PRODUKSI
AKUNTANSI BIAYA
Dosen Pengampu : Hamzah Fansuri Yusuf, S.E.,M.M.,M.P
Nama Kelompok:
1. Rico Ahmad Sumardi (21030172)
2. Rofiqi Afif zairofi (21030315)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan Makalah..................................................................................................
Bab II Pembahasan..............................................................................................................
2.1 Pengertian dari poin sisa bahan, produk cacat, dan produk rusak serta biaya produk
khusus dalam produksi………………………………………………………………
A. Pengertian sisa bahan...............................................................................
B. Pengertian Produk Cacat…………………………………………………
C. Pengertian Produk Rusak.........................................................................
D. Pengertian Penyusunan Biaya Produksi .................................................
Bab III Penutup...................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi tentunya harus
memperhitungkan biaya produksi agar dapat memperoleh keuntungan yang optimal. Biaya
produksi yang akurat akan memberikan informasi penting dalam pengambilan keputusan
perusahaan seperti penetapan harga jual produk, jumlah produksi yang optimal, dan juga
memberikan pandangan mengenai efisiensi produksi.
Dalam produksi, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi biaya produksi,
seperti poin sisa bahan, produk cacat, dan produk rusak serta biaya produk khusus. Poin sisa
bahan merupakan bahan yang masih tersisa setelah proses produksi selesai dan biasanya tidak
dapat digunakan untuk produksi berikutnya. Produk cacat dan produk rusak juga
mempengaruhi biaya produksi karena harus dihitung sebagai biaya produksi, meskipun tidak
dapat dijual. Biaya produk khusus juga merupakan biaya tambahan yang terjadi selama
proses produksi untuk memenuhi kebutuhan khusus pelanggan.
Oleh karena itu, dalam akuntansi manajemen, pencatatan dan pengendalian biaya
produksi harus dilakukan dengan baik agar perusahaan dapat memperoleh informasi yang
akurat dan tepat mengenai biaya produksi. Dengan informasi yang tepat, perusahaan dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam pengelolaan bisnisnya, meningkatkan efisiensi
produksi, dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
i
3. Menjelaskan tentang peran penting dari informasi biaya produksi yang akurat
dalam pengambilan keputusan perusahaan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
i
2.2 Pengertian dari poin sisa bahan, produk cacat, dan produk rusak serta biaya
produk khusus dalam produksi.
A. Pengertian sisa bahan
Sisa bahan adalah bahan yang rusak dari proses produksi yang tidak
dapat dimasukkan lagi ke dalam produksi dengan kegunaan seperti
sebelumnya, tetapi mempunyai nilai ekonomi yang relatif kecil, dan bahan
tersebut mungkin dapat dipakai untuk kegunaan lain atau proses produksi lain
atau bahan tersebut dapat dijual kepada pihak luar. Mursyidi (2010:111),
permasalahan akuntansi yang timbul dengan adanya sisa bahan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Persediaan sisa bahan yang tidak dilakukan pencatatannya, namun
apabila sisa bahan relatif banyak, maka dilakukan dalam kartu gudang
sisa bahan. Pada kondisi ini, pencatatan akuntansi dilakukan apabila
sisa bahan telah laku terjual, dengan demikian permasalahan akuntansi
yang timbul adalah bagaimana perlakuan hasil penjualan sisa bahan.
2) Sisa bahan dianggap mempunyai nilai yang relatif besar dan jumlah
kuantitasnya pun relatif banyak, maka untuk tujuan pengendaliannnya
diperlukan pencatatan akuntansi. Dalam kondisi ini terdapat persediaan
sisa bahan. Nilai persediaan didasarkan nilai pasar. Untuk itu
perusahaan menempatkan diri untuk mengusahakan agar semua sisa
bahan terjual habis, sehingga dibutuhkan pencatatan yang memadai
karena sudah dianggap aset perusahaan. Hasil penjualan sisa bahan
lebih cenderung diperlakukan sebagai pendapatan dari pada sebagai
pengurangan biaya atau beban. Namun tidak menutup kemungkinan
diperlakukan sebagai pengurangan biaya atau beban. Pencatatan sisa
bahan yang diterima dari bagian produksi dengan nilai sebesar taksiran
nilai pasarnya.
Contoh :
Misalnya, dalam proses produksi, sejumlah 100 kg bahan baku
digunakan untuk memproduksi 90 unit produk. Setelah proses
produksi selesai, terdapat 10 kg bahan baku yang tidak terpakai. Jika
harga per kg bahan baku adalah Rp 10.000, maka biaya bahan baku
yang digunakan dalam proses produksi adalah 90 kg x Rp 10.000 =
Rp 900.000. Sedangkan biaya bahan baku yang tidak terpakai adalah
10 kg x Rp 10.000 = Rp 100.000.
i
perbaikan terhadap produk cacat masih lebih rendah dari hasil penjualan
produk cacat tersebut setelah diperbaiki. Produk cacat Menutut Suardi et all
(2013 : 61) adalah unit produk yang tidak memenuhi standar produksi dan
dapat diperbaiki secara teknis dan ekonomis untuk dapat dijual sebagai produk
baik atau tetap sebagai produk cacat.
