Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AKUNTANSI BIAYA

Kalkulasi Biaya Produk Sampingan dan Produk Gabungan

Oleh:

KELOMPOK 8

Komang Rere Septya Amalia (202033121036)

I Gusti Bagus Rangga Prapanca (202033121041)

Putu Delviera Brilianti (202033121045)

Made Dea Puspa Gita (202033121047)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akuntansi biaya ini. Dengan tujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Biaya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan.
Namun demikian, merupakan harapan besar bagi kami bila tugas ini dapat memberikan
sumbangan pengetahuan dan menjadi satu karya yang sangat bermanfaat.

Denpasar, 1 November 2021

KELOMPOK 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1 ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 1


1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 1
1.3 TUJUAN ....................................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2

2.1 KONSEP DASAR BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN ................................... 2


2.2 AKUNTANSI PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN ...................................... 3
BAB III.................................................................................................................................... 15

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 15

3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................................... 15


3.2 SARAN ....................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berkembangnya industri akan selalu memunculkan produk-produk baru. Perusahaan akan
selalu berusaha menciptakan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Akibatnya suatu
perusahaan tidak hanya memproduksi satu produk tetapi beragam produk untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Hal ini menjadikan masalah baru bagi perusahaan dalam perhitungan
akuntansinya. Seiring dengan perkembangan jaman, Pembangunan sektor industry
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan Indonesia saat ini. Hal
ini dikarenakan makin majunya teknologi yang mendukung perindustrian sehingga dapat
bermanfaat pula bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Persaingan pasar dalam era
globalisasipun semakin meningkat, maka kegiatan yang ada di dalam persahaan pun semakin
bervariasi. Dimana dalam produksinya perusahaan mengolah satu atau beberapa macam
bahan baku yang dapat menghasilkan satu jenis produk atau lebih. Kembali ke tujuan
perusahaan pada umumnya adalah menghasilkan laba yang optimal. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka dari itu diperlukan penentuan biaya yang tepat agar menghasilkan pendapatan
yang optimal pula sehingga perusahaan tidak merugi (mendapatkan laba).Bersumber dari
masalah inilah kalkulasi produk bersama dan produk sampingan menjadi penting untuk
dibahas.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian produk bersama dan produk sampingan ?
2. Bagaimana karakteristik produk bersama dan produk sampingan ?
3. Bagaimana penjelasan mengenai akuntansi produk bersama?
4. Bagaimana perhitungan harga pokok produk sampingan ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian produk bersama dan produk sampingan .
2. Untuk mengetahui karakteristik produk bersama dan produk sampingan .
3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai akuntansi produk bersama.
4. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produk sampingan.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
A. Pengertian Produk Bersama dan Produk Sampingan

Produk bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dalam suatu rangkaian atau
seri produk secara bersama dengan menggunakan bahan, tenaga kerja, dan biaya overhead
secara bersama. Biaya tersebut tidak dapat ditelusuri atau dipisahkan pada setiap produk, dan
setiap produkempunyai nilai jual atau kuantitas yang relatif sama. Contohnya seperti produksi
susu segar yang dapat menghasilkan krim dan skim cair, selanjutnya krim dapat diolah lebih
lanjut menjadi mentega dan skim cair diolah lagi menjadi susu. Dalam produk bersama dapat
menghasilkan : Produk utama adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi secara
bersama, namun mempunyai nilai atau kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan produk
lain. Biaya bersama dalah biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk bersama dan
biaya yang diolah secara bersama seperti bahan baku, tenaga kerja, overheaduntuk
menghasilkan beberapa produk. Biaya bersama (joint cost) dapat didefinisikan sebagai biaya
yang muncul dari produksi yang simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Biaya
bersama terjadi dalam bentuk satu jumlah total biaya yang tidak dapat dibagi untuk semua
produk yang dihasilkan.
Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi secara
bersama, tetapi produk tersebut nilai atau kuantitasnya lebih rendah dibandingkan dengan
produk lain. Produk sampingan (by product) umumnya digunakan untuk mendefinisakan suatu
produk dengan nilai total yang relative lebih kecil dan dihasilkan secara simultan atau
bersamaan dengan produk lain yang nilai totalnya lebih besar.
Contohnya seperti penyilangan minyak bumi yang dapat dihasilkan sisa dalam bentuk aspal.
Minyak bumi merupakan produk utama sedangkan aspal merupakan produk sampingan.

