. Untuk Mengetahui Produk Bank Syariah
10. Untuk Mengetahui Keunggulan Dan Kelemahan Bank Syariah
11. Untuk Mengetahui Contoh-Contoh Bank Syaria

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Syariah


Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara yang
memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran
uang yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau Islam.
Menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu bentuk dari bank modern yang didasarkan
pada hukum Islam, yang dikembangkan pada abad pertengahan Islam dengan menggunakan
konsep bagi resiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan yang didasarkan
pada kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya
Dalam UU No.21 tahun 2008 dikemukakan bahwa, Perbankan Syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
mencakup kegiatan usaha, serta tata cara dan proses di dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan
pada prisnsip syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (Bank Umum
Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Bank Syariah merupakan suatu
lembaga keuangan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara yang berfungsi
menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam rangka pemerataan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat atas
dasar prinsip syariah.

2.2 Sejarah Berdirinya Bank Syariah


Gagasan mengenai bank yang menggunakan sistem bagi hasil telah muncul sejak
lama, ditandai dengan banyaknya pemikir-pemikir muslim yang menulis tentang keberadaan
bank syariah, misalnya Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948), dan Mahmud Ahmad
(1952). Kemudian uraian yang lebih terperinci tentang gagasan itu ditulis oleh Mawdudi
(1961). Demikian juga dengan tulisan-tulisan Muhammad Hamidullah yang ditulis pada
1944, 1955, 1957, dan 1962, bisa dikategorikan sebagai gagasan pendahulu mengenai
perbankan Islam (Heri Sudarsono, 2007: 28).
Perbankan yang mulanya hanya ada di daratan Eropa kemudian menyebar ke Asia
Barat. Sejalan dengan perkembangan daerah jajahan, maka perbankan pun ikut dibawa ke
3
negara jajahan mereka. Di Indonesia juga tidak terlepas dari penjajahan Belanda yang
mendirikan beberapa bank seperti De Javasche Bank, De Post Paar Bank dan lainnya serta
bank-bank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa seperti Bank Nasional Indonesia, Batavia
Bank, dan Iainnya. Di zaman kemerdekaan perbankan Indonesia sudah semakin maju, mulai
dari bank pemerintah maupun bank swasta (Andri Soemitra, 2009: 62).
Sejarah perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar
tahun 1940, yaitu upaya pengelolaan dana jamaah haji secara nonkonvensional. Rintisan bank
syariah lainnya adalah dengan berdirinya Mit Ghamr Lokal Saving Bank pada tahun 1963 di
Mesir oleh Dr. Ahmad el-Najar. Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah di tingkat
internasional, muncul dalam konferensi negara-negara Islam sedunia, di Kuala Lumpur,
Malaysia pada tanggal 21-27 April 1969, yang diikuti oleh 19 negara peserta. Konferensi
tersebut memutuskan beberapa hal, yaitu: (Heri Sudarsono, 2007: 28 )
1. Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak ia
termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram.
2. Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih dari sistem riba dalam
waktu secepat mungkin.
3. Sementara menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank yang menerapkan bunga
diperbolehkan beroperasi. Namun jika benar-- benar dalam keadaan darurat.
Pembentukan bank syariah semula memang banyak diragukan, sebab:
a) Banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga (interest free)
adalah suatu yang tak mungkin dan tidak lazim.
b) Adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasinya.
Tetapi di lain pihak, bank Islam adalah satu alternatif sistem ekonomi
Islam.Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

2.3 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional


Bank Konvensional dan Bank Syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan,
diantara lain yaitu terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang dipergunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan sebagainya.
Masyarakat perlahan-lahan telah mulai mengenal dengan jelas perbedaan antara bank syriah
dengan konvensional, yaitu terutama pada sistem bunga ( interest). Artinya, bank
konvensional menerapkan sistem bunga sebagai imbal hasilnya, sedangkan bank syariah
menerapkan prinsip bagi hasil.

4
Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah atau prinsip
agama Islam. Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem bunga atau riba
memberatkan, maka bank syariah beropersi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas
bisnis atas dasar keseteraan dan keadilan. Perbedaan yang mendasar antara bank syariah
dengan bank konvensional, antara lain:
a. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvesional dengan bank syariah terletak pada landasan
falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga melainkan sistem
bagi hasil dalam aktivitasnya sedangkan bank konvesional justru kebalikannya yaitu
merapkan sistem bunga. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendasar terhadap
produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sisem
bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang
diselenggarakan dalam bentuk bagi hasil. Pada dasarnya, semua jenis transaksi perniagaan
melalui bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba).
b. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah
Dalam sistem bank syariah dana dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi.
Berbeda halnya dengan deposito bank Konvensional dimana deposito adalah usaha
membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkanya, bank
syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan tersebut menjadi sangat likuid.
Likuiditas yang tinggi inilah yang menyebabkan dana titipan kurang memenuhi syarat-syarat
suatu investasi yang membutuhkan pendapatan dana.
Sesuai dengan fungsi bank intermediary dimana fungsi ini sebagai lembaga keuangan
yang menyimpan dana nasabah pada nasabah peminjam, kemudian dana nasabah yang
terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian dimanfaatkan atau disalurkan ke
dalam traksasksi perniagaan yang digunakan dalam sistem bank syariah. Keuntungan dari
pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan
dibagikan kepada nasabah. Jika keuntungan usaha semakin tinggi maka semakin besar pula
keuntungan yang diberikan bank kepada nasabah. Namun jika hasil yang diperoleh kecil
otomatis semakin kecil pula keuntungan yang diberikan kepada nasabah.
c. Kewajiban Mengelola Zakat
Kewajiban mengelola zakat merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank
syariah untuk memobilisasikan dana-dana sosial seperti zakat, infak, dan zedekah. Artinya
bank syariah wajib mengelola zakat dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun,
mengadministrasikannya dan mendistribusikannya.
5
d. Struktur Organisasi
Di dalam struktur organisasi bank syariah adanya badan pengawasan yang disebut
sebagai lembaga Dewan Pengawasan Syariah (DPS). Dimana DPS bertugas untuk
mengawasi segala aktivitas/kegiatan bank agar bank tersebut beroprasi atau bekerja selalu
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawah oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing lembaga keungan syariah. DSN dapat
memberikan teguran jika lembaga tersebut yang bersangkutan melenceng dari prinsip-prinsip
syariah. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas
seperti Bank Indonesia dan Daparteman Keuangan untuk memberikan hukuman berupa
sanksi.

Bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun
dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau
sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu priode tertentu. Persentase
tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun. Sedangkan Bank Syariah, yaitu bank yang dalam
aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atasa dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi
hasil. Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah dapat dilihat dari perbedaan
falsafah, konsep pengelolaan dana nasabah, kewajiban mengelola zakat, dan struktur
organisasinya. Dimana Bank Konvensional berinvenstasi pada usaha yang halal dan haram
sedangkan Bank Syariah berinvestasi pada usaha yang halal dan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah yang bersumber dari AL Qur‟an dan AL Hadits.

2.4 Dasar Hukum Bank Syariah


Menurut udang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Pembiayaan Rakyat Syariah.

6
2.5 Prinsip Bank Syariah
Prinsip bank syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang sesuai dengan syariah.
Prinsip-prinsip bank syariah diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Keadilan (adl), yaitu menempatkan sesuatu yang hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada bank yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai
porsinya.
b. Prinsip Keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan yang meliputi aspek material dan
spiritual , aspek privat dan publik, sektor keuangan, dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan
keseimbangan aspek pemanfaatan dan kelestarian.
c. Prinsip Kemaslahatan (maslahah), yaitu merupakan segala bentuk kebaikan yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual serta individual dan kolektif serta
harus memenuhi 3 unsur yakni kepatuhan syariah (halal) , bermanfaat dan membawa
kebaikan dalam semua aspek secara keseluruhan dan tidak menimbulkan kmudaratan.
d. Prinsip Universalisme (alamiyah) yaitu sesuatu dapat dilakukan dan diterima oleh, dengan
dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku,
agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil
alamin).

2.6 Tujuan Bank Syariah


Mulawarman berpendapat bahwa adapun Bank syariah dibentuk dengan tujuan sebagai
berikut :
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam khususnya
muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba
atau jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur haram dimana jenis-jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam Islam, juga menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi umat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan
melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar, antara pemilik
modal dengan pihak yang membutuhkan modal.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang usaha yang
lebih besar terutama kepada kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang
produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha.

7
d. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan garis kemiskinan), yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang. Upaya bank
syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih
menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan
pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen,
program pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.
e. Untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas
bank syariah yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan sistem
bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan, khususnya
bank dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh
gejolak moneter baik dari dalam maupun luar negeri.

2.7 Karakteristik Bank Syariah


Adapun karakteristik dari Bank Syariah adalah sebagai berikut:
 Berdasarkan prinsip syariah

 Implementasi prinsip ekonomi Islam dg ciri:

a) Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya

b) Tidak mengenal konsep “time-value of money”

c) Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yg diperdagangkan.

 Beroperasi atas dasar bagi hasil

 Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa

 Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh pendapatan

 Azas utama => kemitraan, keadilan, transparansi dan universal

 Tidak membedakan secara tegas sector moneter dan sector riil (dapat melakukan transaksi 2
sektor riil.

2.8 Konsep Dasar Transaksi


Berikut ini merupakan konsep dasar dalam Transaksi yaitu:

8
1. Efisiensi, mengacu pada prinsip saling menolong untuk berikhtiar, dengan tujuan
mencapai laba sebesar mungkin dan biaya yang dikeluarkan selayaknya.
2. Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya) , saling ikhlas
mengikhlaskan antar pihak – pihak yang terlibat dengan persetujuan yang adil tentang
proporsi bagi hasil, baik untung maupun rugi.
3. Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasehat untuk saling
meningkatkan produktivitas.
Adapun Lima transaksi yang lazim dipraktekkan dalam perbankan syariah adalah:
1. Tarnsaksi yang tidak mengandung ribal.
2. Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual beli(murabaha)
3. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jaa dengan cara sewa(ijarah)
4. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi hasil
(mudharabah).
5. Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adlah bagi hasil (mudharabah)
dan transaksi titipan(wadi’ah)

2.9 Produk Bank Syariah


Produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
 Produk penyaluran dana
 Produk penghimpunan dana
 Produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada nasabahnya.

1. Produk penyaluran dana


a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
            Transaksi jual beli dibedakan berdasarakan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahan barang, seperti:
 Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan
dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya

9
akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran
cicilan (bi tsaman ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad,
sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
 Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan
menjualnya kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara angsuran. Umumnya
transaksi ini diterapkan dalam penbiayaan barang yang belum ada, seperti pembelian
komoditi dijual kembali secara tunai atau secara cicilan.
 Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya
dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim
istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
kontruksi. Ketentuan umum Istishna sebagai berikut :
Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan
jumlah. Harga jual yang disepakati dicantumkan dalam akad Istishna dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan harga setelah akad
ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.

b. Prinsip Sewa (Ijarah)


            Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya terletak pada
objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.
            Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada
nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah muntahiya
nittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga
jual disepakati pada awal perjanjian.

c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan pengelola untuk
melakukan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil antara kedua belah
pihak berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.

10
            Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil adalah:
 Musyarakah
Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih
dimana secara bersama – sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang
berwujud maupun tidak berwujud. Bentuk kontribusi dari pihaki yang bekerja sama
dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan
(entrepreneurship), keahlian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau
intangible asset( seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit
worthiness) dan barang – barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan
merangkum seluruh kombinasi dari bentu kontribusi masing – masing pihak dengan
atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.

 Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik
modal mempercayakan seju7mlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan.Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100%
modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola. Beberapa ketentuan umum
mudharabah adalah;
- Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus
diserahkan tunai;
- Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan
dengan dua cara: perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) dan
perhitungan dari keuntungan proyek (profit loss sharing).
- Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad pada setiap bulan atau
waktu yang disepakati.
- Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak berhak
mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah.
d. Akad Pelengkap
            Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad
pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembayaran. Meskipun tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini diperbolehkan untuk meminta
pengganti biaya – biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya
pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya yang benar – benar timbul.
11
 Hiwalah ( Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktik perbankan
syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk melanjutkan suplier mendapatkan modal tunai
agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa
pemindahan piutang.

 Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank
dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria
sebagai berikut :
-  Milik nasabah sendiri,
- Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar,
- Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Atas izin bank, nasabah dapat menggnakan barang tertentu yang digadaikan dengan
tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang
digadaikan rusak atau cacat, maka nasabah harus bertanggungjawab.
 Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam
empat hal yaitu:
-   Sebagai pinjaman talangan haji, diman nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
- Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu kredit syariah, dimana
nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai melalui8 bank (ATM).
Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.
-  Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut perhitungan bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual
beli, ijarah, atau bagi hasil.
- Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas
ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank
akan mengembalikannya secara angsur melalui potongan gajinya.

 Wakalah (Perwakilan )

12
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa pada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan
L/C (Letter of Credit), inkaso dan transfer uang.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap
hukum. Khusus untuk pembukuan L/C, apabila dana nasabah tidak cukup, maka
penyelesaian L/C (settlement L/C) dapat dilakukan dengan pembiayaan murabahah,
salam, ijarah, mudharabah, atau musyarakah. 

 Kafalah (Garansi Bank)


Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk mrnjamin suatu kewajiban
pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana
untuk fasilitas ini sebagai rahnb. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan
prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

2. Produk Penghimpunan Dana


            Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
a. Prinsip Wadi’ah (simpanan)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan
titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum
yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki.

Ketentuan umum dari produk ini adalah :


 Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung
bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imabalan dan tidak menanggung
kerugian. Bank dimungkinkan memberi bonus kapada pemilik dana sebagai suatu
insentif untuk menarik dana masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan di muka.
 Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat
memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
 Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya
administrasi untuk sekadar menutupi biaya yang benar – benar terjadi.
13
 Ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan
berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Yang termasuk dalam produk Bank Syariah dalam menghimpun dana yaitu :
1. Giro Syariah
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek/ bilyet giro, atau dengan cara pemindahbukuan.
2. Tabungan Syariah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek/bilyet
giro.
3. Deposito Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.

b. Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si
pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah
yang bertanggung jawab.

Jenis-Jenis Mudharabah
 Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga
terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharaba dan deposito
mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, tidak ada pembatasan bagi bank dalam
menggunakan dana yang dihimpun.
 Mudharabah Muqayyadah
Adalah jenis mudharabah yang pada akadnya dicantumkan persyaratan-persyaratan
tertentu misalnya hanya boleh digunakan untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan
dalam waktu tertentu. Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah menjadi terikat

14
dan sempit sehingga disebut mudharabah muqayyadah (restricted mudharabah).
Mudharabah Muqayyah terbagi 2 yaitu :
 Mudharabah Muqayyadah on Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di mana
pemilik dana dapat menetapkan syarat – syarat tertentu yang harus dipenuhi bank.
Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, disyaratkan digunakan deangan
akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.
 Mudharabah Muqayyadah off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada
usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan
antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat –
syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang
akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.

3. Produk Jasa Perbankan


a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
            Pada prinsipnya, jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli
mata uang yang tudak sejenis ini penyerahannya harus dilaksanakan pada waktu yang
sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

b. Ijarah (sewa)
            Jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit
box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian). Bank dapat imbalan sewa
dari jasa tersebut.

2.10 Keunggulan Dan Kelemahan Bank Syariah


1) Keunggulan Bank Syariah
Bank syariah memiliki beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut :
1. Bank syariah relatif lebih mudah merespons kebijaksanaan pemerintah.
2. Terhindar dari praktik moneu laundring. 
3. Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya.
4. Tidak mudah dipengaruhi gejolak moneter.
5. Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan dan
kebersmaan.

15
2) Kelemahan Bank Syariah
Bank syariah memiliki beberapa kelemahan diantaranya sebagai berikut :
1. Jaringan kantor bank syariah belum luas.
2. SDM bank syariah masih sedikit.
3. Pemahaman masyarakat tentang bank syariah masih kurang.
4. Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar daripada bank konvensional.

2.11 Contoh Bank Syariah


Bank umum syariah (BUS):
1. PT Bank Syariah Mandiri 
2. PT Bank Syariah Muamalat Indonesia
3. PT Bank Syariah BNI
4. PT Bank Syariah  BRI
6. PT Bank Syariah Mega Indonesia 
7. PT Bank Jabar dan Banten
8. PT Bank Panin Syariah
9. PT Bank Syariah Bukopin
10. PT Bank Victoria Syariah
11. PT BCA Syariah 
12. PT Maybank Indonesia Syaria

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Bank syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar
lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal,
menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai. Untuk
mendapatkan keuntungan tersebut, bank syariah juga tak boleh kalah dengan bank
konvensional dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya.
Namun dalam kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari landasan
dan prinsip-prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam adalah untuk
menyempurnakan dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan saja berorientasi pada
profitabilitas tapi juga bagaimana perbankan islam itu sendiri mengedepankan etika dan
moral dalam berbisnis di dunia perbankan yang dapat menciptakan sebuah kegiatan
perbankan yang efisien dan efektip (bebas dari Riba, Gharar, Maysir, dll) sehingga dapat
berimplikasi pada pembangunan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menciptakan pasar ekonomi
yang sehat dan menghilangkan paradigma dzalim.

3.2 Saran
Maka tugas kita selaku akademisi adalah bagaimana kita mengembangkan dan menerapkan
kegiatan perbankan islam pada masyarakat dunia, sehingga tidak ada kata alergi ketika
masyarakat mendengar istilah – istilah kegiatan perbankan islam. Harapan kita bahwa sudah
cukup sampai disini saja kegiatan dunia bisnis baik yang basis finansial, Investasi, perbankan,
real, pasar modal, pasar barang dll. Yang hanya menguntungkan sebagian pihak dan dipihak
lain tertidas.
Mari kita jadikan Perbankan islam sebagai sarana untuk menciptakan dunia bisnis baru yang
bernafaskan positif yang dapat memberikan kesejahteraan bagi semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Azwar Karim Adiwarman. (2013). Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Rajawali Pers.
Jakarta.
Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror. (2005). Lembaga Keuangan. Rineka
Cipta, Jakarta.
Machmud Amir & Rukmana. (2010). Bank Syariah, Jakarta. Erlangga
Marimin, A., & Romdhoni, A. H. (2015). Perkembangan bank syariah di Indonesia. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam, 1(02).

Sumber lain :
http://www.Makalahegi.blogspot.com Diakses pada tanggal 01 Mei 2014
http://www.Eramoeslem.com”ekonomi syariah

18

Anda mungkin juga menyukai