Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN SUBJEK, OBJEK, TARIF.

Disusun Oleh :

Kelompok 1 (satu) :
Nurhalimah Lubis (2203120005)
Irpan Efendi (2203120155)
Ahmad Sahadi Ritonga (2203120204)
Khairul Nasution (2203120206)

Mata Kuliah :
Hukum Pajak
Dosen Pengampu :
Nur Oloan Harahap, SH,. M.Kn.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN
Tahun Ajaran 2023 s/d 2024

Page | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan kekuatan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah PAJAK
PENGHASILAN (PPh) Subjek, Objek, dan Tarif.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu,
penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Padangsidimpuan, 01 November 2023

Kelompok 1 (satu)

Page | 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6
A. Pengertian Pajak Penghasilan....................................................................6
B. Dasar Hukum Pengaturan Pajak Penghasilan ..........................................6
C. Subjek Pajak Penghasilan ..........................................................................9
D. Objek Pajak Penghasilan …………..........................................................10
E. PTKP DAN PKP ……………………………………………………… 13
BAB III PENUTUP............................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedang pajak Penghasilan
adalah pajak yang dibebankan kepada penghasilan perorangan, perusahaan atau
badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan secara progresif,
proposional, atau regresif.

Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada objek pajak


atas penghasilan yang diperolehnya. Pajak Penghasilan akan selalu dikenakan
terhadap orang atau badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh
penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak
diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan, pajak merupakan sumber
pengeluaran tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga
biasanya banyak perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya
sekecil mungkin selama hal tersebut memungkinkan. Untuk itu penulis akan
membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan pajak penghasilan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari Pajak Penghasilan ?


2. Bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak Penghasilan ?
3. Apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan ?
4. Apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan ?
5. Apakah PTKP dan PKP itu ?

Page | 4
C. TUJUAN PENULISAN

Dalam makalah ini , memiliki tujuan yang hendak dicapai . Adapun yang
menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan.


2. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak
Penghasilan.
3. Untuk mengetahui apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan.
4. Untuk mengetahui apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan.
5. Untuk mengetahui apakah PTKP dan PKP itu.

Page | 5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek


Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban
pajaknya melekat pada Subjek Pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak
tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada Subjek Pajak lainnya. Oleh
karena itu dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan
berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi penting.

B. DASAR HUKUM PENGATURAN PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-


Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan
ini diamandemen oleh :

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991


 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan
sistem pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur dalam : Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Page | 6
486/KMK.03/2003. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah
disesuaikan juga beberapa kali dalam:
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk
tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung
pemerintah).

 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk


tahun pajak 2006

C. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak


penghasilan adalah sebagai berikut:

1. Orang Pribadi

yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi


yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam
suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.

2. Harta Warisan Belum Dibagi

yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi
tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.

3. Badan

badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit


tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

 pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


undangan;

 pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

Page | 7
 penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan

 pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;


dan

4. Bentuk usaha tetap

yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di
Indonesia.

Dan yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah sebagai berikut :

1. Badan perwakilan negara asing;

2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari


negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

 bukan warga Negara Indonesia; dan

 di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di


luar jabatan atau pekerjaannya tersebut;

 negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan


Menteri Keuangan dengan syarat :

 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;

 tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh


penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

Page | 8
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :

 bukan warga negara Indonesia; dan

 tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk


memperoleh penghasilan dari Indonesia.

D. OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan
nama dan dalam bentuk apapun .

Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip pemajakan


atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak tersebut.

Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan


adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan
kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib
Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan
pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangu

Objek Pajak Penghasilan yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun termasuk :

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

Page | 9
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk
lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;

c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

 keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,


persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;

 keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan


lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu
atau anggota;

 keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,


pemekaran,pemecahan atau pengambilalihan usaha;

 keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau


sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai


biaya;

f. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan


pengembalian utang;

g. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;

Page | 10
h. royalti;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah


tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang


terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum


dikenakan pajak

Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas penghasilan berupa:

• bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;

• penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;

• penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta

• penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan


Pemerintah.

Dan yang tidak Termasuk Objek Pajak adalah sebagai berikut :

1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau

Page | 11
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, epanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak ybs;

2. Warisan;

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa;

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat :

 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

 bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima


dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal
yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan
saham tersebut;

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

Page | 12
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi;

10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama
5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin
usaha;

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura.