Didalam suatu proses produksi, produk-produk cacat biasanya
dikembalikan didalam pabrik untuk diperbaiki atau diolah kembali. Seperti
juga halnya dengan produk rusak, perusahaan dapat :
1) Membebankan biaya perbaikan atau pengolahan kembali
produkproduk cacat tersebut kepada seluruh produksi. Dalam hal
demikian, komponen biaya perbaikan dan pengolahan kembali produk-
produk cacat tersebut harus diperhitungkan waktu menentukan tarif
biaya factory overhead.
2) Membebankan biaya perbaikan atau pengolohan kembali
produkproduk cacat tersebut kepada pesanan atau produksi tertentu.
Dalam hal demikian, komponen biaya perbaikan dalam pengolahan
kembali produk-produk cacat tersebut tidak diperhitungkan dalam tarif
biaya factory overhead.
Contoh :
Jika dalam proses produksi terdapat 100 unit produk, tetapi
terdapat 10 unit produk cacat, maka biaya produksi per unit adalah
biaya produksi total dibagi dengan jumlah unit produk yang
sebenarnya terjual. Biaya produksi total adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead yang digunakan untuk
memproduksi 100 unit produk. Jika biaya produksi total adalah Rp
1.000.000, maka biaya produksi per unit adalah Rp 1.000.000 / 90
unit = Rp 11.111. Namun, jika terdapat 10 unit produk cacat, biaya
produksi per unit harus dihitung dengan menggunakan jumlah unit
produk yang sebenarnya terjual, yaitu 90 unit. Dalam hal ini, biaya
produksi per unit adalah Rp 1.000.000 / 90 unit = Rp 11.111.
Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses
produksi, tetapi karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu, maka biaya
pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan sebagai tambahan biaya
produksi pesanan yang bersangkutan.
i
masih laku dijual. Taksiran nilai pasarnya diperlakukan sebagai pengurang
biaya produksi. Hal ini menunjukan kerugian yang terjadi dibebankan pada
pesanan yang bersangkutan. Kedua, produk rusak yang disebabkan oleh pihak
internal yang biasa disebut ―sebab normal‖, misalnya bahan baku yang
kurang baik, peralatan dan tenaga ahli.
Contoh :
Misalnya, perusahaan menerima pesanan dari pelanggan untuk
memproduksi produk dengan ukuran khusus. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, perusahaan harus membeli bahan baku dengan
ukuran khusus yang lebih mahal dari bahan baku biasa. Biaya
tambahan ini harus dicatat secara terpisah dari biaya produksi lainnya.
Bab III
Penutup
i
3.1 Kesimpulan
Dalam akuntansi biaya produksi, poin sisa bahan, produk cacat, dan produk
rusak serta biaya produk khusus mempengaruhi biaya produksi secara signifikan.
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan pencatatan dan pengendalian terhadap
hal-hal tersebut untuk memastikan penghitungan biaya produksi yang akurat dan
tepat. Dengan mengetahui biaya produksi yang akurat, perusahaan dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam mengelola bisnisnya dan meningkatkan keuntungan.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan yaitu perusahaan
sebaiknya melakukan perhitungan biaya produksi sesuai konsep akuntansi biaya yaitu
dengan memperhitungkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja berdasarkan biaya
sesungguhnya yang terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik dihitung dengan
menentukan tarif per departemen, sekaligus mengklasifikasikan elemen-elemen biaya
ke dalam biaya produksi secara tepat, sehingga perhitungan biaya produksi menjadi
lebih akurat, dan dapat digunakan dalam pengendalian serta pengambilan keputusan
bagi manajer.
i
Daftar Pustaka
Baru Harahap, S.E.,M.Ak., & Tukino, S.Kom., M.Si. (2020). Akuntansi Biaya. Batam Publisher.
Erdinson, S. ,. (2021). Akuntansi Biaya, Penggolongan Biaya Overhead Pabrik serta Penentuan
Tarifnya. Cv Media Sains Indonesia.
Kusuma, W. .., & Drs. , A. ,. (2022). Akuntansi Biaya, Bab 1 Konsep Akuntansi Biaya, Bab 2 Siklus
Akuntansi Biaya. PT Global Eksekutif Teknologi.
Ninda Agustya, Siti Cholifah, & Guntur Tri F. (2015/2016). Sistem Informasi Akuntansi. Siklus Produksi
dan Keuangan, 3.
Will Kenton, & David Kindness. (2021). Flow of Costs. The Manner or Path in Which Costs Move
Through a Firm.