Oleh :
Kelompok : 5
Universitas Warmadewa
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan penulisan tugas
kelompok ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan 1
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sebagai penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang dapat
membuat tugas ini sampai dengan kata sempurna.
Dalam kesempatan ini, kami sebagai penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 1
2.1 Konsep Dasar WPOP Dalam Negeri dan WPOP Luar Negeri.................................... 2
2.2 Contoh Kasus Mengenai Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) dan Subjek Pajak
Luar Negeri (SPLN) ............................................................................................................ 4
2.3 Contoh WPOP Dalam Negeri dan WPOP Luar Negeri .............................................. 5
2.4 Kasus Perhitungan WPOP Dalam Negeri dan WPOP Luar Negeri ........................... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak merupakan sumber penghasilan penting negara yang berasal dari rakyat. Karena
pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting, maka pajak dipungut dari WNI
dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Untuk mewujudkan
sebuah kenaikan pendapatan negara, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan melakukan reformasi perpajakan, yaitu dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin
diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan
menjunjung ass keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak (WP).
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
berupa uang yang terutang oleh Orang Priadi atau Badan yang dapat dipaksakan sesuai peraturan
perundang-undangan dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung untuk keperluan
negara dalam menyelenggarakan pemeritahan demi mencapai kesejahteraan
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan untuk memperoleh nilai juga sebagai
bahan untuk memberi tambahan pengetahuan kepada pembaca mengenai, Konsep dasar WPOP
dalam negeri dan WPOP luar negeri. Contoh Kasus Mengenai Subjek Pajak Dalam Negeri
(SPDN) dan Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN), Contoh WPOP Dalam Negeri dan Objek WPOP
Luar Negeri, Kasus Perhitungan WPOP Dalam Negeri dan WPOP Luar Negeri, dan Contoh
Formulir SPT Jenis 1770.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar WPOP Dalam Negeri dan WPOP Luar Negeri
Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri menurut Undang-
Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 adalah:
Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak luar negeri menurut Undang-
Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 adalah:
- Orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
- Orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia, tidak dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
- Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, itu termasuk subjek pajak luar
negeri
- WNA berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
- WNI berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, serta
memenuhi persyaratan :
a) Tempat tinggal
b) Pusat kegiatan utamaTempat menjalankan kebiasaan
2
c) Status subjek pajak, dana tau
d) Persyaratan tertentu lainnya
Yang ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tersebut diatur dalam peraturan mentri
keuangan (pmk)
a. Pejabat perwakilan diplimatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat tinggal bersama-
sama mereka.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional.
a. Orang pribadi yang merupakan Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
merupakan subjek pajak luar negeri. (Pasal 12 ayat (1) PER-43/PJ/2011)
b. Orang pribadi ini tetap merupakan subjek pajak dalam negeri apabila tidak memiliki atau
tidak dapat menunjukkan salah satu dokumen tanda pengenal resmi yang masih berlaku
sebagai penduduk di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) (Pasal 12
ayat (2) PER-43/PJ/2011) , dokumen tersebut antara lain :
- Green Card,
- identity card,
- student card,
- pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh Kantor Perwakilan Republik
Indonesia diluar negeri,
- surat keterangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia atau Kantor Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri, atau tertulis resmi di paspor oleh Kantor Imigrasi
negara setempat.
c. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi ini sehubungan dengan
pekerjaannya di luar Indonesia dan penghasilannya bersumber dari luar Indonesia, tidak
dikenai Pajak Penghasilan di Indonesia. (Pasal 12 ayat (3) PER-43/PJ/2011)
3
d. Tetapi Dalam hal orang pribadi ini menerima atau memperoleh penghasilan yang
bersumber dari Indonesia, penghasilan tersebut dikenai Pajak Penghasilan sesuai
ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. (Pasal 12 ayat (4)
PER-43/PJ/2011)
e. Orang pribadi Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan menjadi subjek pajak
luar negeri sejak meninggalkan Indonesia. (Pasal 13 ayat (1) PER-43/PJ/2011)
2.2 Contoh Kasus Mengenai Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) dan Subjek Pajak Luar
Negeri (SPLN)
Kasus 1
Sugiono adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Jepang lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan. Penghasilannya hanya bersumber dari pekerjaannya di Jepang saja. Dari
penghasilannya di Jepang, Sugiono juga sudah dikenakan dan dipotong pajak disana.
Maka dari kasus tersebut, Sugiono sudah bukan lagi termasuk Subjek Pajak Dalam
Negeri, dengan begitu Sugiono sudah tidak dikenakan pajak penghasilan lagi di Indonesia dan
tidak lagi perlu melaporkan SPT Tahunannya.