B. Karakteristik Produk Bersama dan Produk Sampingan

Karakteristik Produk Bersama

a) Produk diproses secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama
antra satu dengan yang lainnya.
b) Setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses produksi.
c) Terdapat Split Off Point yaitu dimana produk-produk tersebut dapat diidentifikasi atau
dipisah ke masing-masing produk secara individual.
d) Setelah titik pisah produk tersebut dapat dijual pada titik pisah (secara langsung) dan dapat
juga dijual setelah dipisah (setelah proses lebih lanjut) untuk mendapatkan produk yang
lebih menguntungkan.

2
Karakteristik Produk Sampingan

Produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, menurut kondisi dapat
dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas :

a) Yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut;


b) Yang membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dijual.

2.2 AKUNTANSI PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN

A. Akuntansi Produk Bersama


Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalah
pemasaran berbagai macam produknya, karena masing-masing produk mempunyai masalah
pemasaran dan harga jual yang berbeda. Manajemen biasanya ingin mengetahui kontribusi
masing-masing produk pada pendapatan perusahan. Oleh karena itu, perlu diketahui secara
teliti biaya yang dibebankan pada masing-masing produk sebagai dasar perhitungan harga
pokok setiap produk.
Alokasi Biaya merupakan pembebanan biaya secara proposional dari biaya tidak
langsung atau biaya bersama ke objek biaya. Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada
masing-masing produk, oleh karena itu untuk memudahkan dalam perhitungan diperlukan
alokasi biaya.
Manfaat menghitung alokasi biaya dalam produk bersama adalah:
1. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan
keuangan internal dan eksternal.
2. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
3. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
4. Biaya bahan yang hancur.
5. Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif.
6. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan
peraturan harga.
7. Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap total
pendapatan perusahaan.
8. Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing produk
bersama.
Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan metode
nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif.

3
a) Metode nilai pasar / nilai jual relatif
Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya bahwa harga
produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode ini mengasumsikan bahwa
setiap produk yang dihasilkan Dalam proses produksi bersama memilki nilai jual atau nilai
pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada yang
lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya juga lebih tinggi
dibandingkan produk lain. Jadi dalam metode ini kelangkaan tidak mempunyai pengaruh dalam
menentukan harga jual. Karena asumsi itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya
bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk bersama.
Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:
1. Metode nilai pasar saat split-off point
Metode ini digunakan ketika setelah split-off point tidak ada proses produksi lanjutan
dan harga jual sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost) dialokasikan ke masing-
masing produk sesuai dengan perbandingan nilai jualnya terhadap nilai jual keseluruhan
produk bersama.
Contoh :
PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma. Biaya bersama
yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.000.000,00. Jumlah produksi dan
harga jual masing-masing produk tertera pada table berikut:
Produk Jumlah unit Harga unit
Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 1500
Gamma 7.000 Rp 1300

4
Penyelesaian :

Produk Jumlah Harga Nilai jual Rasio Alokasi HPP/ unit


unit unit
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000
2. Metode nilai jual hipotesis
Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga tidak dapat
diketahui pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga
jual tidak dapat dikethui sebelum dijual (setelah titk pisah). Dasar yang dapat digunakan dalam
mengalokasikan biaya bersama adalah harga pasar hipotesis.
Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lanjutan setelah pemisahan.

