Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1


(PENILAIAN PERSEDIAAN: PENDEKATAN BASIS BIAYA)

Dosen Pengampuh: Dr. La Ode Anto, S.E. (Akt)., M.Si. (Ak)., QIA.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2
NURAINUN MUTIA (B1C121058)
NURJANA (B1C121059)
NURMALASARI (B1C121060)
NURQOLBI FITRI HIDAYAH (B1C121061)
NURWANIS (B1C121063)
RIA AMELIA (B1C121065)
RUNA (B1C121068)
SAMSINAR (B1C121069)
WAHYUNI NUR HIDAYAH (B1C121084)
ANANDA SYAMAIDZAR WIBAWA HAERUL (B1C121096)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 dengan judul "
Penilaiam Persediaan: Pendekatan Basis Biaya".
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu dunia
pendidikan.

Kendari, 19 November 2022


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................2
C. TUJUAN.........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. ISU-ISU PERSEDIAAN.................................................................................................3
B. BARANG FISIK DIMASUKKAN DALAM PERSEDIAAN.......................................8
C. BIAYA DIMASUKKAN DALAM PERSEDIAAN....................................................10
D. ASUMSI ARUS BIAYA..............................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN.............................................................................................................16
B. SARAN.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah perusahaan seperti halnya kas dan investasi, persediaan merupakan pos
yang cukup penting untuk dilaporkan. Hal ini karena persediaan merupakan aktiva yang
dalam kondisi normal oleh perusahaan siap untuk dijual. Selain itu, dalam laporan keuangan,
persediaan merupakan hal penting karena baik laporan Laba/Rugi maupun Neraca tidak akan
dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan
langsung berakibat kesalahan dalam Laporan Laba/Rugi maupun Neraca. Dalam
penggolongannya, persediaan memiliki banyak jenis atau klasifikasi yang berbeda, oleh
karena itu sangat penting untuk lebih memahami lebih banyak mengenai persediaan.
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam
operasi bisnis, atau sebagai bahan baku yang akan digunakan dalam membuat suatu produk.
Sebuah perusahaan dagang, biasanya membeli barang dagangan berbentuk produk jual.
Perusahaan dagang melporkan biaya yang terkait dengan unit-unit yang belum terjual dan
masih ada di tangan sebagai persediaan barang dagang. Hanya satu akun persediaan,
persediaan barang dagang, yang mucul dalam laporan keuangan.
Sementara untuk perusahaan manufaktur memiliki tiga akun pada umumnya, yaitu
persediaan bahan baku, yaitu biaya yang dibebankan terhadap barang maupun bahan baku
yang terdapat di tangan tapi belum dialihkan ke proses produksi; persediaan barang dalam
proses, yaitu biaya bahan baku untuk produk yang telah diproduksi namun belum selesai
ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi ini; dan persediaan
barang jadi yang siap dijual, yaitu produk jadi yang siap dijual.
Salah satu tujuan dari Akuntansi Persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk
menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan
terhadap penghasilan perusahaan dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa
persediaan merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhdap
penjualan atau sebagai jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan
dimasa yang akan datang.

1
Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang aktual merupakan hal yang sangat
penting. Penjualan dan pelanggan bisa hilang apabila produk-produk yang dipesan oleh
pelanggan tidak tersedia. Sehingga perusahaan harus selalu mengendalikan ketersediaan
produk secara baik untuk membatasi biaya akibat banyaknya timbunan persediaan ataupun
kekurangannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja isu-isu persediaan?
2. Barang fisik apa yamg dimasukkan dalam persediaan?
3. Biaya apa saja yang dimasukkan dalam persediaan?
4. Asumsi arus biaya mana yang diadopsi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui isu-isu tentang persediaan.
2. Untuk mengetahui barang fisik yang dimasukkan dalam persediaan.
3. Untuk mengetahui biaya yang dimasukkan dalam persediaan.
4. Untuk mengetahui asumsi arus biaya.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. ISU-ISU PERSEDIAAN
1. Klasifikasi
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual
dalam operasi bisnis, atau sebagai bahan baku yang akan digunakan dalam membuat
suatu produk. Sebuah perusahaan dagang, biasanya membeli barang dagangan
berbentuk produk jual. Perusahaan dagang melporkan biaya yang terkait dengan unit-
unit yang belum terjual dan masih ada di tangan sebagai persediaan barang dagang.
Hanya satu akun persediaan, persediaan barang dagang, yang mucul dalam laporan
keuangan.
Sementara untuk perusahaan manufaktur memiliki tiga akun pada umumnya,
yaitu persediaan bahan baku, yaitu biaya yang dibebankan terhadap barang maupun
bahan baku yang terdapat di tangan tapi belum dialihkan ke proses produksi;
persediaan barang dalam proses, yaitu biaya bahan baku untuk produk yang telah
diproduksi namun belum selesai ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung dalam
proses produksi ini; dan persediaan barang jadi yang siap dijual, yaitu produk jadi
yang siap dijual.
Persediaan (inventories) merupakan item aset yang dimiliki perusahaan untuk
dijual dalam kegiatan bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau
dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual. Deskripsi dan pengukuran
persediaan membutuhkan perhatian saksama. Investasi dalam persediaan sering kali
menjadi aset lancar terbesar dari perusahaan dagang dan manufaktur.
Perusahaan dagang, seperti Carrefour (FRA), biasanya membeli barang
dagang dalam bentuk yang siap untuk dijual. Carrefour melaporkan biaya dari unit
yang tidak terjual sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory). Hanya
terdapat satu akun persediaan, Persediaan Barang Dagang, muncul dalam laporan
keuangan.
Sementara itu, perusahaan manufaktur memproduksi barang untuk dijual ke
perusahaan dagang. Banyak bisnis terbesar adalah perusahaan manufaktur, seperti
China Petroleum & Chemical Corp (CHN). Toyota Motor Corp. (JPN), Royal Dutch
Shell (NLD), Procter & Gamble (AS), George Weston Ltd. (CAN), dan Nokia (FIN).

3
Meskipun produk yang dihasilkan mungkin berbeda, produsen biasanya memiliki tiga
akun persediaan-Bahan Baku, Barang dalam Proses, dan Barang Jadi.
Perusahaan melaporkan biaya yang telah ditetapkan untuk barang dan bahan
yang ada, tetapi belum dimasukkan ke dalam produksi sebagai persediaan bahan baku
(raw materials inventory). Bahan baku termasuk kayu untuk membuat tongkat bisbol
atau baja untuk membuat mobil. Bahan-bahan ini dapat ditelusuri langsung ke produk
akhir.
Pada setiap titik dalam proses produksi yang terus-menerus beberapa unit
hanya sebagian yang diproses. Biaya bahan baku untuk unit yang belum selesai,
ditambah biaya tenaga kerja langsung yang diterapkan khusus untuk bahan ini dan
pembagian biaya overhead pabrik yang merata, merupakan persediaan barang dalam
(work in process inventory). proses
Perusahaan melaporkan biaya yang teridentifikasi dengan unit yang telah
selesai. tetapi belum terjual pada akhir periode fiskal sebagai persediaan barang jadi
(finished goods inventory). Bagian lain dari laporan posisi keuangan pada dasarnya
sama untuk kedua jenis perusahaan ini.
Perusahaan manufaktur, seperti CNH Global, mungkin memiliki akun
Persediaan Perlengkapan Pabrik. Di dalam akun ini, CNH Global akan memasukkan
item seperti minyak mesin, paku, bahan pembersih, dan sejenisnya-perlengkapan yang
digunakan dalam produksi, tetapi bukan merupakan bahan utama yang diproses.
2. Arus Biaya Persediaan
Perusahaan yang menjual atau memproduksi barang melaporkan persediaan
dan beban pokok penjualan setiap akhir periode akuntansi. Untuk menentukan jumlah
tersebut, perusahaan menambahkan persediaan awal pada pembelian dalam suatu
periode untuk sampai pada beban pokok yang tersedia untuk dijual. Beban pokok
yang tersedia untuk dijual ini kemudian diserahkan ke persediaan akhir dan beban
pokok penjualan berdasarkan jumlah barang dalam persediaan dan barang yang dijual.
Perusahaan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem untuk mengelola catatan
persediaan yang akurat untuk biaya tersebut-sistem perpetual atau sistem periodik.
 Sistem Perpetual
Sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system) terus melacak
perubahan dalam akun Persediaan. Artinya, perusahaan mencatat semua pembelian