Kasus 2
Mas Boy adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Turki lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan. Dari penghasilannya di Turki, Mas Boy juga sudah dikenakan dan
dipotong pajak di sana. Sedangkan di Indonesia Mas Boy juga memperoleh penghasilan dari ruko
yang dia sewakan.
Maka dari kasus tersebut, Mas Boy dikategorikan sebagai Subjek Pajak Luar Negeri. Mas
Boy tidak memiliki kewajiban melaporkan SPT Tahunan PPh. Namun, atas penghasilan sewa
ruko tersebut, penyewa harus memotong PPh Pasal 26 sebesar 20% dari penghasilan sewa.
Kasus 3
Pevita adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Jerman selama tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan. Selain penghasilan di Jerman, Pevita juga masih mendapatkan
penghasilan di Indonesia.
4
Dari kasus di atas, Pevita harus tetap membayarkan pajaknya di Indonesia, cara
membayarnya sama dengan wajib pajak dalam negeri pada umumnya, namun perpajakan dia di
luar negeri bisa sebagai pengurang bagi pajak Pevita di Indonesia (kredit pajak luar negeri sesuai
dengan Pasal 24 UU PPh).
- Ketentuan yang mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang
atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri
- PPH 24 yang sudah dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima oleh WP dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang
dalam tahun pajak yang sama. Baliknya kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh
digabungkan dalam menghitung penghasilan kena pajak dan pajak terutang
2. Penghasilan Luar Tarif pajak LN < Tarif pajak Sebesar jumlah pajak yang
Negeri DN dibayar (terutang) di LN
5
Contoh soal 1
Tuan Budi (status Tk/0) dalam tahun 2019 memperoleh penghasilan neto dalam negeri sebesar
Rp600.000.000 dan penghasilan neto luar negeri sebesar Rp400.000.000. pajak yang dipotong
di luar negeri(tarif 35%) adalah sebesar Rp140.000.000
Perhitungan
PPH terutang:
- 5% * 50.000.000 = Rp2.500.000
Rp228.800.000
Karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar 96.744.186,00 lebih kecil
daripada jumlah pajak yang terutang atau dipotong di luar negeri yaitu sebesar Rp 140 juta maka
jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak terutang atas seluruh
penghasilan Tuan Budi adalah sebesar batas maksimum kredit pajak luar negeri yang
diperkirakan yaitu Rp.96.744.186,00
Contoh soal 2
6
Pak Abdul(menikah tidak punya tanggungan di Jakarta memperoleh penghasilan neto tahunan
2014 sebagai berikut:
PTKP (TK/0)
- 5% * 50.000.000= Rp2.500.000
- 15% * 200.000.000 = 30.000.000
- 25% * 250.000.000 = 62.500.000
- 30% * 1. 473.675.000 = 442.102.500
4. PPH yang dibayar di luar negeri sama dengan 30% * 1.000.000.000 = 300.000.000
Karena PPH luar negeri lebih besar dari batas maksimum yaitu 300 juta lebih besar dari
267.551.000 maka PPh pasal 24 = 268.551.250
2.4 Kasus Perhitungan WPOP Dalam Negeri dan WPOP Luar Negeri
Tuan Rehan memiliki 100% saham PT. B yang berkedudukan di Indonesia. Pada 2020, PT. B
membukukan laba setelah pajak sebesar Rp100.000.000 dan pada tanggal 1 Februari 2021
membagikan dividen sebesar Rp20.000.000 kepada Tuan Rehan. Adapun dividen senilai
Rp15.000.000 diinvestasikan oleh Tuan Rehan di dalam wilayah Indonesia. Hitunglah berapa
dividen yang dapat dikecualikan dari objek PPh?
7
Jawaban:
Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) PMK 18/2021, dividen yang berasal dari dalam negeri dapat
dikecualikan dari objek PPh sepanjang diinvestasikan kembali di wilayah Indonesia dalam kurun
waktu tertentu. Dalam kasus ini, dijelaskan bahwa dividen yang diterima oleh Tuan Rehan berasal
dari perusahaan yang berkedudukan di Indonesia. Selain itu dari dividen yang diterima, sebanyak
Rp15.000.000 diinvestasikan di Indonesia. Dengan demikian, besarnya dividen Tuan Rehan yang
dikecualikan dari objek PPh dan dikenai PPh adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan perhitungan di atas, maka dividen yang dikecualikan dari objek PPh adalah sebesar
nilai dividen yang diinvestasikan di Indonesia yaitu Rp15.000.000. Dalam hal ini dividen yang
tidak diinvestasikan sebesar Rp5.000.000 di Indonesia dikenakan PPh final dengan tarif 10%.