Contoh :
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode nilai pasar,
diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai berikut:

Keterangan Produk Alfa Produk Beta Produk Gamma

Unit Produksi 5.000 10.000 7.000


Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300
Biaya Proses lanjutan/unit Rp400 Rp300 Rp500

5
Produk Hrg Biaya Nilai Jmlh Nilai jual Rasio Alokasi** HPP
bersama jual/ Tmbh jual Prduk (20.000.000) /kg
kg an Hipote
sis*
Alfa 1.000 400 600 5.000 3.000.000 22,06 4.412.000 882,4
%
Beta 800 300 500 10.000 5.000.000 36,76 7.352.000 735,2
%
Gamma 1.300 500 800 7.000 5.600.000 41,18 8.236.000 1.176,6
%
13.600.000 100% 20.000.000

*(Harga jual – biaya tambahan)


**(rasio x 20.000.000)

b) Metode rata-rata biaya per satuan


Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke berbagai
produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama
dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam kualitas
yang berbeda-beda. Perusahaan yang menggunakan metode ini berpendapat bahwa semua
produk yang dikerjakan dengan proses yang sama harus menerima bagian yang sebanding
dengan total biaya gabungan berdasarkan unit yang diprosuksi. Penentuan biaya untuk setiap
produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.

Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi 1000 liter
produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp 2.000 (Rp
2.000.000/1000)

Produk Kuantitas Rata-rata biaya Alokasi biaya


per satuan bersama
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000

6
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Tanah
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000

c) Metode Rata-Rata Tertimbang


Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak dapat memberika
solusi yang memuaskan dalam mengalokasikan biaya bersama karena tidak
mempertimbangkan segi kualitas dari suatu produk. Sehingga mucullah metode yang
menggunakan bobot sebagai presentasi dari ukuran besarnya unit, kesulitan pembuatan, waktu
yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama.
Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit
produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui bobot untuk
bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya bersamanya sebagai berikut :

Produk Jumlah Angka Jumlah produk x angka Alokasi biaya bersama


produk penimbang penimbang (2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp344.826
Minyak tanah 300 3 900 Rp620.689
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000

d) Metode Unit Kuantitatif / Satuan Fisik


Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan satuan
ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk bersama
mempunyai ukuran yang berbeda maka harus ditentukan koefisien ekuivalesinya yang
digunakan untuk mengubah satuan yang berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini
beranggapan bahwa setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan
bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.

7
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang menghabiskan
biaya sebesar Rp 1.000.000 :

Produk Kuantitas Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama


(pon)
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000

B. Perhitungan Harga Pokok Produk Sampingan


Setelah mempelajari konsep dan cara perhitungan harga pokok produk gabungan, maka
tidak lengkap jika tidak membahas harga pokok produk sampingan. Hal ini dapat dimengerti
karena keduanya mempunyai hubungan yang erat. Dalam produk sampingan, yang menjadikan
permasalahan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan
tersebut.
Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok
produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk
sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada
umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila
dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa metode yang
mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan. Metode-metode
akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk sampingan dibagi dalam dua
kategori, yaitu:
a. Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)
Dalam metode ini, Harga pokok produk sampingan atau persediannya tidak
diperhitungkan, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan prduk sampingan sebagai
pendapatan atau pengurang biaya prduksi produk utama. Dalam rangka perhitungan biaya
persediaan, suatu nilai yang berdiri sendiri dapat dibebankan ke produk sampingan.
Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk sampingan
tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah.
Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2 macam:

8
1. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-off point) atau
pengakuan atas pendapatan kotor.
Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan penjualan kotor.
Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari produk utama dianggap terlalu tinggi
sehingga menanggung biaya yang seharusnya dibebankan pada produk sampingan. Dalam
metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba rugi dapat
dikategorikan sebagai berikut :

➢ Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar usaha.


Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan
dikurangi dengan returnya, dicatat dalam rekening “Pendapatan Penjualan Produk Sampingan”
dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening Rugi-Laba. Rekening pendapatan
penjualan produk sampingan dicantumkan dalam laporan Laba-Rugi pada kelompok
penghasilan di luar usaha (other income).
Metode ini tidak mencoba untuk menentukan harga pokok sampingan. Metode ini
cocok bila digunakan pada perusahaan yang:

• Nilai produk sampingnya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan.
• Penggunaan metode yang lebih teliti tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
• Pemisahan produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan pembebanan
harga pokok produk sampingan pada produk utama tidak mengakibatkan perbedaan
yang mencolok pada harga pokok produk utama.
Terdapat beberapa kekurangan pada metode pendapatan penjualan produk sampingan dicatat
sebagai penghasilan diluar usaha, yaitu:
• Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan pokok sampingan, maka
timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca perusahaan. Pada
umumnya persediaan akhir produk sampingan tidak diadakan penilaian sehingga
mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama lebih besar.
• Dapat mengakibatkan perbandingan pendapatan dan biaya yang kurang tepat karena
perbedaan periode akuntansi. Pada saat produk sampingan selesai diproduksi tidak ada
pencatatan jurnal, pencatatan dilakukan ketika produk dijual. Apabila produksi dan
penjualannya tidak dalam satu periode maka perhitungan pendapatan dan biaya menjadi
kurang tepat.
• Tidak adanya pengawasan dari terhadap persediaaan produk sampingan mengakibatkan
rawan terjadi penggelapan.
9
• Dapat mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha perusahaan.
Contoh : Diketahui data dari kegiatan operasional perusahaan “ABC” sebagai berikut:
Unit Produksi Produk Utama 16.200 Unit
Unit Penjualan Produk Utama 13.500 Unit
Unit Persediaan Awal Produk Utama 500 Unit
Harga Jual per Unit Rp 750
Biaya Produksi/Unit Produk Utama Rp 500
Hasil Penjualan Produk Sampingan (2.000xRp300) Rp 600.000
Beban Pemasaran dan Administrasi Produk Utama Rp 2.925.000

Laporan laba-rugi sebagai berikut:


Penjualan produk utama Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Laba sebelum pajak Rp 1.050.000
Pendapatan penjualan produk sampingan dijadikan sebagai pendapatan lain-lain sehingga
akan menambah laba operasi secara langsung.
➢ Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai tambahan pendapatan penjualan
produk utama.
Metode ini merupakan variasi dari metode pertama. Semua biaya produksi dikurangkan
dari pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun sampingan) untuk mendapatkan
laba bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi biaya bersama seperti dalam metode pertama.
Dengan menggunakan data perusahaan “ABC”, maka laporan laba-rugi menggunakan

10
metode ini akan tampak sebagai berikut:

Penjualan Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Penjualan bersih Rp 10.725.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 xRp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 1.050.000

Dari laporan laba rugi diatas, ditampilkan Rp600.000 dari penjualan produk sampingan
sebagai tambahan penjualan produk utama. Akibatnya total pendapatan menjadi Rp
10.725.000,00. Sedangkan angka lainnya tetap sama.

➢ Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang harga pokok penjualan.

Dari data perusahaan “ABC”, jika dibuat laporan laba-rugi dengan metode in maka akan
menjadi:
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Harga pokok penjualan Rp 6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000 -
Rp 6.150.000 -
Laba Kotor Rp 3.975.000

11
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 1.050.000
Dalam kasus ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada
harga pokok penjualan sehingga HPP menjadi Rp6.150.000 (HPP sebelum dikurangkan
sebesar Rp 6.750.000).

➢ Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang total biaya produksi.
Pada metode ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada
total biaya produksi sebesar Rp 8.100.000 sehingga menghasilkan biaya produksi netto sebesar
Rp7.500.000. Pegurangan ini menyebabkan biaya per unit rata-rata menjadi Rp464,07
(7.500.000+250.000 : 16.700) Konsekuansinya persediaan akhir sebesar Rp 1.600.000,00
menjadi Rp1.485.024,00
Laporan laba rugi akan tampak sebagai berikut :
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500x500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500) Rp 8.100.000
Pendapatan penjualan PS Rp 600.000-
Rp 7.500.000+
Tersedia dijual Rp 7.750.000
Persediaan akhir (3.200 x 464,07) Rp 1.485.024 -
Rp 6.264.976 -
Laba Kotor Rp 3.860.024
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 935.024

2. Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama atau
pengakuan atas pendapatan bersih.
Dalam metode ini disadari kebutuhan untuk membebankan sebagian biaya ke produksi
sampingan. Tetapi bukan berarti mengalokasikan biaya produk utama ke produk sampingan.
Biaya pemrosesan dan pemasaran produk sampingan setelah pemisahan dicatat dalam
perkiraan yang berbeda dengan produk utama. Angka-angka yang ada tetap akan
diperhitungkan didalam laporan laba-rugi sesuai dengan metode yang ada pada metode
12
pertama.
Ayat jurnal dalam metode ini juga terdiri atas pembebanan biaya setelah pemisahan
(proses lanjutan) terhadap hasil penjualan produk sampingan. Beban pemasaran dan
administrasi juga dialokasikan kedalam produk sampingan sesuai tarif yang telah direncanakan
sebelumnya.
Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung, yaitu :

Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxxxxx


Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxxxxx

Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan pada
perhitungan laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan metode kedua
juga bisa dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada metode pertama, yaitu:
1. Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2. Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3. Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4. Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

b. Metode Harga Pokok (Cost Methods)


Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan produk
bersama yaitu sebagian biaya bersama dialokasikan kepada produk sampingan dan menentukan
harga pokok persediaan produk sampingan dengan biaya yang dialokasikan tersebut.
Metode biaya pengganti
Metode biaya pengganti biasanya digunakan pada perusahaan yang produk sampingannya
digunakan sendiri, sehingga tidak perlu membeli bahan dari pemasok luar. Harga pokok yang
diperhitungkan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement cost) yang berlaku
di pasar. Harga pokok ini kemudian dikreditkan pada rekening Barang Dalam Proses-Biaya
Bahan Baku (BDP-BBB), sehingga mengurangi biaya produksi produk utama. Pengurangan
biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama
menjadi lebih rendah.
13
Contoh:
Misalkan diketahui data sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi untuk 10.000kg produk utama 700.000
Pendapatan penjualan (9000 x 120) 1.080.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam pengolahan produk 50.000
utama
Biaya pemasaran dan administrasi&umum 100.000
Persediaan akhir produk 1000kg

Laporan laba rugi :

Pendapatan penjualan produk utama Rp 1.080.000


HPP:
Biaya produksi Rp 700.000
Dikurangi: biaya pengganti produk smpingan Rp 50.000 -
Rp 650.000
Dikurangi: Persediaan akhir (1000kg x Rp65)* Rp 65.000-
Rp 585.000-
Laba bruto Rp 495.000
Biaya pemasaran dan admnstrasi&umum Rp 100.000-
Laba bersih sebelum PPh Rp 395.000

*Rp650.000 : 10.000kg = Rp65

14
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari materi diatas yaitu produk bersama merupakan
beberapa produk yang dihasilkan dalam suatu rangkaian atau seri produk secara bersama
dengan menggunakan bahan, tenaga kerja, dan biaya overhead secara bersama. Biaya tersebut
tidak dapat ditelusuri atau dipisahkan pada setiap produk, dan setiap produkempunyai nilai
jual atau kuantitas yang relatif sama. Sedangkan produk sampingan adalah produk yang
dihasilkan dalam proses produksi secara bersama, tetapi produk tersebut nilai atau
kuantitasnya lebih rendah dibandingkan dengan produk lain. Karakteristik Produk Bersama
Produk diproses secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama
antara satu dengan yang lainnya, setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat
dalam proses produksi dan lain sebagainya. Produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi
dua kelompok, menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas
yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut dan yang membutuhkan proses
lebih lanjut agar dapat dijual. Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama
menggunakan metode Metode nilai pasar / nilai jual relative, Metode rata-rata biaya per
satuan, Metode Rata-Rata Tertimbang, dan Metode Unit Kuantitatif / Satuan Fisik. Metode-
metode akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk sampingan dibagi
dalam dua kategori, yaitu Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods) dan Metode
Harga Pokok (Cost Methods).

3.2 SARAN
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak sekali
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami selaku penulis akan terus
berusaha untuk mencoba memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik serta saran yang membangun mengenai pembahasan makalah diatas.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://stie-igi.ac.id/wp-
content/uploads/2020/06/Akuntansi-biaya-pertemuan-14.docx&ved=2ahUKEwjY-
rCKpffzAhUj63MBHSraDcgQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw0R69iovNVh5DGTv9z3FyR1

http://ayndanurriz.blogspot.com/2018/05/konsep-dasar-biaya-produk-bersama-dan.html?m=1

https://purnamiap.blogspot.com/2016/01/akuntansi-produk-bersama-dan-produk.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai