Anda di halaman 1dari 17

PAJAK PENGHASILAN

Dosen Pengampu:

DR. ANDI TENRIPADANG, S.H., M.H.

Oleh Kelompok 3:

MUHAMMAD ALIF DARMIL. B

ASRI ALWAKIAH

AHMAD SAIFULLAH

AZHARI HIDAYAT

WARDAH ANWAR

HUSNUL KHATIMAH

JURUSAN HUKUM TATANEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-

nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami

kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

SAW. Beserta keluarga-nya, para sahabat-nya, dan seluruh ummat-nya yang

senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum Pajak yang berjudul “Pajak Penghasilan”. Kami mengucapkan


terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini, khususnya kepada ibu Dr. Andi Tenripadang, S.H., M.H. selaku

Dosen pengampu mata kuliah Hukum Pajak yang telah memberikan tugas ini

kepada kami. Kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang kami miliki. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik

konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga

makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat


kepada pembaca.

Gowa, 18 juni 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian dari Pajak Penghasilan......................................................3

B. Dasar hukum pengaturan dari Pajak Penghasilan ..............................3

C. Subjek dari Pajak Penghasilan ...........................................................4

D. Objek dari Pajak Penghasilan ............................................................6

E. PTKP dan PKP itu .............................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................11

B. Saran.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAK

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedang pajak Penghasilan
adalah pajak yang dibebankan kepada penghasilan perorangan , perusahaan atau
badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan secara progresif,
proposional, atau regresif.

Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada objek pajak


atas penghasilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan terhadap orang
atau badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh penghasilan. Setiap
perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak diwajibkan untuk
membayar pajak. Bagi perusahaan , pajak merupakan sumber pengeluaran tanpa
adanya imbalan langsung untuk perusahaan tersebut. Sehingga biasanya banyak
perusahaan melakukan upaya untuk membayar pajak terutangnya sekecil mungkin
selama hal tersebut memungkinkan.Untuk itu penulis akan membahas segala
sesuatu yang berkaitan dengan pajak penghasilan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari Pajak Penghasilan ?

2. Bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak Penghasilan ?

3. Apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan ?


2

4. Apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan ?

5. Apakah PTKP dan PKP itu ?

C. Tujuan Penulisan

Dalam makalah ini , memiliki tujuan yang hendak dicapai . Adapun yang
menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan.

2. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak


Penghasilan.

3. Untuk mengetahui apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan.

4. Untuk mengetahui apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan.

5. Untuk mengetahui apakah PTKP dan PKP itu.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Penghasialn

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek


Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban


pajaknya melekat pada Subjek Pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak
tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada Subjek Pajak lainnya. Oleh
karena itu dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan
berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi penting.

B. Dasar Hukum Pengaturan Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-


Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan
ini diamandemen oleh :

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000


4

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan


sistem pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur dalam :Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
486/KMK.03/2003.Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah
disesuaikan juga beberapa kali dalam:

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk


tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung
pemerintah).

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk


tahun pajak 2006.

C. Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan


adalah sebagai berikut:

1. Orang Pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,


orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang
pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Harta Warisan Belum Dibagi yaitu warisan dari seseorang yang sudah
meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka
pendapatan itu dikenakan pajak.

3. Badan yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,


kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


undangan;
5

b. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

c. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah; dan

d. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

4. Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang
tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan
di Indonesia.

Dan yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah sebagai berikut :

1. Badan perwakilan negara asing;

2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari


negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

a. bukan warga Negara Indonesia; dan


b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut;
c. negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan dengan syarat :

a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;


b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :
6

a. bukan warga negara Indonesia; dan


b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
D. Objek pajak Penghasilan

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan
nama dan dalam bentuk apapun .Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia
menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu
bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak darimanapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut.

Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan


adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan
kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib
Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan
pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.

Objek Pajak Penghasilan yang dapat dipakai untuk konsumsi atau


untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama
dan dalam bentuk apapun termasuk :

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan
lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c. laba usaha;
7

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:


a) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b) keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;
c) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran,pemecahan atau pengambilalihan usaha;
d) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;
f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. Royalti;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. K.keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
8

Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas penghasilan berupa:

1. bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;


2. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;
3. penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta
4. penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Dan yang tidak Termasuk Objek Pajak adalah sebagai berikut :

1. - Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

- Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, epanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak ybs;

2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat :
9

a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan


b. Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi;
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama
5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin
usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
E. PTKP DAN PKP
1. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak )

Adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak
orang pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan netto wajib pajak orang
pribadi jumlahnya di bawah PTKP tidak akan terkena pajak penghasilan (PPh)
pasal 25 /29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan
sebagai objek PPh pasa 21 maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan
pemotongan PPh pasal 21 .