4
dan penjualan (pengeluaran) barang langsung dalam akun Persediaan saat terjadinya.
Fitur akuntansi sistem persediaan perpetual adalah sebagai berikut.
1. Pembelian barang dagang untuk dijual kembali atau bahan baku untuk
produksimdidebit ke Persediaan bukan ke Pembelian.
2. Biaya angkut didebit ke Persediaan, bukan ke Pembelian. Retur dan penyisihan
pembelian serta diskon pembelian dikreditkan ke Persediaan bukan ke akun
Terpisah.
3. Beban pokok penjualan dicatat pada saat setiap penjualan dengan mendebit Beban
Pokok Penjualan dan mengkredit Persediaan.
4. Buku besar pembantu catatan persediaan individual dipertahankan sebagai
pengukuran pengendalian. Catatan buku besar pembantu menunjukkan jumlah dan
biaya setiap jenis persediaan yang ada.
Sistem persediaan perpetual memberikan catatan saldo terus-menerus dalam
akun Persediaan dan akun Beban Pokok Penjualan.
 Sistem Periodik
Berdasarkan sistem persediaan periodik (periodic inventory system),
perusahaan menentukan jumlah persediaan secara berkala, seperti yang ditunjukkan
namanya. Perusahaan mencatat semua pembelian persediaan selama periode
akuntansi dengan mendebit akun Pembelian. Perusahaan kemudian menambahkan
total dalam akun
Pembelian pada akhir periode akuntansi untuk biaya persediaan yang ada
pada awal periode. Jumlah ini menentukan total beban pokok yang tersedia untuk
dijual selama periode tersebut.
Untuk menghitung beban pokok penjualan, perusahaan kemudian
mengurangi persediaan akhir dari beban pokok yang tersedia untuk dijual.
Perhatikan bahwa berdasarkan sistem persediaan periodik, beban pokok penjualan
adalah jumlah residu yang tergantung pada perhitungan fisik persediaan akhir.
Proses ini disebut sebagai "menghitung fisik persediaan." Perusahaan yang
menggunakan sistem periodik yang menghitung fisik persediaan minimal satu kali
dalam setahun.
3. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan adalah usaha – usaha yang dilakukan oleh suatu
perusahaan termasuk keputusan – keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan

5
bahan untuk keperluan proses produksi cepat terpenuhi secara optimal dengan resiko
yang sekecil mungkin. Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan
karena menyebabkan tingginya beban – beban biaya guna penyimpanan dan
pemeliharaan selama penyimpanan di gudang. Begitu pun juga sebaliknya kekurangan
persediaan (out of stock) dapat menganggu kelancaran proses produksi sehingga
ketepatan waktu pengiriman sebagaimana telah ditetapkan oleh pelanggan tidak
terpenuhi yang ada sehingga pelanggan lari ke perusahaan lain.

Pada dasarnya pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu kelancaran


proses produksi, melayani kebutuhan perusahaan akan bahan – bahan atau barang jadi
dari waktu ke waktu. Pengendalian persediaan memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan bahan – bahan sehingga


menyebabkan terhenti atau terganggunya proses produksi

b. Menjaga agar keadaan persediaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya –
biaya yang timbul dari persediaan tidak besar pula.

c. Pengendalian persediaan diperlukan apabila biaya untuk mencari barang / bahan


pengganti , biaya kehabisan barang, atau biaya relatif.

Untuk berbagai alasan, manajemen sangat tertarik dengan perencanaan dan


pengendalian persediaan. Entah perusahaan memproduksi atau membeli barang,
perusahaan memerlukan sistem akuntansi yang akurat dengan catatan yang mutakhir.
Perusahaan mungkin kehilangan penjualan dan pelanggan jika tidak memiliki
persediaan produk dalam model, kualitas, dan kuantitas yang diinginkan. Selanjutnya,
perusahaan harus secara hati-hati memantau tingkat persediaan untuk membatasi
pembiayaan atas pemilikan sejumlah besar persediaan.
Namun, banyak perusahaan yang tidak mampu memiliki sistem perpetual
lengkap. Akan tetapi, sebagian besar perusahaan ini membutuhkan informasi terkini
mengenai tingkat persediaannya untuk menghindari kekurangan persediaan atau
pembelian dalam jumlah yang terlalu banyak dan untuk membantu persiapan data
keuangan bulanan atau kuartalan. Akibatnya, perusahaan ini menggunakan sistem
persediaan perpetual yang dimodifikasi (modified perpetual inventory system). Sistem
ini memberikan catatan persediaan yang terperinci mengenai kenaikan dan penurunan
hanya dalam jumlah barang bukan jumlah uang. Sistem tersebut hanya perangkat

6
memorandum di luar sistem pencatatan ganda, yang membantu dalam menentukan
tingkat persediaan pada setiap titik waktu.
Entah perusahaan menggunakan persediaan perpetual lengkap dalam jumlah
barang dan uang atau sistem persediaan perpetual yang dimodifikasi, kemungkinan
dibutuhkan penghitungan fisik persediaan satu kali dalam satu tahun. Tidak peduli apa
jenis pencatatan persediaan yang digunakan perusahaan, semua menghadapi bahaya
kehilangan dan kesalahan. Pembuangan, kerusakan, pencurian, jurnal yang tidak
tepat. kegagalan untuk mempersiapkan atau mencatat permintaan resmi, dan
kemungkinan lainnya dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan
persediaan yang sebenarnya ada. Dengan demikian, semua perusahaan perlu
melakukan verifikasi periodik catatan persediaan dengan jumlah yang sebenarnya,
berat, atau pengukuran, dengan jumlah yang dibandingkan dengan catatan persediaan
yang terperinci. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, perusahaan mengoreksi
catatan sesuai dengan jumlah sebenarnya yang ada.
Sejauh mungkin, perusahaan harus melakukan penghitungan fisik persediaan
mendekati akhir tahun fiskal, untuk melaporkan jumlah persediaan dalam laporan
akuntansi tahunan dengan benar. Oleh karena hal ini tidak selalu dapat dilakukan,
maka perhitungan fisik persediaan yang dilakukan dalam waktu dua atau tiga bulan
dari akhir tahun merupakan praktik yang diterima, apabila perusahaan mengelola
catatan persediaan terperinci dengan tingkat akurasi yang wajar.
4. Isu-Isu dalam Penilaian Persediaan
Barang yang dijual (atau digunakan) selama periode akuntansi jarang
berjumlah sama persis dengan barang yang dibeli (atau diproduksi) selama periode
tersebut Akibatnya, terjadi kenaikan atau penurunan persediaan selama periode
tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus mengalokasikan biaya semua barang
tersedia untu dijual (atau digunakan) antara barang-barang yang dijual atau digunakan
dan yang masih ada. Beban pokok tersedia untuk dijual atau digunakan adalah jumlah
dar (1) beban pokok yang ada pada awal periode, dan (2) beban pokok yang diperoleh
ata diproduksi selama periode berjalan. Beban pokok penjualan adalah selisih antara
(1) beban pokok tersedia untuk dijual selama periode berjalan, dan (2) beban pokok
yang ada pada akhir periode.

Persiapan awal, 1 Januari $100.000


Beban pokok yang diperoleh atau diproduksi selama tahun berjalan 800.000
7
Beban barang pokok yang tersedia untuk dijual 900.000
Persediaan akhir, 31 Desember (200.000)
Beban pokok penjualan selama tahun berjalan $700.000

Menilai persediaan dapat menjadi suatu hal yang rumit. Penilaian persediaan
membutuhkan penentuan berikut.
1. Barang fisik untuk dimasukkan dalam persediaan (siapa pemilik barang? barang
dalam perjalanan, barang konsinyasi, perjanjian penjualan khusus),
2. Biaya untuk dimasukkan dalam persediaan (biaya produk versus biaya periode)
3. Asumsi arus biaya untuk diadopsi (identifikasi khusus, biaya rata-rata, FIFO ritel,
dan sebagainya).

B. BARANG FISIK DIMASUKKAN DALAM PERSEDIAAN


1. Barang Dalam Perjalanan
Jika barang dikirimkan atas dasar FOB shipping point, maka hak kepemilikan
berpindah ke tangan pembeli ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan
jasa pengangkut, yang bertindak sebagai agen atau pembeli. Jika barang dikirimkan
atas dasar FOB destination, maka hak kepemilikan belum berpindah sebelum pembeli
menerima barang dari perusahaan jasa pengangkut.
Secara teknis, barang yang hak legalnya telah berpindah ke pembeli harus
dicatat sebagai pembelian pada periode fiskal. Barang yang dikirimkan atas dasar
FOB shipping point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan
menjadi milik pembeli dan harus diperlihatkan dalam catatan pembeli. Hak legal atas
barang ini berpindah ke pembeli pada saat barang dikirimkan.
2. Barang Konsinyasi
Metode ini menjelaskan bahwa terjadi kesepakatan antara perusahaan yang
mengirimkan barang dagang ke sebuah agen dalam menjual barang konsinyasi
tersebut. Agen tersebut menyetujui untuk menerima barang tanpa kewajiban apapun
selain melindungi dari kehilangan atau kerusakan, sampai barang terjual kepada pihak
ketiga atau pembeli. Ketika agen menjual barang, pendapatan dikurangi komisi
penjualan dan beban penjualan diserahkan kepada perusahaan. Barang yang telah
diserahkan kepada agen, tetap menjadi property perusahaan dan dimasukkan dalam
persediaan perusahaan pada harga beli atau biaya produksi. Sementara agen tidak

8
membuat ayat jurnal pada akun persediaan untuk barang konsinyasi yang diterima
karena barang tersebut merupakan milik perusahaan.
3. Perjanjian Penjualan Khusus
Seringkali transfer hak legal kepemilikan dan substansi yang mendasari
transaksi tidak cocok. Bisa saja hak legal telah berpindah ke pembeli tetapi penjual
barang tetapn menanggung resiko kepemilikan. Sebaliknya, transfer hak legal
mungkin belum terjadi, tetapi substansi ekonomi dari transaksi itu menyiratkan bahwa
resiko kepemilikan telah berpindah ke pembeli. Tiga situasi penjualan khusus yang
sering ditemukan adalah sebagai berikut :
 Penjualan dengan Perjanjian Pembelian Kembali
Inti dari transaksi ini adalah bahwa pihak pertama membiayai persediaannya dan
mempertahankan risiko kepemilikan, sekalipun hak legal atas barang secara teknis
telah berpindah kepada pihak kedua akibat penjualan. Keuntungan yang diterima
pihak pertama adalah terhindar dari pajak property pribadi, dan terhapusnya
kewajiban lancar dari neraca. Sementara bagi pihak kedua, pembelian barang bisa
melakukan perjanjian respirokal di masa depan.
 Penjuakan dengan Tingkat Imbal Hasil yang Tinggi
Industri-industri yang memiliki perjanjian formal atau informal yang memungkinkan
persediaan dikembalikan dengan menerima seluruh atau sebagian uang yang telah
dibayarkan. Salah satu alternative melaporkan transaksi penjualan tersebut adalah
mencatat penjualan dengan nilai penuh dan kemudian mencatat penjualan sampai
kondisinya menunjukkan jumlah persediaan yang akan dikembalikan oleh pembeli.
Ketika jumlah retur dapat diestimasi secara memadai, maka barang dapat dipandang
telah dijual. Sebaliknya, jika jumlah retur tidak dapat diramalkan, maka
penghapusan barang ini dari persediaan penjual tidaklah tepat.
 Penjualan Pada Angsuran
Barang yang dijual secara cicilan menjelaskan bahwa setiap jenis penjualan yang
pembayarannya dicicil secara periodik sepanjang periode waktu tertentu. Karena
resiko kerugian dari piutang tak tertagih lebih besar dalam penjualan cicilan
dibandingkan dengan transaksi penjualan lain, maka penjualan biasanya menahan
hak legal atas barang sampai seluruh pembayaran dilakukan. Barang harus dihapus
dari persediaan penjual jika persentase piutang tak tertagih dapat diestimasi secara
memadai.

9
4. Pengaruh Kesalahan Persediaan
Pos-pos yang dimasukkan atau dikeluarkan secara tidak tepat ketika penentuan
harga pokok penjualan akibat kesalahan penyajin persediaan akan menyebabkan
laporan keuangan tidak sesuai. Kesalahan yang umum terjadi adalah sebagai berikut :

 Kesalahan Penyajian Persediaan Akhir


Jika persediaan akhir kurang saji, maka modal kerja dan rasio lancar kurang saji.
Jika harga pokok penjualan lebih saji, maka laba bersih kurang saji. Pengaruh
kesalahan-kesalahan ini dapat menurunkan laba bersih pada periode berjalan, dan
meningkatkan laba bersih pada periode selanjutnya. Kesalahan tersebut akan dioffset
pada periode berikutnya karena persediaan awal akan kurang saji, dan laba bersih
akan lebih saji.
 Kesalahan Penyajian Pembelian dan Persediaan
Kesalahan ini adalah barang tertentu perusahaan tidak dicatat sebagai pembelian dan
tidak diperhitungkan dalam persediaan akhir. Kesalahan dalam pencantuman barang
dari pembelian dan persediaan akan menyebabkan persediaan dan hutang usaha
kurang saji dalam neraca serta pembelian dan persediaan akhir periode akan kurang
saji dalam laporan laba rugi. Namun, laba bersih untuk periode berjalan tidak
dipengaruhi oleh pengabaian seperti itu, karena pembelian dan persediaan akhir
sama-sama kurang saji dengan jumlah yang sama. Kesalahan tersebut kemudian
akan saling mengoffset dalam harga pokok penjualan. Modal kerja juga tidak
berubah, tetapi rasio lancar akan lebih saji karena persediaan dan utang usaha kurang
saji dengan jumlah yang sama.
C. BIAYA DIMASUKKAN DALAM PERSEDIAAN
Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan
dengan berapa jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun. Pembelian persediaan,
seperti aktiva lain, umumnya diperhitungkan atas dasar biaya-biaya berikut :
1. Biaya Produk
Biaya produk adalah biaya-biaya yang melekat pada persediaan dan dicatat
pada akun persediaan. Biaya-biaya tersebut berkaitan langsung dengan perpindahan
barang ke pembeli dan pengubahan barang tersebut yang siap jual. Beban seperti itu
mencakup ongkos pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung

10
lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lainnya yang dikeluarkan dalam
memproses barang ketika dijual.
2. Biaya Periode
Biaya periode merupakan biaya-biaya yang terkait secara tidak langsung
dengan akuisisi atau produksi barang. Biaya-biaya periode seperti beban umum serta
administrasi tidak dianggap sebagai bagian dari biaya persediaan. Namun, konsepnya,
beban ini merupakan biaya dari produk seperti harga beli awal dan biaya angkut.
Beban penjualan secara umum dianggap lebih berhubungan dengan harga pokok
penjualan daripada dengan persediaan yang belum terjual. Pada umumnya, biaya
tersebut terutama beban administrasi tidak berhubungan secara lansung dengan proses
produksi.
Biaya periode lainnya adalah biaya bunga. Biaya bunga terkait dengan
penyiapan persediaan agar siap dijual harus dibebankan pada saat dikeluarkan. Biaya
bunga dapat dibedakan menjadi dua pendekatan, yaitu sebagai biaya pembiayaan dan
sebagai biaya untuk membiayai aktivitas yang terkait dengan penciptaan dan
pengangkutan persediaan ke kondisi serta lokasi siap jual merupakan biaya aktiva
seperti bahan, tenaga kerja, dan overhead, sehingga harus dikapitalisasi.
3. Perlakuan Diskon Pembelian
Pemakaian akun diskon pembelian dalam system persediaan periodik
menunjukkan bahwa perusahaan melaporkan pembelian dan utang usaha pada jumlah
kotor. Jika perusahaan menggunakan metode kotor, maka diskon pembelian
dilaporkan sebagai pengurang dari akun pembelian di laporan laba-rugi. Sedangkan
pendekatan kedua adalah mencatat pembelian dan utang usaha pada jumlah bersih
setelah diskon tunai. Pada pendekatan kedua ini, kegagalan untuk mengambil diskon
pembelian selama periode diskon dicatat dalam akun diskon pembelian yang hilang.
Jika perusahaan menggunakan metode bersih ini, diskon pembelian yang hilang harus
dipandang sebagai beban keuangan dan dilaporkan dalam pos beban serta kerugian
lain-lain pada laporan laba-rugi.

D. ASUMSI ARUS BIAYA


Selama setiap periode fiskal tertentu, besar kemungkinan suatu barang akan dibeli
dengan beberapa harga berbeda. Jika persediaan akan dinilai pada biaya perolehan dan
beberapa pembelian telah dilakukan dengan biaya per unit yang berbeda,harga mana
yang harus digunakan? Secara konseptual, identifikasi khusus atas pos-pos yang terjual

11
dan pos-pos yang belum terjual terlihat optimal, tetapi cara ini seringkali tidak hanya
mahal tetapi juga tidak mungkin untuk diterapkan. Sebagai akibatnya, beberapa asumsi
arus biaya (cost flow asumption) yang bersifat sistematis dapat digunakan.
Sebetulnya, arus fisik barang aktual dan asumsi arus biaya seringkali sangat
berbeda. Tidak ada keharusan bahwa asumsi arus biaya yang dipakai terus
konsisten dengan pergerakan fisik barang. Tujuan utama dari pemilihan asumsi arus
biaya adalah untuk memilih asumsi yang paling mencerminkan laba periodik, sesuai
kondisi yang berlaku.
1. Identifikasi Khusus
Identifikasi khusus (specific identification) digunakan dengan cara
mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam pos persediaan.
Biaya barang-barang yang telah terjual dimasukkan dalam harga pokok penjualan,
sementara biaya barang-barang khusus yang masih berada di tangan dimasukkan pada
persediaan. Metode ini hanya bisa digunakan dalam kondisi yang memungkinkan
perusahaan memisahkan pembelian yang berbeda yang telah dilakukan secara fisik.
Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah
kecil item berharga tinggi dan dapat dibedakan. Dalam industri ritel hal ini meliputi
beberapa jenis perhiasan, jas bulu, mobil dan sejumlah furnitur. Dalam area
manufaktur, meliputi produk pesanan khusus dan banyak produk yang diproduksi
menurut job cost system.
Metode ini tampak ideal. Identifikasi khusus mengaitkan biaya aktual dengan
pendapatan aktual. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan akhir pada
biaya aktual. Dengan kata lain, berdasarkan metode identifikasi khusus arus biaya
berkaitan dengan arus fisik barang. Namun, pada pengamatan yang lebih dekat,
metode ini memiliki beberapa kekurangan selain ketidakpraktisan dalam berbagai
situasi.
Beberapa berpendapat bahwa identifikasi khusus memungkinkan perusahaan
untuk memanipulasi laba neto. Misalnya, asumsikan bahwa perusahaan grosir
membeli kayu lapis identik pada tiga harga yang berbeda pada awal tahun. Ketika
menjual kayu lapis, penjual grosir dapat memilih harga tertinggi atau terendah untuk
dicatat sebagai beban. Perusahaan hanya memilih kayu lapis dari lot tertentu untuk
dikirim kepada pelanggan. Oleh karena itu, seorang manajer bisnis dapat
memanipulasi laba neto dengan memberikan kepada pelanggan persediaan dengan
biaya lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada apakah perusahaan berusaha
melaporkan laba lebih rendah atau lebih tinggi untuk periode tersebut.