Formulir SPT Tahunan jenis 1770 yang merupakan formulir yang digunakan oleh wajib
pajak perseorangan dengan status pekerjaan sebagai pemilik bisnis atau pekerja yang memiliki
keahlian tertentu dan tidak memiliki ikatan kerja.
Kata kunci pada formulir ini adalah ‘penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas’. Jika
wajib pajak memiliki penghasilan jenis ini maka wajib hukumnya menggunakan formulir ini.
Meksipun wajib pajak mempunyai penghasilan lain semisal penghasilan dari pekerjaan atau
penghasilan pasif seperti dividen atau bunga, wajib pajak tetap harus menggunakan formulir
1770 (tanpa S).
1) Mengisi Lampiran IV
8
Kemudian mengisi Bagian A s.d. C sebagai berikut yaitu :
Bagian A: Harta pada Akhir Tahun harus mengisi harta yang dimiliki pada akhir tahun di
Bagian B Lampiran 1770-IV.
Jangan lupa untuk mengisi bagian Kode Harta sesuai dengan daftar Kode Harta. Kode Harta
terdiri dari 3 digit angka dengan fungsi sebagai berikut:
9
Sementara Kode 014, berarti Harta – Kas dan Setara Kas, lalu digit ketiga 4 berarti Deposito.
Anda harus mengisi Kewajiban/ Utang pada Akhir Tahun yang dimiliki pada akhir tahun di
Bagian B Lampiran 1770-IV. Kodefikasi Kewajiban/ Utang mirip dengan Harta yang
menggunakan 3 digit. Hanya digit pertama menggunakan kode angka 1. Kita harus melihat
pada Daftar Kode Kewajiban/ Utang untuk menentukan kode ini dengan tepat.
10
Bagian C: Daftar Susunan Anggota Keluarga
Anda harus mengisi Daftar Susunan Anggota Keluarga sesuai dengan Kartu Keluarga.
Bagian A: Penghasilan yang dikenakan Pajak Final dan/ atau bersifat final.
11
Bagian B: Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak. Diisi jika pada Tahun 2019 Menerima
Penghasilan Yang Tidak Termasuk Objek Pajak
12
2) Mengisi Lampiran II
Bagian A: Daftar Pemotongan/ Pemungutan PPh oleh Pihak Lain, PPh yang dibayar/ dipotongdi
luar negeri dan PPh ditanggung pemerintah.
3) Mengisi Lampiran I
Bagian A: Penghasilan Neto dalam negeri dari usaha dan/ atau pekerjaan bebas (bagi WP yang
menggunakan pembukuan)
Bagian B: Penghasilan Neto dalam negeri negeri dari usaha dan/ atau pekerjaan bebas (bagi
WP yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto)
13
Bagian C: Penghasilan Neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan.
Bagian D: Penghasilan Neto dalam negeri lainnya (tidak termasuk penghasilan yang dikenakan
PPh bersifat netral).
14
4) Mengisi Formulir Induk (Perhitungan Pajak)
Anda harus mengisi informasi data diri dan juga informasi tentang usaha dan status perpajakan
Anda. Status Kewajiban Perpajakan Suami-Istri adalah sebagai berikut:
- MT: Memilih untuk menjalankan hak & kewajiban pajak sendiri (NPWP tersendiri)
Setelah itu Anda merekapitulasi informasi dari lampiran I s.d IV dengan rincian sebagai
berikut:
Penghasilan Neto dalam negeri dari usaha dan/ atau pekerjaan bebas (Lampiran I
Bagian A dan B)
Penghasilan Neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan (Lampiran I Bagian C)
PPh yang dipotong / dipungut oleh pihak lain, PPh yang dibayar / dipotong di luar
negeri dan PPh ditanggung pemerintah (Lampiran II Bagian A)
Rincian PPh yang harus dibayar sendiri dan PPh yang lebih dipotong/ dipotong
16
Rincian PPh Lebih/ Kurang Bayar
Angsuran PPh
Lampiran-lampiran
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008 wajib pajak orang
pribadi yang menjadi subjek pajak di dalam negeri adalah sbb:
- Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
- Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
Sedangkan wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak di luar negeri adalah sbb :
- Orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
- Orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang tidak tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia, tidak dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
3.2 Penutup
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini, kami meminta maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat
yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannnya
dengan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca.
18
DAFTAR ISI
https://aguspajak.com/2020/04/03/pajak-internasional/
https://www.thinktax.id/tax-flash/penentuan-subjek-pajak-dalam-negeri-dan-subjek-pajak-luar-
negeri
https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-24
https://lmatsconsulting.com/pajak-penghasilan-pasal-24-orang-pribadi/
https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-kasus/read/76
19