PTKP berbeda untuk status pekerja yang berbeda. Sesuai dengan Pasal 7
ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, yang besarnya kemudian dirubah
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, bagi pekerja yang belum
10

kawin, PTKP adalah Rp24.300.000.

Catatan: Lihat juga Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-


31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

a. Bila pekerja kawin, ada penambahan Rp2.025.000 untuk PTKP.

b. Bila pekerja mempunyai anak, ada penambahan PTKP sebesar


Rp2.025.000 untuk setiap anak dan hanya berlaku sampai anak yang
ketiga.

c. Tidak ada penambahan PTKP untuk anak ke-empat dan seterusnya.

d. Bila istri bekerja, PTKP pekerja tetap sama, yaitu Rp24.300.000 dan
tarif pajak penghasilan tetap sama.

STATUS PEKERJA PTKP (Rp)

Belum Kawin 24.300.000

Kawin, anak 0 26.325.000

Kawin, anak 1 28.350.000

Kawin, anak 2 30.375.000

Kawin, anak 3 32.400.000


2. PKP (Penghasilan Kena Pajak)

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan


besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari
pengurangan antara penghasilan bruto wajib pajak dengan pengurang penghasilan
bruto.
11

Lapisan Penghasilan Kena Tarif Pajak


Pajak (Rp)

Sampai dengan 50 juta 5%

Di atas 50 juta sd 250 juta 15%

Di atas 250 juta sd 500 juta 25%

Di atas 500 juta 30%

Salah satu contoh perhitungan pajak penghasilan,

Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh, perhitungan tarif pajak pribadi

menggunakan tarif progresif sebagai berikut:

1. Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun dikenakan tarif

pajak sebesar 5%.

2. Penghasilan Rp50.000.000,- sampai dengan Rp250.000.000,- per tahun

dikenakan tarif pajak sebesar 15%.

3. Penghasilan Rp250.000.000,- sampai Rp500.000.000,- per tahun

dikenakan tarif sebesar 25%.

4. Penghasilan di atas Rp500.000.000,- per tahun dikenakan tarif pajak

sebesar 30%. Sedangkan untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki


NPWP dikenakan tarif sebesar 20% lebih tinggi daripada Wajib Pajak

yang telah memiliki NPWP.


12

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek


Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.

2. Dasar Hukum pengaturan Pajak Penghasilan di Indonesia adalah


sebagai berikut

- Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

- Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan


sistem pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur
dalam :Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 danKeputusan
Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003.

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku


untuk tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang
ditanggung pemerintah).

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku


untuk tahun pajak 2006

3. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak


penghasilan adalah sebagai berikut:

- Orang Pribadi

- Harta Warisan yang belum Terbagi

- Bentuk Usaha Tetap

- Badan
13

4. Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP),
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun .

5. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak ) adalah penghasilan yang


menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi,
dengan kata lain apabila penghasilan netto wajib pajak orang pribadi
jumlahnya di bawah PTKP tidak akan terkena pajak penghasilan (PPh)
pasal 25 /29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima
penghasilan sebagai objek PPh pasa 21 maka penghasilan tersebut
tidak akan dilakukan pemotongan PPh pasal 21 .

6. Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk


menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan
Kena Pajak diperoleh dari pengurangan antara penghasilan bruto wajib
pajak dengan pengurang penghasilan bruto.

B. Saran

Dari uraian diatas penulis berharap bagi semua pihak yang berwenang
dalm pemungutan pajak agar pajak yang di dapat dari pemungutan wajib pajak
tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.

Selain itu untuk wajib pajak juga seharusnya lebih sadar bahwa kewajiban
untuk membayar pajak harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena pajak
bermanffat sekali untuk kelancaran hidup benegara.
14

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, erly. Hukum Pajak. 2005. Salemba Empat: Jakarta

https://repository.unair.ac.id/102781/3/3.Pajak Penghasilan.

Direktorat Jenderal Pajak, PPH (Pajak Penghasilan), Kementerian Keuangan


Republik Indonesia

Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 tentang Pajak Penghasilan

Anda mungkin juga menyukai