12
Masalah lain berkaitan dengan alokasi biaya yang kadang-kadang terjadi
dengan persediaan tertentu. Misalnya, perusahaan sering menghadapi kesulitan dalam
menghubungkan biaya pengiriman, biaya penyimpanan, dan diskon langsung ke item
persediaan tertentu. Hal ini menyebabkan alokasi biaya ini agak tidak beralasan, dan
menghasilkan "kerusakan dalam ketepatan metode identifikasi khusus."
2. Biaya Rata-Rata
Sesuai namanya, metode biaya rata-rata (average cost method) memberikan
harga persediaan berdasarkan biaya rata-rata semua barang serupa yang tersedia
selama periode tersebut.
Perusahaan sering menggunakan metode biaya rata-rata untuk alasan praktis
daripada konseptual. Metode ini sederhana untuk diterapkan dan objektif. Metode ini
tidak tunduk pada manipulasi laba sebagaimana beberapa metode penetapan harga
persediaan lainnya. Selain itu, para pendukung metode biaya rata-rata berpendapat
bahwa mengukur arus fisik khusus persediaan sering kali tidak mungkin dilakukan
Oleh karena itu, lebih baik mengukur item biaya berdasarkan harga rata-rata.
Argumen ini sangat persuasif ketika berhadapan dengan persediaan yang sama.
3. First-In, First-Out (FIFO)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan (dikeluarkan)
sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan bahwa
barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan (dalam perusahaan
manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang). Karena itu, persediaan yang
tersisa merupakan barang yang dibeli paling terakhir.
Salah satu tujuan dari FIFO adalah untuk mendekati arus fisik barang. Ketika
arus fisik barang sebenarnya first-in, first-out, metode FIFO mendekati metode
identifikasi khusus, Pada saat yang sama, metode FIFO mencegah manipulasi laba.
Dengan FIFO, perusahaan tidak dapat memilih item biaya tertentu untuk mengenakan
beban Keuntungan lain metode FIFO adalah bahwa persediaan akhir mendekati biaya
terkini. Oleh karena barang pertama masuk adalah barang pertama yang keluar,
jumlah persediaan akhir terdiri dari pembelian terbaru.
Hal ini terutama berlaku untuk perputaran persediaan yang cepat. Pendekatan
ini umumnya mendekati biaya penggantian pada laporan posisi keuangan saat
perubahan harga belum terjadi sejak pembelian terbaru. Namun, metode FIFO tidak
mampu mengaitkan biaya kini dengan pendapatan kini pada laporan laba rugi.

13
Perusahaan mengenakan biaya lama dengan pendapatan terkini, sehingga dapat
mendistorsi laba bruto dan laba neto.
4. Last-In,First-Out (LIFO)
Metode LIFO menandingkan (matches) biaya dari barang-barang yang paling
akhir dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah persediaan periodic,
maka akan diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan
selama suatu bulan berasal dari pembelian paling akhir.
 Keunggulan LIFO

Salah satu keunggulan nyata dari pendekatan LIFO adalah bahwa, dalam
situasi tertentu, arus biaya LIFO menyerupai arus fisik barang yang keluar-masuk
persediaan. Sebagian besar penganut LIFO menggunakan argument-argumen sebagai
berikut untuk mendukung pemakaiannya :

1. Penandingan
Dalam LIFO, biaya paling akhir ditandingkan dengan pendapatan berjalan
untuk menghitung ukuran laba berjalan yang lebih baik. Selama periode
inflasi, banyak pihak mempertanyakan kualitas dari laba non-LIFO, dengan
menyatakan bahwa kegagalan untuk menandingkan biaya berjalan dengan
pendapatan akan menciptakan laba transitori.
2. Manfaat Pajak/Memperbaiki Arus Kas
Manfaat pajak adalah alas an utama mengapa LIFO sangat popular. Sepanjang
tingkat harga terus naik dan kuantitas persediaan tidak menurun, pemakaian
LIFO akan menangguhkan pajak penghasilan, karena item-item yang dibeli
paling akhir dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan.
3. Pembendung atas Laba di Masa Depan
Jika memakai LIFO, laba masa depan perusahaan yang dilaporkan tidak akan
dipengaruhi karena secara signifikan oleh penurunan harga. Jadi LIFO
menghilangkan atau menimbulkan secara substansial write-downs to market
sebagai akibat dari penurunan harga.
 Kelemahan LIFO
1. Berkurangnya Laba
Banyak manajer korporasi memandang penurunan laba yang dilaporkan
menurut metode LIFO salaam periode inflasioner sebagai kelemahan yang

14
nyata, dan lebih memilih untuk melaporkan laba yang lebih tinggi daripada
pajak yang lebih rendah.
2. Persediaan kurang saji
LIFO mungkin memiliki pengaruh yang mendistorsi terhadap neraca
perusahaan. Penilaian persediaan biasanya ketinggalan zaman karena biaya
yang paling tua masih ada dalam persediaan. Kurang-saji ini membuat modal
kerja perusahaan tampak lebih buruk dari kondisi aktualnya.
3. Arus Fisik
LIFO tidak menyerupai arus fisik item-item persediaan kecuali dalam situasi
tertentu. Pada awalnya, LIFO hanya dapat digunakan dalam situasi tertentu.
Situasi ini berubah dari tahun ke tahun sampai titik di mana karakteristik arus
fisik tidak lagi memainkan peranan penting dalam menentukan apakah LIFO
layak dipakai atau tidak.
4. Likuidasi terpaksa/Kebiasaan Pembelian yang Buruk
Jika lapisan atau dasar biaya lama dieliminasi, maka hasil yang ganjil bisa
terjadi karena biaya lama yang tidak relevan dapat dibandingkan dengan
pendapatan berjalan. Laba yang dilaporkan untuk periode bisa terdistorsi, serta
perusahaan akan mengalami konsekuesni pajak yang merugikan dari sudut
pandang pajak penghasilan. Karena adanya persoalan likuidasi, maka LIFO
bisa menimbulkan kebiasaan pembelian yang buruk.

15
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada
saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal
perusahaan. Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan
persediaan ada dua, yaitu: Metode Periodik dan Metode Perpetual. 
Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan
terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan
fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory procedure) untuk dapat
menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil
perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Yang kedua,
sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan
selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan
berkurang atau bertambahnya persediaan.

B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi penulis yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini pada penulisan makalah di kesempatan berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Donald E, Kieso, Weygandt Jerry J, Warfield Terry D. 2017. Akuntansi Keuangan
Menengah. Cetakan Kedua. Jakarta: Salemba Empat.

https://fadhlanaccounting.wordpress.com/akuntansi-persediaan/ (Diakses pada tanggal 19


November 2022 pukul 19.20).

http://keyaccountingsoftware.com/metode-persediaan-fifo-average-dan-lifo/ (Diakses pada


tanggal 19 November 2022 pukul 19.20).

https://yudhis-coy.blogspot.co.id/2016/10/metode-perhitungan-persediaan-fifo-lifo.html
(Diakses pada tanggal 28 Desember 2017 pukul 19.20).

http://dedi-akun.blogspot.co.id/2012/03/klasifikasi-persediaan.html?m=1 (Diakses pada


tanggal 20 November 2022 pukul 14.40)

http://teorikuliah.blogspot.co.id/2009/08/klasifikasi-dan-pengendalian-persediaan.html?m=1
(Diakses pada 20 November 2022 pukul 14.50)

http://tongke1.blogspot.co.id/2011/02/pengendalian-persediaan.html?m=1 (Diakses pada


tanggal 20 November 2022 pukul 14.50)

17

Anda mungkin juga menyukai