E. PTKP DAN PKP

1. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak )

adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib
pajak orang pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan netto wajib pajak orang
pribadi jumlahnya di bawah PTKP tidak akan terkena pajak penghasilan (PPh)
pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan
sebagai objek PPh pasa 21 maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan
pemotongan PPh pasal 21 .

PTKP berbeda untuk status pekerja yang berbeda. Sesuai dengan Pasal 7
ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, yang besarnya kemudian dirubah
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, bagi pekerja yang belum
kawin, PTKP adalah Rp 24.300.000.

Catatan: Lihat juga Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-


31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

 Bila pekerja kawin, ada penambahan Rp2.025.000 untuk PTKP.

 Bila pekerja mempunyai anak, ada penambahan PTKP sebesar


Rp2.025.000 untuk setiap anak dan hanya berlaku sampai anak yang
ketiga.

Page | 13
 Tidak ada penambahan PTKP untuk anak ke-empat dan seterusnya.

 Bila istri bekerja, PTKP pekerja tetap sama, yaitu Rp24.300.000 dan tarif
pajak penghasilan tetap sama.

PERHITUNGAN

STATUS PEKERJA PTKP (Rp)

Belum Kawin 24.300.000

Kawin, anak 0 26.325.000

Kawin, anak 1 28.350.000

Kawin, anak 2 30.375.000

Kawin, anak 3 32.400.000

2. PKP (Penghasilan Kena Pajak)

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk


menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan Kena Pajak
diperoleh dari pengurangan antara penghasilan bruto wajib pajak dengan
pengurang penghasilan bruto.

Perhitungan

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Rp) Tarif Pajak


Sampai dengan 50 juta 5%
Di atas 50 juta sd 250 juta 15%
Di atas 250 juta sd 500 juta 25%
Di atas 500 juta 30%

Page | 14
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek


Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.

2. Dasar Hukum pengaturan Pajak Penghasilan di Indonesia adalah


sebagai berikut

- Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

- Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan


sistem pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur
dalam :Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003.

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku


untuk tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang
ditanggung pemerintah).

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku


untuk tahun pajak 2006

3. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak


penghasilan adalah sebagai berikut:

- Orang Pribadi

- Harta Warisan yang belum Terbagi

- Bentuk Usaha Tetap

- Badan

Page | 15
4. Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
(WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun .

5. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang


menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi,
dengan kata lain apabila penghasilan netto wajib pajak orang pribadi
jumlahnya di bawah PTKP tidak akan terkena pajak penghasilan (PPh)
pasal 25 /29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima
penghasilan sebagai objek PPh pasa 21 maka penghasilan tersebut
tidak akan dilakukan pemotongan PPh pasal 21 .

6. Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk


menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan
Kena Pajak diperoleh dari pengurangan antara penghasilan bruto wajib
pajak dengan pengurang penghasilan bruto.

B. SARAN

Dari uraian diatas penulis berharap bagi semua pihak yang berwenang
dalm pemungutan pajak agar pajak yang di dapat dari pemungutan wajib pajak
tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.

Selain itu untuk wajib pajak juga seharusnya lebih sadar bahwa kewajiban
untuk membayar pajak harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena pajak
bermanffat sekali untuk kelancaran hidup benegara.

Page | 16
DAFTAR PUSTAKA

1. Suandy, erly. Hukum Pajak. 2005. Salemba Empat: Jakarta

2. http://jendelailmusebi.blogspot.com/2013/06/pengertian-pajak-
penghasilan-pph.html

Diunduh pada 30 Oktober 2023 pukul 19:30

3. http://jendelailmusebi.blogspot.com/2013/06/pengertian-pajak-
penghasilan-pph.html

Diunduh pada 30 Oktober 2023 pukul 19:55

4. http://forever2705.wordpress.com/2008/08/11/pengertian-pajak-
penghasilan/ptkp

Diunduh pada 30 Oktober 2023 pukul 20:00

5. http://www.ekonomi-holic.com/2013/01/tarif-pajak-penghasilan-
2013-dan-cara_2918.html

Diunduh pada 1 November 2023 pukul 19:02

6. http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=272

Diunduh pada 1 November 2023 pukul 20:15

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai